DIABETES MELITUS
A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/ perlukaan pada
membran basalis dalam pemerisaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Arif, et
al, 2001)
B. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat
digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi
penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik yang
menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi
lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk
buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang mungkin
tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa
hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Urbanisasi
perkapita tinggi
cepat saji
santai
sel
sedikit
dan
glukosa
dalam
darah
menjadi
meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat
perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi
dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang
sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan
pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1) Katarak
2) Glaukoma
3) Retinopati
4) Gatal seluruh badan
5) Pruritus Vulvae
6) Infeksi bakteri kulit
7) Infeksi jamur di kulit
8) Dermatopati
9) Neuropati perifer
10) Neuropati viseral
11) Amiotropi
12) Ulkus Neurotropik
13) Penyakit ginjal
14) Penyakit pembuluh darah perifer
15) Penyakit koroner
16) Penyakit pembuluh darah otak
17) Hipertensi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Uraian
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
Bukan DM
Belum pasti DM
DM
< 100
<80
100-200
80-200
>200
>200
<110
<90
110-120
90-110
>126
>110
Defisiensi Insulin
glukagon
penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis
lemak
protein
ketogenesis
ketonemia
Mual muntah
hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
glycosuria
BUN
Osmotic Diuresis
Nitrogen urine
Dehidrasi
pH
Kekurangan
volume cairan
Hemokonsentrasi
Asidosis
Trombosis
Kurang dari
kebutuhan
Koma
Kematian
Aterosklerosis
Makrovaskuler
Mikrovaskuler
Retina
Jantung Serebral
Miokard Infark
Stroke
Ginjal
Ekstremitas
Gangren
Retinopati
diabetik
Nefropati
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a) Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b) Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas
klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan
yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak
rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia
dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c) Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d) Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk
membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e) Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latihan
- Penggunaan insulin
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang
berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat
sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi
pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina
atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang
nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.
Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi
sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia,
dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki
mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan
makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia,
dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,
yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral.
A. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan,
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya
hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut dan
kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi maupun
dengan stetoskop,
pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan insulin) dan
pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM
tipe-lain
B.
Masalah Keperawatan
1.
2.
3.
4.
Kelelahan
5.
6.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Tindakan / intervensi
Mandiri
1. Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
2. Tentukan program diet, pola makan, dan Mengidentifikasikan kekurangan dan
bandingkan dengan makanan yang dapat penyimpangan
dari
kebutuhan
dihabiskan klien.
terapeutik.
3. Auskultrasi bising usus, catat nyeri Hiperglikemi, gangguan keseimbangan
abdomen atau perut kembung, mual, cairan
dan
elektrolit
menurunkan
muntah dan pertahankan keadaan puasa motilitas atau fungsi lambung (distensi
sesuai inndikasi.
atau ileus paralitik).
4. Berikan makanan cair yang mengandung Pemberian makanan melalui oral lebih
nutrisi
dan
elektrolit.
makanan.
6. Libatkan keluarga dalam perencanaan Meningkatkan
makan.
rasa
keterlibatannya,
perubahan
tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
1. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan Analisa di tempat tidur terhadap gula
finger stick.
2. Pantau
pemeriksaan
sehingga
glukosa
dapat
mendekati
normal,
hipoglikemia.
Bermanfaat dalam penghitungan dan
Tindakan / Intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji riwayat klien sehubungan dengan Membantu
memperkirakan
total.
Adanya
proses
infeksi
demam
dan
keadaan
yang berlebihan.
hipermetabolik
yang
kekurangan
meningkatkan
kehilangan air.
2. Pantau tanda tanda vital, catat adanya Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi
perubahan tekanan darah ortostatik.
atau berdiri.
3. Pantau pola napas seperti adanya Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
pernapasan Kussmaul atau pernapasan pernapasan yang menghasilkan kompensasi
yang berbau keton.
alkalosis
respiratoris
terhadap
keadaan
frekuensi
dan
pernapasan, penggunaan otot bantu pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan
napas, adanya periode apnea dan tetapi
sianosi.
peningkatan
kerja
pernapasan,
indikasi
dari
kelelahan
5. Pantau
suhu,
warna
kulit,
kelembapannya.
dalam
pengganti.
9. Pertahankan pemberian cairan minimal Mempertahankan
2500 ml/hari.
10. Tingkatkan
memberikan
hidrasi
atau
cairan
volume
sirkulasi.
yang Menghindari pemanasan yang berlebihan
lingkungan
lanjut
dapat
dengan
sensori.
klien
lebih
asidosis,
penurunan
perfusi
mual,
nyeri
motilitas
lambung
sehinnga
sering
kekurangan
cairan
dan
elektrolit.
13. Observasi adanya perasaan kelelahan Pemberian cairan untuk perbaikan yang
yang meningkat, edema, peningkatan cepat berpotensi menimbulkan kelebihan
berat badan, nadi tidak teratur, dan cairan dan gagal jantung kronis.
distensi vaskuler.
Kolaborasi
1. Berikan terapi cairan sesuai indikasi:
Normal salin atau setengah normal Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
salin dengan atau tanpa dekstrosa.
Memberikan
pengukuran
yang
tepat
kulit
terhadap
Rasional
perubahan Menandakan aliran sirkulasi buruk yang
warna,turgor,vaskuler,perhatikan
kemerahan.
2. Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan Menurunkan tekanan
pada
edema
dan
perawatan
kulit
penggunaan lotion
robekan pada kulit
5. Lakukan perawatan luka dengan teknik Mencegah terjadinya infeksi
aseptik
6. Anjurkan pasien untuk menjaga agar Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
kuku tetap pendek
karena garukan
7. Motivasi klien untuk makan makanan Makanan
TKTP
TKTP
dapat
membantu
Rasional
Mandiri
1. Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Pendidikan
Buat
jadwal
perencanaan
identifikasi
aktivitas
dan untuk
dapat
memberikan
meningkatkan
tingkat
motivasi
aktivitas
menimbulkan kelelahan.
2. Diskusikan penyebab keletihan seperti Dengan mengetahui penyebab keletihan,
nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, dapat menyusun jadwal aktivitas.
peningkatan upaya yang diperlukan
untuk ADL.
3. Bantu mengidentivikasi pola energi Mengidentifikasi waktu puncak energi dan
dan buat rentang keletihan. Skala 0-10 kelelahan membantu dalam merencanakan
(0=tidak lelah, 10= sangat kelelahan)
tingkat
aktivitas
yang
gejala
yang
berat
badan,
keletihan
makin memburuk.
5) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Rasional
dan Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
telah
mencetuskan
keadaan
adanya pus pada luka, sputum purulen, ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
urine warna keruh atau berkabut.
nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
3. Pertahankan teknik aseptik pada Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
prosedur invasif.
kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur Sirkulasi
perifer
bisa
pasien
terganggu
pada
dan
peningkatan
tulang yang tertekan, jaga kulit tetap risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
kering, linen kering dan tetap kencang.
5. Berikan tisue dan tempat sputum pada Mengurangi penyebaran infeksi.
tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret yang
lainnya.
Kolaborasi
1. Lakukan
pemeriksaan
kultur
mambantu
Rasional
Mandiri
1. Hindarkan lantai yang licin.
pada pasien.
Mempermudah pasien untuk naik dan turun
sudah
menurun,
diperlukan
bantuan
dari
orang
kondisi lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Mengenal Diabetes Melitus. http: // diabetesmellituscenter. Wordpress
.com /2010 /01/ 09/mengenal -diabetes-mellitus/ diakses tanggal 15 Mei 2016
Budhiarta, AAG, dkk. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe
di
Indonesia.
http://www.kedokteran.info/
downloads/Konsensus
%20Pengelolaaln
%20dan%20Pencegahan%20Diabets%
20Melitus%20Tipe
Orang
http://wahyuandre.blogspot.com/2009/11/tahun-2030-prevalensi-