Anda di halaman 1dari 11

SRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN KEPUNAHAN BAHASA


La Ino
Abstrak
Artikel ini membahas tentang strategi pembelajaran bahasa dalam upaya pencegahan
kepunahan bahasa. Kepunahan suatu bahasa daerah sebenarnya tidak perlu terjadi karena
kelangsungan hidup bahasa daerah itu sendiri secara formal dijamin oleh
Undang_Undang Dasar 1945 Republik Indonesia Yang selalu dijabarkan di dalam GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN). upaya apa gerangan agar bahasa daerah kita hingga
selamanya tetap hidup dan dipakai oleh masyarakat pendukungnya? Bila kita sepakat,
mempunyai tekad yang sama untuk melestarikan dan memberdayakan bahasa daerah kita,
tentu upaya berupa langkah-langkah, penciptaan program dapat kita lakukan dengan
mudah. Kemudahan ini tentu harus didukung oleh berbagai pihak, dari pihak masyarakat
luas, pemerintah, pengusaha, tokoh-tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa, kaun
cendekia, dan lain-lain. Strategi pembelajaran bahasa sebenarnya lahir dari teori-teori
kebahasaan. Teori kebahasaan lahir dari data kebahasaan itu sendiri. Secara hierarki tata
urutan dari data sampai kiat ialah sebagai berikut. Data melahirkan teori; teori melahirkan
strategi; strategi melahirkan pendekatan; pendekatan melahirkan metode; metode
melahirkan teknik; teknik melahirkan kiat.

1. Konteks
Menurut prediksi salah seorang sosiolinguis (Abas, 1981) bahwa bahasa-bahasa
daerah di Sulawesi Tenggara akan mengalami kepunahan sekitar tahun 2035 mendatang.
Prediksi ini didukung oleh suatu kenyataan pemakaian bahasa daerah di masyarakat saat
ini. Pemakaian bahasa daerah saat ini umumnya hanya kita jumpai di kalangan
masyarakat generasi. Sementara generasi muda dapat dikatakan sudah enggan berbahasa
daerah bahkan sudah tidak tahu sama sekali walaupun kedua orang tuanya sama-sama
memiliki bahasa daerah yang sama. Kenyataan ini merupakan salah satu indikator bahwa
bahasa daerah, pada suatu saat, katakanlah pada tahun 2035 akan punah karena pada masa
itu

diperkirakan para generasi tua

pemakai bahasa daerah telah kembali ke pada

Tuhan.Yang tinggal pada masa itu ialah generasi yang tidak tahu berbahasa daerah. Pada
masa itulah sebagai titik awal kepunahan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Tenggara.
Prediksi di atas akan terbukti manakala para pendukung bahasa daerah
membiarkan kondisi alamiah ini berjalan terus tanpa didukung oleh upaya-upaya berupa
langkah-langkah antisipatif terhadap punahnya bahasa daerah tersebut.
Kepunahan suatu bahasa daerah sebenarnya tidak perlu terjadi karena
kelangsungan

hidup

bahasa

daerah

itu

sendiri

secara

formal

dijamin

oleh

Undang_Undang Dasar 1945 Republik Indonesia Yang selalu dijabarkan di dalam GarisGaris Besar Haluan Negara (GBHN). Meskipun demikian, tidaklah merupakan jaminan
yang mutlak

tidak punahnya suatu bahasa daerah. Bahasa daerah tetap mengalami

kepunahan sekiranya masyarakat pendukungnya tidak lagi menunjukkan kepeduliannya


terhadap kelangsungan hidup bahasa daerahnya. Sungguh sangat disayangkan bila suatu
bahasa daerah mengalami suatu kepunahan karena bahasa daerah adalah sebagai salah
satu produk budaya yang tua, setua manusia pendukungnya, dan sebagai alat unruk
melestarikan produk-produk budaya daerah yang lain. Tanpa bahasa daerah, produk
budaya yang lain juga ikut lenyap dari permukaan bumi ini.
Nah, upaya apa gerangan agar bahasa daerah kita hingga selamanya tetap hidup
dan dipakai oleh masyarakat pendukungnya? Bila kita sepakat, mempunyai tekad yang
sama untuk melestarikan dan memberdayakan bahasa daerah kita, tentu upaya berupa
langkah-langkah, penciptaan program dapat kita lakukan dengan mudah. Kemudahan ini
tentu harus didukung oleh berbagai pihak, dari pihak masyarakat luas, pemerintah,
pengusaha, tokoh-tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa, kaun cendekia, dan lain-lain.
Semua itu dapat kita lakukan apabila

seluruh lapisan masyarakat memahami

dengan sungguh-sungguh kedudukan dan fungsi bahasa daerah itu sendiri. Tanpa
memahami dengan sungguh hal itu, tampaknya akan sulit untuk membangun
kebersamaan

dalam

melestarikan

bahasa

mengambangkannya.

