Management Kelompok Dan Kinerja
Management Kelompok Dan Kinerja
Konflik merupakan suatu keadaan yang tidak bisa dihindari oleh setiap
manusia. Respon mengelola konflik cenderung digunakan oleh organisasi
dengan tingkat efektivitas tinggi
Abstrak
Dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara
manusia tidak terlepas konflik. Cara orang merespon terhadap adanya konflik
tersebut dapat dengan mengelola konflik (collaborating), respon melawan konflik
(cotending), dan respon menghindari konflik (avoiding). Respon mengelola
konflikcenderung digunakan oleh organisasi dengan tingkat efektivitas tinggi.
Kata kunci: konflik, mengelola, efektivitas organisasi
Konflik merupakan istilah yang tidak asing bagi kita. Hampir disetiap media
sering kita lihat, dengar, dan baca istilah ini. Konflik antar pelajar, konflik antar
warga, konflik antar anggota DPR, dan masih banyak konflik-konflik yang akrab
ditelinga kita. Lalu pertanyaannya apakah setiap konflik itu negatif? Tulisan ini
mencoba melihat konflik dari perspektif yang lain.
Apakah konflik itu? Menurut Nardjana (1994) Konflik adalah akibat
situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara
satu
dengan
yang
lain,
sehingga
salah
satu
atau
keduanya
saling
yang
telah
dikemukakan
tersebut
dapat
mengganggu
bahkan
Menurut Robbins ada lima tahapan terjadinya konflik yaitu tahap I adalah
oposisi atau hasil ketidakcocokan potensial, tahap II adalah kognisi dan
personalisasi, tahap III adalah maksud, Tahap IV adalah perilaku dan tahap V
adalah hasil. Hasil dari keberadaan suatu konflik itu adalah kinerja tim meningkat
atau kinerjanya malah menurun. Munculnya konflik dalam organisasi ternyata
memiliki dampak pada organisasi tersebut baik dampak tersebut bersifat positif
maupun negatif. Menurut Wijono (1993:3), bila upaya penanganan dan
pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan efektif maka dampak
positif akan muncul melalui perilaku yang ditampakkan oleh karyawan sebagai
sumber
daya
manusia
potensial
dengan
berbagai
akibat
seperti:
(1)
merupakan tahap ketiga dari tahapan terjadinya konflik. Respon atau maksud
pengelolaan konflik adalah keputusan-keputusan untuk bertindak dalam suatu
cara tertentu dalam suatu bagian konflik. Sebuah konflik akan meningkatkan
produktivitas dan efektivitas organisasi apabila dikelola dengan benar.Namun
apabila konflik tersebut tidak dikelola dengan benar maka keberadaannya justru
membahayakan efektivitas organisasi.
Menurut John Willey (2001), terdapat tiga macam pengelolaan konflik yang
dapat dipelajari diantaranya respon mengelola konflik (collaborating), respon
melawan konflik (cotending), dan respon menghindari konflik (avoidingMenurut
De Dreu dan Weingart (2003) terdapat tiga cara dalam merespon konflik yaitu:
mengelola konflik (collaborating),melawan konflik (contending), dan menghindari
konflik (avoiding).
Sebelum kita membahas bagaimana mengelola konflik agar meningkatkan
efektivitas organisasi, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu apa itu
efektivitas organisasi.
Sembiring
(2012)
terdiri dari individu dan kelompok, tetapi efektivitas organisasi lebih dari sekedar
penjumlahan efektivitas individu dan kelompok melalui efek sinergi, organisasi
mendapatkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan penjumlahan
bagian-bagiannya.
Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi, Efektivitas berasal dari kata
kerja Efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam
perbuatan. Efektivitas setiap organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku
manusia, karena merupakan sumber daya yang umum bagi semua organisasi.
Kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu, dan manajer/pimpinan harus
mempunyai kemampuan lebih dari sekedar pengetahuan dalam hal penentuan
kinerja individu.
Pengukuran efektivitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode
yang dikembangkan oleh Hackman (1983). Adapun item yang diukur adalah
kemampuan dalam menyelesaikan tugas, kemampuan ketika menghadapi situasi
yang tidak menentu, dan bagaimana hasil pelaksanaan tugas.
Daft dalam bukunya Organization Theory and Design (1992) menerangkan
bahwaEfektivitas organisasi adalah suatu tingkatan sejauh mana suatu
organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya. Efektivitas merupakan suatu konsep
yang luas yang secara implisit mempertimbangkan banyak variabel baik pada
level departemen maupun level organisasinya itu sendiri. Pengukuran efektivitas
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda dalam organisasi. Menurut
Daft di dalam mengukur efektivitas ada 2 (dua) pendekatan yaitu :
banyak
hal
dan
memproduksi
banyak
hasil
akhir.
