Oleh:
Angga Septiansyah
07923063
1010312063
Preseptor:
dr. Al Hafiz , Sp.THT-KL
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 ANATOMI TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga (pinna/ aurikulla) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial
pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Liang telinga berasal dari celah
brankial pertama ektoderm. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga
akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian
terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor
penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga ini.1,2
Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang di liputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan eawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).2
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang
di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan
tulang dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di
depan terhadap liang teling sementara prosesus mastoideus terletak di
belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomasteodeus dan berjalan
ke lateral menuju prosesus stilodeus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian
berjalan di bawah liang teling untuk memasuki kelnjar parotis. Rawan liang
telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomasteodeus.2
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.1
lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1
1.2 DEFINISI
Korpus alienum atau benda asing dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh
dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat
darurat. Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda hidup atau benda mati berupa organik maupun non organik.3
Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana
dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti otitis
eksterna, laserasi pada liang telinga, perforasi membran timpani, dan otitis media
akut.4
1.3
EPIDEMIOLOGI
Korpus alienum atau benda asing di telinga merupakan kasus yang sering
ditemukan pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk
semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Korpus alienum di
telinga merupakan kasus yang sangat sering didapatkan pada anak-anak
dibandingkan dewasa. Sebuah penelitiannya mencatat bahwa pasien dengan
korpus alienum di telinga rata-rata terjadi pada anak usia 05 tahun, yaitu
berjumlah 232 (48.3%) dari semua kasus yang diteliti. Penelitian lain mengatakan
bahwa sekitar 50.1% dari pasien korpus alienum THT berusia sekitar 8 tahun atau
kurang.5,6
Dalam audit tahunan mengenai benda asing di telinga dari rumah sakit
universiti sains Malaysia selama tahun 2010, tercatat sebanyak 72 pasien. 44
orang (61.1%) merupakan laki-laki dan 28 orang (38.9%) perempuan. Rentang
usia meliputi usia di bawah sepuluh tahun sampai 75 tahun. Otalgia merupakan
gejala yang paling sering ditemukan (56.9%), dan serangga merupakan jenis
benda asing yang paling banyak yaitu sebanyak 54%. Sebanyak 69 pasien (95%)
berhasil dikeluarkan benda asingnya di layanan klinik. Sementara itu, hanya 3
(4.2%) pasien yang membutuhkan general anestesi untuk mengeluarkan benda
asingnya. Komplikasi setelah ekstraksi benda asing hanya ditemukan pada satu
pasien.7
Tabel 1. Distribusi usia pasien dengan korpus alienum di telinga di rumah sakit
Universiti Sains Malaysia
Tabel 2. Tipe benda asing di telinga di rumah sakit Universiti Sains Malaysia
1.4 ETIOPATOGENESIS
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik
dan non organik, atau benda hidup. Pada anak kecil sering ditemukan kacang
hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa
yang relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan
korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa,
semut atau nyamuk.8
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga
adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama
pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak
dari benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Selain itu menurut
Sigmund Freud, anak-anak pada usia seperti di bawah 5 tahun sedang memasuki
fase anal dan fase falik, dimana pada fase ini anak menjadi lebih ingin tahu tentang
tubuhnya. Mereka berhasrat untuk mengeksplorasi tubuh sendiri termasuk
MANIFESTASI KLINIS
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
Benda asing di liang telinga perlu dibedakan dari beberapa penyakit di
bawah ini yang memiliki manifestasi klinis yang mirip, antara lain: 10
1.8
Serumen impaction
Hematoma
Otitis eksterna
Tumor
yang kecil dan liang telinga luar terdiri dari bagian tulang rawan dan bagian tulang
7
yang dilapisi oleh lapisan tipis dari kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat
sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum.
Selain itu, liang telinga dipersarafi oleh banyak serabut saraf seperti nervus vagus,
nervus mandibularis dan sejumlah kecil nervus fasialis. Hal ini menunjukkan
sensitivitas dari liang telinga sangat tinggi sehingga bisa menimbulkan rasa nyeri
yang hebat jika upaya ektraksi tidak hati-hati, apalagi usaha mengeluarkan benda
asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam.1,9
terdapat visualisasi yang baik dari benda asing yang teridentifikasi di dalam liang
telinga luar. Kontraindikasi pengangkatan benda asing adalah sebagai berikut:
Adanya perforasi membran timpani, kontak antara benda asing dengan
membran timpani, atau tidak bagusnya visualisasi liang telinga, sehingga
diindikasikan untuk konsultasi emergensi THT untuk pengangkatan
melalui operasi mikroskopik dan spekulum. 11
Apabila terdapat baterai alat bantu dengar, sehingga konsultasi emergensi
THT selalu dilakukan karena dapat menyebabkan nekrosis dalam waktu
singkat dan menyebabkan perforasi membran timpani dan komplikasi
lainnya. Jadi, irigasi tidak boleh dilakukan pada kasus seperti ini, karena
dapat menyebabkan percepatan proses nekrotik.11
8
1.8.2
Metode
Prosedur pengangkatan benda asing perlu diperhatikan agar tindakan yang
dilakukan justru mendorong benda asing lebih dalam. Bila kurang hati-hati atau
berisiko trauma yang merusak membran timpani atau struktru telinga tengah.
Anak harus dipegang sedimekian rupa sehingga tubuh anak dan kepala tidak dapat
bergerak bebas. Bila binatang di liang masih hidup harus dimatikan terlebih
dahulu dengan memasukkan tampo basah ke liang telinga lalu diteteskan cairan
(misalnya larutan rivanol/obat anestesi lokal) lebih kurang 10 menit, setelah
binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan air bersih yang
hangat. 11,1
Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan
pilihan tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan
pengalaman dokter. Pilihan pertama meliputi irigasi air tetapi tidak boleh
dilakukan jika membran timpani mengalami perforasi. Suction juga merupakan
pilihan yang dapat digunakan. Selain pilihan di atas dapat juga digunakan forsep
pengangkat (misal: forsep alligator). 11
Benda asing berbentuk bulat tidak dapat diangkat dengan forsep. Metode
ini menimbulkan rasa nyeri dan dapat mengakibatkan laserasi di liang telinga dan
benda asing masuk lebih dalam sehingga membutuhkan bius umum untuk
mengangkatnya.11
senyaman mungkin dan jaga pasien tetap kering selama irigasi. Tempatkan basin
di bawah telinga. Lakukan irigasi perlahan, sampai benda asing berhasil
dikeluarkan. Pastikan tidak ada benda asing yang tertinggal. 10
1.8.2.3 Suction
Amati benda asing dengan otoskop, Buka lensa otoskop, dan secara hatihati masukkan kateter suction ke lubang otoskop. Secara gentle, tarik benda asing
keluar segera setelah benda asing melekat. 10
1.8.2.4 Anestesi
General anestesi dilakukan jika prosedur ekstraksi biasa gagal setelah
dilakukan berulang kali. Selain itu, hal ini dilakukan jika pasien tidak kooperatif.
1.8.2.5 Medikasi
Pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
benda asing keluar. Jika terbukti ada infeksi dan abrasi setelah ekstraksi, beri
kombinasi antibiotik dan steroid tetes telinga 5x/hari selama 5-7 hari. 10
1.9
KOMPLIKASI
Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di
temukan, dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu, benda asing
harus di tangani secara benar. Komplikasi akut dari pengeluaran benda asing
meliputi abrasi liang telinga, perdarahann, infeksi, dan perforasi membran
timpani. Kemunculan dari komplikasi ini mungkin muncul belakangan. Partikel
benda asing yang lama berada di liang telinga atau partikel yang tertinggal setelah
ekstraksi juga bisa memicu terjadinya granuloma.12,10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fornazieri, komplikasi yang
paling sering terjadi yaitu laserasi liang telinga, diikuti perforasi membran dan
otitis eksterna.
Tabel 3.
10
BAB II
ILUSTRASI KASUS
11
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. HHH
Usia
: 2 tahun
Alamat
: Padang
Suku
: Minang
Tanggal Masuk
: 6 Mei 2015
No. MR
: 91.25.93
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 2 tahun dirawat di bangsal THT RSUP Dr. M.
Djamil Padang sejak 6 Mei 2015 dengan :
Keluhan utama: Telinga kiri kemasukan manik-manik sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
-
Pasien menangis dan mengeluh sakit ketika telinga kirinya dibersihkan ibu
menggunakan cotton bud 3 minggu yang lalu. Ibu pasien memeriksa telinga
pasien dengan senter dan tampak manik-manik berwarna merah di dalam
liang telinga pasien, yang diketahui ibu sebagai manik-manik kalung yang
dibeli 3 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa 3 bulan yang lalu anak
: Sedang
Kesadaran
: Komposmentis
Tekanan darah
: 110/ 80 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Napas
: 24 x/menit
Suhu
: 36,5 o C
Pemeriksaan Sistemik
Kepala
Mata
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
13
Auskultasi
Extremitas
14
Dinding liang
Kelainan
Kel. Kongenital
Trauma
Radang
Kel. Metabolik
Nyeri tarik
Nyeri Tekan Tragus
Cukup Lapang (N)
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup Lapang
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup Lapang
Sempit
Hiperemis
Edema
Massa
(N)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
(N)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tampak benda
Bau
Tidak ada
asing
Tidak ada
Kuning
Banyak
Kering
Kuning
Sukar dinilai
Kering
telinga
Sekret /
Serumen
Warna
Jumlah
Jenis
Membran Timpani
Utuh
Warna
Sukar dinilai
Putih
Refleks cahaya
Sukar dinilai
(+)
Bulging
Sukar dinilai
Tidak ada
Retraksi
Sukar dinilai
Tidak ada
Atrofi
Sukar dinilai
Tidak ada
Perforasi
Mastoid
Jumlah perforasi
Jenis
Kuadran
Pinggir
Tanda radang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak rata
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
15
Fistel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri ketok
Tidak ada
Tidak ada
Tes garputala
Tidak dilakukan
512 Hz
Audiometri
Tidak dilakukan
Timpanometri
Tidak dilakukan
Hidung
Pemeriksaan
Hidung luar
Kelainan
Deformitas
Kelainan kongenital
Trauma
Radang
Massa
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sinus Paranasal
Pemeriksaan
Nyeri tekan
Nyeri ketok
Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Kavum nasi
Sekret
Konka inferior
Vibrise
Radang
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
16
Ada
Tidak ada
Ya
Tidak
Ya
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Eutrofi
Ada
Tidak ada
Ya
Tidak
Ya
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Eutrofi
Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Cukup lurus/ deviasi
Permukaan
Warna
Spina
Krista
Abses
Peforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh
Konka media
Septum
Massa
Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Cukup lurus
Rata
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Cukup lurus
Rata
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
vasokonstriktor
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Bifida
Simetris/ tidak
Simetris
Simetris
Warna
Edema
Bercak/ eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran
Warna
Permukaan
Muara/kripti
Detritus
Eksudat
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Tidak melebar
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Tidak melebar
Tidak ada
Tidak ada
arkus faring
Dinding faring
Tonsil
17
Perlengketan
Tidak ada
dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Konsistensi
Karies/ radiks
Kesan
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa
Peritonsil
Tumor
Gigi
Lidah
Tidak ada
Merah muda
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Gigi geligi baik
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada
: 14,4 gr/dl
: 45%
Trombosit : 255.000/mm3
PT
: 9,9 detik
APTT
: 35, 0 detik
RESUME
ANAMNESIS
-
Pasien menangis dan mengeluh sakit ketika telinga kirinya dibersihkan ibu
menggunakan cotton bud 3 minggu yang lalu. Ibu pasien memeriksa telinga
pasien dengan senter dan tampak manik-manik berwarna merah di dalam
liang telinga pasien, yang diketahui ibu sebagai manik-manik kalung yang
18
dibeli 3 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa 3 bulan yang lalu anak
-
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Telinga
Aurikula Dekstra
Liang telinga cukup lapang, massa di liang telinga (-), serumen (+), membran
timpani utuh, mastoid: nyeri tekan (-), hiperemis (-)
Aurikula Sinistra
Liang telinga cukup lapang, massa di liang telinga (+), sekret/ serumen sukar
dinilai, membran timpani sulit dinilai, mastoid: nyeri tekan (-), hiperemis (-)
Tes garputala 512 Hz: Tidak dilakukan
Rhinoskopi Anterior
Kavum nasi dekstra dan sinistra
Kavum nasi cukup lapang, deviasi septum (-), konka inferior eutrofi, konka
media eutrofi, sekret (-), massa (-)
Tenggorokan
Arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, kripti tidak melebar,detritus (-)
Diagnosis Kerja
Korpus alienum (manik-manik) et liang telinga auricula sinistra
19
Terapi
-
Rencana
-
Prognosis
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
O/ -
KU
Kes
Sedang CMC
Nd
Nf
92x
28x
T
36,5C
Telinga:
o Auricula dekstra: Liang telinga cukup lapang, massa di liang
telinga (-), serumen (+), membran timpani utuh, mastoid : nyeri
tekan (-), hiperemis (-)
o Auricula sinistra : Liang telinga cukup lapang, massa di liang
telinga (+), sekret/ serumen sukar dinilai, membran timpani sulit
dinilai, mastoid: nyeri tekan (-), hiperemis (-)
Hidung: Kavum nasi dekstra dan sinistra cukup lapang lapang, deviasi
septum (-), konka inferior eutrofi, konka media eutrofi, sekret (-),
massa (-)
20
Abdomen: Distensi tidak ada, supel, hepar dan lien tidak teraba
O/ -
KU
Kes
Sedang CMC
Nd
Nf
95x
28x
T
36,5C
Telinga:
o Auricula dekstra: Liang telinga cukup lapang, massa di liang
telinga (-), serumen (+), membran timpani utuh, mastoid : nyeri
tekan (-), hiperemis (-)
o Auricula sinistra : tertutup verban
Hidung: Kavum nasi dekstra dan sinistra cukup lapang lapang, deviasi
septum (-), konka inferior eutrofi, konka media eutrofi, sekret (-),
massa (-)
Abdomen: Distensi tidak ada, supel, hepar dan lien tidak teraba
Ibuprofen 3 x 125 mg
BAB III
DISKUSI
22
Korpus alienum atau benda asing dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh
dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat
darurat.
Korpus alienum atau benda asing di telinga merupakan kasus yang sering
ditemukan pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk
semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Korpus alienum di
telinga merupakan kasus yang sangat sering didapatkan pada anak-anak
dibandingkan dewasa. Chai dkk dalam Al-Juboori (2013) pada penelitiannya
mencatat bahwa pasien dengan korpus alienum di telinga rata-rata terjadi pada
anak usia 05 tahun, yaitu berjumlah 232 (48.3%) dari semua kasus yang
ditelitinya. Penelitian tersebut sesuai dengan kasus ini, dimana pasien merupakan
anak-anak berusia 2 tahun.
Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda hidup atau benda mati berupa organik maupun non organik. Benda
asing pada telinga yang sering ditemukan pada anak kecil yaitu kacang hijau,
manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang
relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek
api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut
atau nyamuk. Pada kasus ini, ditemukan benda organik berupa manik-manik pada
liang telinga kiri pasien yang dari anamnesis diketahui merupakan manik-manik
dari kalung yang dibeli ibu pasien 3 bulan yang lalu.
Masuknya benda asing pada telinga pasien ini merupakan hal yang dapat
dimaklumi. Prevalensi kejadian korpus alienum memang sering terjadi pada anak.
Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari bendabenda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain rasa ingin
tahu (curiosity) terutama keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh
(orifisium), ketertarikan pada benda-benda kecil, keinginan untuk bersenangsenang (fun making), retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa
biasanya disebabkan karena kecelakaan/ ketidaksengajaan atau karena gangguan
jiwa.
23
Selain itu menurut Sigmund Freud, anak-anak pada usia seperti pada
pasien ini sedang memasuki fase anal dan fase falik, dimana pada fase ini anak
menjadi lebih ingin tahu tentang tubuhnya. Mereka berhasrat untuk mengeksplorasi
tubuh sendiri termasuk mengeksplorasi setiap lubang di tubuhnya seperti mulut,
hidung, atau telinga. Maka, tidak mengherankan jika pasien yang masih berumur
2 tahun ini, bermain dengan manik-manik ibunya dan mencoba memasukkannya
ke telinga.
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa
ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya,
mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul
dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di
liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh
di liang telinga. Namun pada pasien ini hampir tidak ditemukan adanya keluhan.
Ibu pasien mengatakan bahwa anak masih menoleh ketika dipanggil yang
menandakan tidak ada penurunan pendengaran. Anak juga tidak pernah menangis
atau mengeluh akibat sakit di telinga, dari anamnesis juga tidak ditemukan adanya
riwayat telinga berdarah atau berair. Tidak adanya keluhan penurunan
pendengaran, nyeri telinga atau rasa penuh di telinga mungkin disebabkan karena
usia pasien yang masih 2 tahun, dimana pasien belum menyadari ada kelainan
pada tubuhnya.
Pada pemeriksaan fisik, benda asing tersebut dapat terlihat secara langsung
atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan dapat terjadi pada benda yang
melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran timpani, atau akibat usaha
pasien yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat
ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau dalam liang telinga.
Serangga dapat merusak liang telinga atau membran timpani melalui gigitan atau
sengatan. Semua kelainan di atas tidak ditemukan pada pasien, walaupun dari
anamnesis diketahui bahwa manik-manik tersebut mungkin sudah berada 3 bulan
dalam telinga pasien yang dibuktikan dari hasil pemeriksaan fisik dengan otoskop
didapatkan benda asing berwarna merah pada liang telinga kiri.
24
Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan
pilihan tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan
pengalaman dokter. Pilihan pertama meliputi irigasi air tetapi tidak boleh
dilakukan jika membran timpani mengalami perforasi. Suction juga merupakan
pilihan yang dapat digunakan. Selain pilihan di atas dapat juga digunakan forsep
pengangkat (misal: forsep alligator). Benda asing berbentuk bulat tidak dapat
diangkat dengan forsep. Selain itu, komplikasi akan meningkat jika pengangkatan
berulangkali gagal. Pada saat pengangkatan sering dirasakan nyeri, dan dapat
menyebabkan perdarahan yang menyebabkan keterbatasan visualisasi. Oleh sebab
itu kadang diperlukan sedasi atau anestesi. Upaya untuk mengeluarkan benda
asing pada pasien ini dilakukan sebanyak 3 kali tanpa bius dan ketiganya tidak
berhasil. Agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dan akibat tidak kooperatifnya
pasien ini, diputuskan untuk dilakukan tindakan ektraksi dalam general anestesi.
Pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
benda asing keluar. Jika terbukti ada infeksi dan abrasi setelah ekstraksi, beri
kombinasi antibiotik dan steroid tetes telinga 5x/hari selama 5-7 hari. Medikasi
yang diberikan pada pasien ini yaitu Amoxicilin clavulanat 3 x 125mg dan
Ibuprofen 3 x 125 mg. Amoxicilin clavulanat diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, sementara ibuprofen diberikan untuk mengatasi nyeri
setelah dilakukan ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
2. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan
THT Edisi 6. 1997; hal.57-59.
3. Shresta I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu Univ Med J. 2012;38(2):48
4. Gomes JM, Andrade JSC, Matos RC, et al. ENT foreign bodies: profile of the
cases seen at a tertiary hospital emergency care unit. Braz J Otorhinolaryngol.
2013;79(6):699-703.
5. Chai et al dalam Al-Juboori AN. 2013. Aural Foreign Bodies: Descriptive
Study of 224 Patients in Al-Fallujah General Hospital, Iraq. Hindawi
Publishing Corporation International Journal of Otolaryngology Volume
2013; p 1-4
6. Asokarathinam K, Shwetha, Prabakaran J. Unrolling Stone Gathers no Moss!
Asymptomatic Long-Standing Foreign Body in the External Ear- A Case
Report. International Journal of Basic and Applied Medical Sciences.
2014;4(1):7-9.
7. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in Hospital
Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician. 2012;7(1):2-5.
8. Pagrani M dan Mohan C. 2013. An unusual foreign body in ear Indian
Journal of Otology July 2013 Vol 19 Issue 3; p 149-51
9. Chinski A, Foltran F, Gregori. Foreign bodies in the ears in children: the
experience of the Buenos Aires pediatric ORL clinic. The Turkish Journal of
Pediatrics. 2011; 53:425-429.
10. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2015.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview pada
tanggal 9 Mei 2015.
11. Kwong AOK, et al. Ear Foreign Body Removal Procedures. 2014. Diakses
dari http://emedicine.medscape.com/article/80507-overview pada tanggal 9
Mei 2015.
12. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External
Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol., So
Paulo Brazil. 2010;14(1):45-49.
26
27