Disusun oleh:
Wiwid Ariska Larasati
213.C.0042
A. Definisi
Stoke atau cedera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak, (Smeltzer
C. Suzanne, 2002).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah defisit neurologis
yang terjadi akibat terhentinya suplai darah ke otak yang dapat berakibat
kerusakan dan kematian sel-sel otak yang menimbulkan gejala klinis antara
lain kelumpuhan wajah atau anggota badan yang lain, gangguan sensibilitas,
perubahan mendadak status mental, gangguan penglihatan dan gangguan
wicara, (Bararah dan Jauhar, 2013).
Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke nonhaemoragik dan stroke
haemoragik. Pada stroke nonhaemoragik, aliran darah ke otak terhenti karena
arterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh
darah, melalui proses arterosklerosis, (Bararah dan Jauhar, 2013).
Stroke nonhaemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi,
hampir 80% dari semua stroke. Disebabkan oleh gumpalan atas seumbatan
lain pada arteri yang mengalir ke otak. Pada pasien terdapat kelemahan
anggota gerak , dan parese nervus VII dan XII yang mengarah pada stroke
nonhaemoragik. Sehingga diperlukan penanganan segera untuk menghindari
komplikasi lebih lanjut, (Lloyd, Jones, et al, 2009).
B. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1.
2.
3.
Hipertensi
2.
3.
Kolesterol tinggi
4.
Obesitas
5.
6.
7.
8.
9.
Konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002)
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu
muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu
antara lain bersifat:
1. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa
jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut
Transient Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud
sama, memperberat atau malah menetap.
2. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut Reversible
Ischemic Neurologic Defisit (RIND).
3. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat
yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
4. Sudah menetap/permanen
D. Patofisiologi
Dalam keadaan fisiologis, jumlah darah yang mengalir ke otak
adalah 5060 ml per 100 gram otak per menit. Jadi jumlah darah untuk
seluruh otak, yang kira-kira beratnya antara 1200-1400 gram adalah 700840 ml per menit. Dari jumlah darah itu, satu pertiganya disalurkan
melalui tiap arteri karotis interna dan satu pertiga sisanya disalurkan
melalui susunan vertebrobasilar. Daerah otak tidak berfungsi bisa karena
secara tiba-tiba tidak menerima suplai darah lagi karena arteri yang
memperdarahi daerah tersebut putus atau tersumbat. Penyumbatan itu bisa
terjadi secara mendadak atau secara berangsur-angsur (Mardjono, 2008).
Oklusi akut pembuluh darah intrakranial menyebabkan penurunan
aliran darah ke regio otak sesuai dengan kebutuhannya. Penurunan aliran
ini akan berpengaruh pada aliran darah kolateral dan ini sangat tergantung
pada anatomi vaskular individual dan lokasi oklusi. Apabila aliran darah
serebral tidak ada sama sekali, akan terjadi kematian pada jaringan otak
dalam 4 hingga 10 menit. Apabila aliran darah ke otak kurang dari 16-18
ml/ 100 gram jaringan otak per menit maka akan menyebabkan infark
dalam satu jam. Apabila kurang dari 20 ml/ 100 gram jaringan otak per
menit menyebabkan iskemik tanpa infark kecuali jika berlangsung selama
beberapa jam atau hari. Jika aliran darah dikembalikan dengan cepat sesuai
dengan kebutuhannya, sehingga jaringan otak dapat pulih penuh dan
simptom pada pasien hanya transien dan ini disebut Transient Ischemic
Attack (TIA). Tanda dan gejala TIA biasanya berlangsung dalam 5-15
menit tetapi secara defenisi harus kurang dari 24 jam.
Kematian sel pada otak terjadi melalui dua jalur yaitu: (1) jalur
nekrosis di mana pemecahan sitoskletal seluler berlangsung cepat yang
berakibat pada kegagalan energi sel, dan (2) jalur apoptosis di mana sel
terprogram untuk mati. Iskemik menyebabkan nekrosis karena sel-sel
neuron mengalami kekurangan glukosa yang berakibat pada kegagalan
mitokondria dalam menghasilkan ATP. Tanpa ATP, pompa ion pada
Pathway
Trombosis
Embolisme
Iskemia
STROKE
Hemisfer Kiri
Disfagia Afasia
Kelainan
Visual Kanan
Gangguan
Komunikasi
Verbal
Hemisfer Kanan
Hemiplagi
Kanan
Hemiplagia
N1
N2
N 3,4,6
N7
N8
Kiri
Daya penciuman
Penurunan lapang
Menurun
Pandang
Kelemahan Fisik
Penurunan daya
Menutup kelopak
Penglihatan
Kerusakan
Menelan
Ketidakseimbangan
Nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan
Defisit Gangguan
Perawatan Mobilitas
Diri
Fisik
Gangguan Persepsi Sensori
N 5,9,10,11
N 12
kemampuan
menelam me Reflek
mengunyah
mata, pengecap me
Perubahan
Resiko
bentuk pupil
Injury
Pandangan &
bola mata tidak
keseimbangan
mengikuti perintah
tubuh menurun
me
Obstruksi
jalan napass
Bersihan
jalan napas
tidak efektif
E. Anatomi
Sistem persyarafan utama manusia terbagi atas 2 bagian yaitu sistem
syaraf pusat (otak) dan sistem syaraf tepi (tulang belakang).
1. Otak (sistem syaraf pusat)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum),
otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung
(medulla oblongata), dan jembatan varol.
a.
b.
c.
dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui
tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf
penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf
sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.
Sistem saraf tepi system saraf terdiri : system saraf sadar dan
system saraf tak sadar ( Sistem Saraf Otonom ) system saraf sadar
mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak , sedangkan saaf
otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain
denyut jantung ,gerak saluran pencernaan dan sekresi keringat.
Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya.
a.
5) N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf
optalmikus, saraf maxilaris dan saraf mandibularis yang
merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris. Ketiga saraf
ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala,
bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.
6) N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi
muskulus
rectus
lateralis.
Kerusakan
saraf
ini
dapat
yang
mempersarafi
otot-otot
pharing
yang
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal
dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ
yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan
masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion
disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas
sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan
struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu
berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari
keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
(Anatomi, ganong, 2005)
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer
& Bare (2002) adalah:
1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan
ke
jaringan.
Pemberian
oksigen
suplemen
dan
G. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark.
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
3. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal dan tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
4. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
H. Informasi Tambahan
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002)
meliputi:
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
Analisa Data
No
1
Data-data
(Subjektif Objektif)
DS:
DO:
Etiologi
Trombosis, Embolismia,
Iskemia
Masalah
Keperawatan
Perfusi Jaringan
Cerebral Tidak
Efektif
DS:
DO:
Trombosis, Embolismia,
Iskemia
Sumbatan aliran darah
serebral
Infark jaringan serebral
Stroke
Hemisfer kiri atau kanan
Hemipalgia kanan atau
kiri
Kelemahan fisik
Gangguan mobilitas fisik
J.
Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Jaringan Cerebral Tidak Efektif
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan
Mobilitas Fisik
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Umum
Khusus
1) Tekanan systole
1) Monitor TTV
Cerebral Tidak
tindakan
Efektif bd.
keperawatan
rentang yang
ukuran pupil,
Gangguan
selama 5 x 24
diharapkan
ketajaman,
Transport O2
jam diharapkan
2) Tidak ada
ketidakefektifan
ortostatik
perfusi jaringan
hipertensi
cerebral teratasi.
Rasional
2) Monitor AGD,
kesimetrisan dan
reaksi
3) Monitor adanya
1)Untuk mengetahui
perubahan fisiologis
klien
2)Mengetahui sejauh mana
gangguan yang terjadi
3)Diplopia, pandangan
kabur dan nyeri kepala
3) Komunikasi jelas
diplopia, pandangan
4) Menunjukkan
konsentrasi dan
orientasi
5) Pupil seimbang
dan reaktif
6) Bebas dari
4) Monitor level
kebingungan dan
orientasi
5) Monitor tonus otot
pergerakan
jaringan
4)Orientasi yang baik
mempermudah
kerjasama dengan
perawat
6) Monitor tekanan
intrkranial dan
terganggunya
respon nerologis
neuromuskulular
7) Catat perubahan
aktivitas kejang
7) Tidak mengalami
nyeri kepala
5)Untuk mengetahui
pasien dalam
respon nerologis
merespon stimulus
berhubungan dengan
kondisi pasien
Gangguan
Setelah dilakukan
1) Klien meningkat
Mobilitas Fisik
tindakan
dalam aktivitas
sebelm/sesudah latihan
bd. Kerusakan
keperawatan
fisik
Neurovaskuler
selama5 x 24 jam
2) Mengerti tujuan
gangguan
dari peningkatan
mobilitas fisik
mobilitas
saat latihan
2) Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
teratasi.
saat berjalan
3) Kaji kemampuan
4)
pasien dalam
mobilisasi
3) Memverbalisasikan
perasaan dalam
pemenuhan kebutuhan
meningkatkan
kekuatan dan
sesuai kemampuan
kemampuan
berpindah
4) Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi (walker)
5)
6)
7)
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. et. al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Bararah, Taqiyyah & Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan
Lengkap Menjadi Perawat Professional Jilid 2. Jakarta : Prestasi
Pustaka.
Barrid, Barrarah, dkk (ed). 2011. NANDA International, Diagnosa Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Black, Joyce M & Jane Hokanson Hawks. Keperawatan Medikal Bedah Edisi ke8 Buku ke-2. Alih Bahasa: Joko Mulyanto dkk. Jakarta: Salemba Medika.
Dochterman, Joanne McCloskey, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification
(NIC) Fifth Edition. St. Louis: Mosby Inc.
Llyod, D Jones, et al. 2009. Heart Disease and Stroke Statistics 2009 Update:A
Report from the American Heart Association Statistics Committe and
StrokeStatistic Subcommitte. http://ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19075105
diakses pada tanggal 12 Agustus 2015
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcomes Clasification (NOC) Fifth Edition.
St. Louis: Mosby Inc.
Smaltzer. C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC