Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR ANTROPOLOGI

A. Arti Ilmu Antropologi


Berasal dari bahasa Yunani, antropos manusia
logos

studi.

Ilmu yang mempelajari tentang manusia, dalam artian khusus, yaitu menyoroti segala
jenis manusia dalam semua zaman, mulai dari manusia yang ada lebih dari sejuta tahun yang
lalu sampai zaman sekarang, melalui pendekatan perbandingan dan historis dari kebudayaan
di seluruh dunia, yang pernah didiami manusia. Segi yang menonjol dari ilmu antropologi
ialah pendekatan secara menyeluruh (holistik) bukan terkhusus (atomistik).
Istilah Antropologi sering dicampuradukkan dengan beberapa istilah yang sekilas
memang mirip, namun jika dipelajari lebih mendalam, memiliki perbedaan maksud dan
pengertiannya. Istilah-istilah tersebut antara lain :
1. Etnografi : pelukisan atau tentang bangsa-bangsa
Tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa dan bagian dari ilmu
antropologi yang bersifat deskriptif.
2. Etnologi : ilmu bangsa-bangsa
Telah lama dipakai sejak permulaan masa terjadinya antropologi dan khusus mempelajari
masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
3. Volkerkunde : ilmu bangsa-bangsa
Dipergunakan terutama di Eropa Tengah sampai sekarang.
4. Kulturkunde : ilmu kebudayaan
Pernah dipakai sarjana dari Jerman, L. Frobenius dan guru besar Univesitas Indonesia C.J.
Held.
5. Antropologi : ilmu tentang manusia
Istilah yang sangat tua. Dalam arti lain ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia.

6. Kultural Antropologi
Terutama diapakai di Amerika. Dalam arti luas yang tidak mempelajari manusia dari sudut
fisiknya, lawan daripada physical anthropology. Sekarang dipakai secara resmi oleh
Universitas Indonesia menjadi antropologi budaya.
7. Antropologi Sosial
Dipakai di Inggris untuk menyebut antropologi dalam fase ketiganya, sebagai lawan etnologi.

B. Ruang Lingkup Antropologi


Meliputi semua manusia dan gejala kebudayaan, termasuk proses yang
mengakibatkan timbulnya fenomena dan berbagai bentuk persamaan dan
perbedaan.Perbedaan itu disebabkan tujuan penelitian yang berbeda-beda. Misalnya, menulis
tentang sekelompok manusia, seorang ahli antropologi akan menggambarkan; bagian sejarah
daerah manusia, pola pemukiman, system politik dan ekonomi, agama, kesenian, bahasa, dan
sebagainya.
Segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan holistikYaitu sebuah
pendekatan dalam antropologi yang melihat keadaan-keadaan dan individu-individu secara
utuh. Jadi, pokok kajiannya, baik sebuah organisasi atau individu, tidak akan disederhanakan
kepada variabel yang telah ditata atau sebuah hipotesa yang telah direncanakan sebelumnya,
tetapi akan dilihat sebagai bagian dari suatu yang utuh.
1. Sejarah Perkembangan Antropologi
a. Fase I (sebelum 1800)
Awalnya ditandai oleh himpunan-himpunan besar berupa kitab-kitabkisah
perjalanan, dan catatan-catatan orang Eropa yang mengunjungi Afrika, Asia pada
umumnya, dan Indonesia pada khususnya. Himpunan-himpunan besar tersebut
oleh Koentjaraningrat dibagi menjadi 5 golongan pengarang, yaitu:
1. Karangan-karangan para musafir
2. Karangan-karangan para pendeta nasrani
3. Karangan-karangan para pegawai kolonial/bahasa
4. Karangan-karangan para penyelidik alam
5. Karangan-karangan para pegawai pemerintah jajahan
Kelima golongan karangan diatas biasanya merupakan hasil dari pengalaman
hubungan nyata dengan bangsa-bangsa pemangku kebudayaan itu. Namun
biasanya karangan-karangan ini juga tak luput dari kelemahan, diantaranya:

a. Susunan keterangan yang tidak urut


b. Hanya mencatat hal-hal yang tampak aneh dan hal-hal yang berbeda dengan
adat istiadat pengarangnya.
c. Hanya mencatat unsur-unsur kebudayaan yang tampak saja.
d. Sering kurang detail menjelaskan tentang lokasi spesifiknya di daerah
bersangkutan.
b. Fase II (sekitar tahun 1850)
Tahun 1870, seorang sarjana Belanda bernama G.A.Wilken,
mengembangkan teori evolusionisme terutama untuk menyelidiki kebudayaan dan
masyarakat Indonesia. Secara garis besarnya teori-teori Wilken dapat digolongkan
menjadi 5 golongan, yaitu:
1. Evolusi Masyarakat Manusia
2. Animisme, teori ini dianut sendiri oleh Wilken
3. Totemisme
4. Dasar-dasar upacara berkorban
5. Asal dari adat mutilasi (potong rambut bayi, memasah gigi, dll)
c. Fase III (sekitar tahun 1900)
Pada masa ini, negara-negara penjajah dari Eropa mulai memiliki daerah
jajahan di Afrika dan Asia. Maka pada saat itu, antropologi merupakan ilmu
penting untuk mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa. Antropologi juga
menjadi ilmu yang praktis untuk kepentingan kolonial dalam mempelajari
masyarakat dan kebudayaan di luar Eropa Penguasaan daerah jajahan ini berarti:
a. Adanya hubungan langsung antara pihak penjajah dan pihak masyarakat
terjajah
b. Pemerintah penjajah memerlukan keterangan-keterangan tentang kebudayaan
dan masyarakat bangsa terjajah
Sekitar tahun 1919, para antropolog mulai meyelidiki aktivitet kebudayaan
masyarakat di luar Eropa, misalnya aktivitet hukum.
d. Fase IV (setelah tahun 1930)
Pada fase ini, Ilmu Antropologi bermaksud menyelidiki sebanyak mungkin
tentang masyarakat manusia, dan untuk mengetahui kelakuan manusia pada
umumnya.

Adanya perluasan penyelidikan ilmu antropologi pada fase ke IV ini, berarti:


1. Pertambahan bahan pengetahuan
2. Kemajuan metode-metode ilmiahnya
Perubahan-perubahan dalam ilmu antropologi ini disebabkan oleh dua aspek,
yaitu:
1. Aspek timbulnya antipati terhadap kolonialisme, gejala ini jelas sekali terlihat
sesudah perang dunia ke II
2. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif
Tujuan antropologi pada fase ke IV ini, mencapai perkembangan yang paling
penting, juga telah mencapai pengertian dalam segi-segi:
1. Sejarah terjadinya, dan perkembangan makhluk manusia sebagai makhluk
biologi
2. Sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan
3. Dasar-dasar dari kebudayaan yang hidup dalam kenyataan masyarakat-

masyarakat suku-suku bangsa di dunia ini.


2. Aliran-aliran Antropologi
Bahwa tujuan ruang lingkupnya masih merupakan suatu kompleks masalah yang
sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antara berbagai aliran yang ada
dalam lingkungan ahli antropolgi sendiri.
Digolongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa negara dimana ilmu
antropologi berkembang.
a. Amerika Serikat
Telah berkembang seluas-luasnya dan berkembang cepat sebagai ilmu. Berbagai
spesialisasi yang telah dikembangkan khusus untuk mencapai pengertian tentang dasar-dasar
dari aneka warna bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tampak pada masa
sekarang ini.
b. Inggris
Mula-mula antropologi untuk keperluan pemerintah jajahannya, lalu setelahnya
memperhatikan berbagai masalah yang lebih luas mengenai dasar-dasar masyarakat dan
kebudayaan manusia pada umumnya.

c. Eropa Tengah seperti Jerman, Austria dan Swis


Masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk mencapai pengertian
tentang sejarah penyebaran dari kebudayaan-kebudayaan dari seluruh umat manusia di muka
bumi ini. Jadi sifat antropologinya masih seperti berada pada fase keduanya.
d. Eropa Utara, di negara-negara Skandinavia
Sebagian bersifat akademikal seperti di Jerman dan Austria. Keistimewaan yang
mereka pelajari terletak pada hasil-hasil penelitian mereka terhadap suku-suku bangsa
Eskimo.
e. Uni Soviet
Ilmu antropologinya berdasarkan konsep K. Marx dan F. Engels mengenai tingkattingkat evolusi masyarakat. Menunjukkan bidang yang praktis, yakni melakukan kegiatan
besar dalam hal mengumpulkan bahan tentang aneka warna bentuk masyarakat dan
kebudayaan dari suku-suku bangsa yang merupakan penduduk wilayah Uni Soviet.
Dipergunakan sebagai alat untuk mengembangkan saling pengertian antara suku-suku bangsa
yang beraneka itu. Menimbulkan buku-buku ikhtisar tentang kebudayaan suku-suku bangsa
penduduk pribumi di benua-benua lain di muka bumi, yang mereka beri judul Narody Mira
(Bangsa-bangsa di Dunia).
f. Negara-negara bekas jajahan Inggris, terutama di India
Ilmu praktis dalam hal mencapai pengertian soal kehidupan masyarakat di India yang
menunjukkan suatu aneka warna yang sangat besar di berbagai tempat dalam wilayahnya
yang luas itu. Suatu hal yang menarik bahwa di India, antropologi dan sosiologi bukan dua
ilmu yang berbeda lagi.
g. Indonesia
Mengombinasikan unsur-unsur dari berbagai aliran dari antropologi yang paling
cocok. Menurut Kuncoroningrat, kita dapat dengan mudah mengombinasikan berbagai unsur
dari berbagai aliran ilmu antropologi yang telah berkembang di negara-negara lain. Contoh
dari Amerika ; penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk mengumpulkan data
tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda
yang kemudian kita pamerkan sehingga demikian timbul suatu saling pengertian antara
berbagai suku-bangsa itu. Atau dalam hal perencanaan pembangunan nasional yang dapat kita
contoh dari India.

C. Objek dan Pembagian Antropologi


Menurut Ralph Linton, pembagian antropologi :
a. Studi tentang asal mula manusia
b. Studi klasifikasi dari varietas manusia

c. Penyelidikan atas kehidupan bangsa primitif


Menurut Prof. Kuncoroningrat, pembagian antropologi :
a. Sejarah perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
b. Sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya.
c. Masalah asal, perkembangan dan penyebaran aneka bahasa.
d. Perkembangan, persebaran kebudayaan di dunia.
e.Asas asas kebudayaan manusia dalam masyarakat
Timbul bagian bagian ilmu antropologi, yaitu sebagai berikut :
1.

Paleoantropologi

Merupakan ilmu bagian yang meneliti asal usul dan evolusi makhluk dengan
menggunakan bahan penelitian sia-sia tubuh yang telah membantu, atau fosil-fosil manusia
dari zaman dahulu dengan metode penggalian.
2.

Antropologi Fisik

Ilmu tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk hidup dipandang dari sudut ciriciri tubuhnya, contoh: warna kulit, bentuk rambut, volume tengkorak, golongan darah.
Mengelompokan atas ciri khusus ini kemudian memunculkan konsep tentang ras.
3.

Etnolinguistik atau Antropologi Linguistik

Mempelajari tentang artikulasi dan fenomena keragaman manusia dari aspek


keragaman manusia dari aspek bahasa, tata bahasa, dan ciri bahasa dari manusia selaku
pendukung kebudayaan.
4.

Prehistori

Mempelajari tentang sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan


manusia di bumi sebelum dan setelah mengenal huruf
5.

Etnologi

Merupakan ilmu bagian yang mencapai pengertian mengenai azas- azas manusia,
dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak
mungkin suku-bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi. Etnologi mendeskripsikan
bangsa dan dasar ras dan kebudayaan, menjelaskan tentang penyebarannya masa kini dan
masa lampau serta difusi atau penyebaran kebudayaan manusia. Terdapat 2 aliran kajian
dalam etnologi:
a. Descriptive integration, mengolah dan mengintegrasikan hasil penelitian dengan

berbagai sub ilmu antropologi menjadi satu hasil penelitian dan satu daerah tertentu
saja
b. Generalizing approach (antropologi social), mengolah dan mengintegrasikan menjadi
1 hasil-hasil penelitian dari sebanyak mungkin daerah kemudian dicari persamaan dan
perbedaannya. Dicapai dengan metode metode :
1. Metode yang menuju arah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah
masyarakat dan kebudayaan yang terbatas (3-5)
2. Metode yang menuju arah perbandingan merata dari sejumlah unsur terbatas
dalam masyarakat yang sebanyak mungkin (2-3 ratus atau lebih)
Kedua metode tersebut saling membantu.
Sekitar tahun 20-an berkembang ilmu etnopsikologi, dimana berkembanga penelitianpenelitian antropologi yang analisanya menggunakan konsep-konsep psikologi, timbul karena
perhatian terhadap 3 masalah :
a. Masalah kepribadian bangsa
Timbul ketika hubungan antar bangsa-bangsa masih intensif, sesudah perang Dunia I,
dimana konsep dan istilah yang digunakan tidak cermat dan kasar.
b. Masalah peranan individu dalam perubahan adat istiadat
Memperhatikan penyimpangan individu-individu terhadap apa yang lazim dilakukan
oleh umum yang patuh terhadap adat, dipahami melalui ilmu psikologi
c. Masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi
Konsep psikological masalah tersebut hanya berlaku untuk masyarakat Ero-Amerika,
hal ini berdasarkan penelitian antropolog dan ahli psikologi.

Spesialisasi Antropologi dikhususkan terhadap masalah masalah praktis dalam masyarakat :


1. Antropologi Ekonomi
Mempelajari masalah penghimpunan modal lokal, dan tenaga pribumi, sistem-sistem
produksi dan pemasaran local.
2 .Antropologi Pembangunan
Menggunakan metode-metode, konsep-konsep, dan teori-teori antropologi,
mempelajari soal-soal yang bersangkutan dengan pembangunan masyarakt desa, sikap petani
terhadap teknologi baru.
3. Antropologi Pendidikan
Mempelajari masalah pendidikan di Negara berkembang.

4. Antropologi Kesehatan
Mempelajari masalah konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan.
5. Antropologi Penduduk
Mempelajari laju kenaikan penduduk, ekspalosi penduduk dunia, masalah penduduk
dunia.
6. Antropologi Politik
Mempelajari kejadian kejadian dan gejala politik serta persaingan dan kerjasama
antara kekuatan partai-partai politk dalam Negara berkembang, sistem nilai dan norma politik
yang dijalankan.
7. Antropologi untuk Psikiatri
Mengenai latar belakang social- budaya dari penyakit-penyakit jiwa.

D. Hubungan antara Ilmu Antropologi dan Ilmu-ilmu Sosial dan


Humanitas
Kedudukan antropologi pada kedua kelompok ilmu pengetahuan tersebut, sebenarnya
lebih cenderung pada humanitas. Namun demikian adanya ilmu bagian dari antropologi,
seperti : antropologi sosial, maka ia dapat dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu sosial. Timbulnya
sub-dub displin dari ilmu-ilmu tersebut, akibatnya saling meminjamnya metode dari cabangcabang ilmu itu dalam penyelidikannya terhadap masyarakat. Akibatnya adalah sering timbul
kesulitan untuk menempatkan suatu sub disiplin cabang ilmu pengetahuan.
1. Hubungan antara antropologi dan sosiologi
Perbedaan terletak pada segi : asal mula dan sejarahnya, metodenya, dan sasaran atau
obyek studinya. Antropologi lebih cenderung menggunakan metode kwalitatif dalam meneliti
masyarakat dan kebudayaan yang terbatas. Sosiologi menggunakan metode kwantitatif, dan
meneliti masyarakat yang luas atau lingkungan yang besar.
Persamaan diantara keduanya adalah sama-sama mempelajari masyarakat dan juga
kebudayaan.
2. Hubungan antropologi dan sejarah
Kedua ilmu ini saling mengisi baik dari segi metodenya maupun segi penyediaan
sumbernya. Misalnya, sumber-sumber sejarah yang berupa laporan orang-orang Barat
mengenai sejarah Indonesia abad ke 16-17. Bahan ini sangat penting dalam membantu
antropologi mengenai pelukisan bangsa dan kebudayaan Indonesia pada abad itu. Contoh lain
pada Kitab Suma Oriental karya Tome Pires.
Kombinasi antara metode sejarah dan antropolgi sering dipraktekkan dipraktekkan,
contohnya :

a. Penelitian Clifford Geertz dalam karyanya The Religion of Java.


b. Penelitian James T. Siegel dalam karyanya The Rope of God.
3. Hubungan antropologi dan ekonomi
Aktivitet ekonomi dari pada suatu masyarakat tidak terlepas dari sikap hidup, sistim
nilai budayanya atau pandangan hidup dari masyarakat itu sendiri. Seorang ahli ekonomi,
untuk mempelajari hal-hal diatas, harus minta bantuan kepada antropologi. Sebaliknya ilmu
antropologi juga memerlukan konsepsi-konsepsi ekonomi dalam melihat aktivitet
kebudayaan ekonomi dari suatu masyarakat. Contoh suatu penelitian mengenai Lingkungan
Alam dan Perilaku Sosio-Ekonomis dari Petani-petani di Muangthai dan Jawa.
4. Hubungan antropologi dan hukum adat (di Indonesia)
Menurut Van Vollenhoven, ilmu antropologi Indonesia amat berguna untuk meneliti
hukum adat, adapun sebabnya ialah :
a. Ilmu etnologi mencatat bahan-bahan tentang hukum adat sebagai bagian dari
kebudayaan yang merupakan obyek dari etnografi-etnografinya.
b. Ilmu etnologi memberi banyak keterangan tentang dasar-dasar organisasi
kemasyarakatan suku-suku bangsa Indonesia.
Kedua hal ini dapat ditambah lagi dengan ketiga hal yang lain, dan pikiran yag diajukan oleh
B. Ter Haar, yaitu :
a. Ilmu etnologi atau vulkerkunde banyak memberi keterangan tentang dasar alam
pikiran dan religi suku-suku bangsa Indonesia.
b. Ilmu etnologi banyak memberi keterangan tentang proses perpaduan antara
kebudayaan Indonesia dan asing.
c. Etnologi dapat melihat hubungan fungsi dari hukum adat dengan aktivitet kebudayaan
dalam suatu masyarakat.
5. Hubungan antara antropologi dan geologi
Bantuan geologi sangat dibutuhkan oleh sub-ilmu prehistori untuk menentukan bekas
peninggalan kebudayaan purba dalam lapisan-lapisan bumi. Penetapan umur lapisan bumi
menentukan dalam penggalian-penggalian prehistori.
6. Hubungan antropologi dan anatomi
Seorang sarjana antropologi fisik, mengkhususkan pada paleo-antropologi maupun
ciri-ciri ras di dunia amat membutuhkan anatomi.
7. Hubungan antropologi dan psikologi
Salah satu obyek studi antropologi adalah isi dan susunan dari alam jiwa dan akal
manusia. Sedang psikologi mencapai pengertian tentang alam jiwa dan akal manusia dengan
cara menganalisa isi jiwa dari individu-individu khusus. Atau dengan kata lain saling
membutuhkan dalam obyek penyelidikannya.

BAB II
HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN DENGAN MANUSIA

A. Hubungan antara Manusia dengan Kebudayaan


Manusia : cipta benar (otak)
rasa indah (hati)
karsa baik (tindakan)
Hasrat untuk memenuhi batinnya pun menimbulkan ciptaan-ciptaan. Segala ciptaan
manusia ini, sebenarnya hanyalah hasil mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru
kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan, itulah yang dinamakan kebudayaan. Atau
dengan kata lain, hasil kerja manusia itulah yang dinamakan kebudayaan.
Kebudayaan. Hasil usaha manusia untuk mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru
kepada pemberian Tuhan. Kebudayaan dibagi menjadi 2 segi, yaitu:
a.Segi kebendaan : Segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Dapat
diraba.
b.Segi kerohanian : Alam pikiran dan kumpulan perasaan tersusun teratur. Tak dapat diraba.

B. Hubungan Antara Kebudayaan dengan Masyarakat


Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, manusia sebagai pencipta
kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang diciptakan manusia. Penciptaan
kebudayaan tidak hanya seorang namun sekelompok. Yang disebut masyarakat adalah suatu
kelompok manusia atau individu yang memiliki ciri khusus dan tujuan yang sama.
Kebudayaan merupakan turunan dari generasi sebelumnya. Manusia mampu
meneruskan kebudayaannya kepada generasi penerus atau keturunannya, juga pada kelompok
lain yang sejaman. Dengan begitu, hasil budaya manusia dapat terus berkembang dari
generasi ke generasi dan berkembang dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Jadi, sebagai
pendukung kebudayaan bukan orang-seorang melainkan masyarakat seluruhnya.

C. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Patah tumbuh hilang berganti. Dan selama pergantian itu masih saja berlangsung,
selama masyarakat masih tetap ada sebagai pendukungnya, selama itu pula kebudayaan pun
terus berlangsung.

Perubahan masyarakat itu selalu diikuti oleh perubahan kebudayaan, tetapi begitu
pula sebaliknya : anasir-anasir baru di dalam kebudayaan mengadakan perubahan di dalam
masyarakat. Perkembangan yang satu senantiasa disertai perkembangan yang lainnya.
Keduanya selalu bersama-sama dalam perjalanannya dari masa ke masa.
Jika tak demikian, tak dapatlah ada persesuaian yang sempurna ; tak dapatlah
masyarakat itu menjadi pendukung sepenuhnya dari kebudayaannya, dan dapatlah
kebudayaan itu menjadi milik sebenarnya dari masyarakatnya!
Perubahan kebudayaan itu diakibatkan dua macam sebab, ialah : - berasal dari dalam,
yaitu masyarakat pendukungnya sendiri, tetapi tidak mengakibatkan perubahan seberapa
besarnya karena kebudayaan itu selalu sesuai dan seimbang dengan masyarakatnya. berasal
dari luar, yaitu dari lingkungan masyarakat itu, yang menimbulkan gerak yang nyata, yang
menimbulkan perubahan dan kemajuan kebudayaan dan bahkan mengakibatkan kegoncangan
dalam persatuan masyarakat dan kebudayaan, ialah jika masyarakat menghadapi perubahan
keadaan yang sangat besar dan mendadak.
Ditambah dengan kenyataan bahwa manusia tak mungkin dapat melepaskan segalagalanya yang telah ia miliki sebagai kepandaiannya, maka di atas dasar kebudayaan lama itu
dengan disertai berbagai perubahan dan tambahan tumbuhlah lambat laun kebudayaan baru
melalui garis-garis baru, sesuai dengan permintaan jaman yang telah berganti itu.
Sebab tumbangnya kebudayaan mungkin juga berasal dari alam atau kebudayaan lain.
Pertemuan pendukung-pendukung kebudayaan, perhubungan secara langsung,
bukanlah syarat mutlak untuk adanya pengaruh kebudayaan. Dapat juga pengaruh itu terjadi
perantara.
Bagaimanapun sifatnya, untuk perkembangan dan kemajuan kebudayaan hubunganlah
yang menjadi faktor terutama lagi terpenting. Dan oleh karena itu manusia dapat memilih dan
menentukan sendiri cara dan tempat hidupnya, maka kemungkinan bertemunya dengan
kebudayaan, baik langsung maupun tidak, terbuka seluas-luasnya ; bahkan boleh dikata tak
dapat terelakkan lagi. Maka dalam perjalanannya dari masa ke masa tak dapatlah mungkin
bahwa sesuatu kebudayaan tetap saja seperti sediakala, luput dari sesuatu pengaruh dari luar.
Maka, kekuatan kebudayaan itu sebenarnya terletak dalam kemampuannya untuk
memasak dan mengolah segala pengaruh yang mengenainya menjadi milik sendiri dengan
tidak mengacaukan sifat-sifat khusus yang menjadi pokoknya. Dengan demikian
perkembangannya tetap dapat sesuai dengan kebutuhan serta permintaan masyarakatnya
sesuatu waktu.

D. SEJARAH KEBUDAYAAN
Yang dipelajari sejarah kebudayaan adalah kebudayaan-kebudayaan di waktu lampau
dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa. Pengolahan anasir asing oleh
kebudayaan yang terkena pengaruh menentukan corak baru dan perkembangan selanjutnya.

Peninggalan kebudayaan terbagi menjadi dua, yaitu:


a. Peninggalan kebudayaan kebendaan. Dapat langsung diteliti dan diselidiki. Dapat pula
ditarik kesimpulan mengenai alam pikirannya yang menjadi dasar dan yang menggerakkan
serta mendorong diciptanya benda-benda itu.
b. Peninggalan kerohanian. Hanya dapat dimengerti jika kita berhubungan dengan para
pemilik dan pendukungnya.
Tidak ketinggalan pula peninggalan-peninggalan tertulis pun termasuk peninggalan
kebudayaan kebendaan. Dari tulisan itu kita langsung dan lebih lengkap dapat mengerti harta
kerohanian itu.
Tulisan itu sesungguhnya tidak sudah dari semula ada melainkan ada saatnya tulisan
itu mula-mula didapatkan. Dari latar belakang tersebut, dibuatlah dua pembagian besar, yaitu:
1. Zaman prasejarah. Permulaan adanya manusia dan kebudayaan-abad ke-5 Masehi.
2. Zaman Purba. Abad pertama tarikh Masehi-1500 M.
3. Zaman Madya. Menjelang akhir zaman Majapahit-akhir abad ke-19.
4. Zaman Baru (modern). 1900 M-sekarang.
Zaman yang keempat ini adalah masa yang kini sedang kita hadapi dan alami
bersama. Oleh karena masih berjalannya masa ini, kebudayaan Indonesia modern belum
mempunyai bentuk yang tertentu. Coraknya belum tegas. Dalam arti lain kebudayaan
Indonesia modern masih dalam pembentukan. Proses pengindonesiaan yang sebenarnya
(kebudayaan kesatuan) pun belum berakhir.

BAB III
KEBUDAYAAN
A. ARTI KEBUDAYAAN
Bahasa Jawa: kebudayan, dan artinya tidak begitu luas hanya sekitar kesenian saja.
Dr.Soekmono: bud: sadar atau bangun, dengan demikian berarti hasil kebangunan
manusia dalam arti kesadaran rohani
Koentjaraningrat: buddhayah: budi atau akal, dengan demikian berarti hal yang
bersangkutan dengan akal. Kebudayaan itu keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan
manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatnya dengan belajar dan
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Ralph Linton: Kebudayaan sebagai warisan sosial. Ia membaginya menjadi dua bagian,
yakni warisan umum dan warisan khusus.
Bahasa Asing: kultur
Bahasa Inggris: cultura
Bahasa Latin: cole, cultura, agricultura
Ada juga yang berpendapat bahwa kebudayaan itu adalah daya dari budi yang berupa cipta,
karsa, dan rasa. Ketiga unsur dibawah ini secara bersamaan menentukan timbulnya suatu
hasil kebudayaan.
a. Cipta. Manusia ingin mengetahui dan menyadari segala rahasia yang dijumpai di
dalam pengalamannya, baik lahir maupun batin.
b. Karsa. Manusia ingin mengetahui segala asal-usul dari segala hal, sehingga
menimbulkan berbagai perasaan dan pikiran yang tiada hentinya. Akhirnya timbul
norma-norma keagamaan dan norma-norma kesusilaan.
c. Rasa. Manusia ingin keindahan. Akhirnya timbul norma-norma keindahan atau
estetika.
B. Unsur Kebudayaan
Ralph Linton membedakan adanya empat unsure kebudayaan, ialah :
a. Unsur universal
Bersifat sama bagi setiap anggota masyarakat dewasa dan normal. Berupa ide,
kebiasaan, tanggapan masyarakat.
Contoh: hubungan masyarakat, penggunaan bahasa, hokum kematian, pola
pakaian.
b. Unsur Specialities
Hanya dinikmati oleh sebagian anggota masyarakat saja.
Contoh: merakit robot, tukang kayu, dokter.
c. Unsur Alternatif
Hanya dinikmati oleh individu tertentu, bahkan jarang sekali.

Contoh: melihat supranatural, mengobati penyakit, menunggang kuda.


d. Individual Pecualiabities
Keistimewaan individu. Merupakan unsure yang membuat
kebudayaan semakin berkembang.
Contoh: takut akan kucing, alergi suara keras, takut akan ketinggian.

dinamika

C. Wujud Kebudayaan
Ralph Linton, wujud kebudayaan itu ada dua macam, yaitu wujud fisik dan wujud yang ada
di luar jangkauan fisik.
Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan dan nilai-nilai.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan berpola dati manusia di
dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia

D. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan


1. Kebudayaan dapat disesuaikan
Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan dan malah berkembang menunjukkan
bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh suatu mayarakat, disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan tertentu dari lingkungannya, karena kalau sifat-sifat budaya tidak
disesuaikan kepada beberapa keadaan tertentu, kemungkinan masyarakat untuk bertahan akan
berkurang. Tiap-tiap adat yang ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan tertentu
merupakan adat yang dapat disesuaikan.
2. Kebudayaan merupakan suatu integrasi
Kebudayaan dikatakan merupakan suatu integrasi maksudnya adalah bahwa unsurunsur atau sifat-sifat yang terpadu menjadi suatu kebudayaan bukanlah sekumpulan
kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul secara asal-asalan saja. Satu alasan mengapa para ahli
antropologi menduga bahwa kebudayaan merupakan suatu integrasi kelihatannya adalah
bahwa sifat itu dianggap bersumber pada sifat adaptif dari kebudayaan. Jika kebiasaankebiasaan tertentu lebih adaptif dalam susunan tertentu, maka dapat diduga bahwa gumapalan
unsur-unsur budaya itu akan ditemui dalam kaitan yang berhubungan bila ditempatakan
dalam keadaan yang bersamaan.
3. Kebudayaan selalu berubah
Walaupun benar bahwa unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dimasukkan ke
dalam kebudayaan lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu, kita
harus mengingat, bahwa kebudayaan tidaklah bersifat statis ia selalu berubah.
Dalam setiap kebudayaan selalu ada suatu kebebasan tertentu pada para individu dan
kebebasan individu memperkenalkan variasi dalam cara-cara berlaku dan variasi itu yang
pada akhirnya dapat menjadi milik bersama, dan dengan demikian di kemudian hari menjadi
bagian dari kebudayaan.

F. Proses Terbentuknya Kebudayaan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan:
a.) lingkungan geografis
Contoh: iklim, tanah, air, bentuk permukaan tanah, letak.
b.) Saling kontak antar bangsa
Contoh: perdagangan, migrasi, agama, buku, radio, majalah, dsb.
c.) Faktor ras (induk bangsa)
Ciri-ciri tubuh membuat sifat dan jiwa rohaninya berbeda sehingga
berpengaruh pula pada pembentukan kebudayaan.
Ada dua cara kebudayaan atau unsur-unsur kebudayaan itu menyebar, yaitu dengan :
Akulturasi dan Difusi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing.
Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
prosesnya akulturasi terjadi dalam dua cara, yaitu:
Akulturasi damai (penetration pasifique)
Akulturasi ekstrim, terjadi dengan kekerasan, perang, penaklukkan, dsb
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh
usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok.
Sedang difusi atau akulturasi kebudayaan dapat terjadi dengan cara :
a. Perembesan secara damai
b. Peperangan
c. Desintegrasi
G. Perubahan Kebudayaan dan Tingkatan Kebudayaan
Berubah dari yang paling rendah menuju ketingkatan yang lebih tinggi, dalam hal ini Dr.
A. Blonk dkk, membaginya menjadi tiga :
1. Bangsa Pemburu, penangkap ikan ikan dan pengembara
2. Bangsa Petani
3. Bangsa Pemelihara Ternak

Anda mungkin juga menyukai