Pendekatan Fortifikasi PDF
Pendekatan Fortifikasi PDF
kekurangan zat gizimikro yang sedang (mild) terhadap perkembangan fisik dan
mental, mortalitas, dan morbiditas telah diketahui belakangan ini;
- luasnya spketrum kekurangan zat gizimikro ini pada tingkat populasi dapat diukur
secara relatip dengan akurat; dan
- solusi untuk menghilangkan kekurangan zat gizi mikro telah diketahui dan mudah
diimplementasikan dan biayanya relatif murah.
Beberapa studi telah dilakukan untuk mengidentifikasi luasnya cakupan
kekurangan zat gizimikro di negara-negara berkembang. Penyebaran tersebut dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah populasi yang Beresikoa dan terkena kekurangan Zat Gizimikro
Wilayahb
GAKIc
KVAd
GAKI
Menderita
Penderitae
Prevalensi
At risk
goitre
Afrika
181
86
53
49
206
Amerika
168
63
16,1
20
94
Asia Tenggara
486
176
126,5
69
616
Mediterania Timur
173
93
16,1
22
149
Pasifik Barat
423
141
42,1
27
1.058
1.572
655
254
Total
(%)
2.150
Keterangan :
GAKI : ganguan akibat kekurangan Iodium
KVA : Kekurangan Vitamin A
a) Banyak yang tinggal di wilayah yang beresiko terkena GAKI dan banyaknya anak
usia prasekolah yang tinggal di wilayah KVA
b) WHO region
c) sumber WHO (1992)
d) Estimasi menggambarkan hanya data WHO tahun 1994 (sumber:WHO, 1994)
e) Populasi yang menderita defisiensi sub klinis berat dan sedang
f) Hanya untuk anak usia prasekolah (Sumber WHO, 1992,1994)
g) Temasuk cina
III.
GIZI
MIKR0
DAN
PELUANG:
Cukupan
Kerelaan (compliance)
Biaya pemeliharaan
Sumberdaya eksternal
Kesinambungan
(sustainibility)
Suplementasi
Efektif untuk jangka panjang
Fortifikasi
Efektif
untuk
jangka
menegah dan panjang
Sistim hearth delivery yang Panagan
pembawa(foo
efektif
vehicle) yang cocok dan
fasilitas pengolahan yang
terorganisir
Hanya menjangakau populasi Menjangkau semua segmen
yang mendapat pelayanan
dari populasi sasaran
Memerlukan motivasi yang Tidak
memerlukan
kerja
berkelanjutan dari partisipan
sama yang intensif dan
kerelaan pribadi masingmasing individu
Relatig membutuhkan biaya Biaya rendah
yang tinggi
Dukungan
ekternal Teknologi yang memadai
dan
mudah
dibutuhkan untuk memproleh tersedia
ditranfer
suplemen
Tergantung kepada kemauan
dan sumberdaya yang ada
Fortifikan
fortifikasi
diimpor
(senyawa
)mungkin perlu
yang biasa digunakan adalah Kalium Yodida (KI) dan Kalium Iodat (KID3). Iodat
lebih stabil dalam 'impure salt' pada penyerapan dan kondisi lingkungan
(kelembaban) yang buruk penambahan tidak menambah warna, penambahan dan
rasa garam. Negara-negara yang dengan program iodisasi garam yang efektif
memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan akan prevalensi GAKI.
5.3. Fortifikasi Besi
Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemi
gizi besi, fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan strategi
termurah untuk memulai, mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi
yang terbesar, dan menjamin pendekatanjangka panjang (Cook and Reuser, 1983).
Fortifikasi Zat besi tidak menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan. Inilah
keuntungan pokok dalam hal keterterimaannya oleh konsumen dan pemasaran
produk-produk yang diperkaya dengan besi.
