1. Pemeriksaan
visus
dengan
kartu
Snellen
atau
chart
projector
dengan
koreksi
terbaik
serta
menggunakan
pinhole
2. Pemeriksaan
dengan
slit
lamp
untuk
melihat
segmen
anterior
3. Tekanan
intraocular
(TIO)
diukur
dengan
tonometer
non
contact,
aplanasi
atau
Schiotz
4. Jika
TIO
dalam
dalam
batas
normal
(kurang
dari
21
mmHg)
dilakukan
dilatasi
pupil
dengan
tetes
mata
Tropicanamide
0.5%.
Setelah
pupil
cukup
lebar
dilakukan
pemeriksaan
dengan
slit
lamp
untuk
melihat
derajat
kekeruhan
lensa
apakah
sesuai
dengan
visus
pasien
a. Derajat
1
:
Nukleus
lunak,
biasanya
visus
masih
lebih
baik
dari
6/12,
tampak
sedikit
kekeruhan
dengan
warna
agak
keputihan.
Reflek
fundus
masih
mudah
diperoleh.
Usia
penderita
biasanya
kurang
dari
50
tahun
b. Derajat
2
:
Nukleus
dengan
kekerasan
ringan,
biasanya
visus
antara
6/12
6/30,
tampak
nucleus
mulai
sedikit
berwarna
kekuningan.
Reflek
fundus
masih
mudah
diperoleh
dan
paling
sering
memberikan
gambaran
seperti
katarak
subkapsularis
posterior.
c. Derajat
3
:
Nukleus
dengan
kekerasan
medium,
biasanya
visus
antara
6/30
3/60,
tampak
nucleus
berwarna
kuning
disertai
kekeruhan
korteks
yang
berwarna
keabu-abuan.
d. Derajat
4
:
Nukleus
keras,
biasanya
visus
antara
3/60
1/60,
tampak
nukleus
berwarna
kuning
kecoklatan.
Reflek
fundus
sulit
dinilai.
e. Derajat
5
:
Nukleus
sangat
keras,
biasanya
visus
biasanya
hanya
1/60
atau
lebih
jelek.
Usia
penderita
sudah
di
atas
65
tahun.
Tampak
nucleus
berwarna
kecoklatan
bahkan
sampai
kehitaman
.
katarak
ini
sangat
keras
dan
disebut
juga
sebagai
Brunescence
cataract
atau
Black
cataract.
5. Pemeriksaan
funduskopi
jika
masih
memungkinkan
Pemeriksaan
penunjang
1. USG
untuk
menyingkirkan
adanya
kelainan
lain
pada
mata
selain
katarak
Pemeriksaan
tambahan
1. Biometri
untuk
mengukur
power
IOL
jika
pasien
akan
dioperasi
katarak
2. Retinometri
untuk
mengetahui
prognosis
tajam
penglihatan
setelah
operasi
Tatalaksana
1. Penatalaksanaan
non
bedah
untuk
visus
lebih
baik
atau
sama
dengan
6/12,
yaitu
pemberian
kacamata
dengan
koreksi
terbaik.
2. Jika
visus
masih
lebih
baik
dari
6/12
tetapi
sudah
mengganggu
untk
melakukan
aktivitas
yang
berkaitan
dengan
pekerjaan
pasien
atau
ada
indikasi
medis
lain
untuk
operasi,
pasien
dapat
dilakukan
operasi
katarak
3. Tatalaksana
pasien
katarak
dengan
visus
terbaik
kurang
dari
6/12
adalah
operasi
katarak
berupa
EKEK
+
IOL
atau
fakoemulsifikasi
+
IOL
dengan
mempertimbangkan
ketersediaan
alat,
derajat
kekeruhan
katarak
dan
tingkat
kemampuan
ahli
bedah
4. Operasi
katarak
dilakukan
menggunakan
mikroskop
operasi
dan
peralatan
bedah
mikro,
di
mana
pasien
dipersiapkan
untuk
implantasi
IOL
5. Ukuran
IOL
dihitung
berdasarkan
data
keratometri
serta
pengukuran
biometri
A-
scan
6. Apabila
tidak
tersedia
peralatan
keratometri
dan
biometri
ukuran
IOL
dapat
ditentukan
berdasar
anamnesis
ukuran
kacamata
yang
selama
ini
dipakai
pasien.
IOL
standar
power
+20.00
dioptri,
jika
pasien
menggunakan
kacamata,
power
IOL
standar
dikurangi
dengan
ukuran
kacamata.
Misalnya
pasien
menggunakan
kacamata
S
-6.00
maka
dapat
diberikan
IOL
power
+14.00
dioptri
7.
Operasi
katarak
bilateral
(operasi
dilakukan
pada
kedua
mata
sekaligus
secara
berturutan)
sangat
tidak
dianjurkan
berkaitan
dengan
risiko
pasca
operasi
(endoftalmitis)
yang
bisa
berdampak
kebutaan.
Tetapi
ada
beberapa
keadaan
khusus
yang
bisa
dijadikan
alas
an
pembenaran
dan
keputusan
tindakan
operasi
katarak
bilateral
ini
harus
dipikirkan
sebaik-baiknya.
Perawatan
pasca
operasi
(jika
ada
tindakan
operasi)
1. Frekuensi
pemeriksaan
pasca
bedah
ditentkan
berdasarkan
tingkat
pencapaian
visus
optimal
yang
diharapkan.
2. Pada
pasien
dengan
rrisiko
tinggi,
seperti
pada
pasien
dengan
satu
mata,
mengalami
komplikasi
intraoerasi
atau
ada
riwayat
penyaki
mata
lain
sebelumnya
seperti
uveitis,
glaucoma
dan
lain-lain,
maka
pemeriksaan
harus
dilakukan
satu
hari
setelah
operasi.
3. Pada
pasien
yang
dianggap
tidak
bermasalah
baik
keadaan
pre
operasi
maupun
intra
operasi
serta
diduga
tidak
akan
mengalami
komplikasi
lainnya
maka
dapat
mengikuti
petunjuk
pemeriksaan
lanjutan
(follow
up)
sebagai
berikut:
a. Kunjungan
pertama:
dijadwalkan
dalam
kurun
waktu
24-48
jam
setelah
operasi
(untuk
mendeteksi
dan
mengatasi
komplikasi
dini
seperti
kebocoran
luka
yang
menyebabkan
bilik
mata
depan
dangkal,
hipotonus,
peningkatan
tekanan
intaraokular,
edema
kornea
ataupun
tanda-tanda
peradangan.)
b. Kunjungan
kedua:
dijadwalkan
pada
hari
ke
4-7
setelah
operasi
jika
tidak
dijumpai
masalah
pada
kunjungan
pertama,
yaitu
untuk
mendeteksi
dan
mengatasi
kemungkinan
endoftalmitis
yang
paling
sering
terjadi
pada
minggu
pertama
pasca
operasi
c. Kunjungan
ketiga:
dijadwalkan
sesuai
dengan
kebutuhan
pasien
di
mana
bertujuan
untuk
memberikan
kacamata
sesuai
dengan
refraksi
terbaik
yang
diharapakan.
4. Obat-obatan
yang
digunakan
pasien
pasaca
operasi
bergantung
dari
keadaan
mata
serta
disesuaikan
dengan
kebutuhan.
Tetapi
penggunaan
tetes
mata
kombinasi
antibiotika
dan
steroid
harus
diberikan
kepada
pasien
untuk
digunakan
setiap
hari
selama
minimal
4
minggu
pasca
operasi.