TINJAUAN TEORI
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai landasan teori dari berbagai sumber yang relevan
sebagai acuan atau pembanding dalam menyusun laporan kerja praktek pelaksanaan dan
pengawasan Proyek Pembangunan Gedung Jaya Sabha Denpasar,Bali. Teori-teori yang
dikemukakan antara lain mengenai pengertian proyek, lingkup dan penggolongan, hak dan
kewajiban, tanggung jawab, hubungan kerja, proses mendapatkan pekerjaan, serta pedoman
dalam pelaksanaan dan pengelolaan kerja, serta keterkaitan tinjauan teori dengan proyek
dilapangan.
2.1 Proyek
2.1.1
Pengertian Proyek
Berikut ini merupakan beberapa definisi mengenai pengertian proyek diantaranya sebagai
berikut :
A.
Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang dapat direncanakan yang di dalamnya
menggunakan sumbersumber ( input ), misalnya uang dan tenaga kerja, untuk mendapatkan
manfaat ( benefit ) dan hasil ( return ) di masa yang akan datang. Aktivitas ini mempunyai
saat mulai ( starting point ) dan saat berakhir ( ending point )
(Khadariah, Lien Karlina, Clive Gray dalam Evaluasi Proyek, Uraian Singkat dalam Soal
A. Klasifikasi Manajemen
Menurut pemecahan persoalan, oleh Beishline Manajemen diklasifikasikan ke dalam
kelas sebagai berikut :
2
1.
Manajemen Konvensional
Manajemen jenis ini masih didasarkan pada masa lampau, sehingga manajer memiliki
2.
3.
B. Fungsi Manajemen
Principal of Management George R. Terry dibahas dalam buku Manajemen Proyek oleh
Abrar Husen dimana fungsi fungsi manajemen dijabarkan yang disingkat POAC.
1. Perencanaan (Planning)
Merupakan penetapan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan
kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan,
prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya
2.
3.
4.
pada organisasinya.
Pengendalian (Controlling)
Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa program dan aturan
kerja yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan penyimpangan paling minimal dan hasil
paling memuaskan. Untuk itu dilakukan bentuk-bentuk kegiatan seperti berikut:
a Supervisi
Melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam batas wewenang
dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam
operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan
kendali pengawas.
3
b Inspeksi
Melakukan pemeriksaan terhdap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin
spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.
c Tindakan Koreksi
Melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan
untuk menyesuaikan dengan kondisi pelakasanaan.
C. Manajemen Sumber Daya
Perencanaan Sumber daya yang matang dan cermat sesuai kebutuhan logis proyek akan
membantu pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat efektivitas
dan efisiensi yang tinggi. Perencanaan yang akurat akan memberikan informasi-informasi
penting dalam pengelolaan proyek sehingga kualitas sumber daya, jumlah biaya yang harus
dikeluarkan dapat diidentifikasi dan diukur besarannya dengan konsekuensi-konsekuensi logis
yang berlaku dalam proyek. Perencanaan sumber daya dengan metode yang benar dan
evaluasi yang continu akan memberikan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. (Abrar
Husen, Manajemen Proyek ).
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada pada suatu proyek akan dikategorikan menjadi
tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Pembagian kategori ini bertujuan untuk
efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya dapat maksimal dengan beban
ekonomis yang memadai.
2.
3.
penawaran dari pemasok dapat dipilih sesuai dengan spesifikasi proyek dengan harga
yang paling ekonomis. Hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
a Kualitas material yang dibutuhkan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
b
spesifikasi proyek.
Spesifikasi teknis material, merupakan dokumentasi persyaratan teknis material yang
c
d
e
f
h
i
4.
overhead
Kas Masuk: modal awal, pinjaman dari bank, uang muka proyek, penerimaan termin
bank.
2.2.2
output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi
berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat
diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan
yang cermat adalah sebagai berikut :
5
A. Aspek keuangan: masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek.
Biasanya berasal dari modal sendiri dan/atau pinjaman dari bank atau investor dalam
jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila
proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, yang membutuhkan
analisis keuangan yang cermat dan terencana.
B. Aspek anggaran biaya: masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian
biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan terperinci akan
memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang dikeluarkan sesua dengan
anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya, akan terjadi peningkatan biaya yang besar
dan merugikan bila proses perencanaannya salah.
C. Aspek manajemen sumber daya manusia: masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan
alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan
masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang
dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM,
deskripsi kerja, perhitungan beban deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta
penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.
D. Aspek manajemen produksi: masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari proyek, hasil
akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal
ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM,
meningkatkan efisiensi proses prduksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui
jaminan mutu dan pengendalian mutu.
E. Aspek harga: masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga
yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya
produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
F. Aspek efektivitas dan efisiensi: masalah ini dapat merugikan bila fungsi produk yang
dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak
dipenuhi, sehingga usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.
G. Aspek pemasaran: masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal
sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta anilisis pasar
yang salah terhadap produksi yang dihaslikan.
H. Aspek mutu: masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
I. Aspek waktu: masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari
yang direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
6
2.2.3
yang membutuhkan pengelolaan yang sistematis, terarah serta mempunyai sasaran dan tujuan
yang jelas. Sehingga unsur pada manajemen proyek meliputi :
A. Perencanaan (Planning) : Pada kegiatan ini dilakukan antisipasi tugas dan kondisi yang
ada dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang harus dicapai serta menentukan
kebijakan pelaksanaan, program yang akan dilakukan, jadwal waktu pelaksanaan,
prosedur pelaksanaan secara administratif dan operasional serta alokasi anggaran biaya
dan sumber daya.
Perencanaan harus dibuat dengancermat, lengkap, terpadu dan dengan tingkat kesalahan
paling minimal. Namun hasil dari perencanaan bukanlah dokumen yang bebas dari
koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelaksanaan dan pengendalian, perencanaan
harus terus disempurnakan secara iteratif untuk menyesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.(Husen, 2009:3)
B. Pengorganisasian (Organizing) : Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan
pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab personel serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur
organisasi. Untuk menggerakkan organisasi, pimpinan harus mampu mengarahkan
organisasi dan menjalin komunikasi antarpribadi dalam hierarki organisasi. Semua itu
dibangkitkan melalui tanggung jawab dan partisipasi semua pihak.(Husen, 2009:3)
C. Pelaksanaan (Actuating) : Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang
telah ditetapkan, dengan melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik
atau non fisik sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Karena kondisi perencanaan sifatnya masih ramalan dan subjektif serta masih
perlu penyempurnaan, dalam tahap ini sering terjadi perubahan-perubahan dari rencana
yang telah ditetapkan.Biasanya, pada tahapan pelaksanaan, pihak-pihak yang terlibat
lebih beragam. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi terpadu untuk mencapai
keserasian dan keseimbangan kerja. Pada tahapan ini juga telah ditetapkan konsep
pelaksanaan serta personel yang terlibat pada organisasinya, kemudian secara detail
menetapkan jadwal, program, alokasi biaya, serta alokasi sumber daya yang digunakan.
(Husen, 2009:3)
Stakeholder Proyek
Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat
direalisasikan dalam suatu usaha bersma untuk pencapaian sasaran dan tujuan, perlu dilakukan
identifikasi terhadap organisasi atau individual (Stakeholder), baik dari internal maupun
eksternal, yang akan berperan mempengaruhi proyek dan harus diantisi selama proyek
berlangsung. (Abrar Husen, 2011:18)
Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:
A.
B.
ditetapkan.
Konsultan: Seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam merancang dan pengawas proyek konstruksi, terdiri
atas :
1. Konsultan Perencanaan: seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi seperti halnya Perencana
Arsitektur, Perencanaan Struktur Perencana Mekenanikal dan Elektrikal dan lain
sebagainya.
Organisasi Proyek
Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam mencapai tujuan dengan mengatur dan
mengorganisasi Sumber Daya, Tenaga Kerja, Material, Peralatan, dan Modal secara efektif dan
efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai kebutuhan proyek (Husen, 2011:20)
Beberapa macam struktur organisasi proyek dapat dijelaskan seperti berikut:
A.
B.
C.
perusahaan.
Organisasi Proyek Matriks
Struktur organisasi proyek ini biasanya gabungan dari organisasi proyek murni
dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam
organisasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu proses
pelaksanaan proyek serta organisasi fungsional perusahaan.
9
2.2.6
Kinerja Proyek
Kinerja proyek dapat diukur dari indicator kinerja biaya, mutu, waktu, serta keselamatan
kerja dengan merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber daya
manusia, peralatan, material serta biaya yang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Semua
itu diselaraskan dengan sasaran dan tujuan proyek. (Abrar Husen, 2011:60).
Biaya
Keselamatan
Kerja
Mutu
Waktu
Sumber: www.google.com
SU
A. Manajemen Biaya
Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang
Sumber : Abrar Husen,
11
aktual, sehingga apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan
memberikan baseline pada periode tertentu.
4. Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progress waktu berdasarkan baseline
yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek.
Bila ada indikasi waktu terlambat dari yang direncanakan, maka dapat dikoreksi
dengan menjadwalkan ulang.
D. Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
K3 merupakan factor yang paling penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek.
Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan waktu tiada artinya bila tingkat
keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang
tinggi, seperti banyak tenaga kerja yang meninggal, cacat prmanen serta instalasi proyek
yang rusak , selain kerugian materi yang besar. Serta Manajemen Keselematan dan
Kesehatan (K3) adalah suatu struktur komposisi yang kompleks dengan personel, sumber
daya, program beserta kebijakan dan prosedurnya terintegrasi dalam wadah organisasi
perusahaan/badan atau lembaga.
2.2.7
kontruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. Pelaksanaan kontruksi bangunan
meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, masing-masing beserta
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. Pembuatan wujud fisik lainnya, meliputi
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk
mewujudkanselain bangunan.
Sebelum memulai sebuah pekerjaan kontruksi, terlebih dahulu diadakan peninjauan
keadaan lapangan (project site/field) untuk memperoleh sebuah gambaran secara menyeluruh
mengenai keadaan lapangan dalam rangka menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan
pengerjaan.
Pelaksanaan pengerjaan persiapan merupakan salah satu metode dalam pelaksaan
pekerjaan kontruksi. Penerapan metode tersebut, terkait erat denfan kondisi lapangan dan jenis
12
proyek yang dikerjakan. Setiap proyek adalah unik dalam artian tidak ada dua proyek yang sama
persis. Semua jenis proyek kontruksi umumnya dimulai dengan pelaksanaan pekerjaan
persiapan.
Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah penyusunan rencana
lapangan (perencanaan site plan/site installation). Tujuan pokok dalam perencanaan site
plan/site installation adalah mengatur letak bangunan, fasilitas dan sarana pada proyek
sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan pengerjaan kontruksi dapat berjalan dengan :
A. Effisien
Penempatan dari bangunan, fasilitas, dan sarana pada projek perlu di atur menurut
kebutuhan sehingga diperoleh efisiensi kerja. Efisiensi kerja adalah pencapaian
perbandingan terbaik antara sumber tenaga/daya dengan hasil pelaksanaan. Oleh karena
itu, tata letak bangunan bangunan fasilitas dan sarana tersebut tidak boleh saling
mengganggu satu dengan yang lainnya, baik jarak maupun ukurannya.
B. Efektif
Penempatan bangunan fasilitas dan sarana yang efektif pada projek juga di butuhkan
dalammenunjang pekerjaan kontruksi. Efektif adalah dapat diselesaikannya suatu
pekerjaan sesuai rencana kerja yang telah disusun. Perencanaan site plan yang tidak
efektif dapat mengakibatkan terjadinya keterlambatan projek dan bertambahnya anggaran
biaya projek.
C. Lancar
Lancar dalam pelaksanaan site plan/site installation adalah kelancaran pelaksanaan
pengerjaan, terutama kelancaran transportasi/angkutan di lokasi proyek. pembuatan jalan
kerja untuk mendukung kelancaran transportasi sangat erat kaitannya dengan perletakan
bangunan, fasilitas dan sarana projek yang lainnya. terganggunya kelancaran transportasi
dapat mengakibatkan timbulnya hambatan pelaksanaan pekerjaan kontruksi sehingga
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan kontruksi dapat menyimpang dari rencana yang
telah tersusun.
D. Aman
Salah satu dibuatkannya bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada projek adalah
untuk keperluan keamanan dan keselamatan pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan
projek. keamanan yang dimaksudkan adalah menghindarkan ganguan pencurian,
kehilangan dan kerusakan peralatan serta bahan-bahan bangunan. Sedangkan yang
dimaksudkan keselamatan kerja adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga
kerja.
13
3.
4.
5.
pemborongan semula.
Untuk pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan satu kesatuan konstruksi
yang tidak dapat dipecah pecah dari pekerjaan terdahulu di mana telah ada harga
6.
standarnya.
Untuk pekerjaan lanjutan sehubungan dengan homogenitasnya perlu dijaga
7.
8.
D. Bonafiditas perusahaan
E. Harga penawaranya
F. Kelengkapan administrasinya
G. Syarat-syarat khusus lainnya yang dianggap perlu
Sedangkan surat perjanjian kerja merupakan bukti tertulis yang legal antara
pemberi tugas dan pihak yang diberi pekerjaan mengenai proyek yang akan dilaksanakan.
Jenis jenis surat kontrak yang melibatkan kontraktor dan pemberi tugas secara garis
besar meliputi:
a. Kontrak Lumpsum
Kontrak lumpsum adalah perjanjian kerja konstruksi dengan pembayaran
sejumlah uang yang tetap. Kontrak ini sesuai diterapkan pada pekerjaan yang tidak
begitu besar/ luas, pekerjaan dapat digambarkan atau dideskripsikan sampai bagian
bagian yang sedetail detainya dan tidak ada perubahan mendasar
b. Unit Price Contract
Dalam kontrak unit price, jenis jenis pekerjaan, kuantitas pekerjaan telah
ditetapkan sebelumnya termasuk dana utama, pekerjaan lumpsum, dan dana cadangan
sementara. Ketika pekerjaan dilaksanakan angka kuantitias penawaran diganti dengan
kuantitas hasil pengukuran untuk setiap jenis pekerjaan. Ini dipakai dasar dalam
pembayaran kontrak.
c. Cost Plus Contract
Kontraktor dibayar atas biaya dasar yaitu bahan, upah, dan perlatan, ditambah
biaya pengawasan, keuntungan biaya dari kantor pusat. Kontrak tipe ini sangat sulit
diawasai, sering menimbulkan pertikaian dalam hal pembayarannya
2.3.5
Pelaksanaan Pekerjaan
Tahap pelaksanaan pekerjaan oleh pihak kontraktor dimulai setelah SPK atau Surat
pemberitahuan (Letter of Award) dikeluarkan oleh pemilik proyek. Dalam pelaksanaan pekerjaan
yang perlu dilakukan pada awalnya adalah penyusunan organisasi kerja lapangan dan membuat
jadwal kerja (time schedule), agar pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya dengan kualitas
yang baik. Tahap penyerahan pertama dilakukan apabila pekerjaan telah rampung 100% yang
dilakukan oleh kontraktor kepada direksi/ pengawas kemudian direksi menyerahkan kepada
17
pemilik proyek. Penyerahan pertama berlaku sampai dengan masa pemeliharaan. Pemeliharaan
kedua dilaksanakan setelah selesai masa pemeliharaan (setelah serah terima pertama).
2.3.6
18
2.3.8
Sebagai pelaksana yang baik harus yakin bahwa proyek dilaksanakan tanpa
banyak waktu dan biaya yang terbuang. Karena itu sangat penting peranan dari
pengawas proyek untuk melakukan pengawasan yang efektif. Untuk mencapai
pengawasan yang efektif dilakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Pengawas dan pelaksana harus disegani oleh para pekerja dan dapat
berkomunikasi dengan baik.
2. Dapat membuat perencanaan hari hari atau minggu minggu berikutnya.
3. Membaca jadwal proyek
4. Adanya kerja sama antara pengawas/ pelaksana dengan pekerja.
Pengawasan di lapangan sangat diperlukan karena:
1. Diperlukan masukan berupa laporan dan saran dalam melakukan pekerjaan
secara efisien.
2. Untuk memberikan penjelasan pekerjaan kepada pekerja agar dapat mengikuti
instruksi atasan.
3. Diperlukan informasi yang benar dalam pembayaran upah kerja.
4. Untuk memotovasi para pekerja agar bekerja lebih semangat dan efisien.
5. Untuk memastikan standar kualitas pekerjaan telah terpenuhi.
21