Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Diabetes Tipe 2

Diabetes adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah yang sangat
tinggi.
Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi
dengan normal. Yang biasanya mengendalikan gula dalam darah adalah hormon insulin. Jika
tubuh kekurangan insulin atau muncul resistansi terhadap insulin pada sel-sel tubuh, kadar zat
gula (glukosa) darah akan meningkat drastis. Inilah yang memicu dan menjadi penyebab
penyakit diabetes (diabetes melitus).

Penderita Diabetes di Indonesia


Pada tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 8,5 juta orang dengan
rentang usia 20-79 tahun (dikutip dari Federasi Diabetes Internasional). Tetapi kurang dari
setengah dari mereka yang menyadari kondisinya. Jadi pada umumnya diabetes merupakan
penyakit yang banyak menyerang orang Indonesia.
Pada tahun 2011, orang dewasa yang mengidap diabetes di Asia Tenggara diperkirakan mencapai
71,4 juta jiwa atau sekitar 8,3% dari total populasi dewasa di wilayah ini.

Apa Sajakah Jenis-jenis Diabetes?


Diabetes memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Jenis diabetes yang paling
umum terjadi adalah diabetes tipe 2. Sekitar 80% pengidap diabetes di Indonesia menderita tipe
ini.
Diabetes tipe 2 terjadi karena penurunan produksi insulin dalam tubuh sehingga fungsinya tidak
maksimal atau tubuh mulai menjadi kurang peka terhadap insulin. Reaksi ini dikenal dengan
istilah resistansi terhadap insulin.
Jenis ini biasanya menyerang orang-orang berusia di atas 40 tahun. Tetapi usia pengidapnya
akhir-akhir ini bertambah muda. Diabetes tipe 2 juga lebih sering dialami oleh etnis Asia
dibanding etnis lain.
Apa Sajakah Gejala-gejala Diabetes?
Gejala diabetes bervariasi dan ada beberapa yang sama antara gejala diabetes tipe 1 dan diabetes
tipe 2. Di antaranya:

Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

Sering merasa haus dan sering kelelahan.

Berkurangnya massa otot.

Turunnya berat badan.

Konsultasikanlah kepada dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas sehingga diagnosis
serta pendeteksian dini dapat dilakukan.
Kondisi-kondisi yang Menjadi Penyebab Diabetes Tipe 2
Kadar gula darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas,
organ yang terletak di belakang lambung. Insulin berfungsi untuk memindahkan zat gula dari
darah ke sel-sel tubuh yang akan mengubahnya menjadi energi.
Tetapi organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes tipe 2 tidak memproduksi cukup insulin
untuk menjaga keseimbangan kadar zat gula darah. Hal ini juga dapat terjadi karena tubuh tidak
bisa menggunakan insulin secara efektif.
Langkah-langkah Pengobatan Diabetes Tipe 2
Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, diagnosis dini sangat penting agar diabetes dapat segera
ditangani. Pendeteksian dini memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes untuk
dikendalikan.

Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar zat gula darah
dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Mengubah gaya
hidup juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2, misalnya dengan menerapkan pola
makan sehat.
Tetapi jenis diabetes ini adalah penyakit yang progresif. Karena itu penderita diabetes tipe 2
biasanya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar zat gula darahnya.
Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet yang kemudian bisa
diikuti dengan terapi suntikan, misalnya insulin.
Komplikasi yang Diakibatkan oleh Diabetes
Diabetes dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi jika diabaikan. Kadar zat gula darah yang
tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Peningkatan
kadar gula yang ringan tanpa memicu gejala pun bisa mengakibatkan dampak jangka panjang.
Saran-saran Bermanfaat bagi Penderita Diabetes
Penderita diabetes tipe 2 sebaiknya menjaga kesehatan dengan cermat. Melalui sebuah
pemantauan kesehatan, proses pengobatan yang dijalani penderita akan lebih lancar, sekaligus
dapat meminimalisasi risiko komplikasi. Langkah-langkah berikut ini juga bisa membantu bagi
penderita diabetes.

Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang.

Teratur dalam berolahraga.

Membatasi konsumsi minuman keras.

Berhenti merokok.

Diabetes yang Dialami Ibu Hamil


Diabetes juga bisa dialami oleh ibu hamil. Ini terjadi karena wanita yang pada saat hamil kadangkadang memiliki kadar zat gula darah yang sangat tinggi selama masa kehamilan sehingga tubuh
tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menyerapnya.
Jenis diabetes yang dikenal sebagai diabetes kehamilan ini terjadi pada sekitar satu orang di
antara 20 wanita hamil dan umumnya akan sembuh setelah bayi dilahirkan. Tetapi risiko terkena
diabetes tipe 2 yang lebih tinggi (sekitar tiga kali) dimiliki wanita yang pernah mengalami
diabetes kehamilan.
Diabetes kehamilan dapat mempertinggi risiko komplikasi kesehatan pada janin. Karena itu
sangat penting bagi penderita diabetes yang sedang hamil untuk menjaga keseimbangan kadar
gula darahnya.

Gejala Diabetes Tipe 2


Gejala-gejala umum diabetes yang sama untuk tipe 1 dan tipe 2 adalah:

Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

Sering merasa haus dan sering kelelahan.

Berkurangnya massa otot.

Turunnya berat badan.

Gejala diabetes yang lain adalah:

Rasa gatal serta infeksi ragi di sekitar vagina atau penis.

Pandangan kabur akibat lensa mata yang kering.

Infeksi pada kulit.

Tingkat keparahan gejala yang di alami tiap penderita berbeda-beda. Selain itu, tidak semua
orang mengalami gejala-gejala di atas.
Gejala awal diabetes tipe 2 cenderung ringan. Oleh sebab itu banyak penderitanya yang sering
tidak menyadari penyakit yang mereka idap selama bertahun-tahun.
Diagnosis dan pengobatan diabetes secara dini dapat mengurangi risiko komplikasi.
Konsultasikanlah kepada dokter secepatnya jika Anda mengalami gejala diabetes.
Kadar Gula darah yang Terlalu Tinggi (Hiperglikemia)
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh kurangnya produksi insulin dari pankreas atau sel-sel tubuh yang
kurang sensitif terhadap insulin. Sebagai hasilnya, kadar gula darah dapat meningkat drastis.
Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) dapat terjadi karena beberapa sebab seperti
terlalu banyak makan, turunnya kondisi kesehatan, atau kurangnya dosis obat yang diberikan.
Gejala utama hiperglikemia antara lain:

Mulut kering

Merasa sangat haus

Mengantuk

Pandangan kabur

Sering buang air kecil

Pusing

Penyebab Diabetes Tipe 2


Diabetes tipe 2 terjadi pada saat organ pankreas dalam tubuh penderita tidak memproduksi cukup
insulin untuk mempertahankan kadar gula darah normal. Penyebab lainnya adalah sel-sel tubuh
yang menjadi kurang peka terhadap insulin, yaitu dikenal dengan istilah resistansi terhadap
insulin
Kadar gula darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas.
Insulin berfungsi untuk memindahkan gula dari darah ke sel-sel tubuh yang akan mengubahnya
menjadi energi.
Faktor risiko di balik kekurangan produksi insulin oleh pankreas dalam diabetes tipe 2 adalah
berusia di atas 40 tahun, mengalami obesitas, memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang
sama, serta beretnis Asia. Berikut penjelasan selengkapnya.
Diabetes Tipe 2 dan Faktor Usia
Salah satu faktor risiko utama diabetes tipe 2 adalah usia. Risiko terkena diabetes jenis ini akan
makin tinggi seiring bertambahnya usia. Ini mungkin terjadi karena berat badan yang cenderung
bertambah dan frekuensi olahraga yang berkurang saat kita makin tua.
Menerapkan pola makan sehat dan seimbang serta teratur berolahraga dapat membantu Anda
untuk mempertahankan berat badan yang sehat. Cara ini juga dapat mencegah sekaligus
menangani diabetes.
Diabetes tipe 2 umumnya berkembang pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Kita
yang beretnis Asia bahkan memiliki risiko terkena diabetes di usia yang lebih muda.
Diabetes Tipe 2 dan Faktor Keturunan
Keturunan juga termasuk faktor risiko utama diabetes tipe 2. Memiliki anggota keluarga
(terutama keluarga inti seperti ayah, ibu, saudara kandung) yang menderita diabetes akan
meningkatkan risiko Anda. Risiko bagi anak-anak dengan ayah atau ibu penderita diabetes tipe 2
juga sepertiga lebih tinggi untuk terkena diabetes.
Diabetes Tipe 2 dan Pengaruh Berat Badan

Kondisi kelebihan berat badan atau obesitas ditentukan oleh angka indeks massa tubuh 30 atau
lebih. Risiko diabetes tipe 2 lebih tinggi pada orang yang mengalami kondisi tersebut karena
penumpukan lemak.
Lemak di sekitar bagian perut akan mempertinggi risiko Anda karena dapat melepaskan senyawa
kimia yang akan mengacaukan sistem kardiovaskular dan metabolisme tubuh. Inilah yang akan
meningkatkan risiko masalah kesehatan Anda, termasuk serangan jantung, stroke, dan beberapa
jenis kanker.
Mengukur pinggang untuk mengecek tumpukan lemak di bagian perut (obesitas risiko tinggi)
adalah cara tercepat untuk mengukur risiko diabetes Anda. Yang memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena diabetes tipe 2 adalah:

Wanita dengan ukuran pinggang 80 cm atau lebih.

Pria Asia dengan ukuran pinggang 90 cm atau lebih.

Jika Anda termasuk salah satu dari kategori di atas, Anda dianjurkan untuk menurunkan berat
badan Anda sebanyak 5% dan rutin berolahraga. Kedua faktor tersebut dapat mengurangi
setengah dari risiko terkena diabetes.
Diabetes Tipe 2 dan Faktor Etnis
Risiko diabetes tipe 2 lebih tinggi menjangkiti kita yang beretnis Asia. Selain itu mengenai risiko
komplikasi, seperti penyakit jantung, juga lebih rentan menyerang orang beretnis Asia pada usia
yang lebih muda.
Faktor Risiko Diabetes Tipe 2 yang Lain
Risiko diabetes tipe 2 juga dapat meningkat jika seseorang menderita gangguan glukosa puasa
(IFG) atau gangguan toleransi glukosa (IGT). Kondisi tersebut terkadang disebut pra-diabetes
yang berarti kadar gula darah melebihi normal, tapi belum mencapai tahap diabetes. Tingkat IFG
dan IGT harus tetap diwaspadai karena dapat berkembang menjadi diabetes jike terus dibiarkan.

Diagnosis Diabetes Tipe 2


Diagnosis sejak dini sangat penting sebagai langkah agar diabetes dapat ditangani secepatnya.
Jika Anda mengalami gejala diabetes, Anda sebaiknya segera mengkonsultasikannya kepada
dokter.
Pengambilan Sampel Urine dan Sampel Darah
Anda akan diminta untuk menjelaskan gejala Anda dan biasa disarankan untuk menjalani tes
urine dan darah. Sampel urine Anda akan dites untuk memeriksa kandungan gulanya. Urine

normal tidak mengandung gula (kencing manis), tapi zat tersebut dapat menumpuk dan mengalir
ke ginjal lalu urine jika Anda menderita diabetes.
Jika terdapat gula dalam urine, Anda biasanya akan dianjurkan untuk menjalani tes darah guna
memastikan diagnosis diabetes.
Tes Toleransi Glukosa Oral Untuk Mengevaluasi Aktifitas Insulin dalam Tubuh
Sampel darah Anda umumnya diambil sebanyak dua kali, yaitu glukosa puasa dan dua jam
setelah makan. Sampel darah untuk tes glukosa puasa akan dilakukan pada pagi hari setelah
Anda berpuasa makan dan minum selama 8-12 jam. Anda juga dianjurkan untuk tidak meminum
obat-obatan tertentu yang dapat memengaruhi hasil tes.
Kemudian Anda akan diberikan larutan gula dengan kadar yang sudah ditentukan. Tepat dua jam
setelahnya, sampel darah Anda akan kembali diambil untuk tes glukosa guna mengevaluasi
aktivitas insulin dalam tubuh.
Hasil Tes Kadar Gula Darah Anda
Kadar gula Anda akan diketahui dari hasil tes toleransi glukosa oral (tes glukosa puasa dan tes
glukosa dua jam setelah minum larutan gula). Angka tersebut akan menentukan apakah Anda
menderita gangguan toleransi glukosa atau diabetes.
Milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL adalah satuan untuk kadar gula darah yang
digunakan secara umum di Indonesia. Takaran gula darah yang normal adalah:

80-100 mg/dL sebelum makan.

80-144 mg/dL sesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).

Takaran gula dalam darah penderita gangguan toleransi glukosa adalah:

108-126 mg/dLsebelum makan.

142-198 mg/dLsesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).

Perubahan gaya hidup akan dianjurkan jika hasil tes menunjukkan Anda menderita gangguan
toleransi glukosa. Dokter juga mungkin akan memberikan obat untuk menurunkan kadar gula
darah Anda.
Takaran gula darah bagi penderita diabetes adalah:

Lebih dari 126 mg/dLsebelum makan.

Lebih dari 198 mg/dLsesudah makan (diperiksa tepat dua jam setelah makan).

Jika hasil tes menunjukkan Anda menderita diabetes, dokter biasanya akan memberikan obatobatan untuk menurunkan dan menjaga keseimbangan kadar gula darah Anda.

Pengobatan Diabetes Tipe 2


Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, pendeteksian sejak dini memungkinkan kadar gula darah
penderita diabetes bisa dikendalikan. Ini dilakukan agar kadar gula darah tetap dalam batas
normal dan gejala-gejalanya dapat dikendalikan untuk mencegah komplikasi yang mungkin akan
terjadi.
Dokter akan menjelaskan penyakit ini secara detail, membantu Anda untuk memahami proses
pengobatan, serta memantau penyakit-penyakit lain yang dapat terjadi pada Anda. Tujuan
pengobatan diabetes adalah untuk memertahankan keseimbangan kadar gula darah dan
meminimalisasi risiko komplikasi.
Penderita diabetes tipe 2 dianjurkan untuk selalu menjaga kesehatan dengan seksama. Tetapi
Anda tidak perlu merasa kecil hati karena dokter bisa membantu Anda dalam proses pengobatan
yang dapat Anda jalani. Jangan ragu untuk minta bantuan pada keluarga atau teman.
Memulai Gaya Hidup yang Sehat
Penanganan awal yang umumnya diterapkan kepada penderita diabetes tipe 2 adalah dengan
mengubah gaya hidup. Misalnya pola makan yang sehat, teratur berolahraga, dan menurunkan
berat badan bagi yang mengalami kegemukan atau obesitas (indeks berat badan 30 atau lebih).
Langkah awal ini akan sangat efektif untuk penderita diabetes tipe 2 pada tahap dini serta dapat
membantu proses pengobatan jika dilakukan dengan disiplin dan cermat.
Obat-obatan untuk Menurunkan Kadar Gula darah
Diabetes tipe 2 adalah penyakit progresif yang umumnya bisa bertambah parah. Menjaga pola
makan dan rutin berolahraga saja mungkin belum cukup untuk mengendalikan kadar gula darah
penderita sepenuhnya.
Penderita jenis diabetes ini lama-kelamaan akan membutuhkan obat-obatan untuk menurunkan
kadar gula darah yang tinggi. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk
tablet dan kadang-kadang dengan kombinasi lebih dari satu jenis tablet. Kemudian diikuti
dengan insulin atau obat lain yang diberikan lewat suntikan.
Pemantauan Kadar Gula darah
Menjalani tes HbA1c

Penderita diabetes dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan konsentrasi gula darah pada tiap 2-3
bulan. Pemeriksaan ini akan memperlihatkan tingkat kadar gula darah dalam beberapa bulan
terakhir, serta keefektifan pengobatan Anda.
Ketika tubuh sedang memproses gula, gula dalam darah secara otomatis melekatkan diri pada
hemoglobin. Makin tinggi kadar gula dalam darah, makin banyak hemoglobin yang terkait
dengan gula dan hemoglobin inilah yang disebut HbA1c. Tes HbA1c mengukur jumlah
hemoglobin yang mengandung glukosa.
Jika Anda memiliki kadar gula darah yang tinggi selama 2-3 bulan terakhir, hasil tes HbA1c akan
menunjukkan angka yang tinggi sebagai indikasinya. Karena itu jenis pengobatan yang Anda
jalani mungkin perlu diubah. Nilai rujukan normal untuk tes HbA1c penderita diabetes adalah di
bawah 6,5%.
Bagaimana cara memantau kadar gula darah kita sendiri?
Pola makan sehat, berolahraga, dan meminum obat atau menjalani terapi insulin akan membantu
Anda untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah. Tetapi penyakit lain dan stres juga dapat
berpengaruh. Faktor lain yang mungkin akan berdampak pada kadar gula darah Anda adalah:

Konsumsi minuman keras.

Meminum obat lain.

Perubahan hormon pada siklus menstruasi.

Menjalani pemeriksaan laboratorium tiap 2-6 bulan sekali sangatlah penting bagi penderita
diabetes tipe 2. Selain itu, penderita juga dianjurkan untuk memantau kadar gula darah dengan
melakukan tes sendiri di rumah.
Pemeriksaan di rumah dapat dilakukan dengan alat tes kadar gula darah berukuran kecil. Alat ini
dapat digunakan untuk mendeteksi naik turunnya kadar gula dalam darah.
Kadar gula darah biasanya tidak selalu sama sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh proses
pengobatan yang Anda jalani. Maka Anda dianjurkan untuk memeriksanya beberapa kali dalam
sehari. Pemantauan rutin akan membantu Anda untuk menjaga keseimbangannya.
Satuan ukuran untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia adalah
milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL. Anda sebaiknya memastikan satuannya terlebih
dulu saat membeli alat tes gula darah.
Kadar gula darah pada tiap orang berbeda-beda, tapi rujukan normalnya adalah:

72-108 mg/dL sebelum makan.

180 mg/dL dua jam sesudah makan.

Obat-obatan yang Tepat untuk Mengatasi Diabetes Tipe 2


Keseimbangan kadar gula darah pada diabetes terkadang tidak dapat dijaga dengan baik hanya
melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan
obat-obatan untuk menanganinya.
Ada beberapa jenis obat (biasanya dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk diabetes
tipe 2. Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk
mengendalikan kadar gula darah Anda.
Metformin untuk mengurangi kadar gula darah
Metformin bekerja dengan mengurangi kadar gula yang disalurkan hati ke aliran darah dan
membuat tubuh lebih responsif terhadap insulin. Ini obat pertama yang sering dianjurkan bagi
penderita diabetes tipe 2.
Berbeda dengan obat-obat lain, metformin tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Karena itu
obat ini biasanya diberikan untuk penderita yang mengalami kelebihan berat badan.
Tetapi metformin kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping yang ringan, misalnya mual
dan diare. Dokter juga tidak akan menganjurkan obat ini untuk penderita diabetes yang
mengalami masalah ginjal.
Sulfonilurea untuk meningkatkan produksi insulin dalam pankreas
Sulfonilurea berfungsi meningkatkan produksi insulin dalam pankreas. Penderita diabetes yang
tidak dapat meminum metformin atau tidak kelebihan berat badan mungkin akan diberikan obat
ini. Jika metformin kurang efektif untuk mengendalikan kadar gula darah Anda, dokter mungkin
akan mengkombinasikannya dengan sulfonilurea. Contoh-contoh obat ini adalah:

Glimepiride

Glibenclamide

Glipizide

Gliclazide

Gliquidone

Sulfonilurea akan meningkatkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat mempertinggi risiko
hipoglikemia jika salah pemakaiannya. Selain itu, obat ini memiliki efek samping sebagai
berikut:

Kenaikan berat badan

Mual dan muntah

Diare

Glitazone (thiazolidinedione) sebagai pemicu terhadap insulin


Glitazone (misalnya, pioglitazone) biasanya dikombinasikan dengan metformin, sulfonilurea,
atau keduanya. Obat ini berfungsi membuat sel-sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin sehingga
lebih banyak gula yang dipindahkan dari dalam darah.
Obat ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan pembengkakan pada pergelangan kaki.
Anda tidak dianjurkan untuk meminum pioglitazone jika pernah mengalami gagal jantung atau
berisiko terkena patah tulang.
Di beberapa negara, risoglitazone yang merupakan salah satu jenis obat glitazone telah dicabut
dari pasaran karena terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung seperti serangan jantung dan
gagal jantung. Jika mengkonsumsinya, konsultasikanlah potensi efek sampingnya dengan dokter
Anda.
Gliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor) sebagai pencegah pemecahan GLP-1
Gliptin atau penghambat DPP-4 mencegah pemecahan hormon GLP-1 (glucagon-like peptide1). GLP-1 adalah hormon yang berperan dalam produksi insulin saat kadar gula darah tinggi.
Dengan demikian, gliptin membantu menaikkan tingkat insulin saat kadar gula naik.
Gliptin (misalnya, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, dan vildagliptin) dapat menghambat
peningkatan kadar gula darah tinggi tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini tidak
menyebabkan kenaikan berat badan dan biasanya diberikan jika penderita tidak bisa meminum
sulfonilurea atau glitazone, atau dikombinasikan dengan keduanya.
Agonis GLP-1 sebagai pemicu insulin tanpa risiko hipoglikemia
Exenatide adalah agonis GLP-1 dengan kinerja yang mirip hormon GLP-1 alami. Obat ini
diberikan melalui suntikan sebanyak dua kali sehari. Exenatide dapat memicu produksi insulin
saat terjadi peningkatan kadar gula darah tanpa risiko hipoglikemia.
Sebagian besar penderita diabetes yang meminum exenatide juga dapat mengalami penurunan
berat badan. Obat ini umumnya diberikan kepada penderita diabetes yang meminum metformin
serta sulfonilurea dan mengalami obesitas.
Jenis agonis GLP-1 lainnya adalah liraglutide yang disuntikkan sekali dalam sehari. Penelitian
membuktikan bahwa obat ini juga dapat menurunkan berat badan. Liraglutide juga umumnya
diberikan pada penderita diabetes yang meminum metformin serta sulfonilurea dan mengalami
obesitas.
Acarbose untuk memperlambat pencernaan karbohidrat

Acarbose memperlambat pencernaan karbohidrat menjadi gula dalam tubuh. Obat ini mencegah
peningkatan kadar gula darah yang terlalu cepat setelah penderita diabetes makan.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping diare dan perut kembung sehingga jarang digunakan
untuk mengobati diabetes tipe 2. Tetapi dokter tetap akan memberikannya jika penderita tidak
cocok meminum obat lain.
Nateglinide dan repaglinide untuk melepas insulin ke aliran darah
Kedua obat ini akan merangsang pankreas untuk melepaskan lebih banyak insulin ke aliran
darah. Fungsi nateglinide dan repaglinide tidak dapat bertahan lama, tapi efektif saat diminum
sebelum makan. Jadi meski jarang digunakan, keduanya dianjurkan jika penderita memiliki
jadwal makan pada jam-jam yang tidak biasa.
Semua obat tetap memiliki efek samping, termasuk nateglinide dan repaglinide. Efek samping
dari kedua obat ini adalah hipoglikemia dan kenaikan berat badan.
Terapi Insulin sebagai pendamping obat-obatan yang lainnya
Obat-obatan dalam bentuk tablet bisa menjadi kurang efektif untuk mengobati diabetes sehingga
Anda membutuhkan terapi insulin. Terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau
bersamaan dengan obat-obatan di atas, tapi tergantung dosis dan cara pemakaiannya. Ada
beberapa jenis insulin yang bisa digunakan. Di antaranya:

Insulin kerja cepat yang tidak bertahan lama, tapi bereaksi cepat.

Insulin kerja singkat yang dapat bertahan maksimal delapan jam.

Insulin kerja panjang yang dapat bertahan satu hari.

Pengobatan untuk penderita diabetes juga mungkin menggunakan kombinasi dari jenis-jenis
insulin di atas.
Melakukan suntikan insulin untuk diri sendiri
Pemberian insulin umumnya lewat suntikan karena insulin akan dicerna dalam perut dan tidak
bisa masuk ke dalam darah jika diminum dalam bentuk tablet.
Dokter akan menjelaskan kapan Anda membutuhkan pemakaian insulin. Pada tahap awal
pemakaian, dokter biasanya akan membantu Anda untuk menyuntikkan insulin. Selanjutnya
Anda diajari cara menyuntik dan menyimpan insulin serta membuang jarum dengan aman.
Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menyuntikkan insulin, yaitu lewat jarum dan alat
suntik atau pena. Penderita diabetes umumnya membutuhkan 2-4 suntikan dalam sehari. Dokter
atau perawat juga akan mengajari cara pemakaiannya pada teman dekat atau keluarga Anda.

Cara mengatasi hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah)


Penderita diabetes tipe 2 umumnya menggunakan insulin atau jenis-jenis tablet tertentu untuk
mengendalikan kadar gula darah. Metode pengobatan tersebut memiliki risiko untuk
menyebabkan hipoglikemia.
Saat kadar gula darah Anda terlalu rendah, Anda akan mengalami hipoglikemia. Gejalagejalanya antara lain rasa lemas, gemetaran, dan lapar. Kondisi ini dapat diatasi dengan
mengonsumsi makanan atau minuman manis.
Penanganan awal untuk penderita diabetes yang mengalami hipoglikemia adalah dengan
mengonsumsi sumber karbohidrat (minuman bergula atau tablet glukosa) yang dapat diserap
dengan cepat. Setelah itu penderita boleh mengonsumsi sumber karbohidrat yang dapat bertahan
lebih lama seperti sepotong wafer, sepotong roti isi, atau satu buah.
Langkah-langkah di atas umumnya dapat meningkatkan kadar gula darah agar kembali normal.
Tetapi proses ini bisa membutuhkan waktu beberapa jam.
Hipoglikemia berat akan mengakibatkan penderita diabetes merasa linglung, mengantuk, bahkan
kehilangan kesadaran. Jika mengalami kondisi ini, penderita diabetes harus segera diberi
suntikan glukagon (hormon yang dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat) langsung
pada otot atau vena. Dokter dapat mengajarkan cara penyuntikannya pada keluarga atau teman
dekat Anda.
Alternatif dalam melakukan pengobatan penderita diabetes tipe 2
Penderita diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi (penyakit
jantung, stroke, atau penyakit ginjal). Karena itu dokter biasanya akan menyarankan obat-obat
berikut ini untuk mengurangi risiko komplikasi, yaitu:

Statin (misalnya, simvastatin) untuk mengurangi kadar kolestrol tinggi.

Obat penurun tekanan darah tinggi.

Obat-obatan ACE Inhibitor, seperti lisinopril, enalapril, atau ramipril, jika ada indikasi
penyakit ginjal diabetik. Perkembangan penyakit yang ditandai dengan adanya protein
albumin dalam urin ini dapat disembuhkan jika segera ditangani.

Komplikasi Diabetes Tipe 2


Kadar gula darah yang tinggi bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, saraf, dan
organ tubuh. Pada akhirnya diabetes bisa mengakibatkan sejumlah komplikasi jika tidak
ditangani dengan baik. Peningkatan kadar gula darah yang tidak signifikan dan meski tidak
memicu gejala pun dapat mengakibatkan dampak secara jangka panjang.

Komplikasi yang Menyebabkan Penyakit Jantung dan Stroke


Penderita diabetes memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung atau
stroke. Keseimbangan kadar gula darah yang dibiarkan tidak terjaga dalam waktu cukup lama
bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah yang biasanya
terjadi akibat akumulasi kolesterol. Komplikasi ini memiliki risiko-risiko sebagai berikut:
Menyebabkan serangan jantung atau stroke karena peningkatan risiko penyumbatan pembuluh
darah pada jantung atau otak.
Menghambat aliran darah ke jantung dan menyebabkan serangan angina (angin duduk).
Serangan angina terindikasi dengan adanya sakit dada yang terasa menekan.
Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan Neuropati (Saraf)
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus. Hal ini dapat
menyebabkan sensasi kesemutan atau terbakar yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan
kaki lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Selain itu, komplikasi saraf ini bisa membuat kaki
menjadi mati rasa sehingga tidak terasa sakit saat terluka dan akhirnya mengakibatkan borok.
Kerusakan saraf yang menyerang sistem pencernaan dapat menyebabkan rasa mual, muntah,
diare, atau konstipasi.
Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan pada Organ Kaki
Kerusakan pada saraf atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes bisa
meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya terlambat disadari. Ada sekitar
10% penderita diabetes yang mengalami infeksi serius akibat luka atau sekadar goresan kecil
pada kaki.
Penderita yang telah mengalami kerusakan saraf sebaiknya memeriksakan kakinya tiap hari dan
mengkonsultasikan perubahan yang dirasakan kepada dokter. Komplikasi pada kaki yang harus
Anda waspadai antara lain:

Pembengkakan.

Kulit yang terasa panas saat disentuh.

Luka yang tidak kunjung sembuh.

Periksakanlah kaki Anda kepada dokter secara rutin tiap tahun.


Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan Retina
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina (jaringan pada mata yang
sensitif terhadap cahaya) yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Pembuluh darah

tersebut dapat bocor, tersumbat, atau tumbuh secara acak sehingga menghalangi cahaya untuk
sampai ke retina.
Lakukanlah pemeriksaan mata secara rutin tiap tahun. Jika ada kerusakan serius, Anda akan
dirujuk ke dokter spesialis mata agar dapat ditangani secepatnya. Keseimbangan kadar gula
darah yang terjaga dengan baik juga bisa menurunkan risiko Anda.
Retinopati diabetik yang terdeteksi sejak dini dapat ditangani dengan operasi laser. Tetapi
penanganan ini hanya bertujuan untuk mempertahankan daya penglihatan yang tersisa dan bukan
untuk menyembuhkan.
Komplikasi yang Menyebabkan Kerusakan Ginjal
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah dari darah. Jika pembuluh
darah halus tersebut tersumbat atau bocor, kinerja ginjal Anda bisa menurun. Komplikasi ini
biasanya juga berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Sangatlah penting untuk memilih
penanganan yang tepat.
Kerusakan parah pada ginjal bahkan dapat menyebabkan gagal ginjal. Jika Anda mengalami
gagal ginjal, Anda membutuhkan dialisis (proses pengobatan yang meniru fungsi ginjal) atau
bahkan transplantasi ginjal.
Komplikasi yang Menyebabkan Disfungsi Seksual
Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada para penderita diabetes pria (terutama
perokok) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Gangguan ini biasanya dapat diatasi dengan
obat-obatan.
Penderita diabetes wanita juga dapat mengalami gangguan disfungsi seksual, misalnya:

Kepuasan seksual yang menurun.

Kurangnya gairah seks.

Vagina yang kering.

Rasa sakit saat berhubungan intim.

Gagal mencapai orgasme.

Penderita diabetes wanita yang mengalami kekurangan cairan vagina atau merasa sakit saat
berhubungan intim dapat menggunakan pelumas atau gel.
Keguguran dan Kelahiran Mati

Kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin. Risiko keguguran dan
kelahiran mati akan meningkat jika diabetes pada ibu hamil tidak ditangani dengan saksama.
Kadar gula darah yang tidak dijaga dengan baik pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi
risiko cacat lahir.
Ibu hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memeriksakan kondisi diabetesnya secara
teratur kepada dokter spesialis obstetri, rumah sakit, atau klinik. Konsultasi rutin ini akan
mempermudah dokter untuk memantau kadar gula darah sang ibu, termasuk mengendalikan
dosis insulin yang harus diberikan, dan perkembangan janin.

Anda mungkin juga menyukai