Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumor merupakan massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan
tetap tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang
menimbulkan perubahan tersebut berhenti. Ada beberapa tipe neoplasma yang
dapat timbul pada jaringan tulang
Insiden neoplasma tulang lebih jarang bila dibandingkan dengan
neoplasma jaringan lunak. Neoplasma dapat dikatakan ganas apabila memiliko
kemampuan untuk mengadakan sebaran ke tempat atau organ lain. Neoplasma
tulang primer merupakan neoplasma yang berasal dari sel yang membentuk
jatingan tulang sendiri, dikatakan sekunder apabila merupakan anak sebar dari
organ lain
Tumor tulang merupakan kasus yang jarang dijumpai. Menurut WHO
2002 insiden tumor ganas primer pada tulang hanya 0,2% dari seluruh tumor
pada manusia. Di Indonesia sendiri menurut data Badan Registrasi Kanker
(BRK) tahun 2003 didapatkan 257 kasus tumor ganas di tulang, 196 di
antaranya adalah tumor primer. Insiden tumor ganas tulang di Indonesia
adalah 1,6% dari seluruh jenis tumor ganas di tubuh manusia. Data ini
menunjukkan insiden yang lebih tinggi dari data WHO. Di laboratorium
Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang didapatkan
kecenderungan insiden tumor tulang yang terus meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2005 didapatkan 12 kasus tumor tulang jinak dan ganas yang
diperiksa histopatologi. Pada tahun 2006 jumlah kasusnya meningkat menjadi
16 dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 17 kasus.2
Tumor tulang ganas primer sering mengenai anakanak dan remaja pada usia
dua dekade pertama dari kehidupan dan sangat bervariasi dalam gambaran
makroskopik, mikroskopik dan perilaku klinisnya.Variasi ini menimbulkan
banyak masalah diagnosa dan terapi baik bagi dokter maupun bagi pasien.
Masalah diagnosa yang dihadapi dokter ahli bedah orthopedi adalah kesulitan
dalam mendiagnosa dini tumor tulang karena gambaran klinisnya yang tidak
1

spesifik.

Seringkali

pasien

hanya

mengeluhkan

nyeri

yang

salah

diinterpretasikan sebagai nyeri arthritis atau nyeri paska trauma. Bagi dokter
spesialis radiologi tumor tulang tertentu juga sering menimbulkan salah
interpretasi dan didiagnosa sebagai lesi tulang karena keradangan seperti
osteomyelitis. Tumor tulang juga sering menimbulkan masalah bagi dokter
spesialis patologi anatomi karena memiliki variasi gambaran histopatologi
yang luas dan gambaran tumor tulang yang satu sering memiliki kemiripan
dengan jenis tumor yang lain sehingga sulit untuk didiagnosa.
Diagnosa tumor tulang tidak bisa ditegakkan hanya dari pemeriksaan
klinis atau radiologis saja sehingga perlu dilakukan prosedur tripple diagnostic
yang terdiri dari pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiologis kemudian diikuti
pemeriksaan patologi dengan mengambil contoh sel atau jaringan dari tumor.
Selanjutnya hasil diagnosa ketiga pemeriksaan tersebut dikorelasikan untuk
mendapatkan diagnosa tumor tulang yang akurat.
Oleh sebab itu penting kita sebagai dokter muda untuk mengetahui
tentang osteochonroma agar dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
ketika bertemu dengan pasien yang menyerupai tumor tulang khususnya
osteochoroma dan cepat mendapatkan penanganan dibagian spesialistik.
1.2 Tujuan
Berdasarkan tujuan diatas maka dapat disimpulkan tujuan pembuatan referat
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk dapat mengetahui mengenai tulang mulai dari anatominya,
perkembangan tulang, histologi, hingga perkembangan tulang
b. Untuk dapat mengetahui mengenai salah satu tumor tulang yaitu
osteochondroma mulai dari definisi, etiologi, epidemiologi, patofiologi,
gambaran

klinik,

diagnostik,

penatalaksanaan,

prognosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

komplikasi

hingga

2.1 Tulang
Anatomi tulang
Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi
utama, yaitu :4
1. Membentuk rangka badan
2. Sebagai tempat melekat otot
3. Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alatalat dalam, seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan paruparu
4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium, dan garam
5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hematopoetik untuk
memproduksi sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan trombosit
Tulang dalam garis besarnya dibagi atas : 4

Tulang panjang, yang temasuk adalah femur, tibia, fibula, humerus,


ulna. Tulang panjang disusun untuk menyagga berat badan dan gerakan.
Tulang panjang (os longum) terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis,
diaphysis, dan metaphysis. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis.
Plat epifisis memisahkan epifisis dari metafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa
mengalami klasifikasi. Ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago
artikular pada sendi-sendinya. Sedangkan, daearah batas disebut diafisis
dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis.
Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering ditemukan
adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan
daerah metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah.
Kerusakan atau kelainan perkembangan pada daerah lempeng epifisis
akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang. Diaphysis atau
batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal 3yang memiliki kekuatan yang besar.
Seluruh tulang dilapisi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum.

Gambar 1 Struktur tulang panjang

Tulang pendek, contohnya antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang


carpal

Tulang pipih, antara lain tulang iga, tulang skapula, tulang pelvis

Histologi
Tulang terdiri atas bagian kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan
bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekular dan di luarnya
dilapisi oleh periosteum. Berdasarkan histologisnya maka dikenal:

Tulang imatur (non-lamellar bone, woven bone, fiber bone), tulang ini
pertma-tama terbentuk dari osifikasi endokondral pada perkembangan
embrional dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi tulang yang
matur dan pada umur 1 tahun tulang imatur tidak terlihat lagi. Tulang
imatur ini mengandung jaringan kolagen dengan substansi semen dan
mineral yang lebih sedikit dibandingkan dengan tulang matur.

Tulang matur (mature bone, lamellar bone)


o Tulang kortikal (cortical bone, dense bone, compacta bone)
o Tulang trabekular (cansellous bone, trabecular bone, spongiosa)
Secara histolgik, perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam

jumlah sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida. Tulang mature ditandai

dengan sistem Harversian atau osteon yang memberikan kemudahan sirkulasi


darah melalui korteks yang tebal. Tulang matur kurang mengandung sel dan
lebih banyak substansi semen dan mineral dibanding dengan tulang imatur.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis sel: osteoblas, osteosit, dan osteoklas. 5

Osteoblast merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi sel mesenkim
yang sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai
sel, osteoblas dapat memproduksi sunstansi organik intraseluler atau
matriks, dimana kalsifikasi terjadi di kemidian hari. Tulang baru dibentuk
oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks tulang
bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan terperangkap dalam

matriks tulang yg mengandung mineral.


Osteosit, berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik
tulang.
Osteoclast, merupakan sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh
permukaan tulang dengan sifat dan fungsi resorpsi serta mengeluarkan
tulang.
Matriks tulang menyimpan kalsium, posfor, magnesium, dan fluor.

Tulang mengandung 99% dari seluruh kalsium tubuh dan 90% dari seluruh
fosfor tubuh. Unit dasar dari kortek tulang disebut sistem haversian. Yang
terdiri dari saluran haversian (yang berisi pembuluh darah, saraf dan
lymphatik), lacuna (berisi osteosit), lamella, canaliculi (saluran kecil yang
menghubungakan lacuna dan saluran haversian). 4,5

Gambar 2 Matriks tulang


Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrous padat yang
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi pada tulang dan
memungkinkannya tumbuh selain sebagai tempat perlekatan tendon dan
ligamen. Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang
merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklas
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum terletak dekat
endosteum dan dalam lakuna howship.
Sumsum tulang merupakan jaringan vasculer dalam rongga sumsum
tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama
terletak di dalam sternum vertebra dan rusuk pada tulang dewasa,

bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang
dewasa, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. 5

Gambar 3 Lapisan Tulang


Pertumbuhan tulang
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu
osteogenesis

desmalis

dan

osteogenesis

enchondralis.

