Anda di halaman 1dari 12

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) dan dengan keluarga
pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda
dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan
pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya
suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.2
Anamnesis yang dilakukan pada kasus ini, yaitu:

Identitas pasien: Laki-laki, 35 tahun


Pekerjaan juga perlu ditanyakan. Apa pekerjaannya? Apakah gejala
bertambah buruk saat bekerja dan membaik saat pulang?

Keluhan utama: mengetahui kondisi penyakit TB paru nya


Riwayat penyakit sekarang: pasien punya riwayat pengobatan 2x. Pertama
kali berobat sekitar 3 bulan dan tidak melanjutkan pengobatannya. Saat ini
pasien menjalani pengobatan ke-2, mendapatkan pengobatan suntik dan

berjalan 6 bulan.
Obat-obatan: obat-obatan apa yang sedang dikonsumsi pasien? adakah barubaru ini terdapat perubahan pemakaian obat? Bagaimana kepatuhannya

mengikuti terapi dan apakah dilakukan pengawasan terapi?


Riwayat penyakit dahulu: apakah pasien pernah berkontak dengan pasien
TB? Apakah mengalami immunosupresi (penggunaan kortikosteroid/HIV)?

Adakah riwayat TB?


Riwayat keluarga: adakah riwayat TB di keluarga?
Riwayat personal dan sosial terkait: gaya hidup, pola makan, keadaan
lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Apakah pasien mengkonsumsi
alkohol?

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan
kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah
bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi
yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan
1

berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan
pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.2
Secara umum pemeriksaan fisik dimulai dengan Inspeksi (melihat), Palpasi (raba) dan
auskutasi (mendengarkan melalui stetoskop). Posisi pemeriksa sebelah kanan,pasien
Bayi dan anak kecil sebaiknya diperiksa tanpa pakaian, hal yang dapat di periksa pada
pasien:2
1. Pemeriksaan kesadaran, tanda vital yang perlu dilakukan adalah mengukur nadi,
frekuensi nafas, frekuensi denyut jantung dan suhu tubuh.
2. Inspeksi dapat diperoleh kesan keadaan umum anak. Inspeksi local dilihat perubahan
yang terjadi.
3. Palpasi menggunakan telapak tangan, pada palpasi abdomen flexi sendi panggul dan
lutut abdomen tidak tegang dapat menentukan bentuk, besar, tepi, permukaan,
konsistensi organ.
4. Auskultasi menggunakan stetoskop mendengar suara nafas, bunyi dan bising jantung,
peristaltik usus, aliran darah pada stetoskop. Sisi membran mendengar suara frekiensi
tinggi, Sisi mangkok mendengar suara frekuensi rendah bila ditekan lembut pada
kulit mendengar suara frekuensi tinggi, bila ditekan keras pada kulit bising
presistolik, mid-diastolik nada rendah.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimptomatik dan penyakit baru dicurigai
dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin
yang positif. Pada TB dalam pengobatan (sesuai dengan skenario) didapatkan hasil:
1. Keluhan utama tampak sakit ringan, kesadaran: compo mentis
2. Tekanan darah: 120/70, frekuensi nadi: 78x/menit, frekuensi pernafasan: 20x/menit,
suhu 37,50C.
3. Pada mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, leher: tidak teraba KGB
yang membesar, JVP 5-2 cmH20, tiroid tidak teraba membesar.
4. Suara napas tidak ditemukannya bunyi ronki maupun wheezing.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, pemeriksaan
radiologis, pemeriksaan sputum, dan tes tuberkuli
2

Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapatkan perhatian, karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif)
akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke
kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila
penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi.
Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.3
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga: 1) Anemia ringan dengan gambaran
normokrom dan normositer; 2) Gamma globulin meningkat; kadar natrium darah menurun.
Pemeriksaan tersebut di atas nilainya juga tidak spesifik.
Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai adalah reaksi Takahasi. Pemeriksaan ini
dapat menunjukkan proses tuberkulosis masih aktif atau tidak. Kriteria positif yang dipakai
di Indonesia adalah titer 1/128. Pemeriksaan ini juga kurang mendapat perhatian karena
angka-angka positif palsu dan negatif palsunya masih besar.
Belakangan ini terdapat pemeriksaan serologis yang banyak juga dipakai yakni
Peroksidasi Anti Peroksida (PAP-TB) yang oleh beberapa peneliti mendapatkan nilai
sensitivitas dan spesifisitasnya cukup tinggi (85-95%), tetapi beberapa peneliti lain
meragukan karena mendapatkan angka-angka yang lebih rendah. Sungguhpun begitu PAPTB ini masih dapat dipakai, tetapi kurang bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal
untuk diagnosis TB. Prinsip dasar uji PAP-TB ini adalah menentukan adanya antibodi IgG
yang spesifik terhadap antigen M. tuberculose. Sebagai antigen dipakai polimer sitoplasma
M. tuberculin var bovis BCG yang dihancurkan secara ultrasonik dan dipisahkan secara
ultrasentrifus. Hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan
hasil uji PAP-TB positif. Hasil positif palsu kadang-kadang masih didapatkan pada pasien
reumatik, kehamilan, dan masa 3 bulan revaksinasi BCG.
Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama cara dan nilainya dengan uji PAPTB adalah uji Mycodot. Di sini dipakai antigen LAM (Lipoarabinomannan) yang dilekatkan
pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir ini dicelupkan ke dalam serum pasien. Antibodi
spesifik anti LAM dalam serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir yang
intensitasnya sesuai dengan jumlah antibodi.3
Pemeriksaan Radiologis
3

Pada tuberkulosis primer, hal-hal berikut dapat terlihat pada sinar-X dada.3,4

Daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus Gohn) dengan pembesaran kelenjar hilus
mediastinum. Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi.
Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris, atau lebih luas hingga seluruh
lapangan paru.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan
hitam radiolusen di pinggir paru/pleura (pneumotoraks).

Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukan kuman BTA,
diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah
dan murah sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak
mudah untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk non produktif.
Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum
air sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan
memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam
hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan cara
bronkoskopi diambil dengan brushing dan bronchial washing atau BAL (broncho alveolar
lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering
dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan
diperiksa hendaknya sesegar mungkin.5
Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan.
Kuman baru dapat ditemukan bila bronkus yang terlibat prosis penyakit ini terbuka ke luar,
sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah keluar. Diperkirakan di Indonesia
terdapat 50% pasien BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan dalam sputum
mereka.7
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL
sputum.5
4

Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa dan sediaan biakan, bahanbahan selain sputum dapat juga diambild ari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura, cairan
pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin, dan tinja.5
Uji kepekaan obat
M. tuberculosis yang telah diasingkan harus diuji untuk kepekaan terhadap isoniazid dan
rifampisin untuk mendeteksi MDR-TB, terlebih jika satu atau lebih faktor resiko
teridentifikasi atau pasien pernah gagal dalam terapi atau terjadi kekambuhan setelah
pengobatan selesai. Dan lagi, uji kepekaan lebih luas untuk obat anti-TB lini kedua wajib
dilakukan ketika MDR-TB ditemukan. Uji kepekaan dapat dilakukan secara langsung atau
secara tidak langsung pada media padat maupun cair. Hasil didapatkan dengan cepat pada
uji kepekaan secara langsung pada media cair, dengan rata-rata waktu laporan sekitar 3
minggu. Dengan cara tidak langsung pada media padat, hasil dapat tidak ada untuk lebih
dari 8 minggu. Metode molekuler untuk identifikasi cepat pada mutasi genetik diketahui
terkait dengan resistensi terhadap rifampin dan isoniazid telah berkembang dan secara luas
dijalankan untuk screening pasien dengan resiko TB resisten obat yang meningkat.5

Diagnosis banding
Multi drugs resistance5
Multi drug resistance TB (MDR TB) disebabkan oleh organisme yang resisten
terhadap obat anti tuberkulosis yang paling efektif, yaitu isoniazid dan rifampisin. MDR TB
merupakan hasil dari infeksi dari organisme yang sudah resisten terhadap obat atau timbul
saat pasien sedang terapi, namun terhenti. Fluorokuinolon merupakan golongan paling kuat
di antara obat-obat lini kedua untuk terapi MDR-TB. Pasien MDR-TB yang disertai
resistensi terhadap golongan fluorokuinolon memiliki manifestasi klinik yang lebih serius
dibandingkan dengan yang tidak. Penyakit ini lebih susah diterapi, dan lebih berisiko untuk
menjadi XDR-TB, dan memungkinkan resistensi terhadap obat-obat lini kedua yang lain.

Extensive drugs resistance5


XDR TB merupakan bentuk TB yang resisten terhadap setidaknya empat obat inti
5

anti TBC. XDR TB mencakup resistensi terhadap dua obat anti tuberkulosis yang paling
efektif, isoniazid dan rifampisin, sama seperti MDR TB, ditambah dengan resistensi
terhadap golongan fluorokuinolon (seperti ofloxacin atau moxifloxacin), dan terhadap satu
dari tiga obat second-line therapy (amikacin, capreomycin, atau kanamycin). MDR TB dan
XDR TB membutuhkan terapi lebih banyak dibandingkan dengan TB yang tidak resisten,
dan membutuhkan kegunaan dari obat second-line therapy yang lebih mahal dan
mempunyai efek samping yang lebih banyak dari first-line therapy.
Total drugs resistance5
Penyakit TB ini bisa disebut juga TB yang resisten terhadap OAT total, baik lini
pertama (INH, rifampisin, ethambutol, dan streptomycin) dan lini kedua (seperti:
kanamisin, amikasin, dan lain sebagainya). Resisten terhadap rifampisin bisa dideteksi
menggunakan metode fenotipik dan genotipik, dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT
lain. Resistensi rifampisin, apapun variasinya, termasuk dalam katogeri, baik monoresisten,
poliresisten, resisten obat ganda, atau resisten total OAT.

Diagnosis kerja
Diagnosis kerja ialah TB putus obat secara definisi TB paru putus berobat adalah penderita
TB paru yang sedang menjalani pengobatan telah mengentikan pengobatan anti OAT selama fase
intensif atau fase lanjutan sesuai jadwal yang ditentukan dan belum di nyatakan sembuh oleh
dokter yang mengobatinya.6
Kriteria TB paru putus obat sebagai berikut:6
a.
b.

Berobat 4 bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis negatif OAT STOP
Berobat > 4 bulan, BTA positif: pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat

c.
d.

yang lebih kuat dan jangka wawktu pengobatan yang lebih lama
Berobat < 4 bulan, pengobatan dimulai dari awal dengan pengobatan yang sama
Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif akan tetapi klinis dan

e.

radiologis positif: pengobatan dimulai dari awal dengan panduan obat yang sama
Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2-4 minggu pengobatan dilakukan
kembali sesuai jadwal.

Etiologi

Tuberculosis ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis kompleks. Bakteri ini berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Berukuran lebar 0,3-0,6 mm dan panjang 1-4 mm. dinding
M. tuberculosis sangat kompleks terdiri dari lapisan lemak (60%) penyusun utama
dindingnya ialah asam mikolat, lilin kompleks, trehalosa dimikolat (cord factor) dan
mycobacterial sulfolipids (virulensi). Unsur lain yang terdapat pada dinding bakteri ini
ialah polisakarida (arabinogalaktan & arabinomanan). Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebabkan M. tuberculosis bersifat tahan asam yang apabila diberi pewarnaan
Ziehl-Neelsen (karbol-fukhsin) akan tetap tahan (warna merah) meski dilakukan upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan asam-alkohol.6

Gambar 1. Bakteri Mycobacterium tuberculosis6


Keberhasilan pengobatan rendah kemungkinan disebabkan karena:6

Pasien yang datang sendiri atau dirujuk sudah dalam keadaan lanjut dan penderita

sudah berobat di tempat fasilitas kesehatan lain.


Penderita TB paru yang menggunakan DOT hanya mendapatkan obat secara gratis
tanpa intensif yang lain seperti pemberian uang transport, uang makan, pemeriksaan

lab dan tidak ada kunjungan ke rumah.


Petugas poliklinik paru yang terbatas untuk memberikan obat dan pencatatan
pengawas minum obat biasanya keluarga sendiri dan tidak pernah dilatih tentang TB

paru selama jangka waktu tertentu.


Penderita TB paru kurang mendapat konseling dan edukasi yang adekuat sehingga
menyebabkan ketidakpatuhan dan ketidakberhasilan pengobatan karena kurang

pengetahuan tentang penyakit TB.


Adanya gejala efek samping dari obat juga merupakan salah satu penyebab kegagalan
pengobatan

Rasa bosan berobat dikarenakan terlalu lama pengobatan, jauhnya jarak rumah
penderita dengan layanan kesehatan umum, dan adanya anggapan pengobatan di
puskesmas kurang baik.

Gejala klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberku-losis dapat bermacam-macamatau malah
banyak pasien ditemukan TB paru asimtomatik dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan
yang terbanyak adalah:1
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. Keadaan ini masih dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Batuk/batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk
ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadinya gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/ melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
8

Patofisiologi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan basil Mycobacterium
tuberculosis, atau basil tuberkel, yang tahan asam. Bila seseorang yang belum pernah
terpapar pada TB, menghirup cukup banyak basil tuberkuler ke dalam alveoli, maka
terjadilah infeksi tuberculosis. Reaksi tubuh terhadap basil tuberkel tergantung pada
kerentanan orang tersebut, besarnya dosis yang masuk, dan virulensi organisme.
Peradangan terjadi di dalam alveoli (parenkim) paru, dan pertahanan tubuh alami berusaha
melawan infeksi itu. Makrofag menangkap organisme itu, lalu dibawa ke sel T. proses
radang dan reaksi sel menghasilkan nodul pucat kecil yang disebut tuberkel primer. Di
bagian tengah nodul terdapat basil tuberkel. Bagian luarnya mengalami fibrosis, bagian
tengahnya kekurangan makanan, mengalami nekrosis. Proses terakhir ini dikenal sebagai
perkijuan. Bagian nekrotik tengah ini dapat mengapur (kalsifikasi), atau mencair. Materi
cair ini dapat dibatukkan keluar, meninggalkan rongga (kaverne) dalam parenkim paru
(tampak pada foto toraks). Bila pada foto toraks hanya tampak nodul yang telah mengalami
perkapuran, maka nodul ini dikenal dengan tuberkel Ghon. Adanya tuberkel Ghon disertai
pembesaran kelenjar limfe di hilus paru bersama-sama disebut sebagai kompleks primer.
Orang dengan kompleks primer telah dibuat peka terhadap basil tuberkel. Bila orang
ini diberi tes tuberculin, akan memberi reaksi positif. Tes tuberkulis positif tidak berarti
bahwa orang yang bersangkutan telah mengidap TB. Orang dengan tes tuberculin positif
dan minum INH secara profilaktik untuk 3-6 bulan, akan memberi hasil negatif.
Perlindungan ini dikatakan untuk seumur hidup. Berbeda dengan infeksi lain, pasien yang
pernah terinfeksi TB akan memilikinya seumur hidup, kecuali pernah mendapat pengobatan
profilaksis dengan INH. Basil tuberkel ini menetap dalam paru dalam keadaan terbungkus;
dikatakan dalam keadaan tenang. Bila seseorang menghadapi stress fisik atau emosi, basil
ini dapat menjadi aktif kembali dan berkembang biak. Jika pertahanan tubuh rendah, maka
timbul TB aktif. Bila Tb timbul beberapa tahun setelah infeksi primer, dikenal sebagai TB
reaktivasi.6

Penatalaksanaan
Medikamentosa
9

Pemberian obat pada TB resisten obat dapat diberikan dengan 2 fase yaitu fase awal
(46 bulan) dan fase lanjutan (18-24 bulan). Fase awal ialah obat peroral ditelan setiap hari
(7hari dalam seminggu), suntikan diberikan 5 hari dalam seminggu (senin-jumat). Adapun
pengelompokan OAT, perhitungan dosis OAT untuk TB Resisten obat, paduan pemberian
OAT untuk TB Resisten Obat dapat dilihat pada table 1 & 2.
Tabel 1. Pengelompokan OAT7
Golongan
Golongan

Jenis
Obat lini Pertama

Obat
Isoniazid (H)

Pirazinamid (Z)

Rifampisin (R)

Streptomisin (S)

Obat suntik lini kedua

Etambutol (E)
Kanamisin (Km)

Kapreomisin (Cm)

2
Golongan

Golongan florokuinolon

Amikasin (Am)
Levofloksasin (Lfx)

Ofloksasin (Ofx)

3
Golongan

Obat

kedua

Golongan

Para amino salisilat (PAS)


Obat yang belum terbukti Clofazimin (Cfz)
Klaritromisin (Clr)

efikasinya

1
Golongan

bakteriostatik

Moksifloksasin (Mfx)
lini Etionamid (Eto)
Terizidon (Trd)
Protionamid (Pto)

dan

tidak Linezolid (Lzd)

direkomendasikan

Sikloserin (Cs)

Imipinem (Ipm)

WHO Amoksilin/Asam Klavulanat (Amx/Clv)

untuk rutin TB MDR

Tabel 2. Ringkasan panduan obat7


Kategor

Kasus

i
I

- TB paru BTA (+), 2 RHZE / 4 RH atau


BTA (-) , lesi luas

II

Paduan obat yang diajurkan

Keterangan

2 RHZE / 6 HE

- Kambuh

*2RHZE / 4R3H3
-RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji Bila

- Gagal

resistensi atau 2RHZES / 1RHZE / streptomisin

pengobatan

5 RHE

alergi,

dapat
10

-3-6

kanamisin,

ofloksasin, diganti

etionamid,

sikloserin

15-18 kanamisin

ofloksasin,

etionamid,

sikloserin

atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHE


- TB paru putus Sesuai
lama
pengobatan

II

berobat

sebelumnya, lama berhenti minum


obat

dan

keadaan

klinis,

bakteriologi dan radiologi saat ini


(lihat uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3
-TB paru BTA (-), 2 RHZE / 4 RH atau

III

IV

lesi minimal

6 RHE atau

- Kronik

*2RHZE /4 R3H3
RHZES / sesuai hasil uji resistensi
(minimal OAT yang sensitif) + obat
lini 2 (pengobatan minimal 18

IV

- MDR TB

bulan)
Sesuai uji resistensi + OAT lini 2
atau H seumur hidup

Non medikamentosa
Memberikan edukasi kepada pasien ataupun kepada keluarganya agar selalu
mengingatkan si penderita untuk selalu minum obat tepat pada waktunya jangan sampai
terjadi putus obat lagi karena akan terjadi resisten terhadap obat tersebut.7
Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut:8

Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncets


arthropathy
11

Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca


Tuberkulosis), kerusakan parenkum berat fibrosis paru, sindrom gagal napas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Prognosis
Ketika pengobatan dengan regimen tertentu telah selesai, ditambah dengan DOT, angka
kekambuhan berkisar dari 0% hingga 14%. Di negara dengan jumlah penderita TB yang rendah,
kekambuhan biasanya terjadi 12 bulan setelah penyelesaian obat dan karena kekambuhan. Di
negara dengan jumlah penderita TB yang tinggi, kebanyakan kekambuhan setelah pengobatan
yang baik adalah karena reinfeksi daripada kekambuhan. Penanda prognosis buruk adalah
keterlibatan jaringan ekstrapulmoner, penderita immunocompromised, usia lanjut, dan riwayat
pengobatan sebelumnya.2
Kesimpulan
Pada kasus yang dibahas, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang. Laki-laki tersebut menderita TB putus obat. Hal ini terjadi karena pasien
tersebut tidak patuh dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis dengan berhenti
mengkonsumsi obat tersebut dalam jangka waktu tertentu.Untuk itu diperlukan
penatalaksanaan yang baik sehingga laki-laki tersebut tidak mengalami resisten obat..

12

Anda mungkin juga menyukai