Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Proyek
Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan. Ada titik awal
dan titik akhir serta hasil tertentu. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi
sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi.
Setiap proyek adalah unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah
aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/ mewujudkan
sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. Pembangunan
Perumahan, 2003 : 52).
2.2 Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah salah satu cara yang ditawarkan untuk maksud
pengelolaan suatu proyek, yaitu suatu metode pengelolaan yang dikembangkan secara
ilmiah dan intensif sejak pertengahan abad ke-20 untuk menghadapi kegiatan khusus
yang berbentuk proyek. (Iman Soeharto, 1999)
Manajemen proyek sudah dimulai sejak awal peradaban manusia. Manajemen proyek
pada awalnya diterapkan pada proyek pembangunan infrastruktur, konstruksi, dan
aktivitas pembangunan militer. Pada jaman modern ini, manajemen proyek dapat
diterapkan pada jenis proyek apapun, dan dipakai secara luas untuk dalam menyelesaikan
proyek yang besar dan kompleks. Fokus utama manajemen proyek adalah pencapaian
semua tujuan akhir proyek dengan segala batasan yang ada, waktu dan dana yang
tersedia.
Manajemen proyek pada umumnya akan meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan
waktu. manajemen material serta manjemen tenaga kerja. Pada prinsipnya, dalam
manajemen proyek, manajemen tenaga kerja merupakan salah satu hal yang akan lebih
ditekankan. Hal ini disebabkan manajemen perencanaan hanya berperan sekitar 20% dari
rencana kerja proyek. Sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya
pengendalian biaya dan waktu proyek. Adapun fungsi dasar dari manajemen proyek yaitu
:

1. Pengelolaan Lingkup Proyek


Lingkup proyek adalah total jumlah kegiatan atau pekerjaan yang harus
dilakukan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh proyek tersebut.
Dalam hubungan ini dokumen yang berisi batasan lingkup proyek memuat
kuantitas, kualitas, spesifikasi, dan kriteria amatlah penting artinya.
2. Pengelolaan Waktu / Jadwal
Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Pengelolaan
waktu meliputi perencanaan, penyusunan, dan pengendalian jadwal.
3. Pengelolaan Biaya
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan
antara dana dan kegiatan proyek. Mulai dari proses memperkirakan jumlah
keperluan dana, mencari, dan memilih sumber serta macam pembiayaan,
perencanaan serta pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai kepada
akuntansi dan administrasi pinjaman dan keuangan. Agar pengelolaan bisa
efektif, terutama pada aspek perencanaan dan pengendalian biaya proyek, maka
disusun bermacam macam teknik dan metode.
4. Pengelolaan Kualitas atau Mutu
Agar suatu produk atau jasa hasil proyek memenuhi syarat penggunaan,
diperlukan suatu proses yang panjang dan kompleks, mulai dari mengkaji apa
saja, syarat syarat penggunaan yang dikehendaki oleh pemilik proyek atau
pemesan produk, menjabarkan persyaratan tersebut menjadi kriteria dan
spesifikasi, serta menuangkan menjadi gambar gambar instalasi atau produksi
juga termasuk menganalisis sumber daya serta jadwal, sampai kepada
merencanakan dan mengendalikan aspek mutu pada tahap implementasi atau
produk. (Imam Soeharto, 1995 : 49)
2.3 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan adalah cara atau sistematika pelaksanaan proyek atau pekerjaan
sehingga didapat hasil yang optimal. Proses penyusunan metode pelaksanaan merupakan
hasil pembahasan, brainstorming, diskusi, referensi dari berbagai macam sumber, dan
dituangkan dalam bentuk gambar gambar kerja serta urut urutan pelaksanaan
pekerjaan (procedure, work instruction) yang menjadi acuan dalam pelaksanaan setiap
pekerjaan. Perbaikan (improvement), inovasi, serta terobosan terobosan dalam
pembuatan metode pelaksanaan dapat memberikan nilai tambah bagi tercapainya
sasaran, baik mutu, waktu, maupun biaya (PT. Pembangunan Perumahan, 2003).
Fungsi dari metode pelaksanaan pada manajemen proyek adalah:
5

1. Sebagai patokan perhitungan jadwal dan biaya karena dalam metode pelaksanaan
mencantumkan jenis pekerjaan, alat yang digunakan, bahan yang dibutuhkan,
serta carapelaksanaan pekerjaan yang benar sesuai dengan ketentuan.
2. Sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan, sehingga pelaksanaan yang dilakukan tidak
menyimpang dari aturan.
3. Sebagai kontrol pekerjaan yang dikerjakan apakah sudah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
Pada tahap perencanaan, sangatlah penting untuk menentukan metode konstruksi
terlebih dahulu, karena setiap jenis metode konstruksi akan memberikan karakteristik
pekerjaan yang berbeda. Untuk metode pelaksanaan dari bagian bagian kegiatan
pekerjaannya, perlu mengetahui biya, durasi atau lama waktu pelaksanaan, mutu dan
jumlah bahan yang akan dipakai, serta memperhitungkan kemampuannya dalam hal
jumlah bahan yang akan dipakai, serta memperhitungkan kemampuannya dalam hal
jumlah dan mutu dari sumber daya yang dimiliki, yaitu sumber daya manusia, sumber
daya keuangan, sumber daya alat / mesin. Pada tahap pelaksanaan, metode konstruksi
yang telah di pilih pada tahap perencanaan dimungkinkan dilakukan perubahan oleh
kontraktor setelah mendapat persetujuan dari pemilik. Berbagai pertimbangan yang
diajukan kontraktor untuk merubah metode konstruksi yang akan memepengaruhi pada
estimasi biaya kontraktor, pada saat melaksanakan penawaran maupun biaya
pelaksanaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode konstruksi yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu:
1.

Sumber daya manusia dengan skill yang cukup untuk melaksanakan suatu metode

2.
3.
4.
5.

pelaksanaan konstruksi.
Tersedianya peralatan penunjang pelaksanaan metode yang dipilih.
Material yang cukup tersedia.
Waktu pelaksanaan yang maksimum dibanding pilihan metode lainnya.
Biaya yang bersaing.

2.4 Penjadwalan Proyek


Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat untuk
menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan
serta kerangka waktu tertentu, yang mana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek
selesai tepat waktu dengan biaya ekonomis. (Widiasanti & Lenggogeni, 2013)
6

Adapun tujuan perencanaan jadwal adalah sebagai berikut (Luthan & Syafriandi, 2006) :
a.
b.
c.
d.

Mempermudah perumusan masalah proyek.


Menentukan metode atau cara yang sesuai.
Kelancaran kegiatan lebih terorganisir.
Mendapatkan hasil yang optimum.

Mengingat perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat pelaksanaan, maka


beberapa faktor harus diperhatikan untuk membuat jadwal proyek yang cukup efektif,
yaitu (Luthan & Syafriandi, 2006) :
a. Secara teknis, jadwal tersebut bisa dipertanggung jawabkan (technically feasible).
b. Disusun berdasarkan perkiraan/ramalan yang akurat (reliable estimate) dimana
perkiraan waktu, sumber daya, serta biayanya berdasarkan kegiatan pada proyek
sebelumnya.
c. Sesuai sumber daya yang sesuai.
d. Sesuai penjadawalan proyek lainnya yang menggunakan sumber daya yang sama.
e. Fleksible terhadap perubahan-perubahan, misalnya perubahan pada spesifikasi
proyek.
f. Mendetail yang dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan
pengendalian kemajuan proyek.
g. Dapat menampilkan kegiatan pokok kritis.
2.4.1

Durasi Kegiatan
Penentuan durasi rencana dalam perencanaan jadwal proyek merupakan suatu
bagian penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Besarnya durasi rencana suatu
pekerjaan sangat dipengaruhi oleh besarnya kuantitas pekerjaan tersebut. Semakin
besar kuantitas suatu pekerjaan, semakin besar durasi pekerjaan tersebut diselesaikan.
Menurut Basit (2009) dengan memanfaatkan daftar pekerjaan pada WBS, akan
dapat diperkirakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap
pekerjaan tersebut. Beberapa model pendekatan bisa digunakan untuk menghitung
perkiraan waktu yang diperlukan, yaitu:
1. Most optimistic
Merupakan waktu ideal untuk menyelesaikan pekerjaan, diasumsikan segala
sesuatunya berjalan lancar, dan sempurna.
2. Most likely
Merupakan waktu yang dibutuhkan pada kondisi kebanyakan, tipikal dan normal.
3. Most pessimistic
Merupakan waktu yang dibutuhkan ketika keadaan paling sulit terjadi.
7

Selanjutnya, estimasi waktu dilakukan dan dibagi dalam unit (misal 8 jam/hari).
Estimasi waktu untuk suatu proyek tertentu dapat lebih sulit dari suatu proyek lainnya.
Hal ini karena masih sedikit proyek yang dapat digunakan sebagai patokan
menghitung waktu pelaksanaan.
Perencana proyek menentukan durasi tiap aktivitas berdasarkan estimasi jumlah
material yang digunakan dan produktivitas pekerja yang dikerahkan untuk
menyelesaikan aktivitas tersebut. Umumnya untuk menentukan durasi aktivitas
berdasarkan kuantitas pekerjaan, digunakan rumus standar yaitu:
Qi
= Pi
Dimana:
Di = durasi aktivitas (satuan waktu)
Qi = kuantitas pekerjaan (satuan pekerjaan)
Pi = produktivitas kerja (satuan pekerjaan / satuan waktu)
Kuantitas pekerjaan atau kuantitas kerja adalah jumlah kerja yang dilaksanakan
oleh seorang pekerja dalam suatu periode waktu tertentu. Sesuai dengan persamaan di
atas, durasi aktivitas berbanding lurus dengan besarnya kuantitas pekerjaannya,
semakin besar kuantitas pekerjaannya, semakin besar durasi aktivitasnya.
Dalam mengestimasi waktu juga harus dipertimbangkan beberapa hal, misal
pengalaman tenaga kerja yang digunakan, keahlian, dan lingkungan. Setelah terbentuk
jaringan kerja masing-masing komponen kegiatan diberikan perkiraan kurun waktu
atau durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan, juga perkiraan
sumberdaya yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan.
Dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.

Angka perkiraan hendaknya bebas dari pertimbangan pengaruh kurun waktu


kegiatan predecessor atau successor.

2.

Angka perkiraan dihasilkan dari asumsi bahwa sumberdaya yang dibutuhkan


tersedia dalam jumlah yang normal.

3.

Pada analisis awal diasumsikan bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan secara


paralel sehingga durasi proyek dapat lebih pendek.
8

4.

Diasumsikan bekerja pada hari kerja atau tidak ada kerja lembur kecuali telah
direncanakan khusus

5.

Bebas dari pertimbangan mencapai target jadwal penyelesaian proyek.

6.

Tidak memasukkan faktor tak terduga seperti terjadinya bencana alam,


pemogokan tenaga kerja, dan kebakaran.
Pengaturan durasi kegiatan sangat diperlukan dalam penjadwalan kegiatan proyek

untuk memperlancar pelaksanaan proyek. Didalam penjadwalan kegiatan


dicantumkan jenis, durasi, dan urutan kegiatan. Dengan adanya jadwal kegiatan,
manajer proyek dapat mengetahui jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dan kapan
akan dilaksanakan serta dapat diharapkan pekerjaan berlangsung sesuai rencana dan
memudahkan dalam pengendalian setiap pekerjaan. Dengan demikian efisiensi kerja
yang tinggi dapat tercapai.
Perencanaan durasi kegiatan harus memperhatikan beberapa faktor (Soeharto,
1999), yaitu : jenis kegiatan, metode yang digunakan, situasi dan kondisi lapangan,
lokasi sumberdaya, faktor cuaca, dana yang tersedia, jenis dan volume pekerjaan,
kondisi sosial politik, dan sumberdaya yang dimiliki pelaksana.
Ketepatan perkiraan durasi akan banyak bergantung dari siapa yang melakukan
estimasi tersebut. Pihak yang berpengalaman dalam pelaksanaan suatu pekerjaan akan
lebih akurat untuk memperkirakan durasinya dibandingkan pihak yang belum
berpengalaman dalam pekerjaan tersebut.
2.4.1.1 Analisis Durasi Dan Sumberdaya
Penentuan durasi suatu kegiatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Analisis Durasi Berdasarkan Prioritas Durasi
Dalam hal ini durasi kegiatan ditetapkan terlebih dahulu, sedangkan
kebutuhan sumberdaya mengikuti. Misalnya pada kegiatan galian tanah, kegiatan
ini harus diselesaikan dalam waktu 6 hari, maka dapat dikatakan bahwa durasi
kegiatan galian tanah adalah 6 hari. Sedangkan kebutuhan sumberdaya perharinya
diperhitungkan berdasarkan kebutuhan sumberdaya total dibagi durasi kegiatan.
Pada umumnya kegiatan yang durasinya ditentukan berdasarkan prioritas durasi
adalah kegiatan yang dalam pelaksanaannya menjadi suatu penentu atau target
yang harus diketahui kondisinya saat dilakukan inspeksi. Misalnya pekerjaan
pondasi harus selesai dalam waktu 6 hari karena pada hari selesainya pekerjaan
9

tersebut akan dilakukan inspeksi oleh seorang pejabat negara, atau karena alasan
lain yang mengaharuskan kegiatan ini dapat diselesaikan dalam waktu yang
ditentukan tanpa mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya.
2. Analisis Durasi Berdasarkan Prioritas Sumberdaya
Dalam hal ini ketersediaan sumberdaya ditetapkan terlebih dahulu atau
ketersediaan sumberdaya menjadi prioritas, sedangkan durasi kegiatan mengikuti.
Misalnya ditetapkan terlebih dahulu jumlah tukang batu yang dapat disediakan
tiap hari, selanjutnya dihitung produktivitas tukang dan durasi kegiatan.
Sebagai contoh pada pelaksanaan kegiatan galian tanah biasa dengan volume
50 m3, kontraktor hanya mampu menyediakan 3 pekerja per hari. Berdasarkan
SNI 2008 diketahui data-data untuk pekerjaan galian tanah biasa sedalam 1 meter
sebagai berikut:
Analisa harga satuan pekerjaan galian tanah biasa (1 m3) sedalam sampai 1 m :
Tabel 2.1 Contoh Analisa Biaya

0,750 Orang Pekerja @ Rp 35.000


0,025 Orang Mandor @ Rp 60.000
Jumlah (Belum PPN)
Jasa 15 %
Jumlah
Dibulatkan

Rp

27.000

Rp

1.000

Rp
Rp
Rp
Rp

28.000
4.200
32.200
32.200

Jadi produktivitas satu pekerja per hari adalah


: 1/0,750 = 4/3 m3
produktivitas 3 pekerja per hari adalah
: 3 x 4/3 = 4 m3
Berarti durasi (t) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan galian tanah
biasa dengan volume 50 m3 adalah :
t = kuantitas pekerjaan / produktivitas
= 50 m3 / (4 m3 /hari) = 12,5 hari dibulatkan jadi 13 hari.
2.4.2

Metode Penjadwalan
Metode jaringan kerja, menurut Ismawan Dipohusodo (1996), merupakan cara
grafis untuk menggambarkan kegiatan kegiatan dan kejadian yang diperlukan untuk
mencapai tujuan proyek. Jaringan menunjukan susunan logis antar kegiatan,
hubungan timbal balik antar pembiayaan dan waktu penyelesaian proyek, dan berguna
dalam merencanakan urutan kegiatan yang saling tergantung dihubungkan dengan
waktu penyelesaian proyek yang diperlukan

10

Untuk merncanakan secara grafis dari aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi


dikenal sampai saat ini ada beberapa metode antara lain :
1. Rencana Jaringan Kerja (Network Planning)
b. CPM (Critical Path Method)
c. PERT (Program Evaluation Review Technique)
d. ADM (Arrow Diagram Method)
e. PDM (Precendence Diagram Method)
2. Diagram Batang (Bar Chart / Gantt Chart)
3. Kurva S (Hanumm Curve / SCurve)
4. Penggunaan Program MS. Project 2007
2.4.2.1 Rencana Jaringan Kerja (Network Planning)
Jaringan kerja (Network Planning) merupakan sebuah alat manajemen yang
diperlukan dalam perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Metode jaringan kerja
sangat penting untuk digunakan oleh pihak pelaksana yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan suatu proyek, terutama pada proyek berskala besar dan kompleks.
Dalam penyusunan jaringan kerja, dibutuhkan informasi tentang jenis-jenis
pekerjaan, logika ketergantungan antar kegiatan, dan durasi masing-masing kegiatan
dan juga kebutuhan sumber dayanya. Manfaat jaringan kerja jika diterapkan dalam
suatu proyek konstruksi adalah sebagai berikut:
1.

Memaksa kita untuk merencanakan suatu proyek sampai mendetail, karena

2.
3.

dalam sebuah network harus digambarkan logika ketergantungannya.


Dapat memberikan bantuan yang sangat berharga dan komunikatif
Ditunjukkan dengan jelas kegiatan kritis dan tidak kritis, sehingga

4.

memungkinkan untuk mengatur pembagian kerja dan memperhatikannya.


Memungkinkan dapat diselesaikannya proyek secara ekonomis ditinjau dari
biaya langsungnya, serta tidak ragu-ragu dalam penggunaan sumberdaya.

Dalam penggambaran jaringan kerja dapat dikerjakan dengan cara berikut :


1.
2.

Aktivitas dituliskan dengan metoda CPM (Critical Path Method)


Aktivitas dituliskan dengan metoda PDM (Precedence Diagram Method)
Dalam Laporan Akhir ini, penulis menggunakan metode PDM (Precedence

Diagram Method).
2.4.3.1 Metoda PDM (Precedence Diagram Method)
Metode Precedence Diagram Method (PDM) merupakan penyempurnaan dari
CPM, karena pada prinsipnya CPM hanya menggunakan satu jenis hubungan aktifitas

11

yaitu hubungan akhir awal dan sebuah kegiatan dapat dimulai apabila kegiatan yang
mendahuluinya selesai. Kegiatan dan peristiwa pada metode preseden diagram ditulis
dalam node yang berbentuk kotak segi empat. Kotak-kotak tersebut menandai suatu
kegiatan, dimana harus dicantumkan identitas kegiatan dan kurun waktunya.
Sedangkan peristiwa merupakan ujung-ujung kegiatan. Setiap node memiliki dua
peristiwa yaitu awal dan akhir, dengan menunjukkan simbol sebagai berikut :
1.

Menunjukkan suatu aktivitas / kegiatan

2.

Menunjukkan hubungan / ketergantungan kegiatan


Pada diagram PDM hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa

kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan


dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat
menghubungkan dua node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal
atau mulai (S) dan ujung akhir (F), maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke
awal (SS), awal ke akhir (SF), akhir ke awal (FS), dan akhir ke akhir (FF). Pada garis
konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului atau terlambat/
tertunda . Bila kegiatan (i) mendahului kegiatan (j) dan satuan waktu adalah hari.
A. Hubungan Overlapping
Hubungan antara kegiatan I dengan kegiatan J dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu :

Hubungan Finish to Start (FTS)

Hubungan Start to Start (STS)

Hubungan Finish to Finish (FTF)

Hubungan Start to Finish (STF)

Hubungan Finish to Start (FS)


Jenis hubungan ini sering digunakan dalam Precedence Diagram Method.
FTS dapat dikondisikan menjadi tiga, yaitu :
Finish to Start dengan lag = 0, contoh kegiatan yang mengekspresikan
kondisi ini adalah :

12

Instalasi tulangan plat lantai tidak dapat dilaksanakan sebelum


pelaksanaan bekisting plat selesai.
Yang dapat dikatakan dalam kalimat yang menyangatkan seperti :
Pembuatan bekisting plat lantai harus selesai sebelum instalasi tulangan
dimulai.

Gambar 2.1 Hubungan FTS, Lag = 0


Finish to Start dengan lag positif, contoh kegiatan adalah :
Pelepasan bekisting plat lantai belum dapat dilaksanakan untuk
beberapa waktu (misal tujuh hari) sesudah pengecoran dilaksanakan. Hal ini
untuk memberikan cukup waktu agar beton mengeras sehingga mampu
menahan berat sendiri.
Dalam kalimat lain :
Pembongkaran bekisting tidak dapat dilaksanakan lebih cepat dari tujuh
hari setelah pengecoran.
atau
Pengecoran harus sudah selesai paling lambat tujuh hari sebelum
pembongkaran bekisting.

Gambar 2.2 Hubungan FTS, Lag positif


Finish to Start dengan lag negatif, contoh kegiatan :
Pemasangan dua buah pipa air minum membutuhkan mesin gali pada
tujuh hari pertama dari 10 hari durasinya. Mesin yang tersedia hanya satu
buah sehingga pipa yang kedua baru dapat dilayani setelah tujuh hari
setelah pipa kesatu dimulai atau tiga hari sebelum diselesaikan.

13

Gambar 2.3 Hubungan FTS, Lag negatif


2

Hubungan Start to Start (STS)


Jenis hubungan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Start to Start dengan lag = 0, contoh kegiatan dalam proyek :
Perataan tanah dapat dimulai jika tanah yang akan digunakan telah
tersedia dalam jumlah cukup di lapangan. Kegiatan ini harus dipisahkan
menjadi dua, yaitu kegiatan mengangkat tanah dan meratakan tanah.
Dalam kalimat lain :
Perataan tanah dapat dimulai tidak lebih cepat sebelum pengangkatan
tanah dimulai.