Penetapan target penerima fortifikasi zat besi, yaitu mereka yang rentan
defisie zat besi, merupakan strategi yang aman dan efektif untuk mengatasi masalah
anemi besi (Ballot, 1989). Pilihan pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan
beratnya kekurangan zat besi (INAAG, 1977). Tahapan kritis dalam perencanaan
program fortifikasi besi adalah pemilihan senyawa besi yang dapat diterima dan
dapat diserap (Cook and Reuser, 1983). Harus diperhatikan bahwa wanita hamil
membutuhkan zat besi sangat besar selama akhir trimester kedua kehamilan.
Terdapat beberapa iortifikan yang umum digunakan untuk fortifikasi besi
seperti besi sulfat besi glukonat, besi laktat, besi ammonium sulfat, dan lain-lain.
5.4. Fortifikasi Vitamin A
Fortifikasi pangan dengan vitamin A memegang peranan penting untuk
mengatasi problem kekurangan vitamin A dengan menjembatani jurang antara
asupan vitamin A dengan kebutuhannya. Fortifikasi dengan vitamin A adalah strategi
jangka panjang untuk mempertahankan kecukupan vitamin A.
Kebanyakan vitamin yang diproduksi secara komersial (secara kimia) identik
dengan vitamin yang terdapat secara alami dalam bahan makanan. Vitamin yang
larut dalam lemak (seperti vitamin A) biasanya tersedia dalam bentuk larutan
minyak (oil solution), emulsi atau kering, keadaan yang stabil yang dapat
disatukan/digabungkan dengan campuran multivitamin-mineral atau secara langsung
ditambahkan ke pangan.
Bentuk komersial yang paling penting dari vitamin A adalah vitamin A asetat
dan vitamin A palmitat. Vitamin A dalam bentuk retionol atau karoten (sebagai
beta-karoten dan beta-apo-8 karotenal) dapat dibuat secara komersial untuk
ditambahkan ke pangan. Pangan pembawa seperti gula, lemak, dan minyak, garam,
the, sereal, dan monosodium glutamat (MSG) telah (dapat) difortifikasi oleh vitamin
A.
VI. PERAN INDUSTRI DALAM PROGRAM FORTIFIKASI
Industri pangan/makanan memegang peranan kunci dalam setiap program
fortifikasi di setiap negara Kekurangan zat gizimikro adalah problem kesehatan
masyarakat. Beberapa aspek program fortifikasi pangan, bagaimanapun, seperti
penentuan prevalensi kekurangan, pemilihan intervensi yang tepat, penghitungan
taraf asupan makanan (zat gizi), konsumsi pangan pembawa sehari-hari dan
fortifikan yang akan ditambahkan, dan juga teknologinya (pengembangan teknologi),
harus dievaluasi oleh otoritas ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat dan
pertanian, dan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bauernd, JC. 1994. Nutrification of Foods. In Shils, MD.; Olsm, JA.; Shike, M. Ed.
Modern nutrition in health an disease. Lea and Febiger, 8th Edition, Chaper
Burgi, H.; Supersaxo, Z.; Selz, B. 1990. Iodine deficiency diseases in Switernland
one hundred years after Theatre Kocher's survey: A historical review with some
new goitre prevalence data. Acta Endocrinologica. Copenhagen.
Harris, RS. 1968. Attitudes and approaches to supplementation offoods with
nutrients. J. Agr. Food Chern. 16(2), 149-152.
INNAG. 1993. Iron EDTA for food fortifikation. A report of the INAAG. Wahongton,
DC. USA.
WHO. 1995. Global prevalence of vitamin A deficiency. WHO Micronutrient Deficiency
Onformation Systems: Working Paper Number 2. WHO, Geneva, Switzernland.
WHO. 1994. Indicator for assesing iodine deficiency disorders and their controll
through salt iodization. WHO/UNICEF/ICCIDD.Doc. WHO, Geneva, Switzernland.
WHO. 1992. National strategies for overcoming micronutrient malnutrition EB89/27.
45th World Health Assembly Provisional Agenda Item 21; WHO, Geneva,
Switzernland.
World Banka. 1994. Enriching Lives. Overcoming vitamin A and mineral malnutrition
in developing countries. The World Bank. DC, USA.