BAB I
PENDAHULUAN
.
1.2.2
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada insufisiensi aorta.
1.3.2. Tujuaan khusus
Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :
1. Definis dari insufisiensi aorta.
2. Etiologi dari insufisiensi aorta.
3. Patifisiologi dari insufisiensi aorta.
4. Manifestasi klinis pada insufisiensi aorta.
5. Pemeriksaan penunjang pada insufisiensi aorta .
6. Penatalaksanaan medis pada insufisiensi aorta.
7. Komplikasi pada insufisiensi aorta.
8. Prognosis pada insufisiensi aorta
9. Asuhan keperawatan pada insufisiensi aorta.
1.4.Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan insufisiensi aorta sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah
kardiovaskuler II.
2. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Insufisiensi katub Aorta (Regurgitasi ) adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta
selama diastol ( relaksasi ). Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk ( aliran
balik ) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Insufisiensi aorta adalah
penyakit katup jantung di mana katup aorta atau balon melemah, mencegah katup menutup eraterat. Hal ini menyebabkan mundur aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke dalam
ventrikel kiri (ruang bawah kiri jantung).
2.2 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah demam rematik . Kelainan katub dan pangkal aorta juga bisa
menimbulkan insufisiensi aorta. Pada insufisiensi aorta kronik terlihat fibrosis dan retraksi daundaun katub atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya merupakan sekuele dari demam rematik.
1. Demam reumatik
Rheumatic fever (demam rhematik) adalah suatu kondisi yang berakibat dari infeksi oleh
kelompok streptococcal bacteria yang tidak dirawat . Kerusakan pada kelopak-kelopak klep dari
demam rhematik menyebabkan pergolakan yang meningkat diseluruh klep dan lebih banyak
kerusakan. Penyempitan dari demam rhematik terjadi dari peleburan dari tepi-tepi
(commissures) dari kelopak-kelopak klep.
Dibawah keadaan-keadaan normal, klep aortic menutup untuk mencegah darah di aorta dari
mengalir balik ke ventricle kiri. Pada aortic regurgitation, klep yang sakit mengizinkan
kebocoran dari darah balik kedalam ventricle kiri ketika otot-otot ventricle mengendur (relax)
setelah memompa. Pasien-pasien ini juga mempunyai beberapa derajat dari kerusakan rhematik
pada klep mitral. Penyakit jantung rhematik adalah suatu kejadian yang relatif tidak umum di
Amerika, kecuali pada orang-orang yang telah berimigrasi dari negara-negara kurang maju.
3. Proses penuaan
Dengan penuaan, protein collagen dari kelopak-kelopak klep dihancurkan, dan kalsium
mengendap pada kelopak-kelopak. Pergolakan diseluruh klep-klep meningkatkan penyebab luka
parut, dan penebalan. Penyakit yang progresif yang menyebabkan kalsifikasi aorta tidak ada
sangkut pautnya dengan pilihan-pilihan gaya hidup yang sehat, tidak seperti kalsium yang dapat
mengendap pada arteri koroner untuk menyebabkan serangan jantung.
2.3 Patofisiologi
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup aorta,
sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan rapat selama diastole dan
akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri .
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta, yang biasanya
bertekanan tinggi, akan mengalir ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi
keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima dari atrium kiri maupun darah yang
kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi
peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk
memompa darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler
berusaha mengkompensasi melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas,
sehingga tahanan perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastis .
Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan kronik. Kerusakan akut
timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya. Ventrikel kiri tidak punya cukup
waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi aorta. Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan
diastolik akhir ventrikel kiri bisa timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel .
2.4 Manifestasi Klinis
Klien datang dengan keluhan dengan adanya pulsasi arteri karotis yang nyata serta denyut
pada apeks pada saat klien berbaring ke sebelah kiri. Bisa juga timbul denyut jantung prematur,
oleh karena isi sekuncup besar setelah sistolik yang panjang. Pada klien insufisiensi aorta kronik
bisa timbul gejala gejala gagal jantung, termasuk dypsnea saat beraktifitas, ortopnea, dypsnea
noptural paroksimal, edema paru dan kelelahan. Angina cenderung timbul waktu istirahat saja
timbulnya bradikardi dan lebih lama menghilang dari pada angina akibat penyakit koroner saja.
Pada pemeriksaan fisik ditemukandenyut arteri karotis yang cepat dan perbedaan tekanan
darah yang besar bisa timbul pada keadaan hiperdinamik dengan pulsus bisferiens. Jika
insufisiensi berat, timbul efek nyata pada pulsasi arteri perifer. Jika gagal jantung berat, tekanan
diastolik bisa normal akibat peningkatan tekanan diastolik pada ventrikel kiri. Jantung bisa
berukuran normal jika bila insufisiensi aorta kronik ringan atau jika insufisensinya akut. Pada
klien dengan insufisiensi sedang atau berat,jantung tampak membesar, impuls apeks bergeser ke
inferolateral dan bersifal hiperdinamik.
Bunyi jantung yang pertama menurunkan intesitasnya terutama jika interval PR
memanjang. Bunyi ejeksi sistolik bisa terdengar sepanjang perbatasan sternum kiri akibat
distensi tiba-tiba dari aorta. Sekunder dan insufisiensi bisa timbul bising diastolik aorta di sela
iga 2 kiri, bising sistolik di apeks, bising austi flint (diastolic rumble/Bising diastolis pada apeks
mirip pada stenosis mitral) di apeks dan bising sisitolik trikuspid. Karakteristik bising
diastoliknya adalah bunyi bernada tinggi, paling jelas terdengar diperbatasan sternum kiri,
menggunakan diafragma stetoskop dengan penekanan yang cukup dan klien condong ke depan
setelah ekspirasi. Jika terdapat penyakit pangkal aorta, bising paling jelas terdengan di sternum
kanan. Bisisng diastolik nada tinggi bisa terdengar jika daun katubitu terbuka, timbul lubang
karena endokarditis. Bising tersebut sering terdengar pada insufisiensi aorta akut. Biasanya bunyi
melemah karena penutupan dini katub mitral. Irama derap ventrikel yang terdengar di apeks
biasanya merupakan tanda disfungsi ventrikel kiri. Bising austin flint timbul akibat pergeseran
aliran balik aorta terhadap daun katub interior dari katub mitral, yang menimbulkan stenosis
mitral fungsional.
6. Kateterisasi jantung : Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras kedalam
pangkal aorta.
7. Eko Transesofageal (TEE)
Memvisualisasikan seluruh aorta.
2.6 Penatalaksanan
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian
katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan,
kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua
pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila
pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai
dilakukannya pembedahan.
Penggantian katub prostetik dimulai pada tahum 1960-an, bila valvuloplasti atau perbaikan katub
tidak bisa dilakukan seperti misalnya pada kalsifikasi, maka perlu dilakukan penggantian katub.
Semua penggantian katub memerlukan anestesia umum dan pintasan kardiopulmonal.
Kebanyakan prosedur ini dilakukan melalui sternotomi median ( insisi melalui sternum).
Begitu katub terlihat, bilah-bilah dan struktur katub lainnya seperti chordae dan otot papilaris
diangkat. Jahitan dilakukan di seputar anulus dan kemudian ke katub protesis. Katub pengganti
ditekan ke bawah sesuai letak yang tepat dan jahitan dikencangkan. Insisi ditutup dan dokter
bedah mengevaluasi fungsi jantung dan kualitas perbaikan protetik. Pasien mulai dilepaskan dari
pintasan jantung paru dan pembedahan selesai. Komplikasi yang khas pada penggantian katub
adalah yang berhubungan dengan perbahan tekanan intrakardial yang mendadak akibat
kompensasi jantung yang telah secara bertahap menyesuaikan dengan kelianan yang terjadi,
namun dengan tiba-tiba aliran darah dalam jantung membaik setelah dilakukan pembedahan.
Macam-macam katub prostetik. Ada 4 macam katub prostetik yang serng digunakan yaitu katub
mekanis, katub xenograf, katub homograf dan katub otograf. Katub mekanis dapat berbentuk
bola dan kurungan atau cakram. Katub mekanis dianggap lebih kuat dibanding katub prostetik
lainnya dan biasnya digunakan pada pasien muda. Tromboemboli merupakan komplikasi yang
bermakna pada katub mekanis, sehingga perlu diberikan antikoagulan jangka panjang dengan
warfarin. Katub xenograf adalah katub jaringan (bioprostesis, heterograf)biasanya dari babi
(porsin) tapi dapat pula dipakai katub dari sapi (bovin). Viabilitasnya bisa mencapai 7 sampai 10
tahun. Tidak menyebabkan trombus sehingga tidak memerlukan antikoagulan jangka panjang.
Digunakan pada wanita usia subur karena mempunyai komplikasi potensial pemberian
antikoagulan jangka panjang sehubungan dengan menstruasi dan pemindahan melalui plasenta
ke janin dan hubungannya dengan persalinan. Xenograf juga digunakan untuk pasien di atas 70
tahun, pasien dengan riwayat ulkus peptikum, dan mereka yang tidak bisa mentoleransi
antikoagulan jangka panjang ( khusus katub trikuspidalis)
Katub homograf ( katub dari manusia )diperoleh dari donor jaringan kadaver. Katub aorta dan
sebagian aorta atau katub pulmonal atau arteri pulmonalis diambil dan disimpan secara
kriogenik. Homograf sulit di dapat dan sangat mahal. Homograf dapat bertahan 10 sampai 15
tahun, sedikit lebih banyak dibanding xenograf. Homograf tidak bersifat trombogenik dan tahan
terhadap endokarditis bakterial subakut. Homograf digunakan untuk penggantian katub aorta dan
pulmonal.
Katub otograf (katub otolog) diperoleh dengan memotong katup pulmonal pasien yang
bersangkutan dan sebagian arteri pulmonalis untuk digunakan sebagai katub aorta. Tidak
memerlukan antikoagulan karena berasal dari jaringan pasien sendiri dan tidak bersifat
trombogenik. Otograf merupakan pilihan bagi anak-anak, wanita usia subur, dewasa muda,
pasien dengan riwayat penyakit ulkus peptikum dan mereka yang tidak mentoleransi
antikoagulan. Otograf katub aorta dapat tetap hidup sampai labih dari 20 tahun. Kebanyakan
pembedahan otograf katub aorta merupakan prosedur penggantian katub ganda, karena juga
dilakukan homograf pada penggantian katub pulmonal.
2.7
Komplikasi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
1.
Nama pasien
2. Umur
3. Suku/bangsa
4. Agama
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Alamat
8. Keluhan Utama
Regurgitasi katup aorta yang ringan tidak menimbulkan gejala selain murmur jantung yang khas
(setiap kali ventrikel kiri mengalami relaksasi), yang dapat didengar melalui stetoskop .
Pada regurgitasi yang berat, ventrikel kiri mengalirkan sejumlah besar darah, yang menyebabkan
pembesaran ventrikel dan akhirnya menjadi gagal jantung.
Klien dengan insufisiensi aorta dapat terjadi Gagal jantung menyebabkan sesak nafas sewaktu
melakukan aktivitas atau sewaktu berbaring telentang, terutama pada malam hari. Penderita juga
mungkin mengalami palpitasi (jantung berdebar) yang disebabkan oleh kontrasksi yang kuat dari
ventrikel yang membesar.
Riwayat Penyakit sebelumnya
1. Riwayat Keluarga
2. Riwayat lingkungan
3.2 Observasi
1. Keadaan umum
a. Suhu
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Respyratory Rate
2. Pemeriksaan Persistem
1.
B1 ( Breathing )
Gejala
: Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau nokturnal
(sputum mungkin/tidak produktif).
Tanda
: Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan
berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema pulmonal.
1. B2 ( Blood )
Gejala
: Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial subakut,
infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh kerusakan atrial-septal, sindrom
Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi,
Tanda
3. Nadi karotid: lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan pulsasi arteri
terlihat (IA).
4. Nadi apikal: PMI kuat dan terletak di bawah dan ke kiri (IM); secara lateral kuat dan
perpindahan tempat (IA).
5. Getaran: Getaran diastolik pada apek (SM), getaran sistolik pada dasar (SA), getaran sistolik
sepanjang batas sternal kiri; getaran sistolik pada titik jugular dan sepanjang arteri karotis (IA).
1. B3 ( Brain )
Gejala
Tanda
:-
1. B4 ( Bladder )
Gejala
:-
Tanda
: Retensi Urine
1. B5 ( Bowel )
Gejala
Tanda
: Penurunan BB
1. B6 (Bone )
Gejala
: Kelemahan, kelelahan.
Tanda
: pucat, berkeringat,
1. Aspek Psikososial
Gejala
: Takut
Tanda
3.4
Intervensi Keperawatan
1.
Tujuan
No
Intervensi
1.
Rasional
1.
1.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan
retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.
Tujuan
Kriteria hasil
: Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal (16- 20x/ menit),
respons batuk berkurang.
Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Auskultasi bunyi napas (krekels)
1.
1.
1.
1.
1.
Natrium meningkatkan
retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma
yang berdampak terhadap
peningkatan beban kerja
jantung dan akan
meningkatkan kebutuhan
miokardium.
2.
Kolaborasi
1. Berikan diet tanpa garam
edema paru.
1.
1.
Tujuan
: Nyeri hilang/terkontrol.
Kriteria hasil
No.
Intervensi
1.
2.
Rasional
1.
1.
1.
1.
Tujuan
No.
Intervensi
1.
2.
Rasional
1.
4.
5.
Tujuan
No
Intervensi
1.
Rasional
1.
Berikan tindakan kenyamanan
(contoh mandi, gosokan punggung,
perubahan posisi).
1.
Membantu menentukan
derajat cemas sesuai status
jantung. Penggunaan evaluasi
seirama dengan respons verbal
dan non verbal
1.
Membantu perhatian
mengarahkan kembali dan
meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan
koping.
3.
Dorong ventilasi perasaan tentang
penyakit-efeknya terhadap pola
hidup dan status kesehatan akan
datang. Anjurkan pasien melakukan
teknik relaksasi, contoh napas dalam,
bimbingan imajinasi, relaksasi
progresif.
4.
Libatkan pasien/orang terdekat
dalam rencana perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pada rencana
pengobatan.
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
insufisiensi aorta dan stenosis mitral.insufisiensi aorta adalah sustu keadaan dimana terjadi
refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Sedangkan
stenosis mitral adalah terhambatnya aliran darah dalam jantung akibat perubahan struktur katup
mitral yang menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara sempurna pada saat diastolik.
Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi peradangan yang merusak bentuk bilah katup
aorta,sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan selama diastole dan
mengakibatkan aliran balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Selain itu juga bisa disebakan oleh
endokarditis, kelainan bawaan atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang
menyebabkan dilatasi atau robekan aorta asenden.
Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa berat,nafsu makan
berkurang,muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai perawat kita harus memahami dan
mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap pasien yang mengalami insufisiensi aorta agar
kita dapat memberikan upaya medikasi yeng terbaik sehingga
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mayoclinic.com/health/aortic-valve-regurgitation/DS00419/DSECTION=tests-anddiagnosis
Rilantono, Lili Ismudiati, dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia