Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai landasan teori dari berbagai sumber yang relevan
sebagai acuan atau pembanding dalam menyusun laporan kerja praktek pelaksanaan dan
pengawasan Proyek Pembangunan Gedung Jaya Sabha Denpasar,Bali. Teori-teori yang
dikemukakan antara lain mengenai pengertian proyek, lingkup dan penggolongan, hak dan
kewajiban, tanggung jawab, hubungan kerja, proses mendapatkan pekerjaan, serta pedoman
dalam pelaksanaan dan pengelolaan kerja, serta keterkaitan tinjauan teori dengan proyek
dilapangan.
2.1 Proyek
2.1.1

Pengertian Proyek
Berikut ini merupakan beberapa definisi mengenai pengertian proyek diantaranya sebagai

berikut :
A.

Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan yang di dalamnya
menggunakan sumbersumber ( input ), misalnya uang dan tenaga kerja, untuk mendapatkan
manfaat ( benefit ) dan hasil ( return ) di masa yang akan datang. Aktivitas ini mempunyai
saat mulai ( starting point ) dan saat berakhir ( ending point )
(Khadariah, Lien Karlina, Clive Gray dalam Evaluasi Proyek, Uraian Singkat dalam Soal

Tanya Jawab, Tahun 1998, hal 1)


B.
Proyek adalah kegiatankegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu
bentuk kesatuan dengan menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan
kegiatan tersebut dapat berupa investasi baru seperti pembangunan pabrik, jalan raya,
irigasi, bangunan dan lain lain.
(Clive Gary Gray, evaluasi proyek Edisi II tahun 1993, hal 1)
Dari beberapa pengertian dari proyek di atas maka disimpulkan pengertian proyek adalah
suatu rangkaian kegiatan yang awal direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu kesatuan dan
kurun waktu tertentu yang didalamnya menggunakan sumber-sumber dana dan tenaga kerja
(input), dan bertujuan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dan hasil (returs).

2.1.2 Perencanaan dan Pelaksanaan Proyek


Tahap ini merupakan fase yang paling menetukan. Tahap ini adalah simulasi proyek dan
dilakukan perincian kegiatan serta biaya. Dengan perencanaan ini, diharapkan tercapainya
koordinasi dan komunikasi yang merupakan dasar pengawasan, memenuhi persyaratan yang
diminta, dan dapat membantu mengantisipasi permasalahan yang mungkin terjadi.
A. Kegiatan Proyek
Langkah pertama merencanakan pelaksanaan proyek adalah membaginya kedalam
kegiatan-kegiatan. Kegiatan ini perlu diidentifikasi untuk mencari hubungan keterkaitan
antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya. dengan demikian pemberi proyek dapat
mengetahui secara garis besar kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan untuk
menyelesaikan proyek tersebut serta dana dan waktu yang diperlukan, sehingga dapat
diperkirakan kapan proyek tersebut berakhir.
B. Jadwal Proyek
Langkah kedua yaitu dengan menetukan jadwal kegiatan dalam proyek. Kegiatan apa
yang direncanakan dibuat secara berurutan agar proses pelaksanaan tidak tumpang tindih,
serta memiliki target kerja yang jelas berkaitan dengan waktu. (Reksohadipujo, 1983:117)
2.2 Manajemen Proyek
2.2.1 Definisi Manajemen
Manajemen merupakan ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang terdiri
atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumbersumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran efektif dan efisien.
Manajemen bertujuan untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan
sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan,
penghematan dan keselamatan kerja secara komprehensif. (Abrar Husen, Manajemen Proyek ).
Manajemen juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses kolektivitas orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen dan sebagai seni & ilmu (Manullang M, Dasar-Dasar
Manajemen ).

A. Klasifikasi Manajemen
Menurut pemecahan persoalan, oleh Beishline Manajemen diklasifikasikan ke dalam
kelas sebagai berikut :
2

1.

Manajemen Konvensional
Manajemen jenis ini masih didasarkan pada masa lampau, sehingga manajer memiliki

2.

peranan yang sangat penting.


Manajemen Sistematis
Manajemen jenis ini didasarkan bukan hanya pengalaman sendiri melainkan pengalaman

3.

orang lain yang menghadapi masalah serupa.


Manajemen Berdasarkan Ilmu Pengetahuan
Manajemen jenis ini didasarkan data yang sudah dikumpulkan berkaitan atas masalah
yang dihadapi, baru kemudian diambil keputusan.

B. Fungsi Manajemen
Principal of Management George R. Terry dibahas dalam buku Manajemen Proyek oleh
Abrar Husen dimana fungsi fungsi manajemen dijabarkan yang disingkat POAC.
1. Perencanaan (Planning)
Merupakan penetapan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan
kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan,
prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya
2.

dan sumber daya.


Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan kegiatan yang melakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis
pekrjaan, menetukan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab personel serta

3.

meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi.


Pelaksanaan (Actuating)
Merupakan kegiatan yang mengimplementasikan dari perencanaan yang telah
ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau
non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pada tahapan ini juga telah ditetapkan konsep pelaksanaan serta personel yang terlibat

4.

pada organisasinya.
Pengendalian (Controlling)
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa program dan aturan
kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil
paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut:
a Supervisi
Melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang
dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam
operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan
kendali pengawas.
3

b Inspeksi
Melakukan pemeriksaan terhdap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin
spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
c Tindakan Koreksi
Melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan
untuk menyesuaikan dengan kondisi pelakasanaan.
C. Manajemen Sumber Daya
Perencanaan Sumber daya yang matang dan cermat sesuai kebutuhan logis proyek akan
membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat efektivitas
dan efisiensi yang tinggi. Perencanaan yang akurat akan memberikan informasi-informasi
penting dalam pengelolaan proyek sehingga kualitas sumber daya, jumlah biaya yang harus
dikeluarkan dapat diidentifikasi dan diukur besarannya dengan konsekuensi-konsekuensi logis
yang berlaku dalam proyek. Perencanaan sumber daya dengan metode yang benar dan
evaluasi yang continu akan memberikan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. (Abrar
Husen, Manajemen Proyek ).
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek akan dikategorikan menjadi
tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini bertujuan untuk
efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat maksimal dengan beban
ekonomis yang memadai.
2.

Sumber Daya Peralatan


Penentuan alokasi sumber daya peralatan yang akan digunakan dalam suatu
proyek, kondisi kerja serta kondisi peralatan perlu diidentifikasi dahulu. Hal ini bertujuan
agar tingkat kebutuhan pemakaian dapat direncanakan secara efektif dan efisien.
Beberapa hal yang perlu diidentufikasi adalah:
a Kondisi medan kerja
b Kondisi cuaca, khususnya pada proyek dengan lahan terbuka
c Perencanaan mobilisasi peralatan ke lokasi proyek
d Komunikasi yang memadai antar operator peralatan dengan pengendali pekerjaan.
e Fungsi peralatan yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan
f Kondisi peralatan yang siap pakai

3.

Sumber Daya Material


Sumber daya material harus dikelola dengan baik agar kebutuhannya mencukupi
pada waktu dan tempat yang diinginkan. Dalam kebutuhan material dibutuhkan beragam
informasi tentang spesifikasi, harga maupun kualitas yang diinginkan agar beberapa
4

penawaran dari pemasok dapat dipilih sesuai dengan spesifikasi proyek dengan harga
yang paling ekonomis. Hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a Kualitas material yang dibutuhkan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
b

spesifikasi proyek.
Spesifikasi teknis material, merupakan dokumentasi persyaratan teknis material yang

c
d
e
f

direncanakan dan menjadi acuan untuk pemenuhan kebutuhan material.


Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok
Waktu pengiriman menyesuaikan dengan jadwal pemakaian material
Pajak penjualan material
Termin pembayaran logistic material yang harus disesuaikan dengan cashflow proyek

agar likuiditas keuangan tetap aman.


Pemasok Material adalah rekanan yang terpilih, memberikan pelayanan yang

h
i

memuaskan pada proyek sebelumnya.


Gudang penimbun material harus cukup untuk menampung material yang siap pakai.
Harga Material dapat naik sewaktu-waktu saat proyek dilaksanakan, sehingga

eskalasi harus diperhitungkan.


Jadwal pengiriman material harus sesuai dengan kebutuhan proyek dengan waktu
pengiriman material dari pemasok.

4.

Sumber Daya Modal atau Keuangan


Keuangan proyek perlu dikelola dengan hati-hati agar pada akhir proyek, proyeksi
keuntungan yang telah direncanakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam mengelola proyek, dibutuhkan perencanaan matang dalam hal aliran kas masuk
dan kas keluar, yang disebut aliran kas (cashflow) berupa:
a Kas Keluar: penggunaan modal, pembayaran tenaga kerja dan stad kantor, pembelian
material, sewa/beli peralatan, pembayaran subkontraktor, pembayaran pajak,
pembayaran asuransi, retensi, pembayaran pinjaman serta bunga bank, biaya
b

overhead
Kas Masuk: modal awal, pinjaman dari bank, uang muka proyek, penerimaan termin
bank.

2.2.2

Aspek Manajemen Proyek


Menurut Husen (2009:6) dalam manajemen proyek, yang perlu dipertimbangkan agar

output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi
berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat
diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan
yang cermat adalah sebagai berikut :
5

A. Aspek keuangan: masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek.
Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam
jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila
proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan
analisis keuangan yang cermat dan terencana.
B. Aspek anggaran biaya: masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian
biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan
memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesua dengan
anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar
dan merugikan bila proses perencanaannya salah.
C. Aspek manajemen sumber daya manusia: masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan
alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan
masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang
dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM,
deskripsi kerja, perhitungan beban deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta
penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
D. Aspek manajemen produksi: masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek, hasil
akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal
ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM,
meningkatkan efisiensi proses prduksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui
jaminan mutu dan pengendalian mutu.
E. Aspek harga: masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga
yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya
produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
F. Aspek efektivitas dan efisiensi: masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang
dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak
dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.
G. Aspek pemasaran: masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal
sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta anilisis pasar
yang salah terhadap produksi yang dihaslikan.
H. Aspek mutu: masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
I. Aspek waktu: masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari
yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
6

2.2.3

Unsur Manajemen Proyek


Proses dalam manajemen sifatnya umum dan dapat digunakan dalam berbagai bidang

yang membutuhkan pengelolaan yang sistematis, terarah serta mempunyai sasaran dan tujuan
yang jelas. Sehingga unsur pada manajemen proyek meliputi :
A. Perencanaan (Planning) : Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang
ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan
kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan,
prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya
dan sumber daya.
Perencanaan harus dibuat dengancermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan
paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari
koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan
harus terus disempurnakan secara iteratif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.(Husen, 2009:3)
B. Pengorganisasian (Organizing) : Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan
pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur
organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan
organisasi dan menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu
dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak.(Husen, 2009:3)
C. Pelaksanaan (Actuating) : Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang
telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik
atau non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjektif serta masih
perlu penyempurnaan, dalam tahap ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana
yang telah ditetapkan.Biasanya, pada tahapan pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat
lebih beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai
keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan konsep
pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya, kemudian secara detail
menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta alokasi sumber daya yang digunakan.
(Husen, 2009:3)

D. Pengendalian (Controlling) : Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan


untuk memastikan bahwa program dan aturan kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai
dengan penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan.
Untuk itu dilakukan bentul-bentuk kegiatan seperti berikut:
1. Supervisi : melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas
wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah
ditetapkan, agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh
semua personel dengan kendali pengawas.
2. Inspeksi : melakukan pemeriksaaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan
menjadmin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
3. Tindakan koreksi : melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang
telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.(Husen,
2009:4)
2.2.4

Stakeholder Proyek
Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat

direalisasikan dalam suatu usaha bersma untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan
identifikasi terhadap organisasi atau individual (Stakeholder), baik dari internal maupun
eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisi selama proyek
berlangsung. (Abrar Husen, 2011:18)
Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:
A.

Pemilik Proyek: Seseorang atau perusahaan yang mempunyai danan memberikan


tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman
dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang

B.

ditetapkan.
Konsultan: Seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam merancang dan pengawas proyek konstruksi, terdiri
atas :
1. Konsultan Perencanaan: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi seperti halnya Perencana
Arsitektur, Perencanaan Struktur Perencana Mekenanikal dan Elektrikal dan lain
sebagainya.

2. Konsultan Pengawas: perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam


pengawasan pelaksanaan proyek.
3. Konsultan Manajamen Konstruksi: perusahaan yang mewakili pemilik dalam
pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek.
C. Kontraktor: perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung
jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor
dilakukan melalui lelang/tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan
negosiasi penawaran harga.
D. Sub-Kontraktor: Pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk
menegerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki
keahlian khusus/spesialis.
E. Pemasok (supplier): pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang
memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.
2.2.5

Organisasi Proyek
Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam mencapai tujuan dengan mengatur dan

mengorganisasi Sumber Daya, Tenaga Kerja, Material, Peralatan, dan Modal secara efektif dan
efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek (Husen, 2011:20)
Beberapa macam struktur organisasi proyek dapat dijelaskan seperti berikut:
A.

Organisasi Proyek Fungsional


Struktur organisasi jenis ini dikelompokkan menurut fungsinya, memiliki struktur
dengan konsep otoritas dan hierarki vertical. Tanggung jawab organisasi proyek

B.

biasanya dirangkap dengan tugas sehari-hari pada organisasi fungsional perusahaan.


Organisasi Proyek Murni
Struktur organisasi jenis ini merupakan tersendiri dari organisasi fungsional
perusahaan, dimana manajer memiliki otoritas penuh terhadap proyek. Tim proyek
memiliki komitmen dan wewenang mandiri, namun tetap dalam koordinasi

C.

perusahaan.
Organisasi Proyek Matriks
Struktur organisasi proyek ini biasanya gabungan dari organisasi proyek murni
dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam
organisasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu proses
pelaksanaan proyek serta organisasi fungsional perusahaan.
9

2.2.6

Kinerja Proyek
Kinerja proyek dapat diukur dari indicator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan

kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya
manusia, peralatan, material serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Semua
itu diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek. (Abrar Husen, 2011:60).
Biaya

Keselamatan
Kerja
Mutu

Waktu

Gambar 2.1 Indikator Kinerja


Proyek

Sumber: www.google.com
SU
A. Manajemen Biaya
Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang
Sumber : Abrar Husen,

dibuat dengan akurat dengan cara membuat


2011 format
: 60 perencanaan seperti berikut:
1. Kurva S, berfungsi untuk mengetahui progress waktu proyek, kurva S berguna juga
untuk mengendalikan kinerja biaya, hal ini ditunjukkan dari bobot pengeluaran
kumulatif masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkan
dengan baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek.
2. Diagram Cashflow, diagaram ini berfungsi untuk menunjukkan rencana aliran
pengeluaran dan pemasukan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini
diharapkan dapat mengendalikan keseluruhan biaya proyek secara detail sehingga
tidak mengganggu keseimbangan kas proyek.
3. Kurva Earned Value yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada
baseline tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek. Biaya dikoreksi apabila ada
indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi rencana.
4. Balance Sheet menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan perusahaan selama
periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta assetaset yang dimiliki perusahaan.
B. Manajemen Mutu
10

Jaminan mutu (quality assurance) dapat diperoleh dengan melakukan proses


berdasarkan kriteria material atau kerja yang telah ditetapkan hingga didapat standar
produk akhir. Pengendalian tiap-tiap proses (quality control) dimaksudkan untuk
menjamin mutu material atau kerja yang diperoleh sesuai dengan sasaran dan tujuan yang
ditetapkan. Untuk mendapatkan standar kinerja mutu yang baik, dapat dilakukan dengan
mengadopsi beberapa sistem perencanaan dan pengendalian mutu seperti diuraikan di
bawah ini:
1. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dengan menjalankan prosedur
sebagai bagian dari keseluruhan sistem untuk mendapatkan produk akhri yang sesuai
dengan yang direncanakan.
2. Pembuatan gambar kerja yang detail dan akurat, pembuatan spesifikasi umum dan
teknis terhadap pekerjaan dan material yang digunakan.
3. Pengendalian selama pelaksanaan proyek, jadwal pengririman material harus tepat
waktu, proses penyimpanan material ama dan terlindugi, selain itu dibuatkan format
standar prosedur operasinya mengikuti spesifikasi yang telah ditetapkan dalam
penggunaan materialnya.
4. Melengkapi pengendalian kinerja Mutu dapat dilakukan dengan membuat prosedur
dan instruksi kerja dari total quality control (Pengendalian Muru Terpadu) dengan
melakukan kegiatan perencanaan (Plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check),
tindakan koreksi (corrective action).
C. Manajemen Waktu
Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek
beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang telah
diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga aka nada output berupa format-format
laporan lengkap mengenai indicator progress waktu, sebagai berikut:
1. Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan informasi
rencana jadwal proyek beserta durasinya, lalu dibandingkan dengan progres actual
sehingga diketahui apakah proyek terlambat atau tidak.
2. Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat menunjukkan
kegiatan-kegiatan kritis yang mebutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaannya
tidak terlambat.
3. Kurva S, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini ditunjukkan dari
bobot penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan dibandingkan dengan keadaan

11

aktual, sehingga apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan
memberikan baseline pada periode tertentu.
4. Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progress waktu berdasarkan baseline
yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
Bila ada indikasi waktu terlambat dari yang direncanakan, maka dapat dikoreksi
dengan menjadwalkan ulang.
D. Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 merupakan factor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek.
Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat
keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang
tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat prmanen serta instalasi proyek
yang rusak , selain kerugian materi yang besar. Serta Manajemen Keselematan dan
Kesehatan (K3) adalah suatu struktur komposisi yang kompleks dengan personel, sumber
daya, program beserta kebijakan dan prosedurnya terintegrasi dalam wadah organisasi
perusahaan/badan atau lembaga.

2.2.7

Metode Pelaksanaan Persiapan dan Kontruksi


Pekerjaan kontruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaa

kontruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Pelaksanaan kontruksi bangunan
meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, masing-masing beserta
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. Pembuatan wujud fisik lainnya, meliputi
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk
mewujudkanselain bangunan.
Sebelum memulai sebuah pekerjaan kontruksi, terlebih dahulu diadakan peninjauan
keadaan lapangan (project site/field) untuk memperoleh sebuah gambaran secara menyeluruh
mengenai keadaan lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan
pengerjaan.
Pelaksanaan pengerjaan persiapan merupakan salah satu metode dalam pelaksaan
pekerjaan kontruksi. Penerapan metode tersebut, terkait erat denfan kondisi lapangan dan jenis

12

proyek yang dikerjakan. Setiap proyek adalah unik dalam artian tidak ada dua proyek yang sama
persis. Semua jenis proyek kontruksi umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan
persiapan.
Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana
lapangan (perencanaan site plan/site installation). Tujuan pokok dalam perencanaan site
plan/site installation adalah mengatur letak bangunan, fasilitas dan sarana pada proyek
sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pengerjaan kontruksi dapat berjalan dengan :
A. Effisien
Penempatan dari bangunan, fasilitas, dan sarana pada projek perlu di atur menurut
kebutuhan sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah pencapaian
perbandingan terbaik antara sumber tenaga/daya dengan hasil pelaksanaan. Oleh karena
itu, tata letak bangunan bangunan fasilitas dan sarana tersebut tidak boleh saling
mengganggu satu dengan yang lainnya, baik jarak maupun ukurannya.
B. Efektif
Penempatan bangunan fasilitas dan sarana yang efektif pada projek juga di butuhkan
dalammenunjang pekerjaan kontruksi. Efektif adalah dapat diselesaikannya suatu
pekerjaan sesuai rencana kerja yang telah disusun. Perencanaan site plan yang tidak
efektif dapat mengakibatkan terjadinya keterlambatan projek dan bertambahnya anggaran
biaya projek.
C. Lancar
Lancar dalam pelaksanaan site plan/site installation adalah kelancaran pelaksanaan
pengerjaan, terutama kelancaran transportasi/angkutan di lokasi proyek. pembuatan jalan
kerja untuk mendukung kelancaran transportasi sangat erat kaitannya dengan perletakan
bangunan, fasilitas dan sarana projek yang lainnya. terganggunya kelancaran transportasi
dapat mengakibatkan timbulnya hambatan pelaksanaan pekerjaan kontruksi sehingga
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan kontruksi dapat menyimpang dari rencana yang
telah tersusun.
D. Aman
Salah satu dibuatkannya bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada projek adalah
untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan
projek. keamanan yang dimaksudkan adalah menghindarkan ganguan pencurian,
kehilangan dan kerusakan peralatan serta bahan-bahan bangunan. Sedangkan yang
dimaksudkan keselamatan kerja adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga
kerja.
13

Sumber : Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1, 1996


2.3 Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Kontruksi
Jasa kontruksi merupakan salah satu kegiatan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang
mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya
tujuan pembangunan Nasioanal. Oleh karena itu, penyelenggaraan jasa kontruksi perlu di atur
dan dipilih lebih lanjut guna mewujudkan tertib pengikatan dan penyelengaraan penyedian jasa
kontruksi.
2.3.1 Pelaksanaan Pemilihan Penyediaan Jasa Kontruksi
Sebelum masuk ke tahap pelaksaan, Kegiatan yang dilakuakan adalah menyiapkan
dokumen lelang termasuk di dalamnya seluruh kriteria dan persyaratan yang lengkap dan jelas.
Untuk mendapatkan penawaran kontraktor yang kapasitasnya dapat dipertanggung
jawabkan dan dengan harga yang bersaing, perlu juga disiapkan tata cara pelelangan seperti :
penentuan kriteria dan penilaiannya, penilai profesional, data dan informasi harga yang berlaku
saat itu, yang semuanya berguna untuk mendapatkan hasil evaluasi penawaran kewajaran harga
yang obyekvitasnya tinggi serta pemberlakuan aturan secara benar dengan cara pembentukan
kepanitiaan lelang oleh pemilik proyek. Jenis jenis pelelangan dapat dibedakan menjadi:
A. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah pelelangan secara terbuka dengan pengumuman lewat
media massa atau pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat
luas di dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya.
B. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas adalah pelelangan yang dilakukan diantara pemborong/ rekanan
yang dipilih dari daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha, ruang
lingkup, dan klasifikasi usahanya.
C. Penunjukan Langsung
Penunjukan langsung adalah penunjukan pemborong atau rekanan sebagai
pelaksana pemborongan tnpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas dan
dilakukan di antara sekurang kurangnya tiga penawar dari pemborong rekanan yang
tercatat dalam DRM. Penunjukan langsung dapat pula dilaksanakan oleh kepala
kantor, satuan kerja, atau pimpinan proyek untuk alasan sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang tidak dapat ditunda tunda lagi berhubung dengan terjadinya
2.

bencana alam, berdasarkan pernyataan Gubernur kepala daerah bersangkutan.


Pekerjaan tambahan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian
pemborongan semula tidak lebih dari 10 % dari harga kontrak.
14

3.

Penunjukan langsung dapat pula dipertimbangkan oleh Tim pengendali pengadaan

4.

departemen/ lembaga untuk hal hal sebagai berikut:


Untuk pekerjaan tambahan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian

5.

pemborongan semula.
Untuk pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi
yang tidak dapat dipecah pecah dari pekerjaan terdahulu di mana telah ada harga

6.

standarnya.
Untuk pekerjaan lanjutan sehubungan dengan homogenitasnya perlu dijaga

7.

kontinuitas pelaksanaanya dimana tidak ada harga standarnya.


Apabila hanya terdapat pemborong tertentu yang menjual barang yang
bersangkutan (secara spesifik) atau yang dapat melaksanakan pekerjaan secara

8.

spesifik (pekerjaan spesifik).


Apabila setelah dua kali pelelangan ulang masih dialami kegagalan dengan
persetujuan terlebih dahulu dari TPPBPP.
Pembukaan tender dimulai apabila semua calon peserta telah membawa
penawarannya pada hari yang telah ditentukan. Kemudian setelah pemasukan surat
surat dinyatakan ditutup, kemudian masing masing surat penawaran dibuka
dihadapan semua peserta yang hadir.
Surat penawaran tersebut terdapat perincian perhitungan harga penawaran
(RAB) dengan lampiran harga satuan bahan dan upah serta analisis biaya, rekanan
yang ikut dalam penawaran pekerjaan pemborongan ini harus memberikan jaminan
tender (Tender/ bid bond) kepada pihak pemilik, yang besarnya 1% sampai 3% dari
total pekerjaan fisik.

2.3.2 Proses Evaluasi Tender


Proses evaluasi biasanya dilakukan karena kadang kadang terdapat data penawaran yang
meragukan. Jangka waktu evaluasi biasanya mencapai beberapa hari sampai lebih dari satu tahun
tergantung dari banyaknya anggota yang terlibat, besar kecilnya proyek, data penawaran yang
ada, dan sistem evaluasi yang digunakan.
Sistem pengevaluasian bias bermacam macam dan pada umumnya yang banyak digunakan
adalah sistem bobot (scoring). Aspek aspek yang dinilai dari calon kontraktor adalah:
A. Metode kerjanya
B. Peralatan yang akan dipakai
C. Kualifikasi personil yang akan dipakai
15

D. Bonafiditas perusahaan
E. Harga penawaranya
F. Kelengkapan administrasinya
G. Syarat-syarat khusus lainnya yang dianggap perlu

2.3.3 Penetapan dan Penunjukan Penyedia Jasa Terpilih


Untuk proyek proyek pemerintah berdasarkan hasil evaluasi maka panitia
pelalangan menetapkan calon pemenang dan diusulkan kepada instansi yang berwenang
yang kemudian menetapkannya sebagai pemenang. Setelah hasil keputusan diumumkan
dan jika tidak ada sanggahan atau semua sanggahan telah dijawab, maka pimpinan proyek
mengeluarkan surat perintah kerja (SPK). Sedangkan untuk proyek proyek non pemerintah
calon pemenang yang telah diputuskan diberi tahu secara tertulis dan sifat
pemberitahuannya dapat terdiri dari dua hal:
a. Letter of Proceed
Dengan memakai SPK yang didalamnya disebutkan bahwa calon pemenang yang
bersangkutan dinyatakan menang dan diminta dalam sekian hari sudah harus memulai
pelaksanaan fisiknya di lapangan.
b. Letter of Award
Dengan memakai surat pemberitahuan yang isisnya menjelaskan bahwa calon
pemenang yang bersangkutan dinyatakan menang dan sekaligus merupakan tanda bagi
kontraktor untuk memulai persiapan administrative.
2.3.4 Kontrak
Kontrak merupakan surat perjanjian yang ditandatangani oleh pemberi tugas sebagai
pihak pertama dan kontraktor sebagai pihak kedua. Dalam kontrak memuat dokumen dokumen
tender ditambah dengan surat surat klarifikasi dan surat perjanjian kerja. Surat surat klarifikasi
dibuat apabila:
A. Terdapat kesalahan kalkulasi hitungan
B. Terdapat pernyataan yang tidak jelas dalam surat penawaran pemborong
C. Terdapat item yang terlupakan dan lain-lain.
16

Sedangkan surat perjanjian kerja merupakan bukti tertulis yang legal antara
pemberi tugas dan pihak yang diberi pekerjaan mengenai proyek yang akan dilaksanakan.

Jenis jenis surat kontrak yang melibatkan kontraktor dan pemberi tugas secara garis
besar meliputi:
a. Kontrak Lumpsum
Kontrak lumpsum adalah perjanjian kerja konstruksi dengan pembayaran
sejumlah uang yang tetap. Kontrak ini sesuai diterapkan pada pekerjaan yang tidak
begitu besar/ luas, pekerjaan dapat digambarkan atau dideskripsikan sampai bagian
bagian yang sedetail detainya dan tidak ada perubahan mendasar
b. Unit Price Contract
Dalam kontrak unit price, jenis jenis pekerjaan, kuantitas pekerjaan telah
ditetapkan sebelumnya termasuk dana utama, pekerjaan lumpsum, dan dana cadangan
sementara. Ketika pekerjaan dilaksanakan angka kuantitias penawaran diganti dengan
kuantitas hasil pengukuran untuk setiap jenis pekerjaan. Ini dipakai dasar dalam
pembayaran kontrak.
c. Cost Plus Contract
Kontraktor dibayar atas biaya dasar yaitu bahan, upah, dan perlatan, ditambah
biaya pengawasan, keuntungan biaya dari kantor pusat. Kontrak tipe ini sangat sulit
diawasai, sering menimbulkan pertikaian dalam hal pembayarannya
2.3.5

Pelaksanaan Pekerjaan
Tahap pelaksanaan pekerjaan oleh pihak kontraktor dimulai setelah SPK atau Surat

pemberitahuan (Letter of Award) dikeluarkan oleh pemilik proyek. Dalam pelaksanaan pekerjaan
yang perlu dilakukan pada awalnya adalah penyusunan organisasi kerja lapangan dan membuat
jadwal kerja (time schedule), agar pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya dengan kualitas
yang baik. Tahap penyerahan pertama dilakukan apabila pekerjaan telah rampung 100% yang
dilakukan oleh kontraktor kepada direksi/ pengawas kemudian direksi menyerahkan kepada

17

pemilik proyek. Penyerahan pertama berlaku sampai dengan masa pemeliharaan. Pemeliharaan
kedua dilaksanakan setelah selesai masa pemeliharaan (setelah serah terima pertama).

2.3.6

Prosedur Dasar Produktivitas


Perbaikan metode merupakan salah cara yang paling efektif yang dilakukan dalam

meningkatkan produktivitas. Untuk memperbaiki metode, dibutuhkan suatu analisa yang


menyeluruh dari semua metode. Prosedur dasar produktivitas adalah:
A. Memilih pekerjaan atau bagian pekerjaan apa yang perlu diperbaiki atau dikerjakan
B. Mencatat fakta, masalah dan informasi dari orang berpengalaman dan terlibat dalam
pekerjaan konstruksi
C. Memeriksa setiap aspek pekerjaan yang meliputi keselamatan, kualitas, sedain, tata
letak, peralatan dan material
D. Mengembangkan ide ide, membuat metode baru yang meliputi keselamatan dan
kualitas
E. Mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mencoba metode baru tersebut
F. Membakukan metode baru
2.3.7

