Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Setiap bangsa memiliki identitas nasional yang bisa menjadi kebangsaan
bagi rakyatnya. Lewat identitas nasional itulah tumbuh semmangat nasionalisme
yang merupakan perwujudan rasa cinta pada bangsa dan negaranya. Semangat
nasionalisme itu sendiri mengalami pasang surut sesuai dengan perkembangan
zaman. Ada kalanya seseorang semangat nasionalisme yang tinggi, namun ada pula
semangat itu luntur, dan bahkan berbalik menjadi pengkhianat bangsa.[1]
Dapat kita lihat bangsa Indonesia akhir-akhir ini muncul predikat negative
misalnya predikat sebagai negara korup. Hal ini muncul karena realita dilapangan
begitu parah dan memprihatinkan praktik korupsi ditanah air. Hampir semua aspek
kehidupan dilanda penyakit korupsi. Begitu parahnya penyakit korupsi ini,
membuat muncul identitas baru bagi bangsa ini yang disebut sebagai bangsa yang
korup. Praktik korupsi dilakukan oleh siapa saja, mulai dari pejabat rendah hingga
pejabat tinggi, dari sipil hingga militer, dari desa hingga ibu kota negara.
Ketika bangsa mendapat citra yang buruk karena banyaknya tindakan
korupsi yang terjadi di negara itu, maka dengan sendirinya membuat identitas
nasional bangsa itu juga ikut rusak. Ini terkait pula dengan rapuhnya semangat
nasionalisme warganya. Karena lewat tindakan korupsi yang merajalela
menggerogoti bangsa, berarti telah terjadi pengkhianatan terhadap semangat
nasionalisme. Pelaku korupsi itu adalah penjahat dan perusak pada bangsanya.[2]
Memahami identitas nasional Indonesia harus lebih dahulu mengetahui
kondisi riil bangsa Indonesia yang pluralis, baik dari segi suku bangsa, agama,
bahasa dan adat istiadat. Untuk itu dalam rangka memahami identitas nasional ini,
perlu diulas lebih dahulu berbagai perbedaan yang ada ditengah masyarakat.
Perbedaan tersebut, kalau dikelola dengan baik bisa menjadi potensi kerukunan
yang membuat bangsa ini memiliki khazanah budaya yang kaya. Namun manakala
pebedaan tersebut tidak bisa dikelola dengan baik, justru dapat menimbulkan
petensi konflik di tengah masyarakat.
Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa begitu banyak potensi konflik antar
masyarakat. Konflik atas nama agama, suku, budaya bhkan dapat membuat
dendam yang berkepanjangan dari masing-masing individu maupun kelompok.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka melahirkan rumusan
masalah sebagai berikut:
Apa pengertian dan urgensi identitas nasional serta pelabelan?
Bagaimana proses munculnya identitas?
Bagaimana pancasila dijadikan sebagai ideologi dan apa fungsi pancasila itu
sendiri ?
Apa makna integrasi nasional?

1.
2.
3.
4.

C.
1.

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui makna identitas nasional dan urgensi (pentingnya identitas
bagi suatu bangsa serta dapat membedakan antara identitas dan pelabelan.
2. Untuk mengetahui proses kemunculan identitas.
3. Untuk mengetahi pancasila sebagai ideologi dan fungsi pancasila dalam negara.
4. Untuk mengetahui makna integrasi nasional.

BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Identitas Nasional
a. Identitas
Dilihat dari segi bahasa bahwa identitas itu berasal dari bahasa inggris yaitu
identity yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri.[3]
Identity atau jati diri, dapat memilki dua arti: pertama, identitas atau jati
diri merujuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau sebuah benda.
Kedua, identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat
menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang. [4]
b.

Nasional
Nasional berasal dari bahasa Inggris national yang dapat diartikan
sebagai warga Negara atau kebangsaan. Kita sering mendengar istilah
national debt (hutang nasional), national emergency (keadaan darurat
nasional), national monument ( monument nasional atau tugu nasional), dan
national anthem (lagu kebangsaan). Ini semua dalam rangka menjelaskan
tentang Negara itu sendiri dan warga Negara dalam suatu Negara.
Nasional menunjuk pada kelompok-kelompok persekutuan hidup manusia
yang lebih besar dari sekedar penelompokan berdasar ras, agama, budaya, bahasa,
dan sebagainya. Oleh karena itu, identitas nasional lebih merujuk pada identitas
bangsa dalam pengertian politik (political unity). [5]
Nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham yang berpendapat
bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan.[6]

c. Identitas Nasional
Identitas nasional berasal dari kata national identity, yang dapat diartikan
sebagai kepribadian nasional atau jati diri nasional. Kepribadian nasional atau
jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa. Kepribadian atau
jati diri bangsa Indonesia akan berbeda dengan kepribadian atau jati diri bangsa
lainnya. Kepribadian atau jati diri itu kita adopsi dari nilai-nilai budaya dan nilai-

nilai agama yang kita yakini kebenarannya.Jika ada orang yang mengatakan bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab, bangsa yang berbudaya, bangsa
yang beretika, maka itulah yang kiata katakana kepribadian atau jati diri nasional
bangsa Indonesia.Jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mengindahkan nilainilai moral dan nilai etika, maka kita tidak dapat dikatakan sebagai seorang yang
memilki kepribadian atau jati diri nasional.Sopan-santun ramah-tamah adalah salah
satu dari sekian banyak dari jatidiri nasional kita. Jtidiri ini harus kita pupuk dan
kita lestarikan, sehingga kita tetap digolongkan oleh bangsa lain sebagai
sukubangsa yang beradab. [7]
Jadi, Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam
masyarakat.
d.
Pelabelan (Stereotype)
Stereotype adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi
terhadap
kelompok
dimana
orang
tersebut
dapat
dikategorikan. Pelabelan/Labeling adalah identitas yang dberikan oleh kelompok
kepada individu berdasarkan ciri-ciri yang dianggap mayoritas oleh suatu
kelompok masyarakat. Pelabelan cenderung diberikan pada orang yang memiliki
penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.[8]
Apabila dihubungkan dengan Negara maka pandangan tersebut dapat
berubah hanya dalam konteks penggunaanya. Negara-negara lain dapat menilai
atau memberi pandangan terhadap Indonesia misalnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Stereotype adalah
pandangan atau penilaian
Teori labeling memiliki
dua
proposisi,
pertama,
perilaku
menyimpangbukan merupakan perlawanan terhadap norma, tetapi berbagai
perilaku yang berhasil didefinisikan atau dijuluki menyimpang. Deviant atau
penyimpangan tidak selalu dalam tindakan itu sendiri tetapi merupakan respon
terhadap orang lain dalam bertindak. Proposisi kedua, labeling itu sendiri
menghasilkan atau memperkuat penyimpangan. Respon orang-orang yang
menyimpang terhadap reaksi sosial menghasilkan penyimpangan sekunder yang
mana mereka mendapatkan citra diri atau definisi diri (self-image or
selfdefinition) sebagai seseorang yang secara permanen terkunci dengan peran
orang yang menyimpang. Penyimpangan merupakan outcome atau akibat dari
kesalahan sosial dan penggunaan kontrol sosial yang salah (Atwar, 2008 ).
B.

Urgensi Identitas Nasional


Sebagaimana diketahui bahwa identitas nasional adalah jati diri yang
dimiliki oleh warga Negara atau suku bangsa dari suatu Negara. Proses
pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu dan
perjuangan panjang diantara warga atau bangsa yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena identitas nasional merupakan hasil kesepakatan dari bangsa

masyarakat itu sendiri. Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, Sangatlah


penting bagi suatu Negara untuk memiliki identitas nasional. Identitas nasional
merupakan jati diri bangsa yang bersifat khas dan menjadi pandangan hidup dalam
mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Sebagaimana kita ketahui bahwa identitas atau jati diri itu ada dalam
interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa jatidiri itu diperlukan dalam interaksi.
Karena dalam setiap interaksi, setiap pelaku mengambil suatu posisi dan
berdasarkan atas posisi tersebut si pelaku menjalankan peranan-perananya sesuai
dengan corak atau struktur dimana masing-masing pelaku yang terlibat didalamnya
berada dalam suatu hubungan peranan. Di lain pihak dan di lain waktu sama, corak
peranan-peraran yang dijalankan oleh masing- masing pelaku tersebut tergantung
pada corak atau macam struktur interaksi yang berlaku. [9]
Dalam masyarakat pra modern, identitas bukan suatu hal problematis dan
tidak dapat dipikirkan ulang atau didiskusikan. Berbeda dengan modernis, identitas
menjadi lebih bebas bergerak, berlipat ganda, personal, cenderung berubah serta
dapat di buat. Namun, identitas juga bersifat social dan berkaitan dengan yang lain.
[10]
C.

Munculnya Identitas
Identitas atau jati diri itu muncul dan ada dalam interaksi. Interaksi adalah
kenyataan empiris yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau dengan
kelompok lain yang berupa tindakan para pelaku yang menandakan adanya
hubungan antar para pelaku tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa identitas
atau jati diri itu muncul da nada dalam hubungan. Seseorang memiliki jati diri
tertentu karena diakui keberadaannya oleh seseorang atau orang dalam hubungan
yang berlangsung. Sedangkan dalam suatu hubungan yang lain, yang melibatkan
pelaku atau pelaku-pelaku lain yang berbeda dari pelaku-pelaku semula, jati
dirinya bisa berbeda dari yang semula, sesuai dengan corak pelaku hubungan yang
lain tersebut. Jadi seseorang mempunyai jati diri tertentu apabila ada pengakuan
dari yang lain mengenai jati dirinya. [11]
Setiap bangsa pasti memiliki Identitas Nasional, Identitas Nasional itu
sendiri memiliki proses pembentukan yang cukup lama, proses yang dialami untuk
membentuk serta menyepakati apa yang akan di tetapkan untuk menjadi Identitas
Nasional untuk bangsa Indonesia tercinta, melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak zaman kerajaan kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian
dasar dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VIII, yaitu
ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang,
kemidian kerajaan Airlangga dan Majapahit di jawa timur serta kerajaan kerajaan
lainya.
Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut
yamin di istilahkan sebagia fase terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh
karena itu secara objektif sebagai dasar Identitas Nasional Indonesia.Oleh karena

itu akar akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah
sekaligus juga merupakan unsur unsur Iddentitas Nasional, yaitu nilai nilai
yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.[12]
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta
keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mendukung kelahiran identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang
mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia, meliputi:
a.
Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis dan
demografis
b.
Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa Indonesia.
Contoh Identitas Nasinal Bangsa Indonesia[13].
1.
Bahasa Nasional atau bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia.
2.
Bendera Negara yaitu Bendera sang merah putih.
3.
Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya.
4.
Lambang Negara yaitu Pancasila.
5.
Semboyan Negara yaitu Bhieneka Tunggal Ika.
6.
Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila.
7.
Konstitusi (Dasar Hukum) negara yaitu UUD 1945.
8.
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9.
Konsepsi wawasan nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang diterima sebaga kebudayaan nasional.
Penjabaran serta Penjelasan mengenai Identitas Nasional Indonesia :
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
Sebagai mana kita ketahui, setiap negara memiliki bahasa yang berbeda
sebagai ciri khas yang di miliki oleh Negara tersebut. Begitu pula dengan
Indonesia, Indonesia memiliki beragam bahasa hampir setiap wilayah atau daerah
memiliki bahasa tersendiri, Seperti jawa, Madura, papua, batak, sunda, ambon,
aceh, dll. Dan bahasa tersebut di gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain
untuk bertukar pikiran maupun mengeluarkan pendapatnya.
2.

Bendera negara yaitu Sang Merah Putih


Bendera merupakan salah satu lambang yang menjadi Identitas yang dapat
di kenali saat melihat warna serta motif gambar di dalamnya. Setiap Negara pasti
memiliki bendera sebagai ciri dari Negara tersebut. Seperti Indonesia, Bendera
Indonesia berwarna Merah dan Putih, seperti yang sudah tertera dalam UUD 1945
pasal 35 yang menyebutkan bahwa Bendera Negara Indonesia adalah Sang
Merah Putih. Warna Merah dan Putih yang menjadi warna pilihan yang di pilih
untuk melambangkan Indonesia itu memiliki arti Merah artinya Berani sedangkan

Putih artinya Suci, yang diharapkan masyarakat Infdonesia bisa memikili jiwa
Berani dan Suci seperti lambang Bendera Indonesia.
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Lagu kebangsaan Indonesia dipublikasikan pada tahun 1928, yang dikarang
oleh Wage Rudolf Soepratman diciptakan tahun 1924. Pada tahun 1928 Wage
Rudolf Soepratman mengumumkan dan menyatakan bahwa lagu karangannya
menjadi atau ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia yang diberi judul
Indonesia Raya.
4.

Lambang Negara yaitu Pancasila


Seperti pada Undang undang Dasar 1945 yang telah di tetapkan bahwa
lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Pancasila disini yang
dimaksud adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.
Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang
melambangkan kejayaan Indonesia. Sedangkan perisai di tengah melambangkan
pertahanan bangsa Indonesia.

5.

Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika


Bhineka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam
kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan.Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat
sektarian dan eksklusif, hal ini bermakna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling benar, paling hebat, dan
tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat
normalitas yang hanya menunjukkan perilaku semu. Bhineka Tunggal Ika dilandasi
oleh sikap saling percaya mempercayai, saling hormat menghormati, saling cinta
mencintai dan rukun.

6.

Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila


Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila
Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
Pada hakikatnya pengertian Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian,
yakni Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai
dasar Negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sering disebut juga sebagai
pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup yang dapat di
artikan dari segi global atau sekala besar.
Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai pancaran dari sila Pancasila
karena Pancasila sebagai kesatuan tidak bisa dipisah-pisahkan, keseluruhan sila
dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis sehingga berfungsi sebagai citacita atau ide yang menjadi tujuan utama bersama sebagai landasan dasar Negara.

Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa Pancasila sebagai pegangan hidup yang
merupakan pandangan hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari tidak
boleh bertentangan dengan norma-norma agama, norma-norma sopan santun, dan
tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang sudah ada dan telah
ditetapkan atau saat ini berlaku.
7.

Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945


Disamping pengertian Undang undang dasar, di pergunakan juga istilah
lain yaitu Konstitusi . Istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris
Constitution atau dari bahasa Belanda Constitutie . Terjemahan dari istilah
tersebuh adalah Undang undang dasar, dan hal ini memang sesuai dengan
kebiasaan orang belanda dan jerman, yang dalam percakapan sehari hari
memakai kata Grondwet ( Grond = dasar, wet = Undang undang ) yang
keduanya menunjukan naskah tertulis.
Namun pengertian Konstitusi dalam praktek ketatanegaraan
umumnya dapat mempunyai arti:
a. Lebih luas dari pada Undang undang dasar, atau
b. Sama dengan pengertian Undang undang dasar.[14]

8.

Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat


Yang di maksud dengan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat adalah status negara Indonesia yang bentuk negara adalah
kesatuan, sedangkan bentuk pemerintah adalah republik.

9. Konsepsi Wawasan Nusantara


Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi.
Pengertian wawasan sendiri Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti
pengaruh-pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional
Kebudayaan disini di artikan bahwa pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan
yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan
dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan
pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan)
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.Disisi lain kebudayaan bisa diartikan
sebagai kebiasaan atau tradisi yang sering di lakukan oleh sebagian besar warga di
wilayah tertentu yang sering di sebut dengan istilah Adat.
D.
Ideologi Pancaila
Ideology dapat diartikan sebagai suatu pandangan atau system nilai yang
menyeluruh dan mendalam yang mempunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat
tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan

adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan
duniawi mereka. Akan tetapi seperti yang kita ketahui realitanya suatu masyarakat
mempunyai berbagai macam kelompok kepentingan yang dilahirkan oleh adanya
perbedaan-perbedaan social, ekonomi, agama, atau entah apalagi. Masing-masing
kelompok ini biasanya mempunyai masing-masing pandangan atau system nilai
tertentu yang mereka pegang sebagai landasan dalam usaha mereka untuk
memajukan kepentingan-kepentingan mereka yang spesifik. Pandangan atau
system nilai yang seperti ini mungkin dapat dianggap sebagai sub-ideologi.
Dengan demikian, bila mana diteliti dengan cermat akan terlihat bahwa didalam
sutu ideology tertentu tercermin sejumlah sub-ideologi. Disini ideology nampak
sebagai jelmaan dari hasil suatu consensus bersama dari berbagai kelompok atau
golongan kepentingan. [15]
Professor Lowenstein pernah berkata ideology adalah suatu penyelarasan
dan penggabungan pola pemikiran dan kepercayaan atau pemikiran bertukar
menjadi keperyaan, penerangan sikap manusia tentang hidup dan kehadirannya
dalam
masyarakat
dan
mengusulkan
suatu
kepemimpinan
dan
menyeimbangkannya berdasarkan pemikiran dan kepercayaan itu.[16]
Apabila dalam pemikiran ini kita ikuti maka salah satu dimensi dari ideology
adalah pencerminan realita yang hidup dalam masyarakat di mana ia muncul buat
pertama kalinya, paling kurang realita pada saat kelahirannya itu. Dengan
perkataan lain, ideology merupakan gambaran tentang sejauh mana suatu
masyarakat berhasil memahami dirinya sendiri. Kalau begitu, daya tahan suatu
ideology antara lain tergantung pada tinggi atau rendahnya kemampuan intelektual
mereka yang melahirkannya dalam meneliti dan menganalisa masyarakat secara
obyektif. Kalau kemampuan itu tinggi, maka ideology yang lahir akan mempunyai
relevansi yang kuat dengan jiwa atau kehidupan masyarakat dan sebaliknya.
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta:paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Es,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraph ke-4
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945..
Ideologi Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari
nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang
bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua
nilai yang terkandung didalamnya.
E.

Fungsi Pancasila

Ideology memerankan peranan yang penting dalam proses dan memelihara


integrasi nasional, terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia. Peranan itu antara lain tergantung pada kualitas yang dipunyainya yang
dapat dilihat dan diukur melalui tiga dimensi, yaitu kemampuan mencerminkan
realita yang hidup dalam masyarakat, idealisme yang terkandung di dalamnya, dan
fleksibilitas-fleksibilitas terhadap perubahan yang terjadi. Melalui ketiga dimensi
ini akan dapat diteliti apakah ideology itu mampu atau tidak memelihara
relevansinya, yaitu titik keseimbangan sebagai temapat bertemunya consensus
antara berbagai kelompok atau golongan-golongan. Krisis ideology akan terjadi
apabila titik keseimbangan itu hilang. Apabila ini terjadi diperkirakan dapat
mengancam integrasi nasional dan persatuan nasional. [17]
Secara umum fungsi pancasila dapat dituliskan: Pancasila sebagai pedoman
hidup bangsa dan negara Indonesia, Pancasila sebagai jiwa bangsa dan
negara Indonesia, Pancasila sebagai kepribadian bangsa dan negara Indonesia,
Pancasila sebagai sumber tertib hukum di Indonesia, Pancasila sebagai cita cita
bangsa.
F.

Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.
Jadi penugasan identitas nasional tidaklah mesti menegasikan identitas
lokal, karena hal itu merupakan tindakan yang berlawanan dengan nilai-nilai luhur
demokrasi yang memberikan kebebasan dan rasa aman bagi setiap insan dan
sebagai ruang bagi terciptanya interaksi antar kelompok secara alami. Apalagi
dengan pancasila sebagai asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui
slogannya Bhinneka Tunggal Ika secara teoritis bukan hanya mengakomodasi
keragaman identitas lokal melainkan juga mendorong semua warga negara untuk
bersama-sama mewujudkan tujuan dan kepentingan bersama, yaitu masyarakat adil
dan makmur.
Upaya untuk mewujudkan integrasi nasional adalah setali tiga uang dengan
upaya membangun kesatuan dan persatuan bangsa. Untuk itu dibutuhkan sejumlah
langkah-langkah strategi yang dapat mendorong berbagai macam bentuk
perbedaan bangsa ini untuk saling berdialog dan berdampingan hidup secara
harmonis. Salah satunya adalah dengan mulai menghentikan penggunaan
klasifikasi seperti mayoritas-minoritas, penduduk asli-pendatang, pribuminonpribumi, lebih-lebih yang dimaksudkan untuk tujuan dan kepentingan politis.
Semua istilah ini hanya memupuk subur sikap dan perilaku kelompok-kelompok
masyarakat untuk tidak berusaha selalu memahami latar belakang budaya dan
kultur mereka masing-masing, sehingga, berbagai prasangka yang ada justru di
biarkan tumbuh dan bahkan terkesan dipelihara oleh masing-masing kelompok.

Mungkin tidak ada salahnya untuk membuka kembali memori historis


bangsa ini bahwa tegak dan terbentuknya Negara republic ini tidak lepas dari
adanya kesepakatan untuk bersatu dari berbagai keragaman populasi termasuk
agama, suku, dan ras yang ada diwilayah bekas jajahan Belanda yang terletak pada
garis kwatulistiwa ini. Namun, penting ditegasjan bahwa persatuan itu, dalam
konteks berdirinya republic ini, adalah hanya sebuah kesepakatan politik dan
bukan lesepakatan kesatuan budaya. Artinya, dengan meleburkan diri masuk dalam
bagian republic ini identitas yang bersifat khas dan local di berbagai penjuru negeri
ini tidak lantas harus musnah atau dimusnahkan. Sebaliknya, penghormatan yang
tinggi terhadap identitas nasional dan persatuan politik harus diiringi dengan
penghargaan yang layak pada realitas keragaman identitas kesukuan agama, dan
golongan.[18]

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru
agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam
masyarakat. Serta Suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa sebagai pembeda
antara Negara satu dengan Negara lain.
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu dan
perjuangan panjang diantara warga atau bangsa yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena identitas nasional merupakan hasil kesepakatan dari bangsa
masyarakat itu sendiri. Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, Sangatlah
penting bagi suatu Negara untuk memiliki identitas nasional. Identitas nasional
merupakan jati diri bangsa yang bersifat khas dan menjadi pandangan hidup dalam
mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Identitas atau jati diri itu muncul dan ada dalam interaksi. Interaksi adalah
kenyataan empiris yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain atau dengan
kelompok lain yang berupa tindakan para pelaku yang menandakan adanya
hubungan antar para pelaku tersebut.
Ideologi memerankan peranan yang penting dalam proses dan memelihara
integrasi nasional, terutama di Negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia.

Secara umum fungsi pancasila dapat dituliskan: Pancasila sebagai pedoman


hidup bangsa dan negara Indonesia, Pancasila sebagai jiwa bangsa dan
negara Indonesia, Pancasila sebagai kepribadian bangsa dan negara Indonesia,
Pancasila sebagai sumber tertib hukum di Indonesia, Pancasila sebagai cita cita
bangsa
Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.
B.

Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, sebagi penulis sangat berharap untuk
saran maupun koreksi dari pembaca, terutama dari dosen pengampu mata
kuliahkewarganegaraan. Meski makalah ini kami selesaikan dengan usaha yang
maksimal, penulis tetap membutuhkan saran dan koreks dari semua pihak untuk
bahan pembelajaran dan perbaikan untuk penulisan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2000, Pendidikan Kewarganegaraan
Demokkrasi, HAM dan Masyarakat Madani,Jakarta: IAIN Jakarta Press

Pokja Akadenik UIN Sunan Kalijaga,2005, pancasila dan Kewarganegaraan,


Yogyakarta :Pokja UIN SUKA
Winarno,2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Bumi
Aksara
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme dalam Arti dan Sejarahnya, Jakarta:Erlangga
Kellner, Douglas. 2010, Budaya Media (cultural studies, identitas, dan politik:antara
modern dan postmodern, Yogyakarta:Jalasutra
Prof.Dr.H.kaelan, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma
Subhan, Arief, 2012. Pergumulan antaramodernisasi dan identitas, Jakarta: kencana
prenada media group
Santoso,Budi. 1994 seri siasat budaya, Yogyakarta:Kanisius

Anda mungkin juga menyukai