Keduanya

menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive diganti oleh tulang, atau


jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan tulang.
Hasil kedua proses osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang
selanjutnya akan mengalami remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi
untuk membentuk tulang dewasa yang tersusun dari lamella tulang.
Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi pada rasio yang jauh lebih
kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena fungsi dan untuk
mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini diatur oleh
hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.4,5

Osteogenesis

Desmalis

Osteogenesis

intramembranosa,

karena

terjadinya dalam membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya


dinamakan tulang desmal (tulang atap tengkorak). Tulang terbentuk
melalui konversi langsung dari jaringan mesenkim menjadi jaringan
tulangatau

dapat

dikatakan

pembentukan

tulang

dengan

jalan

transformasi jaringan pengikat fibrosa.


Osteogenesis Endchondralis yakni pembentukan tulang dimana sel-sel
mesenkim berdifernsiasi terlebih dahulu menjadi kartilago (jaringan
rawan) kemudian berubah menjadi tulang. Pertumbuhantulang secara

endokondral terdapat pada tulang vertebra, costae, sternum dan


ekstremitas. Proses penulang diawali dengan masuknya pembuluh darah
membawa bahan tulang (ossein dan mineral) ke jaringan tulang rawan,
hadirnya osteoblast di situ, disusul pula dengan hadirnya chondroblast
yang meresap tulang rawan yang dirombak. Chondrosit menyusun diri
menjadi jajaran lurus, disusul dengan masuknya bahan kapur dan mineral
lain ke matriks. Tulang akan terdiri dari lapisan-lapisan (lamella) yang
sebagian besar tersusun menurut lingkaran membentuk sistem Harvers.4,5
Pertumbuhan memanjang tulang pipa
Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di
daerah epiphysis, maka teradapatlah sisa sisa sel khondrosit diantara
epiphysis dan diaphysis. Sel sel tersebut tersusun bederet deret memanjang
sejajar sumbu panjang tulang. Karena perubahan sel sel dalam setiap deret
seirama, maka discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan dalam
daerah daerah perkembangan. Daerah daerah perkembangan:
1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel sel
gepeng.
2. Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah
besar.
3. Zona Hypertrophy : sel sel membesar dan bervakuola.
4. Zona Kalsifikasi : matriks cartlago mengalami kalsifikasi.
5. Zona Degenerasi : sel sel cartlago berdegenerasi diikuti oleh
terbukanya lacuna sehingga terbentuk trabekula.
Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di
daerah ke arah diaphysis diletakan sel-sel yang akan berubah menjadi
osteoblas yang selanjutnya akan melanjutkan penulangan. Dalam proses
pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis, sehingga akhirnya
pada orang yang telah berhenti pertumbuhan memanjangnya sudah tidak
deketemukan lagi.
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6 7
minggu dan berlangsung sampai dewasa sekitar umur 30-35 tahun. Berikut
adalah gambaran pembentukan tulang: Dari grafik, massa tulang mulai

tumbuh sejak usia 0. Sampai usia 30-35 tahun (tergantung indvidu)


pertembuhan tulang berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Puncak
massa tulang belum tentu bagus, tapi di umur itulah tercapai puncak massa
tulang manusia.
Bila dari awal proses pertumbuhan asupan kalsium selalu terjaga, maka
tercapailah puncak massa tulang yang maksimal. Tapi bila dari awal
pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta gizi yang seimbang, maka
puncak massa tulang tidak masimal. Pada usia 0-30/35 tahun, disebut
modeling tulang karena pada massa ini tercipta atau terbetuk model tulang
seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30-3
tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling dimana
modeling sudah selesai tinggal pergantian tulang yang sudah tua diganti
dengan tulang yang baru yang masih muda.
Secara alami, setelah pembetukan tulang selesai, maka akan terjadi
penurunan massa tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga asupan
kaslium setelah tercapainya ouncak massa tulang. Dengan supan kalsium
800-1200 mg per hari, puncak massa tulang ini bisa dipertahankan.
Tujuannya adalah untuk mencegah penurunan massa tulang, dimana
penurunan massa tulang ini akan mengakibatkan berkurangnya kepadatan
tulang, dan tulang akan mengalami osteoporosis. Osteoporosis lebih baik
dicegah dengan cara asupan kalsium yang cukup setelah usia 30 atau 35
tahun.
Pada remaja akhir atau awal dua puluhan, seseorang mencapai
kematangan tulang. Pada saat itu, semua tulang rawan telah digantikan oleh
tulang, sehingga mungkin tidak ada pertumbuhan panjang tulang lebih lanjut.
Namun, tulang masih dapat meningkatkan ketebalan. Hal ini dapat terjadi
sebagai respons terhadap aktivitas otot yang meningkat, seperti latihan beban.
Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi, yaitu
pergantian tulang-tulang yang sduah tua diganti dengan tulang yang baru
yang masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak
massa tulang. Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang masih
mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yang masih

10

muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang diserap
untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan, maka terjadi
penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus menerus, maka
akan terjadi osteoporosis.
Tulang menjadi semakin kaku dan tumbuh lebih besar selama
perkembangan janin, masa kanak-kanak, dan remaja. Ketika rangka menjadi
matang yang tercapai pada usia 20, tidak ada pertumbuhan tambahan panjang
tulang yang dapat terjadi.
2.2 Osteochondroma
Definisi
Osteokondroma berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan
chondroma yang berarti tumor jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor
yang terdiri dari tulang rawan hialin matur, sehingga osteokondroma dapat
didefinisikan sebagai tumor jinak pada tulang yang terdiri dari penonjolan
tulang dewasa yang dilapisi tulang rawan yang menonjol dari kontur lateral
tulang

endokondral.

Osteokondroma

dapat

disebut

juga

sebagai

kondrosteoma atau osteokartilagenous eksotosis. Osteokondroma merupakan


tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan
terutama ditemukan

pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada

dewasa muda. Sebagian besar dari penderita tumor ini biasanya tanpa gejala
(asimptomatik) , gangguan yang sering muncul biasanya menyebabkan gejala
mekanik tergantung lokasi dan ukuran dari tumor tersebut.

11

Gambar 1. Perkembangan dari osteokondroma, dimulai dari kartilago epifisial

Sebagai lesi jinak, osteochondromas tidak memiliki kecenderungan untuk


metastasis. Dalam kurang dari 1% dari osteochondromas soliter, degenerasi
ganas dari tutup tulang rawan ke chondrosarcoma sekunder telah dijelaskan
dan biasanya digembar-gemborkan oleh onset baru pertumbuhan awal, lesi
baru rasa sakit, atau pertumbuhan yang cepat dari lesi.
Etiologi
Osteochondromas tulang kemungkinan besar disebabkan oleh salah satu
cacat bawaan atau trauma perichondrium yang yang menghasilkan herniasi
dari fragmen lempeng epifisis pertumbuhan melalui manset tulang periosteal.
Meskipun etiologi pasti dari pertumbuhan ini tidak diketahui, sebagian perifer
fisis diduga mengalami herniasi dari lempeng pertumbuhannya. Herniasi ini
mungkin idiopatik atau mungkin hasil dari trauma atau defisiensi dari cincin
perichondrial. Apapun penyebabnya, hasilnya adalah perpanjangan yang
abnormal dari tulang rawan metaplastic yang merespon faktor-faktor yang
merangsang lempeng pertumbuhan dan dengan demikian menghasilkan
pertumbuhan yang exostosis.
Pulau -pulau tulang rawan mengatur ke dalam struktur yang mirip
dengan epiphysis karena ini metaplastic cartilage dirangsang, terjadi
pembentukan tulang enchondral , dan terjadi pengembangan tangkai tulang.
Histologi tulang rawan mencerminkan, zona klasik didefinisikan diamati
dalam pertumbuhan dari lempeng yaitu yaitu, zona proliferasi, columniation,
hipertrofi, kalsifikasi, dan pengerasan. Teori ini diperkirakan untuk
menjelaskan temuan klasik dari osteochondroma terkait dengan pertumbuhan
lempeng dan berkembang jauh dari fisis untuk tetap menjaga kelangsungan
meduler nya.
Karyotyping genetik telah menyarankan bahwa kelainan genetik direproduksi
berhubungan dengan pertumbuhan jinak dan bahwa mereka benar-benar
dapat mewakili proses neoplastik sejati, bukan yang reaktif. Penelitian ini
masih pada tahap awal, dan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.

12

Epidemiologi
Frekuensi
Frekuensi aktual osteochondroma tidak diketahui karena banyak yang tidak
didiagnosis. Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun,
Rasio laki-perempuan adalah 3:1. Osteochondromas dapat terjadi dalam
setiap tulang yang mengalami pembentukan tulang enchondral, tetapi mereka
yang paling umum di sekitar lutut. seperti pada gambar di bawah.

Gambar 2. Epidemiologi dari osteokondroma.

Lokasi
Osteokondroma biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang panjang, dan
tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal
tibia(20%), dan humerus(2%). Osteokondroma juga dapat mengenai tulang
tangan dan kaki (10%) serta tulang pipih seperti pelvis(5%) dan scapula(4%)
walaupun jarang. Osteokondroma terdiri dari 2 tipe yaitu tipe bertangkai
(pedunculated)

dan tipe tidak bertangkai(sesile). Tulang panjang yang

terkena biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis adalah tipe sesile. Tumor
bersifat soliter dengan dasar lebar atau kecil seperti tangkai dan bila multiple
dikenal sebagai diafisial aklasia (eksostosis herediter multiple) yang bersifat
herediter dan diturunkan secara dominan gen mutan.

13

Patofisiologi
Ditemukan adanya tulang rawan hialin didaerah sekitar tumor dan
terdapat eksostosis yang berbentuk didalamnya. Lesi yang besar dapat
berbentuk gambaran bunga kol dengan degenerasi dan kalsifkasi ditengahnya.
Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel tulang (osteosit) dan
sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis. Pertumbuhan abnormal ini
awalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran tulang dengan
korteks

dan spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar

makan akan tampak sebagai

benjolan menyerupai bunga kol dengan

komponen osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai


bunganya.
Tumor akan tumbuh dari metafisis,tetapi adanya pertumbuhan tulang
yang semakin memanjang maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis
tulang. Pertumbuhan ini membawa ke bentuk klasik coat hanger variasi dari
osteokondroma yang mengarah menjauhi sendi terdekat.
Stadium (Staging) osteokondroma
Osteochondromas adalah lesi jinak dan dapat dikelompokkan
berdasarkan staging berdasarkan muskuloskeletal Tumor Society(MSTS)
untuk lesi jinak, sebagai berikut:
Tahap I - lesi aktif atau statis
Tahap II - lesi aktif tumbuh
Tahap III - lesi aktif yang berkembang bahwa secara lokal destruktif /
agresif
Rata-rata Osteochondromas berada pada stadium I atau II. Namun,
deformitas sekunder yang signifikan untuk efek massa dapat terjadi di daerah
seperti sendi radioulnar sendi dan tibiofibular. Meskipun klasifikasi ini tidak
sempurna, lesi tersebut dapat dianggap lesi tahap III ,

14

Gambar 3 Solitary osteochondroma. Radiograf menunjukkan deformasi dari sendi


tibiofibular distal pada pasien dengan osteochondroma soliter.

Gambaran klinis
Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secara
kebetulan, namun terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama dan
membesar. Bila tumor ini menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akan
menimbulkan rasa sakit. Dapat juga rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur
patologis pada tangkai tumor,terutama pada bagian tangkai tipis. Kadang
bursa dapat tumbuh diatas tumor (bursa exotica) dan

bila mengalami

inflamasi pasien dapat mengeluh bengkak dan sakit. Apabila timbul rasa sakit
tanpa adanya fraktur,bursitis, atau penekanan pada saraf dan tumor terus
tumbuh setelah lempeng epifisis menutup maka harus dicurigai adanya
keganasan.
Osteokondroma dapat menyebabkan timbulnya pseudoaneurisma
terutama pada a.poplitea dan a.femoralis disebabkan karena fraktur pada
tangkai tumor di daerah distal femur atau proximal tibia. Osteokondroma
yang besar pada kolumna vertebralis dapat menyebabkan angulasi kyfosis dan
menimbulkan gejala spondylolitesis. Pada herediter multipel exositosis
keluhan dapat berupa massa yang multipel dan tidak nyeri dekat persendian.
Umumnya bilateral dan simetris.
Gejala nyeri terjadi bila terdapat penekanan pada bursa atau jaringan
lunak sekitarnya. Nyeri biasanya disebabkan oleh efek, langsung mekanik,
massa osteochondroma pada jaringan lunak di atasnya. Hal ini dapat
mengakibatkan kantung terkait atau bursitis atas exostosis tersebut. Iritasi

15

tendon sekitarnya, otot, atau saraf dapat mengakibatkan rasa sakit . Nyeri juga
dapat hasil dari fraktur tangkai dari osteochondroma dari trauma langsung..
Tutup tulang tangkai mungkin infark atau mengalami nekrosis iskemik.

Gambar 4 Gambaran Klinis Osteokondroma

Gejala yang paling umum dari osteochondroma adalah benjolan tidak nyeri di
dekat sendi. Lutut dan bahu lebih sering terlibat. Suatu osteochondroma dapat
terletak di bawah tendon. Ketika itu, patah jaringan di atas tumor dapat
menyebabkan

aktivitas

yang

berhubungan

dengan

nyeri.

Suatu

osteochondroma dapat terletak dekat saraf atau pembuluh darah, seperti di


belakang lutut. Ketika itu, mungkin ada mati rasa dan kesemutan pada
ekstremitas itu. Suatu tumor yang menekan pada pembuluh darah dapat
menyebabkan perubahan periodik dalam aliran darah. Hal ini dapat
menyebabkan hilangnya pulsasi atau perubahan dalam warna ekstremitas.
Perubahan dalam aliran darah yang dihasilkan dari suatu osteochondroma
jarang terjadi. Benjolan yang keras dapat ditemukan pada daerah sekitar lesi.
Diagnosis
Pemeriksaan radiologis

16

Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) / narrow base


dan tidak bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe pedunculated, pada foto
polos tampak penonjolan tulang yang menjauhi sendi dengan korteks dan
spongiosa masih normal. Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol
(cauliflower) dengan komponen osteosit sebagai tangkai dan komponen
kondrosit sebagai bunganya. Densitas penonjolan tulang inhomogen (opaq
pada tangkai dan lusen pada bunga). Terkadang tampak adanya kalsifikasi
berupa bercak opaq akibat komponen kondral yang mengalami kalsifikasi.
Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai
eksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil
disbanding dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena
sebagian besar tumor ini diliputi oleh tulang rawan. Tumor dapat bersifat
tunggal atau multiple tergantung dari jenisnya. Untuk pemeriksaan raduikigis
dapat menggunakan:
Foto Polos
Radiografi polos adalah pemeriksaan penunjang dalam pencitraan untuk
osteochondroma. Radiograf dengan kualitas yang baik harus diperoleh dalam
2 pesawat tegak lurus dengan ciri lesi sepenuhnya. Fitur radiografi klasik
termasuk orientasi lesi jauh dari fisis dan kontinuitas meduler Lihat gambar di
bawah.

Gambar 5. Foto AP dari osteochondroma pedunkulata femur distal.

17

Gambar 6. Foto Lateral dari osteochondroma pedunkulata femur distal.


Orientasi yang jauh dari lempeng pertumbuhan, dan kontinuitas meduler jelas

Gambar 7. Anteroposterior radiograf dari osteochondroma sessile humerus.

Ct Scan
Pada tulang tertentu, seperti panggul dan tulang belikat, CT scan
merupakan tambahan yang berguna untuk melokalisasi lesi. Lokalisasi CT
dapat berguna ketika merencanakan reseksi.

18

Gambar 8. CT scan panggul menggambarkan osteochondroma soliter


Besar

Gambar 9. CT scan dari osteochondroma sessile humerus

MRI (Magnetic resonance Imaging)


MRI diperlukan hanya dalam kasus-kasus yang curiga terjadinya keganasan
atau anatomi jaringan lunak yang relevan perlu digambarkan. MRI adalah
modalitas pilihan untuk menilai ketebalan tulang rawan tutup, seperti pada
gambar di bawah. Meskipun tidak merupakan indikasi mutlak, ketebalan dari
cartilage cap berhubungan dengan keganasan. Tebal cartilage cap yang > 4
cm adalah sugestif degenerasi ganas, terutama ketika mereka berhubungan
dengan nyeri.

19

Gambar 10. MRI sessile osteochondroma femur menunjukkan ketebalan tutup tulang
rawan.

Scan tulang, sebagai suatu peraturan, tidak berguna dalam pemeriksaan dari
osteochondromas atau untuk perencanaan pra operatif untuk reseksi.[26]
Diagnosa banding
1. Chondrosarkoma
Adalah tumor ganas tulang dan tulang rawan. Paling banyak ditemukan
pada tulang pelvis, femur, iga, humerus, dan scapula. Tetapi selain itu juga
dapat ditemukan disemua tulang termasuk tulang-tulang kecil di tangan
dan kaki
Gambaran radiologis : lesi luas tampak tidak teratur dengan tepi tulang
yang menghilang. Tumor berisi daerah kalsifikasi dengan gambaran
seperti popcorn.

20

Gambar 11. Chondrosarkoma


2. Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer pada tulang. Lokasi tumor terbanyak
adalah di distal, femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus. Tumor
juga dapat menyerang tulang pipih seperti pelvis, tengkorak, dan
mandibula.
Gambaran radiologi :

Gambaran detruksi tulang


Sunburst appearance
Codman triangle

Gambar 12. Osteosarkoma


Pengobatan
Apabila terdapat gejala penekanan pada jaringan lunak misalnya pembuluh
darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-tiba membesar disertai rasa nyeri
maka diperlukan tindakan operasi secepatnya, terutama bila hal ini terjadi
pada orang dewasa.
Terapi Medis
Tidak ada terapi medis saat ini untuk osteochondromas. Andalan pengobatan
nonoperative adalah observasi karena lesi kebanyakan tanpa gejala. Lesi yang
ditemukan secara kebetulan dapat diamati, dan pasien dapat diyakinkan.

21

Terapi Bedah
Perawatan untuk gejala osteochondromas adalah reseksi. Perawatan harus
diambil untuk memastikan bahwa tidak ada tutup tulang rawan atau
perichondrium yang tersisa, jika tidak, mungkin ada kekambuhan. Idealnya,
garis reseksi harus melalui dasar tangkai, dengan demikian, seluruh lesi
dihapus secara en blok. Lesi atipikal atau sangat besar harus diselidiki
sepenuhnya untuk mengecualikan kemungkinan terpencil keganasan. MRI
berguna dalam menilai ketebalan dari cartilage cap.
Rincian pra operasi
Kendala anatomi lokal harus dipertimbangkan hati-hati sehingga pendekatan
dan reseksi tidak merusak struktur di dekatnya. CT scan dan MRI dapat
berguna untuk lesi yang timbul dari tulang datar atau yang terletak di daerah
sulit, seperti lesi sekitar pinggul atau tulang belikat.
Rincian selama operasi
Setelah suatu osteokondroma terekspos, diseksi yang dilakukan terbatas pada
dasar dari lesi, jadi osteotome bisa digunakan untuk memisahkan bagian dasar
dari korteks tulang. Bursa atasnya harus dibiarkan utuh, dan jaringan perekat
longgar harus dibedah menjauh sehingga lesi dan bursa dihapus secara
enblok.
Permukaan resected tulang host dapat serak halus, dan jika diperlukan,
lilin tulang dapat dikemas pada permukaan dipotong untuk menghentikan
pendarahan. Setelah spesimen dihapus dan konfirmasi patologis diterima,
luka harus diirigasi dengan dan bisa diberikan drain bila diperlukan,
Rincian Pascaoperasi
Osteochondromas paling memungkinkan pasien untuk kembali ke aktivitas
seperti biasa. Namun, setelah reseksi pada suatu osteokondroma yang besar,
pembatasan kegiatan harus dipertimbangkan karena pergerakan yang
berlebihan dapat memicu terjadinya peningkatan resiko fraktur

22

Komplikasi Osteokondroma
a. Fraktur
Fraktur pada osteochondroma adalah komplikasi yang tidak biasa
yang merupakan hasil daritrauma yang terlokalisir dan biasanya
melibatkan

dasar

dari

tangkai

lesi

Osteochondromas

pedunkulata di lutut yang paling mungkin untuk terjadinya


fraktur. Selanjutnya, pembentukan kalus menyebabkan sklerosis
bandlike pada radiografi terjadi dengan penyembuhan. Tidak ada
kejadian signifikan nonunion yang dilaporkan. Menariknya,
regresi atau resorpsi osteochondroma soliter yang terjadi baik
secara spontan dan setelah patah tulang telah dilaporkan.

b. Komplikasi Vaskuler
Komplikasi vaskular yang berhubungan dengan osteochondroma
termasuk kelainan pembuluh darah, stenosis, oklusi, dan pembentukan
pseudoaneurysm . Gejala klinis pada kasus kompromi vaskular
termasuk rasa sakit, bengkak, dan jarang klaudikasio atau massa
berdenyut teraba biasanya mempengaruhi pasien muda. Trombosis
pembuluh darah atau oklusi dapat mempengaruhi baik sistem arteri atau
vena dan paling sering terlihat dalam pembuluh tentang lutut, terutama
arteri poplitea atau vena. Pseudoaneurysm formasi yang terkait dengan
osteochondroma pertama kali dilaporkan oleh Paulus pada tahun 1953.
lokasi dari kelainan komplikasi ini terutama mengenai arteri femoralis,
brakialis, dan arteri tibialis posterior, arteri poplitea . Komplikasi ini
mempengaruhi pasien muda di dekat akhir pertumbuhan tulang normal
dan terjadi dengan lesi soliter dan beberapa dengan frekuensi yang
sama.

23

c. Gejala sisa neurologis


Kompromi neurologis dapat dikaitkan dengan kedua (dasar tulang
belakang atau tengkorak) osteochondroma yang terjadi di vertebra
atau di basis kranii. Lesi perifer dapat menekan saraf,
menyebabkan dop foot, dan keterlibatan saraf peroneal dari fibula
osteochondroma telah dilaporkan paling sering . Keterlibatan saraf
radialis juga telah dijelaskan. Osteochondroma yang terjadi pada
dasar tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk atau kepala dapat
menyebabkan defisit saraf kranial, radikulopati, stenosis tulang
belakang, cauda equina syndrome, dan myelomalacia
Prognosis
Untuk osteochondroma soliter, hasil dan prognosis setelah operasi sangat
baik, dengan kontrol lokal yang sangat baik dan tingkat kekambuhan lokal
kurang dari 2%. Demikian, prognosis biasanya salah satu dari pemulihan
lengkap . Hasil yang lebih buruk biasanya berkaitan dengan morbiditas yang
terkait dengan eksposur yang dibutuhkan untuk menghapus lesi atau
berhubungan dengan deformitas tulang sekunder, tetapi yang terakhir
biasanya diamati dalam bentuk turun-temurun beberapa penyakit

BAB III
KESIMPULAN
Simpulan
Tumor merupakan massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan
dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap tumbuh
dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan
tersebut berhenti. Osteochondromas yang sesil atau melibatkan daerah kompleks
anatomi (tulang belakang atau panggul) sering lebih baik dinilai dengan CT atau

24

24

MRI untuk mendeteksi sumsum karakteristik dan kontinuitas kortikal. Banyak


komplikasi yang berhubungan dengan osteochondromas termasuk fraktur,
kompromi vaskuler, neurologis sequelae, pembentukan bursa atasnya, dan
transformasi ganas. Komplikasi ini lebih umum pada pasien dengan lesi multipel
(HME)

sebagai

lawan

osteochondromas

soliter.

Pencitraan

biasanya

memungkinkan identifikasi dan diferensiasi penyebab gejala. Transformasi ganas


untuk chondrosarcoma terjadi pada sekitar 1% dari lesi soliter dan 3% -5% pasien
dengan HME.

Anda mungkin juga menyukai