Gambar 2.4 Hubungan STS, Lag = 0

Start to Start dengan lag positif, contoh kegiatan dalam proyek konstruksi :
Instalasi AC dapat dilaksanakan jika dinding telah terpasang sehingga
tidak dapat dilaksanakan sampai kurang lebih dua hari setelah pemasangan
dinding mulai dilaksanakan.
Dapat dinyatakan dalam kalimat :
Instalasi AC dapat dimulai tidak lebih cepat dua hari setelah kegiatan

Gambar 2.5 Hubungan STS, Lag positif


Start to Start dengan lag negatif, contoh kegiatan dalam proyek konstruksi :
Pelaksanaan kegiatan pasangan pondasi batu kali dapat dimulai setelah
galian pondasi selesai/cukup, misalnya satu hari.
14

Gambar 2.6 Hubungan STS, Lag negatif


3

Hubungan Finish to Finish


Jenis hubungan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Finish to Finish dengan lag = 0, contoh dalam proyek konstruksi :
Perataan tanah tidak dapat diselesaikan sebelum pengangkutan tanah
selesai.

Gambar 2.7 Hubungan FTF, Lag = 0

Finish to Finish dengan lag positif, contoh dalam proyek konstruksi:


Pasangan dinding harus sudah selesai satu hari sebelum instalasi pipa
listrik selesai.

Gambar 2.8 Hubungan FTF, Lag positif


Finish to Finish dengan lag negatif, contoh dalam proyek konstruksi :
Penyelesaian galian pondasi tidak lebih cepat satu hari sebelum pemasangan
batu kali selesai. (Ervianto,2005, hln. 250 263 ).

15

Gambar 2.9 Hubungan FTF, Lag negatif


B. Perhitungan PDM
Pada dasarnya perhitungan PDM sama dengan CPM, yaitu menggunakan
perhitungan ke muka (forward pass) untuk menentukan Earliest Start (ES) dan
Earliest Finish (EF). Dan menggunakan perhitungan ke belakang (backward pass)
untuk menentukan Latest Finish (LF) dan Latest Start (LS) berdasarkan hubungan
logis/ketergantungan yang ada antar kegiatan.
Pada Precedence Diagram Method digambarkan adanya empat jenis hubungan
antar aktivitas, yaitu start to start, start to finish, finish to start dan finish to finish.
Digambarkan oleh sebuah lambang segi empat karena letak kegiatan ada di bagian
node.

a. Perhitungan ke Muka (Forward Pass)


1. Hubungan Kegiatan Finish to Finish (FF)

Gambar 2.10 Hubungan Finish to Finish (FF)


EF j = EF i + FF ij
ES j = EF j Dj
16

2. Hubungan Kegiatan Finish to Start (FS)

Gambar 2.11 Hubungan Finish to Start (FS)


ES j = EF i + FS ij
EF j = ES j + Dj
3. Hubungan Kegiatan Start to Start (SS)

Gambar 2.12 Hubungan Start to Start (FS)

ESj = ESi + SSij


EFj = ESj + Dj
4. Hubungan Kegiatan Start to Finish (SF)

Gambar 2.13 Hubungan Start to Finish (SF)


EFj = ESi + SFij
ESj = EFj Dj
b. Perhitungan ke Belakang (Backward Pass)
1. Hubungan Kegiatan Finish to Finish (FF)
17

Gambar 2.14 Hubungan Finish to Finish (FF)


LFi = LFj - FFij
LSi = LFi Di
2. Hubungan Finish to Start (FS)

Gambar 2.15 Hubungan Finish to Start (FS)


LFi = LSj - FSij
LSi = LFi Di

3. Hubungan Kegiatan Start to Start (SS)

Gambar 2.16 Hubungan Start to Start (SS)


LSi = LSj - SSij
LFi = LSi + Di
4. Hubungan Kegiatan Start to Finish (SF)

18

Gambar 2.17 Hubungan Start to Finish (SF)


