BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdarahan dalam kehamilan muda
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi dalam
kehamilan. Perdarahan terjadi saat kehamilan muda dan saat usia kehamilan
mencapai trimester III yang disebut dengan perdarahan antepartum. Sedangkan
untuk perdarahan pada kehamilan muda didefinisikan dengan berbagai istilah
sesuai dengan batasan-batasannya. Perdarahan akan mengakibatkan kegagalan
dalam suatu kehamilan.3
Abortus merupakan suatu keadaan dimana terjadinya pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat hasil konsepsi
kurang dari 500 gram. Abortus merupakan komplikasi paling sering dari
kehamilan dan dapat menjadi stress emosional bagi pasangan yang mengharapkan
anak. Pada kehamilan yang secara klinis diketahui, angka gagalnya kehamilan
sebesar 15% untuk usia gestasi 20 minggu dihitung dari haid pertama haid
terakhir. Blighted ovum dianggap merupakan kejadian kromosomal random yang
terjadi pada sekitar 1:5 hingga 1:10 kasus abortus. 1,3,4
2.2 Definisi Anemrionic Pregnancy
Anembrionic pregnancy (blighted ovum) merupakan salah satu jenis
keguguran yang terjadi pada awal kehamilan. Hal tersebut terjadi ketika telur yang
dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio, hanya
terbentuk plasenta dan kulit ketuban yang ditandai dengan adanya kantung gestasi.
Kegagalan telur biasanya terjadi saat usia 6 minggu, sehingga dapat diabsorbsi
kembali oleh uterus. Kasus ini terjadi ditandai dengan ancaman keguguran atau
abortus sebelumnya.1,3,4
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.
Perkembangan kehamilan dimulai dengan tumbuhnya villi korionik pada
permukaan luar blastokista dan berimplantasi ke dinding rahim. Villi
memproduksi gonadotropin yang merangsang pituitary melepaskan lutenizing
hormone (LH), yang berperan memicu corpus luteum di ovarium membentuk
progesterone dalam jumlah banyak. Normalnya, pada tingkat ini, massa inner cell
rahim.
Plasenta
menghasilkan
hormon
hCG
(human
chorionic
gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur
(ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di
dalam rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala
kehamilan seperti mual, muntah, dan menyebabkan tes kehamilan menjadi
positif.2,3,4,5
2.3
Etiologi
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses
pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus,
penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar
beta-hCG serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga
dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau
istri semakin tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun. Teori lain
menunjukkan bahwa blighted ovum disebabkan sel telur yang normal dibuahi
sperma yang abnormal. Penyebab terjadinya blighted ovum ini sulit dipisahkan
dengan penyebab abortus pada umumnya, karena faktor-faktor penyebab gagalnya
perkembangan hasil konsepsi ini dapat mengarah ke gagalnya mempertahankan
kehamilan.3,4,5
A.
Faktor Genetik
Abnormalitas kromosom orang tua dan beberapa faktor imunologi
berhubungan dengan blighted ovum dan abortus secara umum telah diteliti. Pada
tahun 1981 Granat dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22/22 pada pria yang
istrinya mengalami 6 kali abortus secara berurutan,. Pada tahun 1990, Smith dan
Gaha menemukan insiden yang cukup besar dari carrier translokasi kromosom
pada suatu penelitian terhadap keluarga abortus habitualis dan didapatkan 15
Kelainan Anatomi
Kelainan anatomi mungkin berupa kelainan kongenital atau kelainan yang
didapat. Kelainan kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit atau
defek resorpsi septum, paparan diethylstilbestrol (DES) dan kelainan servik
uterus. Wanitawanita dengan septum intrauterin memiliki risiko abortus spontan
sebesar 60%, kebanyakan abortus pada trimester dua, tetapi dapat juga terjadi
pada trimester pertama. Apabila embrio berimplantasi pada septum karena
endometrium pada septum berkembang buruk dapat menyebabkan kelainan
plasenta. Pada paparan diethylstilbestrol (DES) intra uterine dapat menyebabkan
kelainan uterus, yang paling sering adalah hipoplasia yang dapat menyebabkan
abortus pada trimester pertama dan kedua, serviks inkompeten dan persalinan
prematurus. Kelainan anatomi
seperti adhesi intra uterine (Sindroma Asherman) yang disebabkan oleh kuretase
endometrium atau evakuasi hasil konsepsi yang terperangkap terlalu dalam dan
berulang, leiomioma yang mempengaruhi arah dari kavum uteri dan
endometriosis. Hubungan keadaan ini dengan adanya keguguran berulang secara
teori ialah bahwa pada kasus adesi dan leiomioma terjadi adanya gangguan suplai
darah, sementara pada endometriosis berhubungan dengan faktor imunologi.2,5
C.
Kelainan Hormonal
Faktorfaktor endokrinologi yang berhubungan dengan abortus dan blighted
ovum termasuk insufisiensi fase luteal dengan atau tanpa kelainan dimana
luteinizing hormone (LH) hipersekresi, diabetes mellitus, dan penyakit tiroid.
Perkembangan pada kehamilan awal tergantung pada produksi estrogen yang
dihasilkan oleh korpus luteum sampai kecukupannya terpenuhi diproduksi oleh
oosit,
Keadaan
membutuhkan kadar hormon tiroid yang lebih tinggi, adanya antitiroid antibodi
dapat menjadi suatu petanda bagi seseorang untuk terjadi peningkatan risiko
terjadinya abnormalitas tiroid yang dapat berakhir pada keguguran. Kelainankelainan regulasi hormonal tersebut juga mampu menyebabkan kegagalan
perkembangan atau pembentukan janin.4,5,6,9
D.
Telah ada dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala pada ibu
secara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Imunologik
Respon imunologi diatur oleh gen-gen dari major histocompability complex
(MHC) yang berlokasi pada kromosom G. Antigen MHC golongan I (human
leucocyte antigens (HLA)-A, HLA-B dan HLA-C) dan antigen MHC golongan II
(HLA-DF, HLA-DP dan HLA-DQ) menentukan kompatibilitas imunologik
jaringan. Golongan I antigen MHC penting utnuk mengenali struktur dalam
menolak respon mediator dengan limposit T sitotoksik.8,9,10
Golongan II antigen MHC menunjukkan antigen untuk limposit T dan
memulai imunitas. Golongan II gen-gen MHC desebut gen-gen respon imun,
secara genetik diatur dan dipercaya untuk menyebabkan penyakit. Akhir-akhir ini,
antigen golongan I MHC nonclassical truncated yang dikenal HLA-G telah
dipaparkan dalam sitotrofoblas manusia dan sel trofoblas JEG-3, tatapi
kemaknaan HLA-G masih spekulasi karena ia merupakan trofoblas yang unik dan
ada hipotasis yang mengatakan bahwa HLA-G penting untuk gestasi yang berhasil
dan respon terhadap HLA-G yang menyimpang akan mengakibatkan abortus.
Faktor-faktor imunologi terbagi dua, yaitu:2,9,10,11
1. Kelainan imunitas seluler
Endometrium dan desisua manusia penuh dengan sel-sel imun dan inflamasi
yang mampu mensekresi sitokin. Respon imun seluler T helper 1 yang abnormal
melibatkan sitokin interferon- (IFN-) dan tumor nekrosis factor (TNF)
merupakan hipotesis yang paling sering dikemukakan untuk kegagalan imunologi
reproduksi. Hipotesis ini menyatakan bahwa konseptur merupakan target local
dan respon cell mediate imun yang akan menyebabkan abortus. Pada wanitawanita yang mengalami abortus, antigen trofoblas mengaktivasi makrofag dan
limfosit, mengakibatkan respon imun seluler oleh sitokin T helper 1, IFN- dan
TNF yang ditunjukkan dengan menghambat pertumbuhan embrio in vitro dan
perkembangan serta fungsi dari trofoblast. Kadar TNF dan interleukin 2 yang
tinggi didapatkan di serum perifer pada wanita-wanita yang mengalami abortus
dibandingkan dengan wanita hamil normal, tetapi mekanisme dari hubungan ini
belum dapat dijelaskan.2,4,5,9,10
Mekanisme imun seluler lain yang berperan dalam abortus seperti
defisiensi sel supresor dan aktivasi makrofag berhubungan dengan kematian janin,
meskipun mekanismenya belum bisa dipaparkan. Ekspresi antigen golongan II
MHC yang abnormal atau ekspresi Golingan I MHC yang tinggi
pada
10
dan
otak
sebagai
ovum
dapat
segera
terdeteksi
segera
pada
pemeriksaan
ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak tampaknya fetus. Pada usia 7 minggu
dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG dapat dilakukan transabdominal
maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada usia kehamilan
yang sangat dini.11,12
11
Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan HPHT tepat, detak jantung bayi
atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung gestasi mulai tampak pada
pertengahan minggu ke 4, dan yolk sac normalnya tampak pada minggu 5.
Sehingga, embrio dapat terlihat jelas mulai pertengahan minggu 5 pada
pemeriksaan USG tranvaginal.11,12
Gamb
ar 1. Gambaran USG Blighted Ovum Dibandingkan dengan Kehamilan Normal
Tidak ditemukan fetal pole, dengan kantung gestasi (ges sac) diameter lebih
dari 10 mm tanpa yolk sac, diameter 15 mm tanpa mudigah pada USG
transvaginal atau lebih dari 25 mm pada USG transabdominal. Sedangkan pada
gambar di sebelah kanan tampak gambaran hiperechoic berupa fetal pole di dalam
ges sac.11,12
Gambaran blighted ovum pada kasus uterus bikornu
Gambar 2. Blighted ovum pada uterus bicornu unicolis dikutip dari Williams
Gynecology3,12
12
Gambaran Histopatologi
Pada penelitian awal didapatkan adanya gambaran infark yang luas dan
13
14
15
Uji fungsi tiroid, termasuk hormone stimulasi tiroid dan antibodi antitiroid
Pemeriksaan platelet
16
Pemeriksaan sperma
Hal-hal yang perlu diperiksa pada sediaan sperma antara lain volume, waktu
mencairnya, jumlah sel sperma per mililiter, gerakan sperma, PH, jumlah sel
darah putih dan kadar fruktosanya. Sebelum dilakukan pengambilan sampel
sperma (semen) harus melakukan abstinen/tidak mengeluarkan sperma/ ejakulasi
2 - 5 hari sebelumnya. Hal ini bertujuan agar sperma dalam kondisi paling baik.
Tabel 1. Komponen Analisis Sperma
Volume
Waktu mencair
Jumlah sperma
Bentuk sperma
Gerakan
sperma
pH
Normal : pH of 7.18.0
Abnormal : pH yang tinggi atau lebih rendah dapat
mengganggu penetrasi
Normal : Tidak ada sel darah putih atau bakteri.
Abnormal : Bakteri dan sel darah putih yg banyak
menunjukkan adanya infeksi.
Kadar fruktosa
17
organ ini.
Jika ditemukan jumlah sperma yang rendah atau tingginya abnormalitas,
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pengukuran kadar hormon:
testosteron, luteinizing hormone (LH), follicle-stimulating hormone (FSH), atau
hormon prolaktin. Juga dilakukan biopsi testis (zakar) dalam kondisi yang sangat
ekstrim (steril misalnya).
Tindakan
18
Ada peningkatan risiko terjadinya persalinan preterm dan juga abortus pada
wanita dengan kelainan uterus walaupun telah dilakukan perawatan antenatal yang
intensif.
Pemberian tokolitik oral sebagai profilaksis tidak disarankan, tetapi evaluasi rutin
mengenai pendataran dan dilatasi serviks perlu dilakukan setiap kunjungan
antenatal, dan lebih baik bila dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal.
Pada
keadaan
adhesi
intrauterin
(Sindroma Asherman),
diagnosis
miomektomi. Pemberian GnRH selama tiga bulan juga dapat mengurangi ukuran
dari mioma tersebut.2,3,4
C. Abnormalitas Hormonal
Gangguan fase luteal ditegakkan dengan cara pemeriksaan suhu basal
dimana fase luteal berlangsung selama kurang dari 10 hari, atau kadar progesteron
serum kurang dari 15 nmol/L selama lima siklus berturut-turut. Namun pada
penelitian ternyata didapatkan bahwa tidak adanya bukti yang mendukung secara
nyata bahwa pemberian hormon progesteron tidak mengurangi risiko terjadinya
keguguran.1,2,4
Hipersekresi luteinizing hormon ditegakkan apabila kadar hormon tersebut
pada pemeriksaan darah meningkat 10 IU/L atau lebih, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan darah secara serial. Sebagai alternatif dapat dilakukan pemeriksaan
kadar luteinizing hormon pada urine dimana hipersekresi lutinizing hormon
ditegakkan bila konsentrasi dala urin sebesar 100IU/L atau lebih. Pengobatan
keadaan ini dadalah dengan pemberian GNRH analog yang akan menekan
Luteinizing Hormone.2,4
19
Pemeriksaan bagi wanita tanpa adanya gejala atau riwayat diabetes mellitus
tidak perlu dilakukan. Pengendalian kadar gula darah yang optimal sebelum
kehamilan merupakan cara untuk keberhasilan kehamilan. Pemeriksaan tiroid
secara rutin juga belum dapat mendeteksi gangguan fungsi tiroid.
Biasanya
Belum ditemukan
tidak dapat dianggap sebagai bukti organisme tersebut sebagai penyebab dari
keguguran. Organisme-organisme tersebut dapat menjadi penyebab keguguran
3,4
apabila :
Telah ada dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala pada ibu
secara nyata sehingga keadaan ini menjadi tidak terdiagnosis dan tidak
diobati
Memiliki
20
akibat dari aktifasi imunologi sebagai respon dari adanya organisme patologis.
trofoblas
atau target
fetoplacental
21
22
23