43
Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri, Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun
2009 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis
Kriminalistik Tempat Kejadian Perkara Dan Laboratoris Kriminalistik Barang
Bukti Kepada Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
keterkaitannya dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 (KUHP) serta UndangUndang No. 8 Tahun 1981 (KUHAP)
A. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri.
Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Mabes Polri, Puslabfor berada dibawah struktur Bareskrim Polri
bersama Pusinafis dan Pusiknas. Laboratorium forensik diatur dalam Pasal 40
huruf (i), Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), terdiri dari:
1.
a.
b.
c.
d.
Set meliputi:
Subbagren;
Subbagsumda;
Subbagbinfung; dan
Urtu.
2.
a.
b.
c.
d.
3. Urkeu;
4.
a.
b.
c.
d.
44
7.
a.
b.
c.
d.
8.
a.
b.
c.
d.
45
fisika forensik, kimia biologi forensik, dokumen dan uang forensik balistik dan
metalurgi forensik sesuai dengan bunyi Pasal 4 Peraturan Kepala Kepolisian
Negara RI Nomor 10 Tahun 2009. Pemeriksaan teknis TKP adalah pemeriksaan
dalam rangka pencarian, pengambilan, pengamanan, pengawetan, pemeriksaan
pendahuluan (preliminary test) barang bukti yang dalam penanganannya
memerlukan pengetahuan teknis kriminalistik (Pasal 1 ayat (6)). Sedangkan
pemeriksaan laboratoris barang bukti adalah pemeriksaan terhadap barang bukti
yang diperoleh dari pencarian, pengambilan, penyitaan, pengamanan, dan
pengiriman petugas Polri atau instansi penegak hukum lainnya yang dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah di labfor Polri, agar barang bukti yang telah
diperiksa dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti yang sah (Pasal 1 ayat (7)).
Menurut Pasal 5
46
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Penyidik Polri
PPNS
Kejaksaan
Pengadilan
POM TNI
Instansi lain sesuai dengan lingkup kewenangannya.
Dalam ayat 2 disebutkan jenis barang bukti yang dapat dilakukan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
residu penembakan;
bahan peledak;
bom;
nomor seri;
pemalsuan kualitas logam dan barang tambang; dan
kerusakan/kegagalan konstruksi logam.
48
tersebut ialah forensik yang terdiri dari ilmu kedokteran forensik, ilmu kimia
forensik, serta ilmu fisik forensik. 41
Kejahatan dari segi teknis dilihat dari bagaimana cara kejahatan itu terjadi.
Perbuatan kejahatan itu pasti meninggalkan barang bukti (physical evidence) yang
dapat digunakan penyidik dalam pengusutan kejahatan tersebut dengan
menggunakan bantuan ilmu forensik. Bagi setiap orang yang dengan sengaja
menghilangkan atau menyembunyikan barang bukti yang dilakukan pelaku
kejahatan sehingga aparat penegak hukum kesulitan untuk membuktikannya.
maka bagi orang tersebut dapat disangkakan melanggar ketentuan-ketentuan
dalam KUHP, yaitu : 42
1.
Pasal 221 :
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda
paling banyak tiga ratus rupiah :
1. Barang siapa denga sengaja menyembunyikan orang yang melakukan
kejahatan atau yang dituntut karena kejahatan, atau barang siapa, memberi
pertolongan kepadanya untuk menghindari penyidikan atau penahanan
oleh pejabat kehakiman atau kepolisian, atau oleh orang lain yang menurut
ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara
menjalankan jataban kepolisan;
2. Barang siapa setelah melakukan suatu kejahatan dan dengan maksud untuk
menutupinya, atau menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan atau
penuntutannya, menghancurkan, menghilangkan, menyembunyikannya
benda-benda terhadap mana atau dengan mana kejahatan dilakukan atau
bekas-bekas kejahatan lainnya, atau menariknya dari pemeriksaan yang
dilakukan oleh pejabat kehakiman atau kepolisian maupun oleh orang lain,
yang menurut ketentuan undang-undang terus menerus atau untuk
sementara menjalankan jabatan kepolisan.
(2) Aturan diatas tidak berlaku bagi orang yang melakukan perbuatan tersebut
dengan maksud untuk melepaskan atau menghindarkan bahaya penuntutan
terhadap seorang keluarga sedarah atau semendanya dalam garis lurus atau
dalam garis menyimpang derajat kedua dan ketiga, atau terhadap
suami/isterinya atau bekas suami/istrinya.
41
42
49
2.
Pasal 222
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak tiga
ratus rupiah.
3.
Pasal 224
Barang siapa dipanggil menurut undang-undang sebagai saksi, ahli, atau juru
bahasa, dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undangundang yang harusnya dipenuhinya, diancam :
1. Dalam perkara pidana, denga pidana pidana penjara paling lama sembilan
bulan;
2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
4.
Pasal 225
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah yang sah untuk
menyerahkan surat-surat yang dianggap palsu atau dipalsukan, atau yang
harus dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain yang dianggap palsu atau
dipalsukan atau yang kebenarannya disangkal atau tidak diakui, diancam :
1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. Dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Dengan adanya barang-barang bukti yang telah dikumpulkan penyidik dan
diperiksa
dengan
menggunakan
ilmu
forensik,
maka
penyidik
dapat
menyimpulkan apakah suatu perbuatan itu dapat dikatakan sebuah tindak pidana
yang telah memenuhi unsur-unsur suatu tindak pidana yang diatur dalam KUHP.
Misalkan saja dalam kasus pembunuhan, seseorang ditemukan tewas. Pada lokasi
kejadian ditemukan pula selongsong peluru dari sebuah senjata api. Setelah
dilakukan pemeriksaan di laboratorium forensik, maka disimpulkan bahwa korban
meninggal karena luka tembakan pada bagian dada menembus jantung. Dengan
fakta-fakta yang diberikan oleh laboratorium forensik, penyidik dapat
menyimpulkan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana yaitu pembunuhan karena
telah terpenuhi unsur-unsur yang disebutkan dalam Pasal 338 KUHP.
50
51
44
Pemeriksaan sidik jari ini dilakukan dengan alat-alat sidik jari yang merupakan
bagian dari pemeriksaan laboratorium forensik. Kemudian pada huruf h Pasal 7
ayat (1) KUHAP, dan Pasal 120 ayat (1) dan (2) KUHAP penyidik berwenang
mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan.
Misalkan saja dalam kasus pembunuhan, dimana tidak terdapat saksi dan pelaku
tidak diketahui, penyidik dapat memanggil ahli forensik untuk membantu
mengumpulkan bukti-bukti awal. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau janji di
muka penyidik bahwa dia akan memberikan keterangan menurut pengetahuannya
yang sebaik-baiknya kecuali bila disebabkan karena harkat serta martabat,
pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan dia menyimpan rahasia dapat
menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
43
44
52
2.
miminta bantuan laboratorium forensik untuk memeriksa mayat yang diduga mati
karena suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana. Pemeriksaan mayat dalam
istilah forensik dikenal dengan Autopsi Mediko-Legal yang bertujuan untuk : 45
Dibawah ini akan dikemukakan pasal - pasal dalam KUHAP yang
berhubungan dengan Forensik : 46
1. Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum
jelas.
2. Untuk memperkirakan saat kematian.
3. Untuk menentukan sebab pasti kematian.
4. Untuk menentukan cara kematian (kecelakaan, bunuh diri, atau
pembunuhan).
5. Pada kasus bayi baru lahir adalah untuk memastikan apakah bayi
dilahirkan hidup atau tidak.
Pada Pasal 135 dan 136 KUHAP, untuk kepentingan peradilan penyidik
dapat melakukan penggalian mayat. Penggalian mayat dilakukan atas perintah
penyidik atas persetujuan dari keluarga korban. Pemeriksaan mayat dilakukan
oleh dokter dan dilakukan di ruang bedah, bisa juga dilakukan di lapangan apabila
telah disediakan bilik pemeriksaan dengan pengamanan yang mencukupi. Adapun
alasan penyidik memerintahkan penggalian mayat antara lain : 47
45
P.V. Chadha, Ilmu Forensik dan Toksikologi (edisi V) : Catatan Kuliah, Widya
Medika, Jakarta, 1995, halaman 19.
46
H. R. Abdussalam, Op. cit halaman 11.
47
Abdul Munim Idries, Agung Legowo Tjiptomarnoto, Op. cit, halaman 209.
53
54
55