Anda di halaman 1dari 8

MATRIKS DAN DETERMINAN

Pendahuluan
Banyak persoalan dalam matematika murni maupun terapan yang disajikan dalam sistem
persamaan linear. Misalnya, penerapan Hukum Kirchhoff dalam rangkaian listrik biasanya akan
menghasilkan sistem persamaan linear dengan variabel arus listrik. Untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear dengan dua variabel biasanya digunakan metode substitusi atau eliminasi. Akan
tetapi, untuk sistem persamaan linear yang melibatkan tiga variabel atau lebih, metode ini
ternyata tidak efisien.
Untuk menyelesaian sistem persamaan linear dengan tiga variabel atau lebih, kita akan
membahas metode reduksi baris atau eliminasi Gauss dan aturan Cramer. Sebelum membahas
kedua metode ini, kita akan membicarakan konsep matriks dan determinan.
Definisi
Diandaikan kita memiliki sistem persamaan linear berikut:
x+ 2 y +3 z=7
4 x y6 z=1
2 x +2 y3 z=4

Koefien-koefisien x, y, dan z dapat dituliskan sebagai

1 2
3
A= 4 1 6
2 2 3

Sistem bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan kolom ini dikenal dengan sebutan matriks.
Matriks

m n

adalah suatu susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas m baris dan

n kolom. Sebuah matriks A biasanya dituliskan dalam bentuk

A=

a 11 a12 a13 a1 k
a21 a22 a23 a 2k

a j 1 a j 2 a j 3 a jk

Setiap bilangan

a jk

pada matriks disebut unsur atau elemen, dengan indeks i dan j berturut-

turut menunjukkan unsur yang terletak pada baris ke-j dan kolom ke-k matriks yang
bersangkutan.

Jika banyaknya baris m sama dengan banyaknya kolom n, dikenal matriks bujur sangkar
berukuran

n n

atau berorde n. Sebuah matriks yang hanya terdiri satu baris dinamakan

matriks baris. Sebaliknya, sebuah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom dinamakan matriks
kolom.
Aljabar Matriks
1. Kesamaan Matriks
Dua matriks A=(a jk ) dan matriks B=( b jk ) yang berukuran sama (memiliki jumlah
baris dan kolom yang sama), dikatakan sama jika dan hanya jika
contoh,
x r u= 2 0 8
y s v 1 4 3

)(

a jk =b jk . Sebagai

jika dan hanya jika x = 2, y = 1, r = 0, s = 4, u = 8, dan v = 3.


2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Dua buah matriks A dan B yang berukuran sama dapat dijumlahkan/dikurangkan untuk
menghasilkan

matriks

yang

unsur-unsurnya

merupakan

hasil

penjumlahan/pengurangan dari unsur matriks A dan B yang bersesuaian. Secara


matematis, jika A dan B adalah dua matriks yang berukuran sama, maka

C=A B

dengan c jk =a jk b jk .
3. Perkalian Matriks dengan Skalar
Perkalian matriks A dengan skalar k akan menghasilkan sebuah matriks baru B yang
unsur-unsurnya diperoleh dengan mengalikan unsur-unsur matriks A dengan k. Jadi, B =
kA.
4. Perkalian dua Matriks
Jika A=(a jk ) sebuah matriks berukuran

m n

dan

B=( b jk )

sebuah matriks

n p , maka perkalian matriks A dengan matriks B, yaitu C = AB,

berukuran

didefinisikan sebagai
n

c jk = a jl blk ,
l=1

dengan matriks C berukuran

m p .

Perkalian dua matriks dapat dilakukan jika dan

hanya jika banyaknya kolom A sama dengan banyaknya baris B.


4 2
1 5 3
8 34
4
Untuk A=
dan B=
, diperoleh AB=
.
3 1
2 7 4
1 8 13
Berbeda dengan aljabar bilangan biasa, perkalian matriks pada umumnya tidak komutatif.

Akan tetapi, hukum asosiatif dan distributif tetap berlaku:


A(BC)= (AB)C, A(B + C) = AB + AC, (A + B)C = AC + AC.

Sebuah matriks A dapat dikalikan dengan dirinya sendiri jika dan hanya jika A adalah
matriks bujur sangkar. Ungkapan AA biasanya ditulis

A 2 . Dengan cara yang sama,

3
2
4
3
A =A A,
A = A A , dan sebagainya.
5. Matriks Transpos

Untuk matriks A dapat dilakukan operasi transposisi, yaitu mengganti baris dengan
kolomnya sehingga diperoleh matriks baru. Matriks baru sebagai hasil transposisi ini
AT .

dinamakan transpose dari A dan dinyatakan dengan


A=(a jk )

maka

A= 2 1 8
5 2 1

Dengan demikian, jika

A T =( a kj ) . Sebagai contoh, jika


maka

( )

2 5
AT= 1 2
8 1

Sifat-sifat matriks transpos: ( A+ B) = A + B

, ( AB) =B A

A
, dan ( T )T = A .

Untuk matriks kompleks, yaitu matriks yang unsur-unsurnya bilangan kompleks, terdapat operasi
konjugat kompleks dan konjugat hermite.

Operasi konjugat kompleks pada matriks kompleks C yang dinyatakan dengan C

akan

menghasilkan matriks baru B yang elemen-elemennya adalah konjugat kompleks dari C. Jadi,
( c jk ) . Matriks C

B=( b jk )=C=

dikenal sebagai matriks konjugat kompleks dari C.

Operasi konjugat hermite pada matriks kompleks C merupakan kombinasi dari operasi
konjugat kompleks dan transposnya sehingga sehingga menghasilkan matriks baru B. Dengan
demikian,

B=( C)

atau

B=C

. Elemen-elemen matriks B adalah

( b jk ) =(c kj ) . Matriks

B ini dikenal sebagai matriks konjugat hermite dari C.


Sebagai contoh, jika

A= 2+3 i 45 i
3
5i

maka

) (

3
T = 23 i 4 +5 i = 2+3 i
A =( A)
3
5 i
4+ 5i 5 i

Matriks-matriks Khusus
Matriks bujur sangkar, matriks baris, dan matriks kolom biasanya dikelompokkan ke dalam
matriks khusus. Ada beberapa matriks khusus yang lain, yaitu:
1) Matriks diagonal, yaitu matriks yang semua unsurnya nol kecuali unsur-unsur yang
terletak pada diagonal utama. Contoh,

( )

1 0 0
A= 0 3 0
0 0 4

Jumlah semua unsur diagonal utama sebuah matriks bujur sangkar dinamakan trace
matriks yang bersangkutan.
2) Matriks segitiga, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya terletak di bawah atau
di atas diagonal utama sama dengan nol. Jika unsur-unsur nol terletak di bawah diagonal
utama, biasanya disebut matriks segitiga atas. Sebaliknya, jika unsur-unsur nol terletak di
atas diagonal utama disebut matriks segitiga bawah.
3) Matriks satuan, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya pada diagonal utama
sama dengan 1, sedangkan unsur-unsur yang lain sama dengan nol. Matriks satuan
biasanya diberi simbol I. Sebagai contoh,
I= 1 0 .
0 1
4) Matriks nol, yaitu matriks yang unsur-unsurnya sama dengan nol dan biasanya diberi

( )

A +O=O+ A= A

simbol O. Untuk matriks A yang ukurannya sama dengan O, berlaku

dan AO=OA=O .
5) Matriks simetri, yaitu matriks bujur sangkar yang memenuhi sifat
A T =A , A disebut matriks taksimetri.
6) Matriks kofaktor, yaitu matriks yang didefinisikan sebagai
Jika

a11 a12 a13


A= a 21 a22 a 23
a 31 a32 a33

maka

A11
A = A21
A31
c

A12
A22
A32

A 13
A 23
A 33

A T =A .

A c = A jk .
, dengan

a22 a23
1+2 a21 a 23
, A 12=(1)
, dan seterusnya.
a32 a33
a31 a 33
7) Matriks adjoint, yaitu matriks yang diperoleh dari transpose matriks kofaktor. Jadi,
A 11 =(1)1 +1

adj A=A cT .
Untuk
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)

Jika
Jika
Jika
Jika
Jika
Jika
Jika
Jika

( )

A= 1 3 , A c = 1 2 , dan adj A=A cT = 1 3 .


2 1
3 1
2 1
adj A=A , matriks A dikatakan self-adjoint.
2
A =I , matriks A dikatakan involuntary.
, matriks A dinamakan matriks real.
A= A
T
A A =I , matriks A dinamakan matriks orthogonal.
T =A , matriks A dinamakan matriks hermite.
A=( A)
A A =I , matriks A dinamakan matriks uniter.
, matriks A dinamakan matriks imajiner murni.
A= A
2
A = A , matriks A dinamakan matriks idempotent (indepotent matrix).

Jika

Determinan
Untuk setiap matriks bujur sangkar A terdapat nilai karakteristi yang dikenal sebagai

|a jk|

determinan, biasa ditulis det (A) atau

a 11 a12
a21 a22
det A= a31 a32

a j1 a j2

a1 k
a2 k
a3 k

a jk

. Determinan matriks A ditulis sebagai

Jika matriks A dengan det (A) = 0, A disebut matriks singular. Sebaliknya, jika det (A)
0 , A disebut matriks taksingular.
Minor
Jika baris ke-j dan kolom ke-k pada determinan yang disajikan di atas dihilangkan, kemudian
dibentuk sebuah determinan dari unsur-unsurnya yang tertinggal, akan diperoleh determinan baru
yang terdiri atas (n-1) baris dan (n-1) kolom. Determinan baru ini merupakan minor dari unsur
a jk dan dinyatakan dengan ungkapan

a11
a
det A= 21
a31
a41

a12
a22
a32
a42

a13
a23
a33
a 43

M jk . Sebagai contoh,

a14
a24
a34
a 44

maka minor unsur a32 adalah M 32 , yaitu


a 11 a13 a14
M 32= a21 a23 a24 .
a 41 a43 a44
Jika minor dari a jk dikalikan dengan (1) j+k

hasilnya dinamakan kofaktor dari

a jk

dan

dinyatakan dengan A jk . Jadi,


A jk=(1) j+k M jk .
Untuk menentukan determinan matriks A dapat digunakan ekspansi Laplace yang menyatakan
bahwa nilai determinan merupakan jumlah dari hasil kali unsur-unsur pada suatu baris (atau
suatu kolom) dengan kofaktor-kofaktor yang bersesuaian. Secara matematis,
n

det A= a jk A jk , untuk sembarang j.


k=1

Sebagai contoh, kita akan menghitung


a a
det A= 11 12
a21 a 22

Untuk j =1, diperoleh


2

det A= a 1 k A =a11 A11 + a12 A12 ,


k=1

1k

1 +1
dengan A 11 =(1) |a22|=a 22 dan
det A=a11 a22a12 a21 .

1+2

A 12=(1)

|a21|=a 21

. Jadi,

Sifat-sifat Determinan
1) Nilai determinan tidak berubah apabila baris dan kolomnya dipertukarkan. Jadi,
T

det A=det A .
2) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, determinan matriks itu sama
dengan nol.
3) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, kecuali satu unsur,
determinannya sama dengan hasil kali unsur itu dengan kofaktornya.
4) Pertukaran dua baris atau dua kolom sembarang akan mengubah tanda determinan.
5) Jika semua unsur dalam suatu baris (atau kolom) dikalikan dengan sebuah bilangan,
determinannya juga dikalikan dengan bilangan itu.
6) Jika dua baris (atau kolom) sama atau sebanding, determinannya sama dengan nol.
7) Jika setiap unsur dalam suatu baris (atau kolom) sebuah determinan merupakan jumlah dua
suku, determinannya dapat dinyatakan sebagai jumlah dua determinan yang berukuran
sama.
8) Jika kita mengalikan unsur-unsur suatu baris (atau kolom) dengan sebuah bilangan
kemudian dijumlahkan dengan unsur-unsur yang bersesuaian dengan suatu baris (atau
kolom) yang lain, nilai determinannya tetap.
9) Jika A dan B dua matriks bujur

sangkar

yang

berukuran

sama,

maka

det ( AB )=det ( A ) +det ( B ) .


10) Jumlah dari hasil kali unsur-unsur dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktorkofaktornya dari baris (atau kolom) lainnya adalah nol. Secara matematis,
n

a qk A pk =0 atau
k=1

Jika

a kq A kp =0

, jika

p q .

k=1

p=q , hasilnya sama dengan det A .

Invers Matriks
Jika pada matriks bujur sangkar A terdapat matriks B sehingga AB = I, dengan I adalah
matriks identitas, maka B dinamakan invers matriks A dan ditulis sebagai

A1 .

adalah matriks bujur sangkar tak singular berorde-n, maka terdapat satu invers

Jadi, jika A

A1

sehingga

1
1 1
dan ( A1 )1 =A .
A A1= A1 A=I . Invers matriks memiliki sifat, ( AB) =B A
Untuk menentukan invers matriks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: metode reduksi

baris dan metode determinan.

Metode Reduksi Baris


Untuk memberi gambaran penerapan metode reduksi baris, diandaikan kita akan menghitung
invers matriks A. Dengan mengingat sifat-sifat matriks satuan I, A = IA. Selanjutnya, dengan
mereduksi A di ruas kiri menjadi I maka ruas kanan akan tereduksi menjadi B sehingga
menghasilkan I = AB. Jadi, B adalah invers matriks A. Metode reduksi baris terdiri atas operasioperasi berikut:
menukarkan dua baris,
mengalikan sembarang baris dengan sebuah tetapan k 0, dan
menjumlahkan atau mengurangkan dua baris sembarang.
Untuk memudahkan penulisan operasi reduksi baris, biasa digunakan notasi
a Bj b Bk .

B j,k

dan

Notasi pertama menunjukkan baris-j dan baris-k dipertukarkan, sedangkan notas

kedua artinya baris-j dikalikan dengan a kemudian dijumlahkan atau dikurangkan dengan b kali
baris-k.
Metode Determinan
Sebuah matriks memiliki invers jika dan hanya jika
ditentukan dengan rumus

A1=

det A 0.

Invers matriks A dapat

adj( A)
.
det A

Sistem Persamaan Linear


Sistem persamaan linear dengan n variabel adalah suatu himpunan persamaan linear yang
berbentuk
a11 x 1+a12 x 2+ +a 1n x n=r 1
a21 x 1+a22 x 2 ++ a2 n x n=r 2
.
am 1 x 1 +am 2 x 2+ +amn x n=r n

Jika
r n 0

r 1=r 2 ==r n=0,

sistem persamaan linear di atas disebut homogen. Sebaliknya, jika

dinamakan takhomogen. Sistem persamaan linear di atas dapat dinyatakan dalam

bentuk matriks, yaitu

a11 a12
a21 a22

a m1 am 2

a1 n
a2 n

amn

)( ) ( )
x1
r1
x2 = r2

rn
xn

atau AX = R.
Untuk menyelesaian system persamaan linear di atas digunakan dua cara, yaitu metode reduksi
baris dan aturan Cramer (lihat Bambang Ruwanto. 2002. Matematika untuk Fisika dan Teknik I.
Yogyakarta: Adicita hal. 131-135)

Anda mungkin juga menyukai