Anda di halaman 1dari 28

Case Report Session

KORPUS ALIENUM PADA TELINGA

Oleh:
Angga Septiansyah

07923063

Aze Andrea Putra

1010312063

Preseptor:
dr. Al Hafiz , Sp.THT-KL

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2015

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 ANATOMI TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga (pinna/ aurikulla) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial
pertama dari arkus brankialis pertama dan kedua. Liang telinga berasal dari celah
brankial pertama ektoderm. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga
akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian
terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor
penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga ini.1,2
Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang di liputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan eawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).2
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang
di sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan
tulang dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di
depan terhadap liang teling sementara prosesus mastoideus terletak di
belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomasteodeus dan berjalan
ke lateral menuju prosesus stilodeus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian
berjalan di bawah liang teling untuk memasuki kelnjar parotis. Rawan liang
telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomasteodeus.2
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.1

Gambar 1. Anatomi Telinga

Gambar 2. Anatomi Daun Telinga


Membran timpani adalah perbatasan telinga tengah, berbentuk bundar dan
cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian
bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh
sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu
2

lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.1

Gambar 3. Anatomi membran timpani


Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo, dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah yaitu
pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani
kanan. Refelek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh
membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier. Serabut inilah yang mneyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa
kerucut itu.1
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbro, sehingga didapatkan bagian anterior-superior, posterior-superior, anteriorinferior, dan posterior-inferior untuk menyatakan letak perforasi membran
timpani.1
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid.1

1.2 DEFINISI
Korpus alienum atau benda asing dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh
dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat
darurat. Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda hidup atau benda mati berupa organik maupun non organik.3
Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana
dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti otitis
eksterna, laserasi pada liang telinga, perforasi membran timpani, dan otitis media
akut.4
1.3

EPIDEMIOLOGI
Korpus alienum atau benda asing di telinga merupakan kasus yang sering

ditemukan pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk
semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Korpus alienum di
telinga merupakan kasus yang sangat sering didapatkan pada anak-anak
dibandingkan dewasa. Sebuah penelitiannya mencatat bahwa pasien dengan
korpus alienum di telinga rata-rata terjadi pada anak usia 05 tahun, yaitu
berjumlah 232 (48.3%) dari semua kasus yang diteliti. Penelitian lain mengatakan
bahwa sekitar 50.1% dari pasien korpus alienum THT berusia sekitar 8 tahun atau
kurang.5,6
Dalam audit tahunan mengenai benda asing di telinga dari rumah sakit
universiti sains Malaysia selama tahun 2010, tercatat sebanyak 72 pasien. 44
orang (61.1%) merupakan laki-laki dan 28 orang (38.9%) perempuan. Rentang
usia meliputi usia di bawah sepuluh tahun sampai 75 tahun. Otalgia merupakan
gejala yang paling sering ditemukan (56.9%), dan serangga merupakan jenis
benda asing yang paling banyak yaitu sebanyak 54%. Sebanyak 69 pasien (95%)
berhasil dikeluarkan benda asingnya di layanan klinik. Sementara itu, hanya 3
(4.2%) pasien yang membutuhkan general anestesi untuk mengeluarkan benda
asingnya. Komplikasi setelah ekstraksi benda asing hanya ditemukan pada satu
pasien.7

Tabel 1. Distribusi usia pasien dengan korpus alienum di telinga di rumah sakit
Universiti Sains Malaysia

Tabel 2. Tipe benda asing di telinga di rumah sakit Universiti Sains Malaysia

1.4 ETIOPATOGENESIS
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik
dan non organik, atau benda hidup. Pada anak kecil sering ditemukan kacang
hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa
yang relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan

korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa,
semut atau nyamuk.8
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga
adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama
pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak
dari benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Selain itu menurut
Sigmund Freud, anak-anak pada usia seperti di bawah 5 tahun sedang memasuki
fase anal dan fase falik, dimana pada fase ini anak menjadi lebih ingin tahu tentang
tubuhnya. Mereka berhasrat untuk mengeksplorasi tubuh sendiri termasuk

mengeksplorasi setiap lubang di tubuhnya seperti mulut, hidung, atau telinga.3,7


Faktor lainnya antara lain rasa ingin tahu (curiosity), iritasi karena otalgia,
ketertarikan pada benda-benda kecil, keinginan untuk bersenang-senang (fun
making), retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa biasanya
disebabkan karena kecelakaan/ ketidaksengajaan atau karena gangguan jiwa.3,9,7
1.5

MANIFESTASI KLINIS
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa

ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya,


mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul
dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di
liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh
di liang telinga.10

Gambar 4. benda asing di liang telinga.

Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan


lama waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru
saja masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda
asing tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau
perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi
ruptur membran timpani, atau akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran
benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan
dan sekret berbau dalam liang telinga. Serangga dapat merusak liang telinga atau
membran timpani melalui gigitan atau sengatan.10
1.6

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada

pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang utama.
Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. Pada
pasien yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan
lokasi dan komplikasi akibat benda asing. 10, 6
1.7

DIAGNOSIS BANDING
Benda asing di liang telinga perlu dibedakan dari beberapa penyakit di

bawah ini yang memiliki manifestasi klinis yang mirip, antara lain: 10

1.8

Abrasi liang telinga

Serumen impaction

Hematoma

Otitis eksterna

Tumor

Perforasi membran timpani


PENATALAKSANAAN
Benda asing di telinga sangat berisiko terjadi morbiditas karena ukurannya

yang kecil dan liang telinga luar terdiri dari bagian tulang rawan dan bagian tulang
7

yang dilapisi oleh lapisan tipis dari kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat
sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum.
Selain itu, liang telinga dipersarafi oleh banyak serabut saraf seperti nervus vagus,
nervus mandibularis dan sejumlah kecil nervus fasialis. Hal ini menunjukkan
sensitivitas dari liang telinga sangat tinggi sehingga bisa menimbulkan rasa nyeri
yang hebat jika upaya ektraksi tidak hati-hati, apalagi usaha mengeluarkan benda
asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam.1,9

Gambar 5. Predileksi benda asing di liang telinga.


1.8.1

Indikasi dan Kontra Indikasi


Tindakan pengangkatan benda asing dari telinga diindikasikan apabila

terdapat visualisasi yang baik dari benda asing yang teridentifikasi di dalam liang
telinga luar. Kontraindikasi pengangkatan benda asing adalah sebagai berikut:
Adanya perforasi membran timpani, kontak antara benda asing dengan
membran timpani, atau tidak bagusnya visualisasi liang telinga, sehingga
diindikasikan untuk konsultasi emergensi THT untuk pengangkatan
melalui operasi mikroskopik dan spekulum. 11
Apabila terdapat baterai alat bantu dengar, sehingga konsultasi emergensi
THT selalu dilakukan karena dapat menyebabkan nekrosis dalam waktu
singkat dan menyebabkan perforasi membran timpani dan komplikasi
lainnya. Jadi, irigasi tidak boleh dilakukan pada kasus seperti ini, karena
dapat menyebabkan percepatan proses nekrotik.11
8

1.8.2

Metode
Prosedur pengangkatan benda asing perlu diperhatikan agar tindakan yang

dilakukan justru mendorong benda asing lebih dalam. Bila kurang hati-hati atau
berisiko trauma yang merusak membran timpani atau struktru telinga tengah.
Anak harus dipegang sedimekian rupa sehingga tubuh anak dan kepala tidak dapat
bergerak bebas. Bila binatang di liang masih hidup harus dimatikan terlebih
dahulu dengan memasukkan tampo basah ke liang telinga lalu diteteskan cairan
(misalnya larutan rivanol/obat anestesi lokal) lebih kurang 10 menit, setelah
binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan air bersih yang
hangat. 11,1
Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan
pilihan tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan
pengalaman dokter. Pilihan pertama meliputi irigasi air tetapi tidak boleh
dilakukan jika membran timpani mengalami perforasi. Suction juga merupakan
pilihan yang dapat digunakan. Selain pilihan di atas dapat juga digunakan forsep
pengangkat (misal: forsep alligator). 11
Benda asing berbentuk bulat tidak dapat diangkat dengan forsep. Metode
ini menimbulkan rasa nyeri dan dapat mengakibatkan laserasi di liang telinga dan
benda asing masuk lebih dalam sehingga membutuhkan bius umum untuk
mengangkatnya.11

1.8.2.1 Ekstraksi mekanik


Posisikan pasien senyaman mungkin. Ulangi pemeriksaan untuk
memastikan posisi dan kedalaman benda asing. Buka lensa otoskop, dan secara
hati-hati masukkan bayonet atau forsep aligator melewati lubang otoskop. Jika
benda asing berhasil dipegang, tarik dengan hati-hati melewati liang telinga.
Pastikan tidak ada benda asing yang tertinggal. 10
1.8.2.2 Irigasi
Pertama, siapkan air steril yang sesuai dengan suhu tubuh. Sebelumnya
pastikan bahwa tidak ada perforasi pada membran timpani. Posisikan pasien
9

senyaman mungkin dan jaga pasien tetap kering selama irigasi. Tempatkan basin
di bawah telinga. Lakukan irigasi perlahan, sampai benda asing berhasil
dikeluarkan. Pastikan tidak ada benda asing yang tertinggal. 10
1.8.2.3 Suction
Amati benda asing dengan otoskop, Buka lensa otoskop, dan secara hatihati masukkan kateter suction ke lubang otoskop. Secara gentle, tarik benda asing
keluar segera setelah benda asing melekat. 10
1.8.2.4 Anestesi
General anestesi dilakukan jika prosedur ekstraksi biasa gagal setelah
dilakukan berulang kali. Selain itu, hal ini dilakukan jika pasien tidak kooperatif.
1.8.2.5 Medikasi
Pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
benda asing keluar. Jika terbukti ada infeksi dan abrasi setelah ekstraksi, beri
kombinasi antibiotik dan steroid tetes telinga 5x/hari selama 5-7 hari. 10

1.9

KOMPLIKASI
Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di

temukan, dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu, benda asing
harus di tangani secara benar. Komplikasi akut dari pengeluaran benda asing
meliputi abrasi liang telinga, perdarahann, infeksi, dan perforasi membran
timpani. Kemunculan dari komplikasi ini mungkin muncul belakangan. Partikel
benda asing yang lama berada di liang telinga atau partikel yang tertinggal setelah
ekstraksi juga bisa memicu terjadinya granuloma.12,10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fornazieri, komplikasi yang
paling sering terjadi yaitu laserasi liang telinga, diikuti perforasi membran dan
otitis eksterna.
Tabel 3.

Komplikasi akibat benda asing di telinga berdasarkan usia12

10

BAB II
ILUSTRASI KASUS
11

IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. HHH

Usia

: 2 tahun

Alamat

: Padang

Suku

: Minang

Tanggal Masuk

: 6 Mei 2015

No. MR

: 91.25.93

ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 2 tahun dirawat di bangsal THT RSUP Dr. M.
Djamil Padang sejak 6 Mei 2015 dengan :
Keluhan utama: Telinga kiri kemasukan manik-manik sejak 3 bulan yang lalu
Riwayat penyakit sekarang
-

Pasien menangis dan mengeluh sakit ketika telinga kirinya dibersihkan ibu
menggunakan cotton bud 3 minggu yang lalu. Ibu pasien memeriksa telinga
pasien dengan senter dan tampak manik-manik berwarna merah di dalam
liang telinga pasien, yang diketahui ibu sebagai manik-manik kalung yang
dibeli 3 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa 3 bulan yang lalu anak

memang pernah memainkan manik-manik tersebut di sekitar telinganya.


Pasien sudah dibawa ke Sp.THT di RS swasta 3 minggu yang lalu untuk
mengeluarkan benda asing tersebut, namun tidak berhasil. Pasien kemudian

dibawa lagi ke RST, namun benda asing tidak berhasil dikeluarkan.


