PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit
2.1.1 Anatomi kulit (1,2)
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira
15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan
cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,
bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh.
Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang
dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam
kecoklatan pada genitalia orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang
elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan
tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada
muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada
kepala.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun tiga lapisan utama yaitu : lapisan
epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutis.
1. Lapisan epidermis tebalnya bervariasi dari 0,04 mm pada kelopak mata sampai 1,6
mm pada telapak tangan. Epidermis dibentuk oleh 4 macam sel: keratinosit,
melanosit, sel Langerhans dan sel Merkel. Secara embriologi, epidermis terbentuk
pada minggu ketiga sebagai selapis sel epitel dan berasal dari ektoderm. Dalam 4
minggu, epitel akan membelah menjadi lapisan germinal basal dan lapisan luar
dari sel-sel pipih kaya glikogen yang disebut periderm. Pada bulan keenam, kulit
telah terkeratinisasi sempurna dan mempunyai 5 lapisan yaitu lapisan basal atau
stratum germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum
dan terakhir adalah stratum korneum. Semua lapisan ini dapat dilihat di kulit
telapak tangan dan telapak kaki, tapi hanya stratum korneum dan stratum
germinativum yang ditemukan di seluruh bagian tubuh. (2)
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang coati, tidak berinti, dan
lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau disebut pula prickle cell layer
(lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Selsel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel
stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges)
yang terdiri atas protoplasma dan tonofibrif atau keratin. Di antara sel-sel
spinosum
terdapat
pula
sel
Langerhans.
Sel-sel
stratum
spinosum
pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
b.
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Vaskularisasi di kulit diatur
oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus
superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di
dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di
dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan
glukosa, biasanya pH sekitar 4 - 6,8.
b) Kuku, adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nail root),
bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut
badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas.
Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm
per minggu.
c) Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan
bagian yang berada di luar kulit (batang rambut). Pertumbuhan rambut melalui
3 fase pada dewasa. Pertumbuhan aktif rambut terjadi selama fase anagen.
Involusi dari folikel rambut terjadi pada fase katagen. Fase istirahat dari
pertumbuhan rambut disebut fase telogen. Selama fase anagen folikel rambut
terdiri dari 4 lapisan karena pertumbuhannya aktif. Selama katagen, ujung
rambut mengalami atrofi karena keratinosit mati dan mealonist berhenti
menghasilkan pigmen. Folikel rambut akan mengkerut. Selama telogen, folikel
hanya mengandung infundibulum dan isthmus dan lainnya atrofi. Ini saat
dimana rambut akan rontok secara aktif sebelum fase anagen dimulai lagi.
2.1.3 Fisiologi kulit (1,2)
Kulit melapisi seluruh permukaan tubuh dan menyambung dengan epitelium
dari sistem pencernaan, pernafasan dan urogenital. Kulit mempunyai peran penting
sebagai organ sensorik dan penting untuk metabolisme vitamin D. Lapisan epithelial
mempunyai dua fungsi penting, yaitu sebagai pertahanan fisik terhadap gangguan
mekanik, kimia dan mikrobiologi dari lingkungan. Selain itu kulit juga punya peran
dalam regulasi suhu. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis, lapisan paling luar, adalah lapisan yang avaskuler. Fungsi utamanya
adalah proses keratinisasi yang menghasilkan lapisan kuat dari sel-sel mati yang
mampu mengatasi gangguan dari lingkungan. Dermis adalah lapisan dibawah
epidermis yang mengandung vaskuler, dan terdapat kapiler-kapiler yang mampu
mengatur suhu baik dengan vasodilatasi (hilang panas) atau vasokontriksi (menahan
panas).
1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat
kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya karbol, asam, dan alkali kuat
lainnya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra
violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
a. Hal di atas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit
dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisik.
b. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap pelbagai zat kimia
dan air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak
zat-zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari
hasil ekskresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada pH 5- 6.5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga berperanan sebagai
sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan Benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang
larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum.
3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCI, urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain
meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan
keasaman kulit pada pH 5 - 6.5.
Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan. Efek dari timbulnya
luka antara lain hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, hingga kematian sel. Luka
dapat disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik dan animal bite. Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami
untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang
rusak, pembersihan sel dan benda asing, serta perkembangan awal seluler, merupakan
bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa
bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung
proses penyembuhan. Akan tetapi, penyembuhan luka juga dapat terhambat akibat
banyak faktor, baik yang bersifat lokal maupun sistemik.
2.2.2 Jenis luka
Luka dapat diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu :
1. Berdasarkan waktu penyembuhan luka (5)
a) Luka akut, yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan proses
penyembuhan.
b) Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
2. Berdasarkan proses terjadinya (5)
a) Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang
tajam dan kerusakan sangat minimal. Misal, yang terjadi akibat
pembedahan.
b) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan bengkak.
c) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi jika kekuatan trauma melebihi
kekuatan regang jaringan.
10
11
Fase hemostasis dan inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler
yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak. Tujuannya adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, selsel mati, dan bakteri, untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan
keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler
12
13
14
oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan
juga fibroblast sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru
tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi
fibroblast dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroplasia. Respons yang
dilakukan fibroblast terhadap proses fibroplasias adalah (14):
a. Proliferasi
b. Migrasi
c. Deposit jaringan matriks
d. Kontraksi luka
Angiogenesis,
suatu
proses
pembentukan
pembuluh
kapiler
luka.
Kegagalan
vaskuler
akibat
penyakit
(diabetes),
15
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir
sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah
menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan
yang kuat dan berkualitas. Fibroblast sudah mulai meninggalkan jaringan
grunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh
mulai regresi, dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk
memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah
dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase remodelling. Selain
pembentukan kolagen, juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim
kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase
proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat,
dengan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang
berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atauhypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan
parut dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi
kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak
mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses
penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil
16
dan penyembuhan.
Hematoma
Hematoma atau seroma menghalangi penyembuhan dengan menambah
jarak tepi-tepi luka dan jumlah debridemen yang diperlukan sebelum fibrosis
dapat terbentuk. Produk darah adalah media subur untuk pertumbuhan bakteri
dan infeksi luka. Hematoma adalah gangguan tersering ketahanan lokal
jaringan terhadap infeksi, sehingga pencegahan pembentukan hematoma
17
Faktor umum
o Nutrisi.
Kekurangan vitamin C menghalangi hidroksilasi prolin dan lisin,
sehingga kolagen tidak dikeluarkan oleh fibroblast.
o Seng.
Seng diperlukan dalam proses penyembuhan pada penderita luka bakar
yang parah, trauma, atau sepsis, tetapi aksinya belum diketahui dengan jelas.
o Steroid.
Steroid menghalangi penyembuhan dengan menekan proses
peradangan dan menambah lisis kolagen. Efeknya sangat nyata selama 4 hari
pertama.
o Sepsis.
Sepsis sistemik memperlambat penyembuhan. Mekanisme ini belum
diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan kebutuhan akan asam amino
untuk membentuk molekul kolagen. Jadi inilah penyebab pemberian makan
parenteral dapat mempercepat penyembuhan luka pada penderita dengan
malnutrisi atau sepsis.
o Obat sitotoksik.
5-Fluorourasil, metotreksat, siklofosfamid dan mustrad nitrogen
menghalangi penyembuhan luka dengan menekan pembelahan fibroblast dan
sintesis kolagen. (Sabiston )
18
19
20
yodium
dengan
polyvinylpirrolidone
yang
tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena
tidak menguap.
3. Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
4.
antiseptik borok.
Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah
larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya
21
ii.
dilakukannya
pembersihan
luka
adalah
meningkatkan,
22
Penyembuhan akan lebih baik dan lebih cepat bila ditutup secara
primer bila dibandingkan dengan penyembuhan sekunder.
23
satu buah.
Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah
Gunting benang satu buah.
Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja.
Lain-lain :
24
Teknik :
Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah
sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan
subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara
tusukan
Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
25
27
28
Running subcuticular
suture, Jahitan
jelujur
subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal
menghasilkan kosmetik yang baik
29
operasi dan drain itu sendiri dapat memungkinkan infeksi ke dalam luka.
Tetapi dalam situasi tertentu penggunaannya tidak dapat dihindari. Drain
memiliki kecenderungan untuk menimbulkan oklusi atau tersumbat,
mengakibatkan cairan yang terkumpul yang dapat berkontribusi untuk
timbulnya infeksi atau komplikasi lainnya.
Drain dapat tersambung ke dinding suction, perangkat suction
portabel, atau dapat dibiarkan mengalir secara alami. Rekaman yang
akurat dari volume drainase serta isi sangat penting untuk memastikan
secara tepat tentang penyembuhan dari luka dan monitor untuk
pendarahan yang berlebihan.
30
terinfeksi)
Mencegah terjadinya akumulasi udara (dead space)
Identifikasi jenis cairan
31
cairan
untuk
pemasukan cairan IV
Pelepasan Drain
Secara umum, drain harus dilepas ketika cairan drainase sudah
berhenti atau di bawah 25 ml/hari.
- Peringatkan pasien bahwa akan terjadi ketidaknyamanan
ketika drain dilepaskan
- Siapkan analgetik
- Tempat bekas pemasangan drain ditutup oleh kassa kering
Pelepasan drain yang terlalu dini meningkatkan kemungkinan
terjadinya komplikasi infeksi
i) Pengangkatan Jahitan (16)
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
Muka atau leher hari ke 5
Pereut hari ke7-10
Telapak tangan 10
Jari tangan hari ke 10
Tungkai atas hari ke 10
Tungkai bawah 10-14
Dada hari ke 7
Punggung hari ke 10-14
j) Jenis jenis benang dan penggunaannya
Benang dapat dibagi menurut: (16)
1. Penyerapan
a. Benang yang dapat diserap atau absorbable, contoh: catgut, asam
poliglikolat
(Dexon),
asam
poliglaktik
(Vicryl)
dan
32
33
34
Lokasi
penjahitan
Jenis benang
Ukuran
Fasia
Semua
2,0-1
Otot
Semua
3,0-0
Kulit
Tak diserap
2,0-6,0
Lemak
Terserap
2,0-3,0
Hepar
Kromik catgut
2,0-0
Ginjal
Semua catgut
4,0
35
Pancreas
3,0
Usus halus
Catgut,
kapas
2,0-3,0
Usus besar
Kromik catgut
4,0-0
Tendon
Tak terserap
5,0-3,0
Kapsul sendi
Tak terserap
3,0-2,0
Peritoneum
Kromik catgut
3,0-2,0
Bedah mikro
Tak terserap
7,0-11,0
sutera,
Tabel 2.1 Jenis dan ukuran benang berdasarkan lokasi penjahitan (16)
Contoh contoh benang : (23)
Seide (silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang
harus dibuka kembali.
Warna : hitam dan putih
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar).
Plain catgut
Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
Warna : putih dan kekuningan
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan
dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut,
wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan
mengembang.
Chromic catgut
36
37
38