Gangguan Somatisasi
Gangguan Somatisasi
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Hubungan antara psikis dan somatik telah menjadi perhatian para ahli dan
para peneliti sejak dahulu. Aspek psikis dan soma saling terkait secara erat dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dimasa prasejarah
masyarakat percaya bahwa penyakit ini disebabkan oleh roh jahat. Oleh karena itu
pengobatan nya dengan menggunakan mantra mantra dan trepanasi.
Pada abad pertengahan, mistik dan agama sangat mempengaruhi ilmu
kedokteran secara dominan dan semakin meyakinkan para ahli pada zaman itu
bahwa penyakit fisis dapat disembuhkan oleh kekuatan rohani, pengetahuan tentang
psikis dan somatis terus berkembang sampai abad ke 20 ini.1
Gangguan somatoform diambil dari bahasa yunani yaitu soma yang berarti
tubuh. Dalam gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang
dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gangguan somatoforn berbeda dengan
malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
yang jelas seperti menghindari pekerjaan.2
Gangguan somatisasi (somatization disorder), sebelumnya dikenal sebagai
sindrom Briquet, dicirikan dengan keluhan somatik yang beragam dan berulang
yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia remaja), bertahan
paling lama selama beberapa tahun. Gangguan somatisasi biasanya bermula pada
Gangguan Somatisasi
masa remaja atau dewasa muda dan tampaknya merupakan gangguan yang kronis
atau bahkan berlangsung sepanjang hidup (Kirmayer,Robbins,& paris,1994).
Gangguan ini biasanya muncul pada gangguan psikologis lainnya terutama
gangguan kecemasan dan depresi.2
Prevalensi gangguan somatisasi pada populasi umum diperkirakan 0,1 0,2
%, walaupun beberapa kelompok penelitian percaya bahwa angka sesungguhnya
mungkin mendekati 0,5 %. Prevalensi gangguan somatisasi pada wanita di populasi
umum adalah 1 2 %. Rasio penderita wanita dibanding laki-laki adalah 5
berbanding 1 dan biasanya gangguan mulai pada usia dewasa muda (sebelum usia
30 tahun).3
Gangguan Somatisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan atau penyakit yang
ditandai oleh keluhan-keluhan psikis dan somatik yang dapat merupakan kelainan
fungsional suatu organ dengan atau tanpa gejala obyektif dan dapat pula bersamaan
dengan kelainan organik yang berkaitan dengan stressor atau peristiwa psikososial
tertentu.1
Gangguan somatisasi adalah suatu type gangguan somatoform yang melibatkan
beberapa keluhan yang muncul berulang-ulang dan tidak dapat dijelaskan oleh
penyakit fisik apapun.2
Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang
ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik yang mengenai banyak sistem
organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan
laboratorium.Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya
karena banyaknya keluhan dan melibatkaan sistem organ yang multiple (sebagai
contoh, gastrointestinal dan neurologis).4
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan psikosomatis atau
somatisasi adalah sekumpulan gejala yang dijumpai pada diri seseorang yang
mengenai beberapa organ yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium.Gangguan ini bersifat kronis dengan gejala
ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai sebelum usia 30 tahun dan disertai
Gangguan Somatisasi
Gangguan Somatisasi
b. Faktor Biologis
Ditemukan adanya faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi
dan adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di
lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Selain itu diduga terdapat regulasi
abnormal sistem sitokin yang mungkin menyebabkan beberapa gejala yang
ditemukan pada gangguan somatisasi.
Gangguan Somatisasi
terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada
kelainan yang mendasari keluhannya.
Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau
menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti
ini dapat merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf
otonomik, yang dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadangkala, sejumlah
simptom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada
tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus
lain, juga dapat ditemukan manifestasi dimana seseorang berfokus pada keyakinan
bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada bukti abnormalitas
fisik yang dapat ditemukan.
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk
dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlua danya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.
Kriteria
A.
Diagnostik
DSM
IV-TR
GANGGUAN
SOMATISASI
Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
Gangguan Somatisasi
selama suatu periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain yang signifikan.
B.
Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi, dengan setiap gejala terjadi
tempat atau fungsi yag berbeda (cnt : kepala, abdomen, punggung, sendi,
ekstremitas, dada, rectum, selama menstruasi, selama hubungan sekdual,
atau selama berkemih)
2. dua gejala gastrointestinal : riwayat sedikitnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (cnt: mual, kembung, muntah selain selama hamil, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa makanan yang berbeda)
3. satu gejala seksual : riwayat sedikitnya satu gejala seksual atau reproduksi
dijelaskan secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau efek
langsung
(2)
suatu
zat
(cnt
penyalahgunaan
obat,
pengobatan)
Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau
fisik,
atau
temuan
laboratorium
Gangguan Somatisasi
serasian
dari
perilaku
sosial,
interpersonal
dan
keluarga
yang
berkepanjangan.
Episode peningkatan keparahan gejala dan perkembangan gejala yang baru
diperkirakan berlangsung 6 9 bulan dan dapat dipisahkan dari periode yang
kurang simtomatik yang berlangsung 9 12 bulan. Tetapi jarang seorang pasien
dengan gangguan somatisasi berjalan lebih dari satu tahun tanpa mencari suatu
perhatian medis. Seringkali terdapat hubungan antara periode peningkatan stress
atau stress baru dan eksaserbasi gejala somatik. Prognosis gangguan somatisasi
umumnya sedang sampai buruk.
2.6 Penatalaksanaan
Gangguan Somatisasi
Pasien dengan gangguan somatisasi paling baik diobati jika mereka memiliki
seorang dokter tunggal sebagai perawat kesehatan umumnya. Klinisi primer harus
memeriksa pasien selama kunjungan terjadwal yang teratur, biasanya dengan
interval satu bulan.
Jika gangguan somatisasi telah didiagnosis, dokter yang mengobati pasien
harus mendengarkan keluhan somatik sebagai ekspresi emosional, bukannya
sebagai keluhan medis. Tetapi, pasien dengan gangguan somatisasi dapat juga
memiliki penyakit fisik, karena itu dokter harus mempertimbangkan gejala mana
yang perlu diperiksa dan sampai sejauh mana.
Strategi luas yang baik bagi dokter perawatan primer adalah meningkatkan
kesadaran pasien tentang kemungkinan bahwa faktor psikologis terlibat dalam
gejala penyakit. Psikoterapi dilakukan baik individual dan kelompok. Dalam
lingkungan psikoterapetik, pasien dibantu untuk mengatasi gejalanya, untuk
mengekspresikan emosi yang mendasari dan untuk mengembangkan strategi
alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Pengobatan psikofarmakologis diindikasikan bila gangguan somatisasi disertai
dengan gangguan penyerta (misalnya: gangguan mood, gangguan depresi yang
nyata, gangguan anxietas. Medikasi harus dimonitor karena pasien dengan
gangguan somatisasi cenderung menggunakan obat secara berlebihan dan tidak
dapat dipercaya.
Gangguan Somatisasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan somatisasi adalah salah satu gangguan somatoform spesifik yang
ditandai oleh banyaknya keluhan fisik/gejala somatik . Penyebab ganggguan
somatisasi tidak diketahui secara pasti tetapi diduga terdapat faktor-faktor yang
berperan terhadap timbulnya gangguan somatisasi yakni: Faktor Psikososial dan
Faktor Biologis. Diagnosis berdasarkanKriteria diagnosis gangguan somatisasi
berdasarkan DSM IV:Riwayat banyak keluhan fisik dengan onset sebelum usia 30
tahun,Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang
terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan, Gejala tidak
ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
pura-pura).
Diagnosis pasti gangguan somatisasi berdasarkan PPDGJ III: Ada banyak
dan berbagai gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan adanya kelainan fisik yang
sudah berlangsung sekitar 2 tahun, Selalu tidak mau menerima nasehat atau
penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat
menjelaskan keluhan-keluhannya, Terdapat disabilitas dalam fungsinya di
masyarakat dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan
dampaak daari perilakunya.terapi yang di anjurkan psikoterapi dan terapi
psikofarmakologi bila terdapat gangguan lain.
10
Gangguan Somatisasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyono AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Interna Publising,
Jakarta
2. Jeffrey s nevid, rathus spancer, greene beverley.2003. Psikologi Abnormal.
Jakarta.Penerbit Erlangga
3. Sadock BJ and Sadock VA. 2010. Kaplan &Sadocks Concise Textbook of
4.
BadanPenerbitFakultasKedokteranUniversitas Indonesia
5. DepartemenKesehatan R.I., 1995. PedomanPenggolongandanDiagnosis
GangguanJiwa
di
Indonesia
III
CetakanPertama.
DirektoratJenderalPelayananMedik DepartemenKesehatan RI
11
Jakarta: