Anda di halaman 1dari 7

VIVAnews - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subiyanto menegaskan dia maju

sebagai calon presiden di pemilihan presiden 2014. Dia tidak akan menerima pinangan sebagai
wakil presiden dari mana pun, termasuk Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta.

"Saya kira enggak cocok yah jadi wakil," kata Prabowo di Landasan Udara Halim
Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu 28 September 2013.

Kabar Jokowi bakal maju di Pilpres 2014 tak membuatnya risau meskipun elektabilitas Jokowi
tertinggi saat ini. Dia menegaskan siap bersaing secara demokratis.

"Siap. Ini proses demokrasi, siapa pun dapat berhasrat mendapatkan dukungan," kata mantan
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI AD ini.

Menurutnya, saat ini waktunya para kandidat dan partai politik membuka komunikasi dengan
para pihak berkepentingan. Dia tidak risau dengan elektabilitas seorang tokoh yang melejit jauh
meninggalkan tokoh lain dalam survei belakangan ini. "Saat ini terlalu dini untuk kita spekulasi,"
ujarnya

VIVAnews - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum mengatakan, wacana
konvensi calon presiden yang kini dijalani partai berlambang segitiga 'Mercy' sudah diusulkan
lebih dari satu tahun lalu, sebelum dia dilengserkan dari jabatannya.
Ide pembuatan konvensi datang dari Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok.

"Itu sebatas diskusi semata, tapi belum jadi kebijakan, satu setengah tahun Pak Mubarok sudah
melontarkan ide konvensi," kata Anas di Jakarta, Jumat 27 September 2013. Mubarok justru tak
diloloskan sebagai peserta konvensi oleh majelis etik.

Anas kemudian juga membantah pernyataan Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono
Isman, bahwa Demokrat sejak awal hendak mengajukannya sebagai calon presiden. Namun,
lantaran dia terjerat kasus Hambalang, pencalonannya dibatalkan. "Saya kira tidak (jadi capres),"
ujar dia.

Anas memandang wacana pencapresannya sebagai pandangan pribadi tertentu saja. Apalagi, kata
dia, pemilik partai yakni Susilo Bambang Yudhoyono sesungguhnya tidak menginginkan dirinya

"Kalau pemilik partai tentu tidak (capreskan Anas)," tegasnya.

Sebelumnya, Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, mengatakan partainya
dahulu sesungguhnya berharap Anas Urbaningrum bisa diusung menjadi calon presiden. Namun,
kasus Hambalang mengubah semuanya.

Kami di Partai Demokrat, dan saya sendiri, ingin Anas menjadi capres termuda bangsa ini,
kata Hayono.

Hayono mengingat, saat Anas resmi menjabat sebagai Ketua Umum Demokrat, elektabilitas
Demokrat sedang menanjak. Tapi karena Nazaruddin, elektabilitas Demokrat turun, kata dia.

Parahnya, kasus Nazaruddin itu diikuti oleh berbagai kasus lain yang terus menghantam
Demokrat. Termasuk penetapan tersangka pada Anas Urbaningrum

VIVAnews - Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, hari ini, Selasa 24 September 2013,
mengadakan agenda pelantikan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi yang baru. Namun,
sejumlah anggota Komisi III berupaya dengan segala cara untuk menjegal pelantikan Ruhut.
Akhirnya pelantikan Ketua Komisi III diundur hingga minggu depan

VIVAnews Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Sabtu 28 September 2013, mengatakan banyak
mendapat kecaman ketika mengumumkan kepastiannya mengikuti konvensi calon presiden Partai Demokrat.
Namun Anies yakin apa yang dia lakukan merupakan langkah tepat.
Anies berpendapat, masalahnya bukan terletak pada konvensi, tapi pada partai. Memang yang
menyelenggarakan konvensi saat ini punya banyak masalah, tapi kan konvensinya benar, kata dia usai
menjadi pembicara di acara A State of Indonesian Creative Conference (IDEAFEST) 2013 di Jakarta
Convention Center, Senayan, Jakarta Selatan.
Berdasarkan keyakinan itu, Anies menerima semua kecaman terhadapnya secara tebuka. Bagi Anies,
masyarakat harus dewasa melihat dua sisi yang berbeda.
Pisahkan antara konvensi dengan Partai Demokrat. Konvensi adalah cara terbaik untuk mencari pemimpin
dibandingkan dengan pencarian pemimpin yang hanya ditentukan oleh Ketua Umum partai atau pemodal
partai, ujarnya.
Jadi konvensi itu benar, penyelenggaranya yang bermasalah, tegas Anies. Ia mengatakan sadar betul bila
Partai Demokrat beberapa tahun terakhir ini diterpa banyak masalah.
Sebelumnya, Anies pernah mengatakan ia ikut konvensi tanpa dasar perhitungan apapun. Saya bukan hitunghitungan untung-rugi dapat posisi apa dan dari jalur mana, kata dia.

VIVAnews Langkah Komisi Pemilihan Umum melibatan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
dalam proses penyelenggaraan Pemilu 2014 memunculkan kekhawatiran lembaga berbau militer
tersebut bisa mengintervensi dan mengganggu netralitas pemilu.
Itu berarti kemandirian dan integritas komisioner-komisioner KPU yang ditantang. Kami jamin
pemilu netral, kata anggota KPU Hadar Nafis Gumay di Gedung KPU, Jakarta, Jumat 27
September 2013.
Hadar meminta publik tidak khawatir berlebihan, terlebih bila berprasangka Lemsaneg akan
disalahgunakan pihak tertentu untuk memanipulasi data pemilu. Jaminannya kami sebagai
komisioner KPU yang memang dipilih dan disumpah untuk bekerja secara netral, tidak berpihak.
Kami menjamin pemilu berjalan jujur dan adil, kata dia.
Hadar mengatakan, alasan penandatangan nota kesepahaman antara KPU dengan Lemsaneg
adalah untuk mendapat bantuan agar data-data KPU bisa terlindungi dari pihak-pihak yang ingin
mengganggu atau merusaknya. Meskipun demikian, ujarnya, kerja sama itu tidak menutup
transparansi KPU ke publik. Artinya, data pemilih hasil pemilu nantinya tetap bisa dilihat oleh
masyarakat.
Bahkan kami membayangkan ada server tersendiri yang dialokasikan untuk akses publik. Kami
butuh Lemsaneg karena mereka lembaga yang ahli, dan lembaga resmi yang bisa membantu
memproteksi data dari pihak yang ingin merusak atau memanipulasinya, kata Hadar.
Pada praktiknya nanti, ujar Hadar, Lemsaneg tidak sendirian dalam bekerja. KPU juga akan
melibatkan institusi-institusi yang ahli di bidang teknologi informasi seperti Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan lainlain.
Jadi bukan KPU menyerahkan kepada Lemsaneg semua. Semua berada dalam kontrol kami
sebagai komisioner. KPU sebagai tuan rumahnya. Pemiliknya kami, bukan mereka. Mereka
punya keahlian membangun sistem untuk melindungi data-data ini, dan perlindungan itu bukan
untuk menutup akses publik, kata Hadar.

Anda mungkin juga menyukai