Pendekatan
ini
Kriteria Efektivitas
Keuntungan Finansial
Kepuasan kerja, upah, pengawasan
Pembeli/Pelanggan
Kualitas produk dan pelayanan
Kreditor
Kelayakan produk
Komunitas/Masyarakat Kontribusi untuk kepentingan masyarakat
Suplier
Kepuasan transaksi
Pemerintah
Kepatuhan terhadap hukum dan perundangan
Sumber : Daft, Organization Theory and Design, 1992
dan
efisiensi
pegawai,
dan
eksternalnya
mencerminkan
penulisan Lubis dan Huseini dalam bukunya Teori organisasi (suatu pendekatan
makro), tahun 1987 yang fokus pada penilaian bagian-bagian organisasi yang
berbeda, yaitu input, proses, dan output.
ORGANISASI
Kegiatan
dan
Proses Internal
INPUT
Sumber
Pendekatan
Proses
Pendekatan
Sumber
OUTPUT
Produk/Jasa
Pendekatan
Sasaran
Dalam
kemampuan
pandangan
organisasi
sistem,
baik
secara
efektivitas
relatif
organisasi
atau
mutlak
adalah
dalam
dalam
tingkat
keberhasilan
organisasi
dalam
memanfaatkan
dalam satuan unit kerja Kementerian Keuangan diukur dalam Indikator Kinerja
Utama (IKU). Menurut KMK. No. 454 / KMK.01/2011 mengenai pengelolaan
kinerja di lingkungan Kementerian Keuangan, IKU adalah tolok ukur keberhasilan
dalam pencapaian sasaran strategis.
sasaran jangka panjang yang langsung berasal dari pernyataan misi organisasi.
Salah satu respon terhadap terjadinya konflik, menurut John Willey adalah
mengelola konflik. Lalu bagaimana hubungan antara mengelola konflik ini
dengan efektivitas organisasi? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
penulis dengan membagi organisasi kedalam tiga cluster yaitu cluster satu untuk
organisasi dengan efektivitas organisasi tinggi, cluster dua untuk organisasi
dengan efektivitas organisasi standar, dan cluster tiga untuk organisasi dengan
efektivitas organisasi rendah.
Dari hasil penelitian ternyata pada cluster pertama, konflik interpersonal
lebih banyak terjadi dibanding kedua tipe konflik yang lain.Pada tipe konflik
tersebut mayoritas responden menyatakan respon konflik yang diambil untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan respon mengelola
konflik. Konflik interpersonal adalah konflik yang diakibatkan dari pengaruh
interaksi antar tiap personal dalam suatu organisasi. Pengambilan langkah
respon mengelola konflik dirasa sangat ideal untuk mengatasi konflik tersebut
terbukti untuk cluster I memiliki NKO yang tinggi.
Pada cluster dua menyatakan paling banyak mengalami tipe konflik
intrapersonal, yaitu konflik dalam diri sendiri. Konflik ini terjadi apabila seseorang
dihadapkan pada pilihan, dan tidak yakin mana yang harus dipilih atau harus
dikerjakan diantara alternatif yang dihadapi atau karena tuntutan pekerjaan yang
melebihi batas kemampuannya. Dan pada tipe konflik ini mayoritas responden
terbanyak menyatakan respon penangananya dengan melawan konflik
Sedangkan pada cluster III menyatakan paling banyak mengalami tipe
konflik tugas, konflik ini muncul dikarenakan adanya reward and punishment
yang tidak jelas, perbedaan tujuan dengan seksi lain, perbedaan rencana baik
dalam satu seksi maupun dengan seksi lain, dan pendelegasian tugas yang tidak
10
berimbang. Untuk tipe konflik ini responden pada cluster III mayoritas
menyatakan respon menghindari sebagai pilihan terbanyak.
Berdasar data di lapangan didapatkan suatu gambaran bahwa organisasi
dengan efektivitas tinggi dibuktikan dengan hasil NKO (Nilai Kinerja Organisasi)
tinggi cenderung memberi respon mengelola terhadap konflik yang ada di
organisasinya.
Lalu bagaimana cara mengelola konflik tersebut ternyata responden pada
cluster I mayoritas dalam kerangka mengelola konflik, sikap anggota dalam tim
mayoritas adalah saling membantu untuk mengatasi berbagai persoalan dalam
organisasi. Hal ini tentunya sejalan dengan Stevenin (2000, pp.134-135),
terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik. Apa pun sumber
masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi
kesulitan: (1) Pengenalan; (2) Diagnosis; (3) Menyepakati suatu solusi (4)
Pelaksanaan; (5) Evaluasi. Pada akhirnya dengan pengelolaan konflik yang baik
diharapkan setiap organisasi bisa mewujudkan dan juga meningkatkan
efektivitas organisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
on
Strategic
Decision
Making
effectiveness
and
11
the
High-Performance
Organization.
Harvard
12
Wilson CE
(1982).Communicative
Strategies in
13