daerah

ini,

apalagi

membina

dan

KEDUDUKAN

RESMI

TIDAK RESMI

a. Bahasa pengantar
di dalam pemerintahan
b. Bahasa pengantar
c. Bahasa pengantar di sekolah
d. Bahasa pengantar
di dalam musyawarah

a. Bahasa pengantar dalam jual-beli


b.Alat komunikasi dalam keluarga
c. Bahasa pengantar dalam obrolan
d. Bahasa pengantar dalam bercerita/
berdongeng

FUNGSI

Alat
komunikasi luas
suku bangsa

Identitas
suku bangsa

Kebanggan
suku bangsa

Bahasa persatuan
dan kesatuan

Bahasa daerah merupakan akar budaya suku-suku bangsa di nusantara. Bahasa


daerah digunakan oleh suku bangsa Indonesia jauh sebelum bahasa Indonesia lahir.
Bahasa daerah bersamaan dengan suku-suku bangsa yang mendiami bumi nusantara ini.
Oleh karena itu, masyarakat bangsa Indonesia telah lama menyadari sepenuhnya bahwa
bangsa Indonesia terdiri tas suku-suku bangsa, beragam bahasanya, beragam adatnya,
beragam budayanya, dan sebagainya.
Oleh karena itu, sungguh ironis bila di tengah-ditengah kita ada yang merasa
tersinggung apalagi tersisih jika ada suku bangsa tertentu berkomunikasi dalam bahasa
daerah. Sementara mereka tidak tersinggung apa lagi tersisih jika melihat suku bangsa
kita yang berbahasa Inggris atau berbahasa asing lainnya. Malah sebaliknya, mereka
merasa bangga, sungguh-sungguh bangga jika

mereka melihat orang menggunakan

bahasa asing dan tidak menggunakan bahasa daerah. Ironisnya lagi, di antara kita juga
ada yang merasa rendah diri, mungkin hina bila berbahasa daerah ?) Bila hal ini

berlangsung terus-menerus, apa yang kita harapakan dalam proses pengembangan dan
pembinaan bahasa daerah kita.
Rupanya sebagian orang keliru memandang kedudukan dan fungsi bahasa daerah
ini. Bahasa daerah dipandang rendah bila dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di
dunia apalagi dibandingkan dengan bahasa-bahasa internasional. Dikatakan keliru karena
bahasa daerah dipandang dari sisi mana saja, tetap sejajar dengan bahasa apa pun di dunia
ini.

a. Dari pencitaan
Patut pula kita yakini bahwa bahasa daerah adalah juga bahasa yang diciptakan
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan demikian, kedudukannya sejajar dengan bahasa
mana pun di dunia ini.

b. Dari sisi keilmuan


Bahasa daerah sebenarnya memiliki struktur yang rumit. Oleh karena itu, tingkat
keilmuan bahasa daerah sangat tinggi. Bila kita mahir dalam menganalisis struktur bahasa
daerah, rasanya bahasa lain seperti bahasa Indonesia sudah lebih mudah dianalisis karena
tingkat kesulitan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris lebih rendah dibanding dengan
bahasa daerah.

c. Dari sisi ekonomi


Bahasa daerah dari kebutuhan ilmu bahasa merupakan lahan yang paling luas
untuk digarap. Para para pakar bahasa dunia sejak lama mengalihkan pandangannya
kepada bahasa daerah ke seluruh penjuru dunia. Bahasa-bahasa Eropa nampaknya sudah
habis diteliti dari berbagai aspeknya. Jangankan aspek kata, aspek titik koma pun sudah
berulang-ulang dianalisis. Sementara bahasa daerah, kalimatnya pun belum dijamak oleh
ahli-ahli bahasa kita.
Itu sebabnya, anggota Summar Istitution of Language (SIL) bertebaran ke seluruh
dunia meneliti bahasa-bahasa daerah di mana saja.
Tenggara, hadir:

a. Rene van den Berg (peneliti bahasa Muna) Belanda


b. Scott Youngman (peneliti bahasa Tolaki) Amerika
4

Sebagai illustrasi, di Sulawesi

c. David Andersen (peneliti bahasa Moronene) Australia


d. David Mead (peneliti bahasa Bungku -Laki, Menui, Kioko) Amerika.
Mereka itu telah besar dan tersohor namanya ke mana-mana, mereka keliling dunia
dengan membawakan bahasa daerah tersebut di atas.
Nah, jika mempunyai keahlian di bidang bahasa daerah, maka banyak hal yang
dapat dilakukan yang bisa menghasilkan uang, di antaranya:

a. Menulis buku-buku bahasa daerah;


b. Membuka kursus bahasa daerah;
Jangan lupa bahwa bahasa daerah dapat dijadikan sumber pendapatan masyarakat.
Bila menjadi seorang informan seharusnya mereka dibayar sesuai dengan perjanjian,
jangan lagi gratis rugi. Kita memberikan bahasa kita kepada orang lain dengan tanpa
imbalan apa-apa, sementara

mereka para peneliti

dengan bahasa itu mendapatkan

sesuatu yang berharga.


Kekeliruan

kita yang sangat mendasar apabila ada di antara

ktia

yang

memandang bahasa daerah adalah sebagai sumber konflik atau pemakaian bahasa
daerah di tengah-tengah orang banyak akan menciptakan kotak-kotak dalam kelompok
itu. Bila kita beranggapan seperti itu, maka sesungguhnya kita belum memahami
hahikat atau eksistensi

kebhinekaan bangsa ini.

Anggapan ini sebenarnya hanya

mengambingputihkan bahasa daerah. Konflik bisa saja terjadi atau muncul dari kalangan
yang tidak tahu berbahasa daerah. Tidak menggunakan bahasa daerah dalam situasi
tertentu, bukanlah jaminan untuk tidak munculnya konflik itu. Juga bukan jaminan
bahwa mereka yang tidak dapat berbahasa daerah itu, bahasa Indonesianya bagus, santun,
baik dan benar. Bukan juga jaminan bahwa orang yang tidak tahu berbahasa daerah itu
nasionalismenya tinggi. Sebaliknya, bukan jaminan orang dwibahasawan itu rendah
nasionalismenya.
Mari kita menghayati konsep Sumpah Pemuda pada ikrar ketiga, :menjunjung
tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Para pemuda yang berikrar itu adalah mereka
yang berasa dari berbagai suku bangsa di tanah air dan masing-masing memiliki bahasa
daerah. Implikasi dari ikrar ketiga itu adalah bahwa di dalam wilayah nusantara ini
terdiri atas beribu-ribu bahasa daerah, dan beberapa bahasa asing. Bangsa Indonesia

boleh menggunakan bahasa apa saja, tetapi kedudukannya selalu di bawah bahasa
Indonesia. Silakan gunakan bahasa daerah tanpa batas, silakan gunakan bahasa asing
tanpa batas, tetapi yang perlu diingat bahwa di antara semua bahasa itu tidak mampu
mempersatukan bangsa ini, kecuali bahasa Indonesia. Oleh karena itu, posisi bahasa
Indonesia selalu ditempatkan di atas semua bahasa yang hidup di Indonesia. Itu sebabnya,
ikrar itu berbunyi menjunjung bahasa persatuan bukan menjunjung bahasa kesatuan.
Kalau menjunjung bahasa kesatuan, itu mengandung implikasi bahwa bahasa di
Indonesia hanya satu yang dibolehkan hidup, yakni bahasa Indonesia.Mari kita
perhatikan bagan berikut.
PENGAKUAN
BERBANGSA
SATU

SUMPAH
PEMUDA

PENGAKUAN
BERTANAH AIR
SATU

PERNYATAAN TEKAD
KEBAHASAAN

BAHASA
DAERAH

KEADAAN
KEBAHASAAN
DI INDONESIA

BAHASA
INDONESIA

BAHASA
ASING
RAGAM
SOSIAL
RAGAM
BAKU
RAGAM
LISAN
RAGAM
TIDAK
BAKU

RAGAM
BAHASA
DAERAH

RAGAM
SASTRA
DAN SENI
RAGAM
BAKU
RAGAM
TULIS
R. TIDAK
BAKU

RAGAM
FUNGSIONAL

PENGAJARAN
B. DAERAH DI SD--PT

PENGEMBANGAN

PENULISAN BUKUPELAJARAN,
UMUM, SASTRA

KEBIJAKAN
KEBAHASAAN

PENELITIAN
B. DAERAH

MELALUI:
-PENYULUHAN
-PENATARAN
PEMBINAAN
MELALUI
MEDIA CERAK
MEDIA ELEKTRONIK

2. Strategi Pembelajaran Bahasa Daerah


Strategi pembelajaran bahasa sebenarnya lahir dari teori-teori kebahasaan. Teori
kebahasaan lahir dari data kebahasaan itu sendiri.

Secara hierarki tata urutan dari data

sampai kiat ialah sebagai berikut.


Data melahirkan teori; teori melahirkan strategi; strategi melahirkan pendekatan;
pendekatan melahirkan metode; metode melahirkan teknik; teknik melahirkan kiat. Untuk
jelasnya, perhatikan bagan berikut.

TATARAN DALAM METODOLOGI

data
teori

strategi

pendekatan
metode

teknik

kiat

Bila kita memperhatikan tataran di atas, strategi berada pada strata ketiga dari
data dan mempunyai kaitan dengan empat tataran ke bawahnya, yakni pendekatan,
metode, teknik, dan kiat.
Secara operasional kelima tataran itu dapat didefinisikan sebagai berikut.

a. Strategi

ialah segala upaya pengajar / guru dalam hal ini pembelajar, dalam

melaksanakan kegiatan

belajar-mengajar bahasa dengan memperhatikan berbagai

komponen, dan faktor yang menunjang berhasilnya pengajaran yang disampaikan di


dalam kelas.

b. Metode ialah tingkat penerapan teori-teori yang didasarkan pada satu jenis
pendekatan, sehingga merupakan rancangan menyeluruh dari jenis keterampilan yang

akan dikuasai yang belajar, materi-materi yang harus digunakan, serta penyusunan
urutan materi penyajian.

c. Teknik ialah tingkat yang menguraikan prosedur-prosedur tersendiri dan terinci


tentang cara pengajaran bahasa di dalam kelas.

d. Kiat ialah penerapan teknik secara tepat untuk mencapai hasil maksimal.
Beberapa contoh metode pengajaran bahasa:

a. metode tata bahasa


b. metode langsung
c. metode tidak langsung
d. metode eklektik,
e. metode terjemahan
Contoh strategi pembelajaran dalam pengajaran bahasa:

a. diskaveri (discovery) : penemuan


b. inkuari (inquiry )

: cara bertanya, penyelidikan, pemeriksaan, permintaan.

3.Kesimpulan
Beerapa cara agar bahasa tidak lekas punah harusnya pemerintah membuata regulasi
tentang bahasa daerah. Strategi pembelajaran bahasa daerah hanyalah bagian terkecil dari
regulasi tersebut.

10

Daftar Pustaka
Burhanuddin, B.H. 1979, Bahasa-bahasa Daerah di Sulawesi Tenggara.
Ms. 60 pp.
Grimes, Barbara F. 1988. Ethnologue:Languages of the World. Dallas,
Texas: The Summer Institute of Linguistic, Inc.
Grimes, Charles E. And Barbara D. Grimes. 1987. Languages of South
Sulawesi. Canbera: Australian National University.

Kasseng, Syaharudin, Alimuddin D.P., Andi Mahmuddin and Rasdiana P.


1987. Pemetaan Bahasa-Bahasa di Sulawesi Tenggara. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakata;Gramedia
Mead, David. The Bungku-Tolaki Languages of Southeastern Sulawesi,
Indonesia. Disertasi Pacific Linguistics.
Muthalib, Abdul, J.F. Pattiasina, Adnan Usmar and Rambe. 1985. Struktur
Bahasa Moronene. Ujung Pandang: Proyek Penelitian Bahasa dan
sastra Indonesia dan daerah Sulawesi Selatan.
Salombe, C.J., Sabandar, Marrang Paranoan, Husein Chalid and Carolus
Uli. 1983. Struktur Bahasa Kulisusu. Ujung Pandang: Proyek
Peneliotian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah Sulawesi Selatan
SIL Internasional Indonesia Branch. 2000. Language of Indonesia. Jakarta:
SIL Internasional.

11

Anda mungkin juga menyukai