Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

KONTRASEPSI
A. Kontrasepsi
1. Pengertian
Berasal dari kata kontra, berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan
antara sel telur sperma yang mengakibatkan kehamilan, kontrasepsi adalah suatu alat atau cara
yang digunakan untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel
telur dengan sel sperma didalam rahim atau kandungan (Hartanto, 1996).
2. Tujuan penggunaan kontrasepsi
Tujuan penggunaan kontrasepsi terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase menunda kehamilan
Fase menunda kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istri berusia < 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannya.
Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
1) Refersibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100% karena
pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan
resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program alat kontrasepsi yang cocok
digunakan pada fase ini adalah pil, AKDR (IUD), cara sederhana (senggama terputus, pantang
berkala, kondom).
b. Fase menjarangkan kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan,
dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
Ciri- ciri kontrasepsi yang diperlukan :
1) Efektivitas cukup tinggi.
2) Refersibel cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
3) Dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
4) Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai
umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

c. Fase menghentikan kehamilan


Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama usia diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan.
Ciri-ciri kontrasepsi yang perlukan :
1) Efektivitas sangat tinggi kegagalan menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan
anak, disamping itu akseptor tersebut tidak mengharapkan mempunyai anak lagi.
2) Dapat dipakai untuk jangka panjang
3) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa tua kelainan seperti penyakit jantung,
darah tinggi, keganasan dan metabolik seperti penyakit meningkat, dengan itu sebaiknya tidak
diberikan cara kontrasepsi yang merambah kelainan tersebut. Alat kontrasepsi yang cocok
digunakan adalah IUD, implant, suntik, pil, cara sederhana, dan kontrasepsi mantap (tubektomi
dan vasektomi).
3. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi
a. Cara alamiah, meliputi :
1) Metode senggama terputus dan
2) Metode kalender.
b. Cara buatan, meliputi :
1) Cara sederhana, terdiri dari kondom, jelly, diafragma, spermisida, tisu.
2) Alat kontrasepsi hormonal, yakni pil, suntik dan susuk (implant).
3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) yang dikenal dalam beberapa jenis desain seperti
lippes loop (spiral), Cu T, multiload.
4) Kontrasepsi mantap (KONTAP) yakni tubektomi (untuk perempuan) dan vasektomi (untuk
laki-laki).
5) Kontrasepsi dengan menggunakan cara-cara tradisional seperti badeg tape, buah nanas muda,
arang batok kelapa, air rendaman gambir, buah mengkudu dan lain-lain.
4. Macam- Macam Kontrasepsi suntik.
a. Kontrasepsi suntik kombinasi.
Kontrasepsi suntik ini terdiri dari hormone estrogen dan progesterone. Namun kontrasepsi ini
tidak dianjurkan dipakai oleh ibu yang sedang menyusui karena bisa mengurangi kualitas ASI.

Efek samping alat kontrasepsi ini adalah terjadi perubahan pola menstruasi seperti: tidak teratur,
perdarahan bercak/ spooting, atau perdarahan sela sampai 10 hari, mual, sakit kepala, nyeri
payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua dan ketiga,
penambahan berat badan, serta kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah pemakaian.
b. Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik ini terdiri dari hormon progesterone Kontrasepsi ini disuntikan setiap 2-3
bulan, tergantung jenis obatnya. Kontrasepsi jenis ini dapat digunakan untuk ibu menyusui
karena tidak menekan produksi ASI. Kerugian yang dapat ditimbulkan. Pada Kontrasepsi jenis
ini adalah adanya gangguan haid yang dapat berupa siklus memanjang atau memendek,
perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
dan tidak haid sama sekali, penambahan berat badan,terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian, pada jangka panjang dapat terjadi perubahan lipidserum, penurunan
kepadatan tulang, kekeringan pada vagina, penurunan libido, sakit kepala, jerawat dan gangguan
emosi.
5. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik
Mekanisme kerja Depo-Provera berbeda dari mekanisme kerja metoda yang hanya mengandung
progestin berdosis rendah, karena disamping penebalan mucus serviks dan perubahan
endometrium, kadar progestin didalam sirkulasi cukup tinggi untuk menghambat lonjakan LH,
secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Supresi FSH tidak terjadi sehebat supresi pada
kontrasepsi oral kombinasi, dan karenanya pertumbuhan folikel dipertahankan secara memadai,
untuk memproduksi kadar estrogen dalam fase folikular dini siklus haid normal. Gejala
defisiensi estrogen seperti atrofi vagina atau berkurangnya ukuran payudara tidak terjadi.
6. Cara pemakaian alat kontrasepsi suntik
a. Sedang menstruasi (sampai hari ke7)
b. Bila sedang menstruasi atau menstruasi hari ke 8 atau lebih, boleh disuntik, namun memakai
perlindungan ganda (kondom) selama 2 x 24 jam.
c. Sedang menyusui (segera setelah nifas, 6 minggu).
d. Tidak menyusui dan belum haid > 6 minggu, asal yakin tidak sedang hamil, atau diberikan
perlindungan ganda sampai haid, lalu mulai disuntikan.

e. Pada pasca keguguran (post abortum), dapat diberikan segera setelah kuretase atau sewaktu
ibu hendak pulang dari rumah sakit 30 hari pasca abortus, asal ibu belum hamil lagi. Dalam masa
interpal diberikan pada hari 1-5 haid depo-provera disuntikkan secara intramuscular pada otot
bokong (musculus gluteus) agak dalam.
7. Efektivitas kontrasepsi suntik.
Efektifitasnya tinggi, cara pemberian sederhana, cukup aman, kesuburan dapat kembali setelah
beberapa lama dan cocok untuk ibu menyusui bayinya.
8. Keuntungan memakai alat kontrasepsi suntik
a. Tidak terpengaruh faktor lupa dari pemakai.
b. Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan atau menjarangkan
kehamilan dalam jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali.
c. Tidak menggangu hubungan suami istri.
d. Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif.
e. Tidak menggangu laktasi (menyusui), baik dari segi kwantitas maupun kualitas.
f. Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap resiko kehamilan.
g. Dapat dipakai segera setelah masa nifas.
h. Dapat dipakai segera setelah melahirkan.
i. Membantu mencegah terjadinya kehamilan diluar kandungan.
j. Membantu mencegah kanker endometrium (rahim).
k. Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium).
l. Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi.
9. Kekurangan Kontrasepsi suntik
Kekurangan kontrasepsi suntik : efek sampingnya terhadap siklus haid (menstruasi) sering tidak
menyenangkan, namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan atau penyakit. Perubahan pola
haid biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni :
a. Perdarahan bercak, dapat lama.
b. Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
c. Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang).

d. Sering menaikkan berat badan.


e. Dapat menyebabkan sakit kepala, nyeri payudara, jerawat, kurangnya libido seksual, rambut
rontok.
f. Perlu suntikan ulangan terus.
g. Perlu follow up(kontrol atau kunjungan berkala) untuk evaluasi.
h. Penanganan perubahan pola haid pada akseptor suntikan adalah haid yang tidak teratur.
Penanganannya sebagai berikut:
1) Berikan motivasi sehingga tidak perlu pengobatan khusus.
2) Bila perlu diobati, pertama-tama berikan obat anti perdarahan seperti Daflon, Adona AC 17,
Metergin, dan lain-lain.
3) Perdarahan yang banyak dan tidak sembuh oleh pengobatanharus dilakukan dengan kuretase.

Daftar Pustaka
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan08/204312017/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai