Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi dan Jenis-jenis Tumor
Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan
sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, tumor dikenal sebagai
Neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu
pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang
normal.
Ada dua (2) tipe neoplasia yaitu neoplasia jinak (Benign neoplasm) dan neoplasia ganas
(Malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang pertumbuhannya
lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas
adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke
organ-organ lain atau metastase. Neoplasia ganas sering disebut kanker.
Tabel perbedaan tumor jinak dan tumor ganas
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Karakteristik
Kecepatan tumbuh
Batas jaringan
Pergerakan saat dipalpasi
Pertumbuhan dalam tulang
Permukaan lesi
Keterlibatan saraf
Daerah yang terlibat
Warna jaringan
Efek terhadap jaringan tubuh
Gejala

11

Diferensiasi sel

12

Perubahan inti

II. 2. Tumor Jinak Organ Genitalia


II. 2. 1. Vulva
II. 2. 1. 1. Tumor Kistik
a. Kista Bartholini

Tumor Jinak
Lambat (bertahun-tahun)
Biasanya berkapsul
Dapat digerakkan
Mendesak tulang (ekspansif)
Menegang
Tidak ada
Lokal (terlokalisir)
Normal
Tidak ada atau hiperfungsi
Asymptomastis
Masih kelihatan baik, masih
bisa dikenali selnya
Terjadi perubahan inti

Tumor Ganas
Cepat (bulan)
Tidak berkapsul
Cekat (sulit)
Menembus tulang (infiltrasi)
Ulserasi
Sakit, paralise
Luas (metastasis)
Berubah
Hipofungsi atau kaheksi
Symptomatis
Sudah mengalami perubahan
selnya, misal: displasi,
metaplasi
Inti tidak normal, sudah
mengalami perubahan

Gambaran Umum
Terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari duktus
sekretorius, berada tepat di depan (eksternal) himen pada posisi jam 4 dan 8.
Pembesaran kistik terjadi akibat setelah infeksi (terutama yang disebabkan oleh
Neisereria gonorea, Streptococcus dan Staphylococcus) atau trauma yang menyebabkan
sumbatan pada saluran ekskresi kelenjar Bartholini.
Gambaran Klinik
Umumnya tidak akan menimbulkan gejala khusus dan hanya dikenali melalui
palpasi. Sementara itu, infeksi akut disertai penyumbatan, indurasi, dan peradangan.
gejala akut sering membawa penderita untuk memeriksakan dirinya. Gejala utama
akibat infeksi biasanya berupa nyeri sentuh dan dispareunia. Pada tahap supuratif,
dinding kista berwarna kemerahan, tegang, dan nyeri. Bila sampai pada tahap eksudatif
di mana sudah terjadi abses, maka rasa nyeri dan ketegangan dinding kista menjadi
sedikit berkurang disertai dengan penipisan dinding di area yang lebih putih dari
sekitarnya. Umumnya hanya terladi gejala dan keluhan lokal dan tidak menimbulkan
gejala sistemik kecuali apabila terjadi infeksi yang berat dan luas.

Gambar 1. Kista Bartholini

Terapi
Terapi utama adalah insisi dinding kista dan drainase cairan kista atau abses,
yang disebut dengan prosedur marsupialisas. Pengosongan dan drainase eksudat abses
dapat pula dilakukan dengan memasang kateter Vard. Insisi dan drainase sederhana,

hanya dapat mengurangi keluhan penderita untuk sementara waktu karena jenis insisi
tersebut akan diikuti dengan obstruksi ulangan sehingga terjadi kembali kista dan
infeksi yang memerlukan tindakan insisi dan drainase ulangan. Berikan juga antibiotika
untuk mikroorganisme yang sesuai dengan hasil pemeriksaan apus atau kultur bakteri.
b. Kista Pilosebasea
Gambaran Umum
Merupakan kista yang paling sering ditemukan di vulva. Kista ini terbentuk
akibat adanya penyumbatan disebabkan oleh infeksi atau akumulasi material sebum
pada saluran tersebut pada duktus sekretorius kelenjar minyak (blocbage of sebaceous
duct). Kista yang berasal dari lapisan epidermal biasanya dilapisi oleh epitel skuamosa
dan berisi material seperti minyak atau lemak dan epitel yang terlepas dari dinding
dalam kista. Kista inklusi epidermal dapat terjadi dari trauma (benturan) atau prosedur
penjahitan mukosa vulva yang membawa material atau fragmen epidermal.
Gambaran Klinik
Umumnya berdiameter kecil, soliter dan asimtomatik. Dapat terjadi di beberapa
tempat pada labia mayora.
Kista pilosebasea tidak membesar dan asimtomatik kecuali apabila dianggap
mengganggu estetika atau mengaiami infeksi sekunder maka periu dilakukan eksisi dan
terapi antibiotika.
Terapi
Tindakan insisi dan drainase.

c. Hidradenoma Papilaris
Gambaran Umum
Kulit di daerah mons pubis dan labia mayora, banyak mengandung kelenjar
keringat. Kelenjar apokrin ini akan mulai berfungsi secara normal setelah masa

pubertas. Sebagian besar hidradenoma merupakan kista soliter dan dengan diameter
kurang dari 1 cm. Hidradenoma pada vulva mirip dengan gangguan sempa yang terjadi
pada daerah aksila dan akan semakin bermasalah jika disertai dengan iritasi lokal yang
kronis.
Gambaran Klinik
Terjadinya penyumbatan pada duktus sekretorius kelenjar keringat dapat
menimbulkan kista-kista kecil (micvocyst) yang disertai rasa gatal dan hal ini dikenal
sebagai penyakit Fox-Fordyce. Penyebab utama infeksi kelenjar apokrin di daerah ini
adalah Streptococcus atau Staphylococcus. Infeksi berulang dan berat dapat
menimbulkan abses dan sinus eksudatif di bawah kulit. Pada kondisi yang semakin
buruk, dapat terjadi destruksi jaringan, eksudasi, dan limfedema sehingga menyerupai
limfopatia. Tahapan akhir dari hidradenoma, menyebabkan bintik-bintik atau
penonjolan halus papilomatosa pada kulit rulva sehingga menyempai infeksi difus pada
kelenjar sebasea.

Gambar 2. Hidradenoma
Terapi
Untuk lesi ringan yang disertai pembentukan pustulasi berulang, perjalanan
penyakitnya dapat dimodifikasi dengan penggunaan pil kontrasepsi hormonal karena
sekresi kelenjar apokrin fungsional pada area lesi dapat dikurangi. Pil kontrasepsi

hormonal tersebut dapat pula digunakan untuk mengurangi pruritus kronis pada
sindroma Fox-Fordyce pada penderita hidradenoma.
Eksisi dilakukan pada hidradenoma soliter dengan keluhan utama pruritus
vulva. Pada gangguan yang bersifat supuratif dan ekstensif, biasanya dilakukan
tindakan debridement untuk menghentikan proses destruktif terhadap struktur normal
jaringan epidermal vulva.
d. Hidrokel Kanalis Nuck
Gambaran lJmum
Penyumbatan prosesus vaginalis yang persisten juga dapat menimbulkan tumor
kistik atau hidrokel. Dalam fase tumbuh kembang bayi di dalam kandungan, insersio
dari ligamentum rotundum pada labia mayora, diikuti dengan lipatan peritoneum yang
dikenal sebagai kanalis dari Nuck. Kanalis ini akan mengalami obliterasi pada
pertumbuhan selanjutnya. Pada kondisi tertentu, kanalis ini tetap ada hingga usia
dewasa sehingga menjadi tempat akumulasi cairan serosa dan terbentuk hidrokel.
Gambaran Klinik
Bermanifestasi sebagai penonjolan translusen yang memanjang pada atas
labium mayus dan meluas hingga ke kanalis inguinalis. Kadang cairan di dalam kista
tersebut dapat dikempiskan dengan cara menekan penonjolan kistik tersebut secara
perlahan-lahan atau, dapat mengempis sendiri apabila penderita berbaring karena
adanya hubungan kanalis Nuck dengan kavum peritoneum. Jika terjadi hernia
inguinalis pada penderita ini, maka jalur masuk usus ke labium mayus adalah melalui
kanalis Nuck.

Terapi
Upaya untuk menghilangkan kista kanalis Nuck dengan eksisi kantung kista
yang terjadi maka alur masuk usus ke labium dilakukan dengan jalan melakukan

e. Tumor Kistik Lainnya


Penonjolan submukosa yang mungkin terjadi di sepanjang saluran kemih sering
diartikan sebagai neoplasma pada daerah atas dan anterior vulva yang sebenarnya adalah
kista yang terbentuk akibat adanya penyumbatan saluran ekskresi kelenjar parauretralis
II. 2. 1. 2. Tumor Padat Vulva
a. Fibroma
Gambaran Umum
Fibroma merupakan tumor padat vulva yang paling banyak ditemukan. Tumor
ini merupakan proliferasi dari jaringan fibroblas labium mayus.
Gambaran Klinik
Hampir sebagian besar fibroma pada vulva merupakan tumor bertangkai dengan
diameter kecil dan tidak dikenali oleh penderita. Pertumbuhan lanjut dan pembesaran
ukuran fibroma sehingga menimbulkan gangguan aktivitas seksual.
Penderita mungkin tidak menyadari adanya pertumbuhan neoplastik dan tidak
mengeluhkan sesuatu tetapi bila pertumbuhan tumor tergolong cepat maka dapat timbul
gejala seperti nyeri, gangguan pada saat sanggama terkait dengan diameter tumor dan
organ sekitar yang terdesak/terdorong.

Gambar 3. Fibroma

Terapi
Eksisi fibroma melalui prosedur operatif merupakan cara terbaik untuk
mengangkat tumor padat vulva.
b. Polip Fibroepitelial
Gambaran IJmum
Tumor padat yang merupakan campuran dari jaringan fibrosa dan epitel dapat
terjadi di area mana pun di vulva tenrtama apabila area tersebut rentan terhadap iritasi.
Gambaran Klinik
Disebut juga dengan akrokordon atau tonjolan kulit, merupakan tonjolan kulit
polipoid, bertekstur lunak dan halus, berwarna kemerahan seperti jaringan otot. Tumor
ini hampir tidak pernah tumbuh ke arah ganas dan hanya mempunyai arti klinis bila
struktur polipoid ini mengalami trauma dan terjadi perdarahan.
Terapi
Eksisi sederhana (bedah minor) atau menggunakan reknik kauterisasi unipolar
atau bipo1ar.
c. Lipoma
Gambaran lJmum
Cukup banyak sel lemak yang membentuk struktur di daerah mons pubis dan
vulva (terutama labia mayora) tetapi jarang sekali ditemukan lipoma di daerah ini.
Gambaran Klinik
Gambaran klinik sama dengan fibroma dengan ukuran kecil dan sedang di
daerah vulva. Kadang diperlukan pemeriksaan mikroskopik atau histopatologi untuk
membedakan dua kelainan ini. Lipoma pada vulva merupakan tumor jinak dengan batas
yang tegas dan dapat digerakkan bebas dari dasarnya. Jarang sekali pasien
mengeluhkan tumor ini karena memang tidak menyebabkan gangguan yang berarti di
daerah genital ataupun gangguan aktivitas seksual

Gambar 4. Lipoma
Terapi
Eksisi.

d. Limfangioma Sirkumskripta
Gambaran Umum
Malformasi mikrositik limfatik. Lesi ini muncul berupa pulau-pulau dari
sekumpulan nodul atau lepuh kecil yang berisi cairan limfe menyerupai tonjolantonjolan kecil pada kulit katak.
Gambaran Klinik
Pulau-pulau pada kulit vulva dapat berwarna putih jernih hingga merah jambu,
merah gelap, cokelat atau hitam (tergantung dari pigmentasi kulit) dan mungkin
mengeras pada daerah kulit yang tebal atau dengan kandungan keratin yang tinggi.
Limfangioma sirkumskriptum jarang sekali mengenai kulit di daerah vulva. Lokasi
terbanyak dijumpai pada daerah bahu, leher, tungkai, mulut, terutama lidah. Bila pulaupulau limfangioma ini mengalami infeksi, maka dapat terjadi peningkatan jonjot kulit
atau perdarahan

Terapi
Eksisi bertahap dapat dijadikan pilihan. Mengingat pada banyak kasus terdapat
lesi yang cukup luas dan mencakup daerah yang sensitif, maka terapi laser lebih terpilih
karena tidak menimbulkan banyak perdarahan dan tingkat kekambuhannya lebih
rendah. Terapi laser menggunakan Nd:YAG laser (d-lase 300, A DL, Detroit, MI).
Paparan sinar laser selama 10 menit dalam interval 10 hari dengan metode nirkontak
(noncontact) densitas energi 1 W, 10 Hz. Reduksi bermakna terjadi setelah 5 kali
paparan dan penderita limfangioma merasa puas karena penciutan diameter lesi terjadi
secara cepat dan pasti serta terbebas dari rasa nyeri atau risiko perdarahan
e. Angiomio Fibroblastoma
Gambaran Umum
Tumor padat vulva yang tergolong jinak. Tumor jenis ini dapat pula ditemui di
vagina dan tuba fallopii. Angiomiofibroblastoma yang berasal dari jaringan lunak
pelvis, termasuk jarang sekali ditemukan.
Gambaran Klinik
Tonjolan padat di atas kulit vulva atau mukosa vagina, berbatas tegas dan
kenyal. Variasi tertentu dari tumor padat ini dapat berupa tonjolan polipoid di atas kulit.
Permukaan tumor dapat ditutupi oleh selaput epitel tipis berwarna merah muda
mengkilat atau buram dan keunguan akibat disertai dengan perdarahan. Gambaran
histopatologis tumor ini berupa selapis tipis epitel skuamosa di bagian permukaan,
diikuti dengan lapisan stroma dengan area hipo dan hiperseluler dan pembuluh darah
dengan dinding yang tipis, rersusun secara ireguler di seluruh jaringan tumor.
Terapi
Eksisi jaringan angiomiofibroblastoma
f. Mioma Vulvo-Vagina
Gambaran Umum

Mioma merupakan tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jarang ditemukan
pada daerah vulvo vaginal.
Gambaran Klinik
Pada kondisi yang ekstrem, tumor ini dapat mendesak dinding labia ke arah
introitus dan ke arah depan sehingga menyebabkan penyempitan introitus vagina. Mioma
soliter dapat membuat penonjolan yang berbatas tegas, tanpa rasa nyeri (terutama apabila
tidak disertai gejala mekanik seperti penekanan atau penjepitan) dan dapat digerakkan
bebas mengikuti kapasitas kelenturan labia.
Terapi
Enukleasi atau eksisi mioma (tergantung jenisnya, soliter atau difus).

g. Tumor Padat Lainnya


Nevus Pigmentosus
Nevus pigmentosus merupakan penonjolan berwarna kehitaman dengan
permukaan papilomatosa yang menyerupai kubah dan hanya sedikit lebih tinggi dari
permukaan sekitarnya. Bila tumor ini diangkat, sebaiknya dilakukan dengan eksisi yang
sedikit lebih jauh dari batas tepi nevus untuk mengantisipasi kemungkinan melanoma
(insidens 17o - 3%). Melanosis di vulva atau vagina adalah neoplasma jinak,
permukaannya rata, berwarna lebih gelap dari permukaan sekitarnya dan dapat
dibedakan secara makroskopik dengan nevus pigmentosus.
Neurofibroma
Neurofibroma adalah lesi polipoid, soliter, dengan konsistensi padat pada vulva.
Kelainan ini biasanya berhubungan dengan neurofibromatosis sistemik (penyakit
Recklinghausen). Jaringan asal neurofibroma adalah bumbung neuralis dan jarang

sekali mencapai ukuran yang besar. Bila jumlah neurofibroma sangat banyak dan
mengganggu sanggama, maka sebaiknya dilakukan eksisi dengan kauterisasi atau
teknik pembedahan konvensional lainnya.
Schwannoma
Schwannoma merupakan salah satu variasi dari neoplasma yang berasal dari
bumbung neuralis yang biasanya soliter, tidak nyeri, tumbuh lambat, infiltratif tetapi
jinak. Hanya 7% saja schwannoma berlokasi di vulva. Ukuran tumor ini berkisar dari 1
-4 cm. Dengan semakin membesarnya diameter tumor ini, permukaannya juga akan
mengalami erosi sehingga menimbulkan ulserasi hingga ke bagian tepi dan sering
dikelirukan sebagai keganasan. Karena bagian tepi tumor menjadi tidak jelas, maka
tindakan eksisi seringkali mengambil area yang lebih luas dari batas yang
sesungguhnya.

II. 2. 2. Vagina
II. 2. 2. 1. Tumor Kistik Vagina
a. Kista Inklusi
Gambaran Umum
Kista Inklusi merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada vagina.
Lokasi tumor umumnya pada 1/3 bawah vagina dan posterior atau lateral. Tumor ini
tumbuh dari jaringan epidermal yang berada di bawah lapisan mukosa vagina. Jaringan
tersebut terperangkap dan tumbuh di bagian tersebut akibat penjahitan robekan atau
laserasi perineum yang kurang sempurna. Komponen kelenjar pada jarrngan epidermal
yang terperangkap tersebut menghasilkan cairan dan membentuk kista. Walaupun kista
tidak dapat mencapai ukuran hingga beberapa sentimeter, tetapi seringkali
menimbulkan keluhan pada saat-saat tertentu. Kista inklusi juga pernah ditemukan pada
bagian anterior dan puncak vagina, terkait dengan prosedur histerektomi sebelumnya.

Gambaran Klinik
Kista inklusi merupakan tumor kistik dengan batas yang tegas dengan gerakan
yang terbatas dan berisi massa berupa cairan musin yang kental. Permukaan dinding
kista dilapisi oleh epitel skuamosa yang terstratifikasi, pada ukuran dan kondisi tertentu
(dispareunia).
Terapi
Eksisi.
b. Kista Gartner (Gartner's duct cyst)
Gambaran Umum
Kista ini berasal dari sisa kanalis Volfii (disebut juga Duktus Gartner) yang
berjalan di sepanjang permukaan anterior dan bagian atas vagina. Diameter kista sangat
tergantung dari ukuran duktus dan kapasitas tampung cairan di dalamnya sehingga bisa
dalam ukuran yang relatif kecil (tidak menimbulkan penonjolan) hingga cukup besar
untuk mendorong dinding vagina ke arah tengah lumen atau malahan dapat memenuhi
lumen dan mencapai introitus vagina.
Gambaran Klinik
Lokasi utama kista Gartner adalah bagian anterolateral puncak vagina. Pada
perabaan, kista ini bersifat kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis yang tersusun
dari epitel kuboid atau kolumner, baik dengan atau tanpa silia dan kadang-kadang
tersusun dalam beberapa lapisan (stratified). Ruang gerak kista agak terbatas terkait
dengan topografi duktus Gartner di sepanjang alurnya pada puncak vagina.
Terapi
Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa
kanalis Wolfii ini
II. . 2. 2. Tumor Padat Vagina
a. Fibroma Vagina
Gambaran Umum

Tumor ini berasal dari proliferasi fibroblas di jaringan ikat dan otot polos
vagina. Ukuran tumor bervariasi mulai dari nodul kecil di bawah kulit hingga tumor
polipoid yang berukuran besar. Tumor berukuran besar seringkali mengalami
degenerasi miksomatosa sehingga konsistensinya menjadi lebih lunak dan kistik.1,15
Gambaran Klinik
Fibroma pada vagina tidak akan menimbulkan keluhan atau gejala klinik
tertentu apabila berdiameter kecil. Gejala akan timbul dengan semakin besarnya
diameter tumor. Tumor ini hanya menyebabkan indurasi kecil di bawah mukosa apabila
ukurannya kecil dan mungkin menyebabkan dispareunia bila ukurannya besar.
Terapi
Eksisi.

b. Adenosis Vagina
Gambaran lJmum
Jenis tumor ini banyak pada perempuan dewasa dan mengaitkannya dengan
pemberian estrogen selama kehamilan. Akan tetapi, dengan masih adanya temuan baru
adenosis vagina dan tidak digunakannya DES selama beberapa dekade ini, maka
patofisiolgi penyakit ini telah mengalami banyak perubahan.

Gambaran Klinik
Umumnya berupa area yang mengalami penebalan mukosa dengan permukaan
yang kasar serta ditutupi oleh eksudat mukus dari epitel kelenjar yang melapisi
permukaan tumor ini. Bila tidak mencapai ukuran yang besar, lesi ini tidak
menimbulkan gejala atau gangguan fungsi organ genitalia.
Terapi
Eksisi dengan teknik bedah konvensional. Bila batas lesi tidak jelas, dapat
dilakukan teknik eksisi secara ablatif karena dikhawatirkan terjadi komplikasi terhadap
organ sekitar (kandung kemih dan rektum).
c. Endometriosis Vagina
Tidak jarang endometriosis di vagina dikelirukan dengan adenosis vagina karena
tersebar secara difus di vagina. Lokasi yang paling sering adalah forniks posterior (culdesac) dan bermanifestasi sebagai nodul sub-epitel atau lesi yang selalu mengalami
perdarahan ireguler. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memeriksa spesimen biopsy
dari tempat lesi. Pengobatan endometriosis di bagian ini adalah sama dengan endometriosis
di rongga pelvik.
Uterus

A. Ektoserviks
1. Kista sisa jaringan embrional, berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi terdapat
pada dinding samping ektoserviks.
2. Kista endometriosis, letaknya superficial.
3. Folikel/ kista Nabothi, kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat pada
wanita multipara. Kista ini jarang mencapai ukuran besar, berwarna putih mengkilap
berisi cairan mukus. Bila membesar maka akan menimbulkan rasa nyeri.
4. Papiloma, dapat tunggal maupun multipel, kebanyakan adalah merupakan sisa epitel
yang terlebih pada trauma bedah maupun persalinan.
5. Hemangioma, biasanya terletak superficial, dapat membesar pada waktu kehamilan,
dapat menyebabkan metroragi.
B. Endoserviks Polip, sebetulnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang
berasal dari selaput lendir endoserviks. Polip berkembang karena pengaruh radang maupun
virus. Tangkainya dapat panjang, epitel yang melapisi adalah epitel endoserviks, dapat juga
mengalami metaplasi. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis dan mudah berdarah.
Polip endoserviks diangkat dan perlu diperiksa secara histologik.

Polip
C. Endometrium
1. Polip endometrium, sering didapati dengan pemeriksaan histeroskop. Polip berasal
dari adenoma, adenofibroma, mioma submukosum, plasenta.

2. Adenoma-adenofibroma, terdiri dari epitel endometrium dengan struma yang sesuai


dengan daur haid, merupakan hiperplasia endometrium, konsistensi lunak, berwarna
kemerahan. Gangguan yang sering ditimbulkan adalah metroragi sampai menometroragi,
infertilitas.
3. Mioma submukosum, sarang mioma dapat tumbuh bertangkai, keluar dari uterus
menjadi mioma yang dilahirkan (Myom geburt). Tumor berkonsistensi kenyal berwarna
putih.
4. Polip plasenta, berasal dari plasenta yang tertinggal, setelah partus maupun abortus,
menyebabkan uterus mengalami subinvolusi yang menimbulkan perdarahan, diangkat
dengan cara kuretase, dapat dilakukan dengan cara kauteterisasi dan bedah laser.
D. Miometrium, berasal dari otot uterus dan jaringan ikat. Patogenesis Menurut Meyer asal
mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Patologi anatomi Sarang
mioma di uterus berasal dari serviks uterus hanya 1-3 %, sisanya adalah dari korpus uterus.
Menurut letaknya :
a. Mioma submukosum, berada dibawah endometrium, menonjol ke dalam rongga uterus.
b. Mioma intramural, terdapat di dinding uterus, antara serabut miometrium.
c. Mioma subserosum, tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus, diliputi oleh serosa.

Mioma
Gejala dan tanda

Ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik, tumor ini tidak


menggangu, gejala yang dikeluhkan, tergantung pada tempat sarang mioma.
Gejala tersebut dapat digolongkan:
a. Perdarahan abnormal, adalah hipermenore, menoragia, dan metroragia.
Penyebab perdarahan ini adalah pengaruh ovarium, permukaan endometrium
yang lebih luas, atrofi endometrium, miometrium tidak dapat berkontraksi
optimal.
b. Rasa nyeri, bukan merupakan gejala yang khas tapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat
dan peradangan.
c. Gejala dan tanda penekanan, tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih menyebabkan poliuri, pada urethra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rektum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada
pembuluh darah limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
Diagnosis
Penderita mengeluh akan rasa berat, adanya benjolan pada perut bagian bawah.
Pemeriksaan bimanual mengungkapkan tumor pada uterus, umumnya terletak
pada garis tengah, teraba berbenjol-benjol. Sebagai diagnosis banding perlu kita
pikirkan tumor abdomen di bagian bawah panggul atau panggul dalam mioma
subserosum dan kehamilan, USG abdominal dan transvaginal dapat membantu
dalam menegakkan dugaan klinis.
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Pemberian GnRH agonist selama 16
minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus dan keseluruhannya menjadi kecil. Perlu diingat bahwa penderita mioma
uteri sering mengalami menopause yang terlambat.

Pengobatan operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Dapat dikerjakan pada mioma submukosum pada Myoma Geburt dengan
cara ekstirpasi lewat vagina. Penderita mioma akan masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi

adalah pengangkatan uterus

yang umumnya

merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dilaksanakan perabdominal atau


pervaginam.

Radioterapi
Bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan
pada uterus.
Tuba falopii dan jaringan sekitarnya
Tumor pada tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma.
A. Tumor Tuba Uterina
1. Adenoma
2. Leiomioma
3. Fibroma
Tumor Neoplasma Jinak Jaringan Sekitarnya
A. Tumor Non Neoplasma
Disebabkan oleh radang antara lain Hidrosalping, Piosalping, dan kista tuboovarial.
Ovarium
a. Tumor Ovarium Non Neoplasma
1) Tumor akibat radang ovarium Misalnya abses ovarial, abses tubo ovarial, dan
kista tubo ovarial.
2) Tumor fungsional

a. Kista folikel, berasal dari folikel de Graaf yang tidak berovulasi, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah tumbuh dibawah pengaruh estrogen tidak
mengalami atresia yang lazim, biasanya berdiameter 1-1,5 cm. Dalam
menangani tumor ovarium dapat timbul persoalan apakah tumor yang
dihadapi neoplasma atau kista folikel. Bila diameter tumor tidak melebihi 5
cm, dapat ditunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang
sendiri.
b. Kista korpus luteum, dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans, kadang mempertahankan diri (korpus
luteum persistens). Dapat menimbulkan gangguan haid berupa amenore
diikuti oleh perdarahan tidak teratur, juga rasa berat di perut bagian bawah.
Cara penanganannya dengan menunggu sampai kista hilang sendiri. Bila
dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus
luteum akan diangkat tanpa mengorbankan ovarium.
c. Kista teka lutein, pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadangkadang tanpa adanya kelainan tersebut ovarium dapat membesar menjadi dan
kistik. Tumbuhnya kista karena pengaruh hormon koriogonadotropin yang
berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium akan
mengecil spontan.
3) Tumor lain
a. Kista inklusi germinal, terjadi karena invaginasi & isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini banyak
terdapat pada wanita yang sudah lanjut, dengan besar yang jarang melebihi
diameter 1 cm.
b. Kista endometrium, Kista ini adalah endometriosis yang berlokasi di
ovarium.
c. Kista Stein-Leventhal, dikenal dengan nama sindroma Stein-Leventhal
dan disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Pada penderita
terdapat gangguan ovulasi karena endometrium hanya dipengaruhi oleh
estrogen. Hiperplasia endometrium sering ditemukan.

Diagnosis
Dibuat atas dasar gejala-gejala klinis; laparoskopi dapat membantu dalam
pembuatan diagnosis. Pada diagnosis deferensial perlu dipikirkan tumor ovarium
yang mengeluarkan androgen.
Terapi
Dengan Wedge Resection ovarium, tetapi sekarang banyak diganti dengan
pengobatan menggunakan klomifen yang bertujuan menyebabkan ovulasi. Wedge
Resection perlu dipertimbangkan, apabila terapi klomifen tidak berhasil
menyebabkan ovulasi atau menimbulkan efek samping.
b. Tumor Ovarium Neoplasma
1) Tumor Kistik
a. Kistoma ovarii simpleks, suatu jenis kistadenomaserosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya, berhubungan dengan tekanan cairan dalam
kista. Terapinya dengan pengangkatan kista melalui reseksi ovarium, tetapi
jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk
mengetahui apakah adanya keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Mucinosum, asalnya belum diketahui secara pasti,
namun menurut Meyer, kemungkinan berasal dari suatu teratoma yang dalam
pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada pula
penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari epitel germinativum,
sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan
tumor Brener.

Gejala dan Tanda


Lazimnya

berbentuk

multilokuler, oleh

karena

permukaan

berbagala (lobulated). Kira-kira 10 % dapat mencapai ukuran yang sangat


besar, apalagi pada penderita yang datang dari pedesaan. Tumor biasanya
unilateral, akan tetapi dapat dijumpai yang bilateral. Dinding kista agak
tebal berwarna putih keabu-abuan. Pada pembukaan terdapat cairan
lendir yang khas kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning
sampai coklat tergantung dari pencampuran dengan darah.
Penatalaksanaan
Terdiri atas pengangkatan tumor. Bila pada operasi, tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal,
biasanya dilakukan pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingoooferoktomi). Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan
histologik ditempat-tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan
keganasan. Waktu operasi ovarium yang lain juga perlu diperiksa.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum, banyak penulis berpendapat berasal dari
epitel permukaan ovarium (germinal epithelium).
Gejala dan Tanda
Pada umumnya kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kistadenoma mucinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, dapat pula berbentuk multilokuler, walau lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Isi kista cair, kuning, dan
kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya
kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid
papiloma).
Perubahan ganas

Bila ditemukan pertumbuhan papiler, proliferasi dan stratifikasi


epitel serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara mikroskopik digolongkan dalam kelompok tumor ganas. Dapat
dikatakan bahwa 30 - 35 % dari kistadenoma serosum mengalami
perubahan keganasan. Bila pada satu kasus terdapat implantasi pada
peritoneum disertai dengan ascitesis, maka prognosis penyakit itu kurang
baik, meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan itu mungkin jinak
(histopatologically benign). Klinis kasus tersebut menurut pengalaman
harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang ganas (clinically
malignant).
Penatalaksanaan
Berhubung

lebih

besarnya

kemungkinan

keganasan,

perlu

dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang telah dikeluarkan.


Kadang-kadang perlu diperiksa sedian yang dibekukan (frozen section)
pada saat operasi, untuk menentukan tindakan selanjutnya pada saat
operasi.
d. Kista Dermoid, merupakan satu teratoma kista yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel
kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebacea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen
ektoderm dan mesoderm.
Gejala dan Tanda
Dinding kista kelihatan putih keabu-abuan dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dibagian lain padat. Sepintas
terlihat seperti kista berongga satu, tetapi bila dibelah biasanya nampak
satu kista besar dengan ruang kecil-kecil dalam dindingnya. Tumor
mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal, dan endodermal.
Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebacea, gigi (ektodermal),

tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus
gastrontestinalis,

epitel

saluran

pernafasan

dan

jaringan

tiroid

(endodermal). Termasuk disini:


a) Struma ovarium, tumor ini terdiri atas jaringan tiroid dan kadang
dapat menyebabkan hipertiroid.
b) Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma ovarii serosum,
dapat dianggap sebagai adenoma yang berasal dari satu elemen dari
epitel germinativum.
c) Koriokarsinoma, tumor ganas yang jarang ditemukan dan untuk
diagnosisnya

harus

dibuktikan

dengan

adanya

hormon

koriogonadotropin. Kista dermoid adalah salah satu teratoma kistik.


Umumnya teratoma solid ialah tumor ganas, akan tetapi biarpun
jarang dapat juga ditemukan teratoma solidum yang jinak. Terapi pada
kista dermoid terdiri atas pengangkatan, biasanya dengen seluruh
ovarium.
c. Tumor Ovarium Padat dan Jinak
1) Fibroma ovarii
Semua tumor yang padat adalah neoplasma, tapi tidak berarti semuanya
ganas meskipun mempunyai potensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat
berbeda pada berbagai jenis, sangat rendah pada fibroma ovarium dan sangat
tinggi pada teratoma embrional yang padat. Fibroma ovarii berasal dari
elemen-elemen fibroblastic stroma ovarium atau dari beberapa sel mesenkim
yang multipoten.
Gejala dan Tanda
Diameternya dapat mencapai 22 sampai 30 cm, dan beratnya dapat
mencapai 220 kg, dengan 90 % unilateral. Permukaannya tidak rata,
konsistensi keras, warna merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan
tumor, ada yang konsistensinya memang betul-betul keras yang disebut
fibroma durum; sebaliknya ada yang cukup lunak disebut fibroma molle.

Neoplasma ini terdiri dari jaringan ikat dengan sel-sel ditengah-tengah


jaringan kolagen. Selain mempunyai struktur fibroma biasa, kadangkadang terdapat bagian-bagian yang mengalami degenerasi hialin. Yang
penting ialah pada tumor ini sering ditemukan sindrom Meigs. Potensi
keganasan pada fibroma ovarii sangat rendah, kurang dari 1 %.
Penatalaksanaan
Terdiri atas operasi yaitu ooferoktomi. Sesudah operasi, ascites dan
hidrothoraks menghilang secara spontan.
2) Tumor Brenner
Merupakan satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita yang dekat atau sesudah menopause. Angka
frekuensinya ialah 0,5% dari semua tumor ovarium. Menurut Meyer, epitel
pulau-pulau dalam tumor berasal dari sisa-sisa sel Walthard yang belum
mengadakan diferensiasi. Penyelidikan yang terakhir memberi petunjuk
bahwa sarang-sarang tumor Brenner berasal dari epitel selomik duktus
Mulleri.

Tumor Brenner
Gejala dan Tanda
Besarnya beraneka ragam, dari yang kecil (garis tengahnya kurang dari 5
cm), sampai yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnya tumor unilateral,

yang pada pembelahan berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan


kista kecil (multikistik). Kadang-kadang pada tumor ini ditemukan sindroma
Meigs. Mikroskopik gambaran tumor sangat khas, terdiri dari 2 elemen yakni
sarang-sarang yang terdiri atas sel-sel epitel, yang dikelilingi oleh jaringan
ikat yang luas dan padat. Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala
kllinik yang khas, dan jika masih kecil biasanya ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan histopatologik ovarium. Jika menjadi besar beratnya
menjadi beberapa kilogram dan dapat seperti fibroma. Meskipun tumor ini
jinak, namun dapat memberi gejala; telah dilaporkan beberapa kasus tumor
jenis ini yang histopatologik maupun klinis menunjukkan keganasan.

Penatalaksanaan
Terdiri dari pengangkatan ovarium. Bila ada tanda-tanda keganasan
dikerjakan salpingo-ooforektomia bilateralis dan histerektomia totalis.
3) Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)
Tumor ini sangat jarang, dalam kepustakaan dunia hingga kini hanya
dilaporkan 30 kasus. Biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara 0,5-16
cm diameternya. Ada 2 teori tentang asalnya; yang satu menyatakan bahwa
tumor berasal dari sel-sel mesenkim folikel primordial, yang lain mengatakan
dari sel adrenal ektopik dalam ovarium. Beberapa dari tumor ini menyebabkan
gejala maskulinisasi, yang terdiri atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi
mamma dan pembesaran suara. Terapi terdiri atas pengangkatan tumor beserta
ovarium.
Referensi
Adriaansz, George. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai