Anemia Hemolitik Pada Neonatus
Anemia Hemolitik Pada Neonatus
http://www.scribd.com/search?
query=anemia+hemolitik+pada+neonatus (azman hakim)
PE N D AH U LU AN
Penentuan kadar Hb yang kurang dari kisaran normal menurut berat
badan dan usia pasca lahir didefinisikan sebagai anemia.
Anemia pada neonatus dapat disebabkan oleh keadaan fisiologis,
perdarahan, hemolisis dan produksi sel darah merah yang kurang. Hb janin
bertambah dengan bertambahnya umur kehamilan. Menurut Gill dan
Schwartz (1972), anemia pada bayi baru lahir lebih mudah terjadi karena
kurangnya beberapa faktor pembekuan, sifat sel darah merah yang mudah
pecah, yang menyebabkan mudah terjadinya perdarahan dan hemolisis.
Umur sel darah merah bayi baru lahir kira-kira 2/3 daripada orang dewasa
(Pearson, 1967). Pada masa cukup bulan Hb darah tali pusat 16,8 gr/dl,
sedangkan kadar bayi pada Berat badan bayi lahir sangat rendah 1-2 gr/dl
dibawah kadar Hb cukup bulan.
Penurunan fisiologis kadar Hb terlihat pada bayi cukup bulan pada
minggu ke-8 sampai ke-12 ( Hb 11 gr/dl ) dan kira-kira pada minggu ke-6
pada bayi prematur ( 7-10 g/dl).
Pada bayi premature murni, umur eritrositnya lebih pendek daripada
bayi cukup bulan, kelainan metabolic lebih menonjol, bahan untuk
memperpanjang umur eritrosit seperti besi, vit. E, dsb juga kurang.
-1-
ANEMIA FISIOLOGIS
Metabolisme jaringan tubuh manusia tergantung pada suplai oksigen yang
adekuat. Suplai oksigen kedalam sel dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
Jumlah oksigen yang diperoleh dari udara inspirasi; ventilasi paru dan alveolar; difusi
oksigen dari alveolar ke kapiler; kardiak output; volume darah; konsentrasi Hb; difusi
pasif oksigen dari kapiler kedalam sel.
2,3 Diphospogliserat (2,3 DPG) adalah suatu organik pospat yang berada didalam
eritrosit dan mempunyai kemampuan untuk menurunkan afinitas hemoglobin terhadap
oksigen. Pada masa gestasional kadar 2,3 DPG fetus menurun sehingga afinitas
hemoglobin fetus terhadap oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan afinitas oksigen
pada ibu. Apabila dibuat suatu kurva perbandingan antara % saturasi HbO 2 dan tekanan
oksigen dalam darah (P02 mmHg) maka akan terbentuk suatu kurva yang memberikan
gambaran shift to the left. Posisi dari kurva disosiasi Hb terhadap O2 pada neonatus
ditentukan oleh perbandingan relatif antara Hb dewasa dengan Hb fetus dan konsentrasi
2,3 DPG dalam eritrosit. Pada neonatus kadar 2,3 DPG secara bertahap meningkat yang
sebelumnya didahului dengan adanya penurunan sementara konsentrasi 2,3 DPG selama
beberapa hari setelah lahir. Ini menunjukan kurva yang menggambarkan shift to the right.
Dapat diketahui bahwa posisi dari kurva disosiasi tersebut berhubungan langsung dengan
fraksi DPG fungsional. Pada bayi prematur konsentrasi 2,3 DPG rendah dan HbF lebih
tinggi maka posisi dari kurva lebih jauh bergeser.
Dapat disimpulkan bahwa anemia fisiologis terjadi sesudah umur 1 minggu oleh
karena penurunan kadar Hb dan tetap rendah untuk beberapa minggu. Anemia fisiologis
ini tidak dapat dicegah dengan pemberian obat hematinik. Faktor-faktor yang
menyebabakan anemia fisiologis antara lain berkurangnya produksi sistem eritropoetik,
pendeknya umur eritrosit dan peninggian volume darah yang diikuti oleh cepatnya
kenaikan berat badan dalam 2 bulan pertama (hemodilusi).
-2-
PERDARAHAN
Berdasarkan etiologi dan waktu kejadiannya, perdarahan pada neonatus dapat
diklasifikasikan dalam empat kategori utama
JENIS PERDARAHAN PADA NEONATUS :
Perdarahan in utero
Perdarahan feto-plasental : umbilikus tegang dan kaku, seksio Caesaria, hematoma plasenta
Perdarahan feto-maternal : tindakan amniosintesisi, tindakan persalinan, toksemia gravidarum,
eritoblastosis fetalis, tumor plasenta, perdarahan spontan
Perdarahan feto-fetal : akut dan kronik
Perdarahan obstetrik dan kelainan plasenta/umbilikus
Robekan umbilikus : partus presipitatus, trauma/lilitan tali pusat, umbilikus pendek, tersayat
sewaktu seksio Caesaria
Robekan umbilikus abnormal : aneurisma, varises, hematoma
Robekan pembuluh darah abnormal : pembuluh aberan, insersi velamentosa, plasenta
multilobularis
Plasenta previa
Abrupsio plasenta
Perdarahan postnatal
Tindakan obstetrik
- perdarahan intrakranial terutama pada BBLR : periventrikular-intraventrikular,
subdural, subaraknoid, jaringan serebral
-
Penyakit lain
- defisiensi vitamin K
- koagulasi intravaskular diseminata
- defisiensi kongenital faktor koagulasi : faktor VII, faktor IX
- trombositopenia neonatal
- trombosis
Perdarahan Iatrogenik
Dalam penanganannya perlu dilakukan tindakan yang cepat dan tepat, karena
perdarahan akut sebanyak 30-50 ml telah dapat menyebabkan anemia dan renjatan.
Adanya renjatan ditandai dengan pucat, lemah, reaksi terhadap rangsangan berkurang,
kesadaran menurun, sianosis perifer, denyut nadi pembuluh darah tali pusat lemah atau
tidak teraba, takikardi, bunyi jantung lemah, pernafasan dangkal dan tidak teratur serta
tidak ada perbaikan dengan pemberian oksigen. Hal inilah yang membedakannya dari
renjatan oleh karena hipoksia berat. Pengobatan yang berdasarkan diagnosis dini sangat
diperlukan untuk mencegah dilakukannya tindakan lebih invasif, yang mungkin akan
merugikan tumbuh kembang neonatus. Dalam kaitan ini khusuSnya ingin digaris bawahi
tentang perlu diperketatnya kriteria pemberian transfusi komponen darah, yang dapat
merupakan rangsangan untuk terjadinya reaksi imunologik pada usia lanjut.
I.
PERDARAHAN IN UTERO
1. Perdarahan feto-plasental
Pada jenis perdarahan ini darah dari janin tercurah ke dalam jaringan plasenta atau
terkumpul menjadi hematoma retroplasental.
Etiologi
Penyebab tersering adalah umbilikus yang kaku dan tindakan selama seksio
sesaria. Pada keadaan ini kuatnya tekanan pada umbilikus dapat mengakibatkan
obstruksi pada vena umbilikalis lebih dahulu sebelum menyebabkan obstruksi pada
vena umbilikalis. Dalam keadaan ini aliran darah yang keluar dari janin melalui vena
akan berkurang, sedangkan aliran darah yang keluar dari janin ke plasenta melalui
arteri berlangsung terus, sehingga volume darah janin akan berkurang. Pada seksio
sesaria bila bayi berada di atas umbilikus, maka aliran balik dari plasenta ke bayi
melalui vena umbilikalis akan terhambat karena tekanan hidrostatik.
-4-
2. Perdarahan feto-maternal
Pasase transplasental darah janin ini sudah dapat terjadi pada usia janin 4-8
minggu. Walaupun pada sebagian besar kasus perdarahan yang terjadi umumnya
ringan namun perdarahan feto-maternal dapat mengakibatkan gawat janin atau
kejadian lahir mati.
Etiologi
Penyebab yang sering adalah tindakan amniosentesis, tindakan pertolongan
persalinan, toksemia gravidarum, eritoblastosis fetalis dan tumor plasenta.
Manifestasi Klinis
MANIFESTASI PERDARAHAN AKUT DAN MENAHUN PADA NEONATUS
Deskripsi
Perdarahan akut
data
Klinis
Tek. v. sentralis
Laboratorium
- hemoglobin
Perdarahan
menahun
Rendah
Rendah
- eritrosit
Normokromik makrositik
- besi serum
Perjalanan
penyakit
Pengobatan
Pemeriksaam Laboratorium
-5-
Hipokromik mikrositik,
aniso/poikilositosis
donor lebih rendah dari resipien. Gejala yang lebih parah ditemukan pada kembar
resipien sebagai akibat polisitemia. Gejalanya berupa bayi pletorik, polihidramnion
dengan
disertai
dekompensasi
jantung,
kesulitan
pernafasan,
trombosis,
-7-
II.
PERDARAHAN
OBSTETRIK
DAN
KELAINAN
PLASENTA/UMBILIKUS
1. Perdarahan akibat tindakan obstetrik dapat dilihat pada topik TRAUMA LAHIR.
2. Robekan Umbilikus
Dijumpai sebagai akibat terjadinya partus presipitatus dan tarikan berlebihan pada
lilitan atau pendeknya tali pusat pada partus normal. Robekan umbilikus mungkin
pula karena tersayatnya dinding umbilikus/plasenta sewaktu seksio sesaria. Pada
kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya
difikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah, seperti pembuluh
aberan, insersi velamentosa tali pusat atau plasenta multilobularis. Perdarahan akibat
plasenta previa atau abrupsio plasenta dapat membahayakan bayi. Pengamatan
plasenta untuk menentukan adanya perdarahan hendaknya dilakukan pada bayi yang
dilahirkan dengan kelainan plasenta atau dengan seksio sesarea; bila diperlukan pada
bayi demikian dapat dilakukan pemeriksaan Hb secara berkala.
III.
1. Defisiensi Vitamin K
Perdarahan karena defisiensi vitamin K dikenal dengan istilah Haemorrhagic
Disease of The Newborn, untuk membedakannya dari perdarahan yang disebabkan
oleh penyakit lain. Kejadiannya sering ditemukan pada prematuritas, bayi cukup
bulan yang hanya mendapat ASI, bayi yang mendapat makanan parenteral, sering
diare, sering mendapat antibiotik, dan pada bayi yang dilahirkan dari seorang ibu
dalam pengobatan luminal, hidantoin, salisilat, atau kumarin. Berbagai obat ini dapat
mengganggu fungsi vitamin K.
Peran vitamin K dalam proses biokimiawi adalah dalam reaksi karboksilase atom
C pada gamma-metilen senyawa asam glutamat tertentu yang terdapat pada bahan
prekursor protein pembekuan. Sebagai hasil reaksi karboksilase ini akan terbentuk
senyawa gammakarboksiglutamat yang mengubah protein inaktif menjadi protein
-8-
-9-
KID bukan merupakan penyakit tersendiri, tetapi timbul sebagai respons terhadap
berbagai rangsangan patologik. Rangsangan tersebut akan mempermudah proses
koagulasi melalui berbagai kelainan dalam pembuluh darah sebagai berikut :
1. kerusakan sel endotel, yang akan menyebabkan aktivasi sistem koagulasi intrinsik
melalui faktor XII.
2. kerusakan jaringan, yang akan mengaktivasi sistem koagulasi eksternal bersama
dengan faktor VII.
3. kerusakan eritrosit dan trombosit, yang mengakibatkan dibebaskannya bahan
prokoagulan seperti fosfolipid.
4. kerusakan sistem retikuloendotelial, yang dapat mengurangi pembersihan faktor
pembekuan aktif dari sirkulasi; keadaan khususnya ditemukan pada prematuritas.
Manifestasi Klinis
Gejala sangat bervariasi, tergantung dari dua faktor yaitu jenis penyakit primer
sebagai penyebab KID dan luasnya perdarahan. Gejala perdarahan dapat berupa
petekie yang ringan sampai perdarahan internal yang fatal ( perdarahan pulmonal,
intrakranial atau gastrointestinal masif ). Umumnya gejala yang agak khas adalah
berupa rembesan atau tetesan darah yang keluar dari tempat tusukan. Pada KID lanjut
mungkin ditemukan tanda nekrosis dan gangren jaringan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada sediaan apus darah tepi ditemukan kelainan yang khas berupa fragmentosit,
eritrosit dengan dinding yang tidak rata dan trombositopenia. Pada pemeriksaan
koagulasi didapatkan memanjangnya waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial,
dan waktu trombin; sedangkan kadar faktor II, V dan VIII merendah.
- 10 -
Perbedaan Manifestasi Klinis & Lab. antara def. vitamin K dengan KID
Deskripsi data
Riwayat
Defisiensi Vitamin K
Tidak diberi vitamin K. Ibu
dalam terapi barbiturat /
antikonvulsan.
Bayi tidak tampak sakit. Trauma
dapat menjadi faktor pencetus.
Penyakit
Tempat perdarahan
Awitan
Fragilitas kapiler
Waktu perdarahan
Waktu protrombin
PTT
Waktu trombin
FDP
Fibrinogen
Faktor V
Faktor VIII
Faktor XIII
Trombosit
Sediaan apus darah tepi
KID
Diberi vitamin K
Bayi tampak sakit. Disertai
komplikasi hipoksia, sepsis
asidosis,
hipotermia,
atau
tindakan partus lain.
Rembesan
kecil-kecil
menyeluruh pada kulit atau
organ, khususnya intrakranial.
Biasanya segera .
Biasanya abnormal
Biasanya memanjang
Memanjang
Memanjang
Memanjang
Meningkat
Seringkali rendah
Rendah
Biasanya rendah
Rendah
Rendah
Ada perubahan mikroangiopatik
eritrosit
Tergantung etiologi
Tidak ada atau minimal
Pengobatan
Tindakan yang terpenting adalah penanganan terhadap penyakit primernya dan
bukan terhadap masalah perdarahannya, karena KID dengan sendirinya akan teratasi
bila penyakit pencetusnya menyembuh. Oleh karena itu dalam pengelolaannya lebih
diutamakan tindakan seperti pemberian antibiotik yang serasi dan memadai, koreksi
keseimbangan asam basa, pemantauan tanda vital, dan bila perlu perawatan intensif.
Dewasa ini pemberian heparin lebih terindikasi, yaitu hanya terhadap kasus KID
dengan trombosis pada pembuluh darah utama atau yang menunjukkan gejala
perdarahan hebat.
3. Defisiensi kongenital faktor koagulasi
- 11 -
- 12 -
proses pasif (dari ibu) : ITP menahun, rangsangan obat (dilantin, kina), SLE
proses aktif : inkompatibilitas golongan trombosit, akibat transfusi ganti atau penyakit
Infeksi
5. Trombosis
Meskipun kejadiannya saat ini masih jarang, tetapi akhir-akhir ini jumlah kasus
yang ditemukan pada pemeriksaan autopsi makin meningkat. Diduga faktor
penyebabnya adalah penggunaan kateter dan keadaan neonatus yang sakit berat
namun dapat bertahan lebih lama
6. Perdarahan iatrogenik
Jenis perdarahan ini terjadi sebagai akibat tindakan dokter atau petugas kesehatan
lain yang terlampau sering mengambil contoh darah bayi untuk berbagai pemeriksaan
laboratorium. Banyaknya darah yang keluar tidak hanya yang terlihat pada semprit,
tetapi juga sejumlah darah yang merembes ke jaringan sekitarnya. Karena itu
dianjurkan agar dilakukan pencatatan medis yang menyatakan waktu, jenis dan
maksud tindakan serta jumlah darah yang diambil, sehingga terdapat gambaran secara
- 13 -
keseluruhan mengenai jumlah darah yang telah diambil. Pencatatan ini diperlukan
pula untuk memberikan informasi kepada petugas berikutnya.
Diagnosis banding anemia pada bayi baru lahir
Riwayat keluarga, maternal dan obstetrik
hemoglobin, hitung retikulosit, hapusan darah, uji Coomb direk
Retikulosit subnormal
Termasuk :
anemia hipoplastik kongenital
Lakukan pemeriksaan sumsum tulang
Isoimunisasi
Rh
ABO
Kelompok minor
Bentuk
abnormal
Lakukan pemeriksaan
golongan darah ibu dan
bayi dan periksa
antibosi ibu
Termasuk : transfusi
fetomaternal atau
fetofetal. Periksa sel
darah ibu
sferosit
eliptosit
stomatosit
piknosit
Normokromik
normositik
Tanpa ikterus
atau
hepatosplenomegali
Dengan
ikterus
Termasuk :
perdarahan akut,
Kecelakaan
obstetrik,
Perdarahan
fetomaternal
Lain-lain
Galaktosemia
Gangguan pernafasan
Osteoporosis
Leukemia
- 14 -
Infeksi
Bakteri
Virus
ANEMIA HEMOLITIK
Anemia akibat proses hemolitik yang umumnya terjadi pada neonatus biasanya
disebabkan oleh banyak hal. Anemia ini biasanya dihubungkan dengan adanya
peninggian nilai bilirubin serum yang mencapai 170 mol/L (10 mg/dL) atau lebih.
Biasanya proses hemolisis ini awalnya dideteksi saat neonatus mengalami jaundice pada
minggu pertama kehidupan. Umur eritrosit normal pada neonatus cukup bulan berkisar
antara 70-90 hari dan padaprematuritas 50-80 hari.
Tanda-tanda umum yang timbul pada neonatus akibat anemia hemolitik adalah :
1. Konsentrasi Hb yang turun secara cepat tanpa adanya perdarahan
2. Produksi eritrosit yang meningkat (retikulositosis atau keratin eritrosit meningkat)
dengan konsentrasi Hb yang tetap atau menurun.
3. Morfologi eritrosit yang abnormal
4. Hemoglobinuria
5. Ikterus/jaundice pada 24 jam pertama kehidupan, karena hiperbilirubinemia
ETIOLOGI ANEMIA HEMOLITIK PADA NEONATUS
Kelainan eritrosit congenital
Defek membran : Sferositosis herediter, eliptositosis herediter
Kelainan enzim : G6PD, piruvat kinase
Hemoglobinopati : talasemia alfa, talasemia beta/gamma
Kelainan eritrosit didapat
Infeksi : sepsis, toksoplasmosis, sitomegalovirus, malaria congenital
Obat : overdosis vit. K
Kelainan lain : sindrom gawat nafas, hematoma, hemangioma luas, koagulasi
intravaskular diseminata
Kelainan imunologi
Isoimun : inkompatibilitas ABO, Rhesus atau gol. eritrosit lain
Penyakit imunologi ibu : aneia hemolitik autoimun, lupus eritematosus
Obat : penisilin
- 15 -
I.
kelainan membran eritrosit. Sferosit mempunyai diameter yang lebih kecil dari eritrosit
normal tetapi volumenya sama. Defek yangf terjadi pada sferosit adalah berkurangnya
luas permukaan membran. Kakunya membran pada sferosit mempermudah terjadinya
sekuestrasi dan hemolisis oleh limpa.
Lima puluh persen kasus yang terjadi tidak menunjukkan gejala hemolisis atau
hiperbilirubinemia pada masa neonatus. Diagnosa ditegakkan :
1. Adanya hemolisis terlihat dengan adanya sferosit pada darah tepi
2. Meningkatnya fragilitas eritrosit
3. Hasil observasi lain pada masa bayi
Gejala klinis dan laboratorium mirip dengan inkompatibilitas ABO, maka harus
dilakukan pemeriksaan gol. darah dan uji Coombs.
Eliptositosis Herediter
Pada eliptositosis herediter presentase sel eritrosit yang berbentuk elips meningkat
sekitar 25-75%. Penyakit ini bersifat dominan autosom, namun manifestasi klinisnya
sangat bervariasi. Jenis yang ringan terdeteksi secara kebetulan sedangkan jenis yang
khas bermanifestasi dengan adanya gejala hemolisis yang nyata (anemia, ikterus, dan
splenomegali). Perjalanan klinisnya sama dengan sferositosis herediter.
Defisiensi G-6-PD (Glucose-6-Phosphatase Dehydrogenase)
Diantara defisiensi enzim eritrosit, def. G-6-PD merupakan kelainan yang paling
sering dijumpai di negara Afrika,daerah sekitar Laut Tengah, dan Cina.
- 16 -
Pada anak gejala dan perjalanan penyakitnya ringan dan terbatas, jarang fatal. Pada bayi
menyebabkan hiperbilirubinemia dengan kernicterus, berakibat buruk atau fatal apabila
tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Fungsi Enzim
G-6-PD merupakan enzim yang mengkonversi glukosa-6-fosfat (G6P) menjadi 6fosfoglukonat (6PG), pada waktu bersamaan juga mereduksi NADP menjadi NADPH.
Metabolisme glukosa dalam eritrosit akan mengubah G6P melalui jalur EmbdenMeyerhof atau jalur pentosa fosfat. Dalam keadaan normal 90% metabolisme glukosa
berlangsung melalui jalur Embden-Meyerhof.
Mekanisme Hemolisis
Normalnya individu dengan def. G-6-PD dapat mempertahankan membran
eritrosit secara seimbang. Pada keadaan gawat redoks (redox stress) biasanya
keseimbangan biokimia intra eritrosit terganggu, karena adanya bahan oksidan sebagai
pencetus. Penderita def. G-6-PD detoksifikasi bahan oksidan tidak adekuat karena
pembentukan NADPH berlangsung lambat. Hal ini menyebabkan presipitasi Hb yang
tampak sebagai partikel Heinz. Eritrosit di dalam mikrosirkulasi limpa mudah rusak
sehingga terbentuk fragmetosit dan terjadi hemolisis intravaskular.
Genetika G-6-PD
Defisiensi G-6-PD diturunkan secara terkait sex melalui kromosom X..
Jenis Genotipe Pada Defisiensi G-6-PD
Lelaki
XY
(normal homozigot)
Perempuan
XX
XX
(normal homozigot) (heterozigot)
Keterangan : X = kromosom untuk gen normal
X= kromosom untuk gen defisiensi
- 17 -
XY
(def. homozigot)
XX
(def. homozigot)
Heterogenitas Genetik
Bergantung kepada derajat defisiensi dan gejala klinisnya, dapat diklasifikasikan menjadi
5 golongan :
Golongan
Derajat defisiensi
Gejala klinis
1
2
3
Tidak ada
Tidak ada
Tidak nampak gejala klinis hemolisis, hemolisis
akut dapat terjadi karena obat atau bahan oksidan
Defisiensi
dengan
enzim
anemia
berat
lainnya
Sensitivitas terhadap bahan oksidan lebih tinggi dan
disertai
hemolitik
non
sferositik congenital
Manifestasi Klinis
Dalam keadaan biasa individu tipe GdA- dan Gd Mediteranean tidak memperlihatkan
gejala klinis meskipun terjadi hemolisis menahun, memperlihatkan kehidupan yang
normal. Bila ada faktor pencetus berupa bahan oksidan (obat/infeksi), nampak ekhimosis
pada ekstremitas sebagai akibat hemolisis berlebihan yang biasanya tidak fatal.
Proses hemolitik pada tipe anemia non sferositik menahun congenital dapat
menimbulkan tanda hemolisis yang nyata seperti anemia, ikterus, splenomegali,
hemoglobinemia, dan hemoglobinuria. Krisis hemolitik pada tipe GdA- mungkin
menimbulkan gejala yang lebih parah, namun masih terbatas. Jenis Gd
Mediteranean
dapat
- 18 -
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan adanya tanda hemolisis dan merendahnya enzim G-6-PD
dalam eritrosit.
Pengobatan
Sampai saat ini tidak ada pengobatan etiologi terhadap def. G-6-PD, karena
kelainan tsb merupakan anomali genetik. Penanganan yang paling tepat adalah
pencegahan pemberian bahan oksidan bila tidak sangat diperlukan.
Pada anemia tipe Gd Mediteranean dengan krisis hemolitik diperlukan transfusi darah.
Neonatus dengan hiperbilirubinemia pada kasus gawat darurat memerlukan pemantauan
kadar bilirubin secara berkala. Tergantung derajat hiperbilirubin dapat juga diberikan
luminal, fototerapi, Sn-protoporfirin, imfus plasma atau albumin, dan transfusi ganti.
Harus menanggulangi factor pencetus yaitu infeksi dan bahan oksidan.
Prognosis
Krisis hemolitik pada def. G-6-PD mudah diatasi. Pada neonatus dengan
penanganan yag tepat prognosis baik. Tindakan yang terlambat menimbulkan kernikterus
yang berakibat cacat berat sepanjang hidup sampai dengan kematian.
- 19 -
- 20 -
Talasemia gama
Produksi rantai gama ditentukan oleh 4 gen, masing-masing dua gen berasal dari
ibu dan bapak. Janin tanpa pembentukan rantai gama biasanya tidak dapat hidup.
Gangguan produksi parsial rantai gama menimbulkan anemia ringan-sedang pada
neonatus.
Anemia ini mereda atau hilang sesuai dengan bertambahnya umur, karena mulai
terbentuk rantai beta. Diagnosis ditegakkan dengan analisis rantai polipeptida.
II.
virus (CMV), parasit (malaria, toksoplasmosis), dan bakteri (sepsis dan sifilis). Hampir
semua jenis infeksi tsb disertai dengan trombositopenia dan hepatoslenomegali. Sepsis
dapat menyebabkan hiperbilirubinemia direk maupun indirek, mekanisme terjadinya
hemolisis ini belum diketahui, tetapi diduga berkaitan dengan hiperplasi system
retikuloendotelia yang terjadi besama pecahnya eritrosit. Hemolisis dapat terjadi dini atau
ketika berumur beberapa minggu.
III.
KELAINAN IMUNOLOGI
Merupakan penyakit yang disebabkan ketidakselarasan antara darah ibu dan darah
- 21 -
Patofisiologi
Proses terjadinya hemolisis pada inkompatibilitas Rh meliputi :
1. Ibu gol. Rh 2. Fetus gol. Rh +
3. Masuknya eritrosit fetus ke sirkulasi maternal melalui proses perdarahan fetomaternal
4. Sensitisasi maternal oleh antigen D dari eritrosit fetus
5. Produksi anti-D maternal sebagai respon terhadap antigen D fetus
6. Masuknya anti-D maternal secara transplasental ke dalam sirkulasi fetus
7. Melekatnya antibody tsb pada eritrosit fetus
8. Aglutinasi kemudian lisis eritrosit fetus yang ditempeli antibody
Penyakit hemolitik karena inkompatibilitas Rh jarang terjadi pada kehamilan
pertama, tetapi resikonya menjadi lebih tinggi pada kehamilan berikutnya.
Manifestasi Klinik Hematologi
Respon maternal awal biasanya berupa IgM yang tidak dapat melalui plasenta
tetapi respon selanjutnya berupa pembentukan IgG yang dapat melalui plasenta. Hal
penting menyebabkan terjadinya hemolisis ialah IgG dan derajat hemolisis ditentukan
oleh banyaknya antibody IgG yang melekat pada eritrosit fetus.
Hemolisis ringan umumnya tanpa anemia, kadar Hb darah tali pusat > 14 g/dL,
kadar bilirubin < 4 mg/dL, tidak memerlukan pengobatan yang spesifik kecuali bilirubin
meningkat tidak terkendali.
Hemolisis sedang ditandai dengan anemia ringan, kadar bilirubin > 4 mg/dL, dan
disertai trombositopenia tanpa sebab yang diketahui, timbul ikterus jika tidak ditangani
secara cepat dan tepat.
Hemolitik berat, adanya hepatosplenomegali dan terjadinya hidrops fetalis atau
lahir mati. Gambaran hematologinya dalam darah tepi ditemukan eritrosit berinti,
hiperbilirubinemia, dan uji Coombs direk maupun indirek .
- 22 -
Infeksi
Kardiovaskular
Paru-paru
Tumor
Hati
Ginjal
Saluran Cerna
Metabolik
Sindroma Malformasi
Sindrom Kromosom
Idiopatik
Diagnosis
- 23 -
Inkompatibilitas Rh
Inkompatibilitas ABO
Kejadian
Jarang
Lebih sering
Pucat
Nyata
Ringan
Ikterus
Nyata
Ringan-sedang
Hidrops
Sering
Jarang
Hepatosplenomegali
Nyata
Minimal
Ibu
Rh (-)
Anak
Rh (+)
A atau B
Anemia
Nyata
Ringan
Bentuk eritrosit
Eritrosit berinti
Sferosit
Positif
Umumnya negatif
Positif
Biasanya positif
Hiperbilirubinemia
Nyata
Bervariasi
Gambaran Hematologi
Golongan darah:
Diagnosis
Menegakkan diagnosis pasti sulit, karena sering terjadi isoimunisasi alamiah,
sehingga pada serum ibu mungkin sudah ditemukan anti-A atau anti-B imun sebelum
terjadi sensitisasi oleh eritrosit janin.
Pedoman diagnosis memakai kriteria sbb:
- 25 -
Pasif
(transfusi eritrosit)
Hipoksia intrauterine
pertolongan
(propanolol)
-
persalinan
sempurna
Transfusi maternal-fetal
perokok
Transfusi feto-fetal
Diabetes maternal
Tirotoksikosis neonatal
Hiperplasi adrenal congenital
Kelainan kromosom
-
Gejala Klinis
Gejala klinis
Kelainan Laboratorium
Komplikasi
Letargi
Hipotonia
Hiperviskositas
Trombositopenia
Kejang
- 27 -
kurang
Retikulositosis
Gangren perifer
Normoblastemia
Priapisme
Pletora
Hipoglikemi
Enterokolitis nekrotikan
Hipokalsemia
Ileus
Muntah
Hiperbilirubinemia
Ikterus
Kelainan EEG
Hepatomegali
Kelainan EKG
Mudah terkejut
Kelainan
efusi
plura,
Gemetar
infiltrasi,gambaran vaskuler
Gerakan mioklonik
bertambah,hiperaerasi,
kardiomegali.
Penanganan
Mendeteksi polisitemia neonatal secara dini, yaitu sebaiknya didiagnosis pada
umur 4-6 jam, karena berkaitan erat dengan prognosis. Mentukan nilai Ht kapiler dan
nilai Ht vena untuk menunjukkan adanya hiperviskositas pada bayi. Bila muncul gejala
klinis pertama harus segera dilakukan transfusi tukar parsial dengan plasma beku segar
sejumlah yang ditentukan dengan rumus sbb :
(Volume darah) X (BB dalam kg)(Hts Hti)
Volume plasma (ml) =
Hts
Hts = nilai Ht sekarang
Hti = nilai Ht yang diinginkan
Pengobatan harus segera dilakukan bila terlihat gejala klinis, khususnya gangguan
SSP. Pada kasus yang kronis, transfusi tukar dapat memperbaiki gangguan nafas, gagal
jantung dan kelainan SSP. Selama transfusi tukar harus melakukan pengelolaan kadar
gula darah dan kalsium darah.
ANEMIA KARENA GANGGUAN PRODUKSI ERITROSIT
Diamond-Blackfan Syndrome
Gangguan produksi eritrosit merupakan penyebab yang jarang terjadi pada neonatus.
Penyebab yang paling sering adalah Diamond-Blackfan Syndrome, dikenal juga
- 28 -
sebagai anemia hipoplastik kongenital. Kira-kira seperiga dari janin dengan kelainan ini
anemia akan timbul pada saat lahir. Jumlah leukosit dan platelet normal. Diagnosis
biasanya ditegakkan dengan menemukan anemia, retikulositopenia, dan ditandai dengan
penurunan rasio erytroid-myeloid pada sumsum tulang. Rasio eritroid-myeloid berkisar
dari 1:6 sampai lebih dari 1:200. Ini dapat terjadi pada 10% bayi dengan berat badan lahir
rendah. Pada kira-kira 30% dari pasien ini terdapat kelainan fisik seperti mikrosefali,
palatoschisis, gangguan penglihatan, web neck, dan kelainan pada ibu jari. Pengobatan
dengan prednison sangat dibutuhkan dan hasilnya akan terlihat dengan adanya
retikulositosis dan peningkatan kadar Hb setelah 2 minggu. Setelah kadar hemoglobin
normal dosis pengobatan diturunkan sesuai dengan kebutuhan sampai kadar Hb mencapai
batas normal. Kebanyakan pasien sukar disembuhkan dengan terapi steroid sehingga
memerlukan tranfusi jangka panjang atau transplantasi sumsum tulang.
Defisiensi Vitamin
Defisiensi vitamin dapat menyebabkan anemia pada neonatus karena terjadinya
penurunan produksi eritrosit, peningkatan destruksi eritrosit atau kombinasi dari
keduanya. Anemia sekunder oleh karena defisiensi zat besi atau asam folat jarang terjadi
pada neonatus. Untuk mencegah defisiensi dari zat besi, bayi prematur harus
mendapatkan suplemen zat besi sejak usia 2 bulan. Pada bayi prematur dengan serum
folat yang rendah jarang bermanifestasi menjadi anemia megaloblastik. Anemia
megaloblastik akibat defisiensi asam folat biasanya terjadi pada neonatus yang
mengkonsumsi susu kambing, terapi fenitoin, bayi yang menderita diare kronik atau
karena infeksi. Defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12 kelainan yang jarang
pada neonatus.
Sindrom pada anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin E biasanya muncul pada
bayi prematur (berat badan < 1500 gram). Gejala klinik meliputi anemia, retikulositosis,
trombositosis, penurunan serum vitamin E (< 0,5 mg/dl), peningkatan fragilitas eritrosit
dan masa hidup eritrosit yang memendek. Defisiensi vitamin E pada bayi prematur pada
saat ini sudah jarang karena saat ini telah banyak digunakan suplemen vitamin E untuk
mencegah anemia pada keadaan prematur.
- 29 -
DIAGNOSIS
Riwayat keluarga : apakah ada anggota keluarga lain yang menderita anemia,
pada ibu apakah ibu mengkonsumsi obat dalam jangka waktu dekat,
riwayat kehamilan : apakah terdapat perdarahan pada saat melahirkan, plasenta previa,
solutio plasenta, vasa previa dan saat seksio caesaria, apakah saat kelahiran terjadi
trauma, apakah terdapat kehamilan multipel.
Konsentrasi hemoglobin
Hitung retikulosit
Rendah
Normal/meningkat
Coombs test
Negatif
positif
MCV
ABO
Rh
incompatibility
rendah
- perdarahan intra uterin kronik
- thalasemia-alfa Syndrome
normal/meningkat
Pemeriksaan darah
normal
tepi
infeksi
abnormal
perdarahan
a) iatrogenik
elliptositosis herediter
b) fetomaternal/fetoplasental
feto-fetal
sferositosis herediter
def.G6PD, DIC
Internal Hemorrhage
Diagnosis anemia pada neonatus
DAFTAR PUSTAKA
Avery, Gordon B. (ed). Neonatology: Pathophysiology and Management of the Newborn
Fourth Edition. J.B.Lippincott Company. Philadelphia.1994.
Behrman, Richard E. (ed). Nelson Textbook of Pediatrics 14th edition. WB Saunders
Company. Philadelphia. 1992.
- 31 -
Markum A.H. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. 1991.
Perlman, max (ed). Resident Handbook of Neonatology second edition. B.C.Decker Inc.
London.1999.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. FK UI. Jakarta.
1985.
- 32 -