Pasien dibawa ke poli THT RSUP dr. M. Djamil padang, sudah dicoba

mengeluarkan namun tidak berhasil


Riwayat penurunan pendengaran tidak ada.
Riwayat nyeri di telinga tidak ada
Riwayat keluar darah dari telinga tidak ada
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Demam tidak ada, batuk pilek tidak ada

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat memasukkan benda asing ke telinga tidak ada.
12

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan
pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum

: Sedang

Kesadaran

: Komposmentis

Tekanan darah

: 110/ 80 mmHg

Nadi

: 90 x/menit

Napas

: 24 x/menit

Suhu

: 36,5 o C

Pemeriksaan Sistemik
Kepala

: normochepal, rambut hitam

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: tidak ditemukan pembesaran KGB

Paru
Inspeksi

: simetris kiri, kanan statis dan dinamis

Palpasi

: fremitus kiri = kanan

Perkusi

: sonor kiri = kanan

Auskultasi

: suara nafas vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: ictus tidak terlihat

Palpasi

: ictus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen
Inspeksi

: tak tampak membuncit

Palpasi

: hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani
13

Auskultasi
Extremitas

: bising usus (+) normal


: akral hangat, perfusi baik.

14

STATUS LOKALIS THT


Telinga
Pemeriksaan
Daun telinga

Dinding liang

Kelainan
Kel. Kongenital
Trauma
Radang
Kel. Metabolik
Nyeri tarik
Nyeri Tekan Tragus
Cukup Lapang (N)

Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup Lapang

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Cukup Lapang

Sempit
Hiperemis
Edema
Massa

(N)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

(N)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tampak benda

Bau

Tidak ada

asing
Tidak ada

Kuning
Banyak
Kering

Kuning
Sukar dinilai
Kering

telinga

Sekret /
Serumen

Warna
Jumlah
Jenis
Membran Timpani
Utuh
Warna

Sukar dinilai
Putih

Refleks cahaya

Sukar dinilai
(+)

Bulging

Sukar dinilai
Tidak ada

Retraksi

Sukar dinilai
Tidak ada

Atrofi

Sukar dinilai
Tidak ada

Perforasi

Mastoid

Jumlah perforasi
Jenis
Kuadran
Pinggir
Tanda radang

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada
Tidak rata

Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
15

Fistel

Tidak ada
Tidak ada

Sikatrik

Tidak ada
Tidak ada

Nyeri tekan

Tidak ada
Tidak ada

Nyeri ketok

Tidak ada
Tidak ada

Tes garputala

Tidak dilakukan

512 Hz
Audiometri

Tidak dilakukan

Timpanometri

Tidak dilakukan

Hidung
Pemeriksaan
Hidung luar

Kelainan
Deformitas
Kelainan kongenital
Trauma
Radang
Massa

Dekstra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Sinus Paranasal
Pemeriksaan
Nyeri tekan
Nyeri ketok

Dekstra
Tidak ada
Tidak ada

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada

Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Kavum nasi
Sekret

Konka inferior

Vibrise
Radang
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Lokasi
Jenis
Jumlah
Bau
Ukuran
16

Ada
Tidak ada
Ya
Tidak
Ya
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Eutrofi

Ada
Tidak ada
Ya
Tidak
Ya
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Eutrofi

Warna
Permukaan
Edema
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Cukup lurus/ deviasi
Permukaan
Warna
Spina
Krista
Abses
Peforasi
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Warna
Konsistensi
Mudah digoyang
Pengaruh

Konka media

Septum

Massa

Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Cukup lurus
Rata
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Merah muda
Licin
Tidak ada
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Cukup lurus
Rata
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

vasokonstriktor

Rinoskopi Posterior : tidak dilakukan


Orofaring dan Mulut
Pemeriksaan
Trismus
Uvula
Palatum mole +

Kelainan

Dekstra

Sinistra
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Edema
Bifida
Simetris/ tidak

Simetris

Simetris

Warna
Edema
Bercak/ eksudat
Warna
Permukaan
Ukuran
Warna
Permukaan
Muara/kripti
Detritus
Eksudat

Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Tidak melebar
Tidak ada
Tidak ada

Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Merah muda
Licin
T1
Merah muda
Tidak melebar
Tidak ada
Tidak ada

arkus faring

Dinding faring
Tonsil

17

Perlengketan

Tidak ada

dengan pilar
Warna
Edema
Abses
Lokasi
Bentuk
Ukuran
Permukaan
Konsistensi
Karies/ radiks
Kesan
Warna
Bentuk
Deviasi
Massa

Peritonsil
Tumor

Gigi
Lidah

Tidak ada

Merah muda
Merah muda
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Gigi geligi baik
Merah muda
Normal
Tidak ada
Tidak ada

Laringoskopi indirek: tidak dilakukan


Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

I :Tidak terlihat pembesaran KGB leher, tanda radang (-).

P :Tidak teraba pembesaran KGB leher,

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Hb

: 14,4 gr/dl

Leukosit : 10.800 /mm3


Ht

: 45%

Trombosit : 255.000/mm3
PT

: 9,9 detik

APTT

: 35, 0 detik

RESUME
ANAMNESIS
-

Pasien menangis dan mengeluh sakit ketika telinga kirinya dibersihkan ibu
menggunakan cotton bud 3 minggu yang lalu. Ibu pasien memeriksa telinga
pasien dengan senter dan tampak manik-manik berwarna merah di dalam
liang telinga pasien, yang diketahui ibu sebagai manik-manik kalung yang

18

dibeli 3 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa 3 bulan yang lalu anak
-

memang pernah memainkan manik-manik tersebut di sekitar telinganya.


Pasien sudah dibawa ke Sp.THT di RS swasta 3 minggu yang lalu untuk
mengeluarkan benda asing tersebut, namun tidak berhasil. Pasien kemudian

dibawa lagi ke RST, namun benda asing tidak berhasil dikeluarkan.


Pasien dibawa ke poli THT RSUP dr. M. Djamil padang, sudah dicoba

mengeluarkan namun tidak berhasil


Riwayat penurunan pendengaran tidak ada.
Riwayat nyeri di telinga tidak ada
Riwayat keluar darah dari telinga tidak ada
Riwayat keluar cairan dari telinga tidak ada.
Demam tidak ada, batuk pilek tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
Telinga
Aurikula Dekstra
Liang telinga cukup lapang, massa di liang telinga (-), serumen (+), membran
timpani utuh, mastoid: nyeri tekan (-), hiperemis (-)
Aurikula Sinistra
Liang telinga cukup lapang, massa di liang telinga (+), sekret/ serumen sukar
dinilai, membran timpani sulit dinilai, mastoid: nyeri tekan (-), hiperemis (-)
Tes garputala 512 Hz: Tidak dilakukan
Rhinoskopi Anterior
Kavum nasi dekstra dan sinistra
Kavum nasi cukup lapang, deviasi septum (-), konka inferior eutrofi, konka
media eutrofi, sekret (-), massa (-)
Tenggorokan
Arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, kripti tidak melebar,detritus (-)
Diagnosis Kerja
Korpus alienum (manik-manik) et liang telinga auricula sinistra
19

Terapi
-

Cefotaxime 2x250 mg iv pre operasi

Rencana
-

Pemeriksaan labor darah rutin

Ekstraksi benda asing dalam general anestesi

Prognosis

Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad sanam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Follow up tanggal 07-05-2015


S/ -

Nyeri pada telinga kiri (-)

Demam tidak ada

Batuk pilek tidak ada

O/ -

KU

Kes

Sedang CMC

Nd

Nf

92x

28x

T
36,5C

Mata: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Kulit : Teraba hangat

Telinga:
o Auricula dekstra: Liang telinga cukup lapang, massa di liang
telinga (-), serumen (+), membran timpani utuh, mastoid : nyeri
tekan (-), hiperemis (-)
o Auricula sinistra : Liang telinga cukup lapang, massa di liang
telinga (+), sekret/ serumen sukar dinilai, membran timpani sulit
dinilai, mastoid: nyeri tekan (-), hiperemis (-)

Hidung: Kavum nasi dekstra dan sinistra cukup lapang lapang, deviasi
septum (-), konka inferior eutrofi, konka media eutrofi, sekret (-),
massa (-)
20

Tenggorokan:Arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, kripti


tidak melebar, detritus (-), warna merah muda.

Paru: Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung: Irama reguler, HR 92x/menit, bising (-)

Abdomen: Distensi tidak ada, supel, hepar dan lien tidak teraba

Ekstrimitas: Akral hangat, perfusi baik, CRT< 2 detik.

A/ Korpus alienum (manik-manik) et liang telinga auricula sinistra


P/
-

Ekstraksi benda asing dalam general anestesi

Follow up tanggal 08-05-2015


S/ -

Nyeri pada telinga kiri (-)

Demam tidak ada

Batuk pilek tidak ada

O/ -

KU

Kes

Sedang CMC

Nd

Nf

95x

28x

T
36,5C

Mata: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Kulit : Teraba hangat

Telinga:
o Auricula dekstra: Liang telinga cukup lapang, massa di liang
telinga (-), serumen (+), membran timpani utuh, mastoid : nyeri
tekan (-), hiperemis (-)
o Auricula sinistra : tertutup verban

Hidung: Kavum nasi dekstra dan sinistra cukup lapang lapang, deviasi
septum (-), konka inferior eutrofi, konka media eutrofi, sekret (-),
massa (-)

Tenggorokan:Arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, kripti


tidak melebar, detritus (-), warna merah muda.
21

Paru: Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung: Irama reguler, HR 95x/menit, bising (-)

Abdomen: Distensi tidak ada, supel, hepar dan lien tidak teraba

Ekstrimitas: Akral hangat, perfusi baik, CRT< 2 detik.

A/ Post ekstraksi korpus alienum (manik-manik) et liang telinga auricula


sinistra hari ke 1
P/
-

Amoxicilin clavulanat 3 x 125mg

Ibuprofen 3 x 125 mg

Pasien boleh pulang

BAB III
DISKUSI

22

Korpus alienum atau benda asing dalam suatu organ ialah benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh
dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat
darurat.
Korpus alienum atau benda asing di telinga merupakan kasus yang sering
ditemukan pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk
semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Korpus alienum di
telinga merupakan kasus yang sangat sering didapatkan pada anak-anak
dibandingkan dewasa. Chai dkk dalam Al-Juboori (2013) pada penelitiannya
mencatat bahwa pasien dengan korpus alienum di telinga rata-rata terjadi pada
anak usia 05 tahun, yaitu berjumlah 232 (48.3%) dari semua kasus yang
ditelitinya. Penelitian tersebut sesuai dengan kasus ini, dimana pasien merupakan
anak-anak berusia 2 tahun.
Benda asing yang ditemukan di liang telinga dapat sangat bervariasi, baik
berupa benda hidup atau benda mati berupa organik maupun non organik. Benda
asing pada telinga yang sering ditemukan pada anak kecil yaitu kacang hijau,
manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang
relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek
api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut
atau nyamuk. Pada kasus ini, ditemukan benda organik berupa manik-manik pada
liang telinga kiri pasien yang dari anamnesis diketahui merupakan manik-manik
dari kalung yang dibeli ibu pasien 3 bulan yang lalu.
Masuknya benda asing pada telinga pasien ini merupakan hal yang dapat
dimaklumi. Prevalensi kejadian korpus alienum memang sering terjadi pada anak.
Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari bendabenda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain rasa ingin
tahu (curiosity) terutama keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh
(orifisium), ketertarikan pada benda-benda kecil, keinginan untuk bersenangsenang (fun making), retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa
biasanya disebabkan karena kecelakaan/ ketidaksengajaan atau karena gangguan
jiwa.
23

Selain itu menurut Sigmund Freud, anak-anak pada usia seperti pada
pasien ini sedang memasuki fase anal dan fase falik, dimana pada fase ini anak
menjadi lebih ingin tahu tentang tubuhnya. Mereka berhasrat untuk mengeksplorasi
tubuh sendiri termasuk mengeksplorasi setiap lubang di tubuhnya seperti mulut,

hidung, atau telinga. Maka, tidak mengherankan jika pasien yang masih berumur
2 tahun ini, bermain dengan manik-manik ibunya dan mencoba memasukkannya
ke telinga.
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa
ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya,
mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul
dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan
ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di
liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh
di liang telinga. Namun pada pasien ini hampir tidak ditemukan adanya keluhan.
Ibu pasien mengatakan bahwa anak masih menoleh ketika dipanggil yang
menandakan tidak ada penurunan pendengaran. Anak juga tidak pernah menangis
atau mengeluh akibat sakit di telinga, dari anamnesis juga tidak ditemukan adanya
riwayat telinga berdarah atau berair. Tidak adanya keluhan penurunan
pendengaran, nyeri telinga atau rasa penuh di telinga mungkin disebabkan karena
usia pasien yang masih 2 tahun, dimana pasien belum menyadari ada kelainan
pada tubuhnya.
Pada pemeriksaan fisik, benda asing tersebut dapat terlihat secara langsung
atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan dapat terjadi pada benda yang
melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran timpani, atau akibat usaha
pasien yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat
ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau dalam liang telinga.
Serangga dapat merusak liang telinga atau membran timpani melalui gigitan atau
sengatan. Semua kelainan di atas tidak ditemukan pada pasien, walaupun dari
anamnesis diketahui bahwa manik-manik tersebut mungkin sudah berada 3 bulan
dalam telinga pasien yang dibuktikan dari hasil pemeriksaan fisik dengan otoskop
didapatkan benda asing berwarna merah pada liang telinga kiri.

24

Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan
pilihan tergantung pada situasi klinis, jenis benda asing yang dicurigai, dan
pengalaman dokter. Pilihan pertama meliputi irigasi air tetapi tidak boleh
dilakukan jika membran timpani mengalami perforasi. Suction juga merupakan
pilihan yang dapat digunakan. Selain pilihan di atas dapat juga digunakan forsep
pengangkat (misal: forsep alligator). Benda asing berbentuk bulat tidak dapat
diangkat dengan forsep. Selain itu, komplikasi akan meningkat jika pengangkatan
berulangkali gagal. Pada saat pengangkatan sering dirasakan nyeri, dan dapat
menyebabkan perdarahan yang menyebabkan keterbatasan visualisasi. Oleh sebab
itu kadang diperlukan sedasi atau anestesi. Upaya untuk mengeluarkan benda
asing pada pasien ini dilakukan sebanyak 3 kali tanpa bius dan ketiganya tidak
berhasil. Agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dan akibat tidak kooperatifnya
pasien ini, diputuskan untuk dilakukan tindakan ektraksi dalam general anestesi.
Pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah
benda asing keluar. Jika terbukti ada infeksi dan abrasi setelah ekstraksi, beri
kombinasi antibiotik dan steroid tetes telinga 5x/hari selama 5-7 hari. Medikasi
yang diberikan pada pasien ini yaitu Amoxicilin clavulanat 3 x 125mg dan
Ibuprofen 3 x 125 mg. Amoxicilin clavulanat diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, sementara ibuprofen diberikan untuk mengatasi nyeri
setelah dilakukan ekstraksi.

DAFTAR PUSTAKA

25

1. Soepardi EA, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012
2. Adam, George L. BOIES Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan
THT Edisi 6. 1997; hal.57-59.
3. Shresta I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu Univ Med J. 2012;38(2):48
4. Gomes JM, Andrade JSC, Matos RC, et al. ENT foreign bodies: profile of the
cases seen at a tertiary hospital emergency care unit. Braz J Otorhinolaryngol.
2013;79(6):699-703.
5. Chai et al dalam Al-Juboori AN. 2013. Aural Foreign Bodies: Descriptive
Study of 224 Patients in Al-Fallujah General Hospital, Iraq. Hindawi
Publishing Corporation International Journal of Otolaryngology Volume
2013; p 1-4
6. Asokarathinam K, Shwetha, Prabakaran J. Unrolling Stone Gathers no Moss!
Asymptomatic Long-Standing Foreign Body in the External Ear- A Case
Report. International Journal of Basic and Applied Medical Sciences.
2014;4(1):7-9.
7. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in Hospital
Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician. 2012;7(1):2-5.
8. Pagrani M dan Mohan C. 2013. An unusual foreign body in ear Indian
Journal of Otology July 2013 Vol 19 Issue 3; p 149-51
9. Chinski A, Foltran F, Gregori. Foreign bodies in the ears in children: the
experience of the Buenos Aires pediatric ORL clinic. The Turkish Journal of
Pediatrics. 2011; 53:425-429.
10. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2015.
Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview pada
tanggal 9 Mei 2015.
11. Kwong AOK, et al. Ear Foreign Body Removal Procedures. 2014. Diakses
dari http://emedicine.medscape.com/article/80507-overview pada tanggal 9
Mei 2015.
12. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External
Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol., So
Paulo Brazil. 2010;14(1):45-49.

26

27

Anda mungkin juga menyukai