LSi = LFj - SFij
LFi = LSi + Di
Pada perhitungan PDM ini, jika perhitungan ke muka ada lebih satu kegiatan
predecessor yang hubungan ketergantungan (konstrain) berlainan (FF,FS,SS,SF)
maka ES dan EF di ambil yang maksimum. Namun, untuk perhitungan ke belakang
jika ada lebih kegiatan successor yang hubungan ketergantungan (konstrain)
berlainan, maka LS dan EF diambil yang minimum (Faisol, 2010).
C. Jalur Kritis
Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis, dan kemudian menentukan jalur
kritis, dapat dilakukan perhitungan ke depan (Forward Analysis) dan perhitungan ke
belakang (Backward Analysis). Perhitungan ke depan dilakukan untuk mendapatkan
besarnya Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF) yang disebut dengan
predecessor. Perhitungan ke belakang (Backward Analysis) dilakukan untuk
mendapatkan besarnya Latest Start (LS) dan Latest Finish (LF) yang disebut dengan
successor.
Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat sama seperti CPM/AOA, yaitu :
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama.
ES = LS
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama.
EF = LF
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling
akhir dengan waktu mulai paling awal.
LF ES = D
d. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara
utuh dianggap kritis.
D. Float

19

Float adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga
memungkinkan kegiatan tersebut dapat diitunda atau diperlambat secara sengaja atau
tidak sengaja, tetapi penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat
dalam penyelesainnya. Float dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free
float. (Ervianto, 2002).
Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk terlambat atau
diperlambatnya pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi selesainya proyek secara
keseluruhan. Free float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk terlambat atau
diperlambatnya pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang
langsung mengikutinya. (Ervianto, 2002).
2.4.2.2 Diagram Batang (Bar Chart / Gantt Chart)
Diagram Batang (Bar Chart / Gantt Chart) diperkenalkan oleh Hendry I. Gantt
dan Frederick W. Taylor pada awal 1900. Menurut Ervianto (2002), bar chart adalah
sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal. Kolom arah
horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat
terlihat dengan jelas, sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya
diagram batang. Bar Chart disusun dengan maksud untuk mengidentifikasi unsur
waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari waktu mulai,
waktu selesai, dan pada saat pelaporan.
Proses penyusunan diagram batang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
:
1. Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang ada dalam
rencana pelaksanaan pembangunan.
2. Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan itu disusun urutan pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan lebih
dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, tanpa
mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan secara
bersamaan.
3. Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari seluruh
kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan seluruh kegiatan
berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari penjumlahan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item kegiatan (Ervianto, 2002)

20

Diagram batang memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dibandingkan


dengan sistem penjadwalan lainnya. Kelebihan-kelebihan diagram batang sangat
membantu perencanaan jadwal pada tahap pendahuluan suatu proyek konstruksi dan
perekayasaan, yang sering terjadi perubahan.
Keuntungan dan manfaat diagram batang antara lain :
1. Mudah dibuat dan dipahami sehingga sangat berguna sebagai alat komunikasi
dalam penyelenggaraan proyek.
2. Bentuk grafiknya menarik dan mudah dimenergti oleh semua tingkat manajemen.
Sedangkan keterbatasan dan kelemahan diagram batang antara lain :
1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antar kegiatan
proyek sehingga sulit diketahui dampak yang diakibatkan oleh adanya
keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
2. Sulit melakukan perbaikan, karena harus membuat bagan balok baru.
3. Tidak praktis untuk proyek berskala sedang dan besar, lebih-lebih yang bersifat
kompleks. Karena harus menyusun sedemikian besar jumlah kegiatan yang
memiliki keterkaitan diantaranya, dan hal ini akan mengurangi kemampuan
penyajian secara sistematis. Contoh gambar Diagram Batang dapat dilihat pada
Gambar 2.17 berikut :

Gambar 2.18 Diagram Batang (Bar Chart / Gantt Chart)


Dapat disimpulkan bahwa pengertian Bar Chart adalah merupakan salah satu
metode penjadwalan proyek yang menunjukkan visualisasi suatu rencana kegiatan
proyek yang digambarkan dalam bentuk balok atau batang sebagai suatu kegiatan.
2.4.2.3 Kurva S (Hanumm Curve / SCurve)
Kurva S merupakan grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm dengan
dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.
Visualisasi kurva ini dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan
membandingkannya dengan jadwal rencana sehingga dapat diketahui keterlambatan
atau percepatan jadwal proyek.

21

Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif


pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Bobot kegiatan adalah
nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan
proyek tersebut. Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah
dikeluarkan oleh proyek. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan
memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai,
lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan. (Luthan & Syafriandi, 2006)
Untuk membuat kurva ini, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing
kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal
sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis maka akan membentuk kurva S.
Kegunaan kurva S adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.

Untuk menganalisis kemajuan atau progress suatu proyek secara keseluruhan.


Untuk mengetahui pengeluaran dan kebutuhan biaya pelaksanaan proyek.
Untuk mengontrol penyimpangan yang terjadi pada proyek dengan
membandingkan kurva S rencana dengan kurva S actual.

Berikut langkah-langkah penyusunan kurva S, yaitu:


1.
2.
3.
4.

Mengidentifikasi pekerjaan.
Menentukan urutan-urutan kegiatan.
Menentukan durasi kegiatan.
Mendistribusikan biaya secara merata (dalam bentuk prosentase) atau linier

5.
6.
7.

untuk tiap-tiap pekerjaan.


Menghitung jumlah kebutuhan biaya per periode (misal per hari).
Menghitung jumlah komulatif biaya tersebut.
Membuat kurva S pada sesuai jumlah komulatif tersebut (perhatikan skala 0%
sampai dengan 100%).

Pada Kurva S, sumbu mendatar menunjukkan skala waktu, dan sumbu vertikal
menunjukkan nilai komulatif biaya atau jam-orang atau persentase penyelesaian
pekerjaan (bobot pekerjaan). Kurva yang berbentuk huruf S lebih banyak terbentuk
karena kelaziman dalam pelaksanaan proyek yaitu:
1. Kemajuan pelaksanaan proyek pada awal-awalnya bergerak lambat.
2. Kemudian diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang
lebih lama.
3. Pada akhirnya kegiatan menurun kembali dan berhenti pada titik akhir.
Contoh gambar Kurva S dapat dilihat pada Gambar 2.18 berikut :

22

Gambar 2.19 Gambar Kurva S


Teknik penyusunan Kurva S dari suatu proyek harus diselesaikan sesuai jadwal
dan spesifikasi dan biaya yang telah direncanakan bersama. Untuk itu diperlukan
adanya prosedur dalam menentukan dan memakai sistem pencatatan dan mengikuti
kemajuan proyek, biaya dan anggaran, perbedaan dari perkiraan semula, jalannya
kemajuan dan biaya, dan perkiraan pada waktu penyelesaian.
2.4.2.4 Penggunaan Program Ms. Project 2013
Dalam sebuah proyek banyak sekali kegiatan yang harus dilakukan dengan
cermat, tepat, dan benar. Untuk itu maka sebuah perangkat lunak dapat dipergunakan
untuk membantu manajer proyek. Microsoft Project yang biasa disingkat MS Project
merupakan salah satu program yang mampu mengelola data proyek. Microsoft Project
Professional 2013 merupakan software administrasi proyek yang digunakan untuk
melakukan perencanaan, pengelolaan, pengawasan dan pelaporan data dari suatu
proyek.
Pengelolaan proyek konstruksi membutuhkan waktu yang panjang dan ketelitian
yang tinggi. Microsoft Project 2013 dapat menunjang dan membantu tugas
pengelolaan sebuah proyek konstruksi sehingga menghasilkan suatu data yang akurat.
Keunggulan Microsoft Project 2013 adalah kemampuannya menangani perencanaan
suatu kegiatan, pengorganisasian dan pengendalian waktu serta biaya yang mengubah
input data menjadi sebuah output data sesuai tujuannya. Pengelolaan Proyek
Konstruksi Bangunan Gedung dengan Microsoft Project 2013 secara khusus ditujukan
bagi para perencana dan praktisi yang ingin menerapkan Microsoft Project 2013
secara praktis, cepat dan aplikatif untuk mengelola proyek konstruksi.
23

Adapun manfaat dari MS Project 2007 adalah :


1. Dapat melakukan penjadwalan produksi secara efektif dan efisien, karena
ditunjang dengan informasi alokasi waktu yang dibutuhkan untuk tiap proses,
jalur kritis, serta kebutuhan sumber daya untuk setiap proses sepanjang waktu.
2. Dapat diperoleh secara langsung informasi aliran biaya selama periode.
3. Mudah dilakukan modifikasi, jika ingin dilakukan rescheduling.
4. Penyusunan jadwal produksi yang tepat akan lebih mudah dihasilkan dalam
waktu yang cepat.

Contoh gambar Gambar Tampilan Ms. Project 2013 dapat dilihat pada Gambar 2.17
berikut :
Menu
Bar
Toolbar

Project plan
window

Gantt Chart

Gambar 2.20 Gambar Tampilan Ms. Project 2013

24

Anda mungkin juga menyukai