Produktivitas Tenaga Kerja


Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja dalam pekerjaan konstruksi ada bermacam -

macam cara antara lain:


A. Studi Waktu
Studi waktu adalah berapa banyak hasil kerja yang diperoleh oleh seorang pekerja
dalam kurun waktu tertentu atau beberapa waktu yang sesuai standar pekerjaan.
B. Studi Gerak
Analisa mengenai gerak bagian badan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
C. Aktivitas samping
D. Feed back dan output data

18

2.3.8

Usaha - Usaha Meningkatkan Produktivitas


Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas antara lain:
A. Memperbaiki tata letak tempat kerja di lapangan
Mengatur tata letak tempat bekerja memegang peranan penting atas keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan suatu proyek konstruksi. Bila tata letak tidak diatur dengan
baik maka kemajuan pekerjaan akan sangat lamban yang tentunya akan menimbulkan
kerugian karena biaya pelaksanaan yang menjadi tinggi. Kesalahan yang biasanya
dilakukan dalam mengatur tata letak adalah:
1. Tempat penyimpanan material yang sering berpindah pindah
2. Penempatan peralatan yang sulit dicapai
3. Kurang tersedianya ruang yang cukup untuk tempat penyimpanan besi semen
bekesting, dll
4. Salah menempatkan bangunan sementara seperti direksi keet dan gudang
Beberapa pertimbangan dalam menentukan lay out adalah :
1. Bangunan sementara
Direksi keet jauh dari suara-suara yang bising debu, dan perlu pandangan yang
luas. Gudang ditempatkan pada areal yang aman. Kantin, toilet, dan barak bersifat
bersih, menyenangkan, dan tidak sembrawut.
2. Peralatan
Crane harus mempunyai kapasitas dan radius yang cukup. Tempat pengerek
disesuaikan dengan bagian bangunan yang dituju serta muatan yang diinginkan.
Mixer letaknya dekat dengan agregat.
3. Gudang penyimpanan material
Penempatan material disesuaikan dengan sifat dan kegunaan material itu sendiri
seperti semen ditempatkan tertutup, aman dekat dengan mixer. Besi, beton
ditempatkan dalam jangkauan crane atau dekat dengan jalan penghubung.
Bekesting ditempatkan dekat dengan jangkauan crane dan mudah untuk
dibersihkan.
B. Pengawasan Pekerjaan
19

Sebagai pelaksana yang baik harus yakin bahwa proyek dilaksanakan tanpa
banyak waktu dan biaya yang terbuang. Karena itu sangat penting peranan dari
pengawas proyek untuk melakukan pengawasan yang efektif. Untuk mencapai
pengawasan yang efektif dilakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Pengawas dan pelaksana harus disegani oleh para pekerja dan dapat
berkomunikasi dengan baik.
2. Dapat membuat perencanaan hari hari atau minggu minggu berikutnya.
3. Membaca jadwal proyek
4. Adanya kerja sama antara pengawas/ pelaksana dengan pekerja.
Pengawasan di lapangan sangat diperlukan karena:
1. Diperlukan masukan berupa laporan dan saran dalam melakukan pekerjaan
secara efisien.
2. Untuk memberikan penjelasan pekerjaan kepada pekerja agar dapat mengikuti
instruksi atasan.
3. Diperlukan informasi yang benar dalam pembayaran upah kerja.
4. Untuk memotovasi para pekerja agar bekerja lebih semangat dan efisien.
5. Untuk memastikan standar kualitas pekerjaan telah terpenuhi.

Agar pengawasan dapat berjalan efektif maka diperlukan beberapa pengaturan


sebagai berikut:
1. Tentukan jumlah pekerja yang memadai untuk seorang pengawas.
2. Pengaturan cara cara pengawasan yang efektif.
3. Membuat sistem pelaporan yang sistematis
4. Memilih pengawas yang dapat melakukan tugas dengan efektif.
C. Metode Pembayaran
Macam macam cara pembayaran upah dalam pekerjaan konstruksi antara lain:
1. Upah harian
Upah ini dibayar secara tetap setiap hari.
20

2. Upah berdasarkan harga satuan


Adalah upah yang di bayar berdasarkan volume pekerjaan dikalikan dengan harga
satuan borongan.
3. Upah borongan
Adalah upah yang dibayar menurut selesainya satu bagian pekerjaan.

21

Anda mungkin juga menyukai