Anda di halaman 1dari 5

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Dalam kamus bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2005 disebutkan bahwa pragmatik adalah
yang berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa
dalam komunikasi. Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi tidaknya bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177).
Sedangkan menurut International Pragmatics Association (IPRA) yang dimaksud dengan
pragmatik ialah penyelidikan bahasa yang menyangkut seluk belum penggunaan bahasa dan
fungsinya (dalam Soemarmo, 1987 : 3).
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah pragmatik ini secara berbeda-beda.
Yule (1996;3) menyebutkan 4 definsi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna
pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang melabihi
kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau ter
komunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak
sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Menurut Levinson (1983: 9) , ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut:
(1) Pragmatik ialah kajian dar i hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari
penjelasan pengertian bahasa. Di sini, pengertian/pemahaman bahasa menghunjuk kepada
fakta bahwauntuk mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diper lukan
juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya,
yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.
(2) Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa
mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi
kalimat- kalimat itu.(Nababan, 1987: 2)
Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek
pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan
sumbangan kepada makna ujaran ( Kridalaksana, 1993: 177).
Menurut Verhaar (1996: 14), pragmatik merupakan cabang ilmu
linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa
sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai
pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang
dibicarakan.
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai
makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks.
Sedangkan memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memper
lakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni
penggunaannya pada peristiwa komunikasi (Purwo, 1990: 31).
Morris (1960) mengatakan bahwa pragmatic merupakan disiplin ilmu
yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan
sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa
itu diinterpretasikan. yang dimaksud orang menurut definisi tersebut
adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.
Menurut Leech (1993:8), Pragmatik adalah studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang
meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak
ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.
Thomas (1995:2) mendefinisikan pragmatik dengan menggunakan
sudut pandang sosial dan sudut pandang kognitif. Dengan sudut pandang
sosial, Thomas menghubungkan pragmatik dengan makna
pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut
pandang kognitif, pragmatik dihubungkan dengan interpretasi

tuturan (utterance interpretation). Thomas (1995;2) menyebut adanya


kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian yaitu,
pertama dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan
pragmatik dengan makna pembicara. Kedua, dengan menggunakan sudut
pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran.
Selanjutnya Thomas (1995:22) dengan mengandaikan bahwa pemaknaan
merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara
dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik)
dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran, mendefinisikan
pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makan dalam interaksi.
9.
Menurut Nababan (1987 : 2) yang dimaksud dengan Pragmatik ialah
aturan-aturan pemakaian bahasa, yaitu pemilihan bentuk bahasa dan
penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai
dengan konteks dan keadaanya.Pragmatik sebagai ilmu bersumber pada
beberapa ilmu lain yang juga mengkaji bahasa dan faktor-faktor yang
berkaitan dengan penggunaan bahasa ilmu-ilmu itu ialah filsafat bahasa,
sosiolinguistik antropologi, dan linguistik terutama analisa wacana
(discourse analysis)dan toeri deiksis (Nababan, 1987).
10. I Dewa Putu Wijana (1996: 1) mengemukakan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal,
yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
11. Menurut Asim Gunarwan (dalam PELABA 7, 1994:83-84), pragmatik
adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna
kalimat yang diujarkan. Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya
(force) ujaran.
Pengertian Pragmatik
Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada
masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa warsa yang silam,
ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa.
Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk
menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan
tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa
itu digunakan dalam komunikasi (Leech, 1993: 1). Leech (1993: 8) juga
mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya
dengan situasi-situasi ujar (speech situasions).
Pragmatik sebagaimana yang telah diperbincangkan di Indonesia dewasa
ini, paling tidak dapat diedakan atas dua hal, yaitu (1) pragmatik sebagai
sesuatu yang diajarkan, (2) pragmatik sebagai suatu yang mewarnai
tindakan mengajar. Bagian pertama masih dibagi lagi atas dua hal, yaitu
(a) pragmatik sebagai bidang kajian linguistik, dan (b) pragmatik sebagai
salah satu segi di dalam bahasa atau disebut fungsi komunikatif (Purwo,
1990:2).
Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi tidaknya bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177). Menurut
Levinson (1983: 9), ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut:
(1) Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks
yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di sini,
pengertian/pemahaman bahasa menghunjuk kepada fakta bahwa untuk
mengerti sesuatu ungkapan/ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan

di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya


dengan konteks pemakaiannya.
(2) Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa
mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi
kalimat-kalimat itu.
(Nababan, 1987: 2)
Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek
pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan
sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 1993: 177). Menurut
Verhaar (1996: 14), pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat
komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan
tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan.
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai
makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks.
Sedangkan memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah
memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan konteksnya, yakni
penggunaannya pada peristiwa komunikasi (Purwo, 1990: 31).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan tentang
batasan pragmatik. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai
bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam
menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan
situasi ujaran.
Definisi pragmatik dikemukakan oleh beberapa ahli dengan redaksi
yang berbeda. Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa
pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara
pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan
linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran,
mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam
interaksi (meaning in interaction). Morris (1960) mengatakan bahwa
pragmatic merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda,
yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan
tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. yang dimaksud
orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu
penutur.
Menurut Leech (1993:8), Pragmatik adalah studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang
meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak
ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.
Yule (1996:3) menyebutkan empat definisi pragmatik , yaitu:
(1) Bidang yang mengkaji makna penutur;
(2) Bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;
(3) Bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji
makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan
(4) Bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang
membatasi participant yang terlibat dalam percakapan tertentu.

Sedangkan Levinson (1987:1) mengatakan bahwa pragmatik adalah


ilmu yang mempelajari hubungan anatara lambang dengan
penafsirannya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahawa
pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala aspek
makna tuturan berdasarkan maksud penutur.
variasi bahasa adalah ragam atau varian yang berbentuk dialek, aksen,
laras, gaya atau berbagai variasi sosiolinguistik lainnya termasuk bahasa
baku ataupun faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia,
pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang budaya
daerah, dan sebagainya. Jadi dapat diketahui bahwa ragam bahasa ialah
variasi dalam pemakaian bahasa.
Pengertian Ragam Bahasa Menurut Para Ahli :
1. Pengertian ragam bahasa menurut Bachman
Menurut Bachman (1990), ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut
pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta
menurut medium pembicara.
2.Pengertian ragam bahasa menurut Dendy Sugono
Menurut Dendy Sugono (1999), bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar,
kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.
3.Pengertian ragam bahasa menurut Fishman ed
Menurut Fishman ed (1968), suatu ragam bahasa, terutama ragam
bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup kemungkinan untuk
menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat menjadi
anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu
perlu yang perlu diperhatikan ialah kaidah tentang norma yang berlaku
yang berkaitan dengan latar belakang pembicaraan (situasi pembicaraan),
pelaku bicara, dan topik pembicaraan.
Terdapat pelbagai ragam bahasa dalam bahasa Melayu.
Antaranya:
1. Sindiran : Tidak disebut dengan tepat dan disigung
dengan berkias kepada perkara lain.
2. Menggiat : Seakan sindiran tetapi tiada kiasan.
Mengusik bersenda atau bersungguh-sungguh
sehingga lawan cakap menjadi malu
3. Mengejek : Mengata dengan perkataan yang tepat,
gaya mengajukkan keburukan
serta mempermainkan supaya nampak
kebodohan dan ditertawakan orang.
4. Terbalik : Maksud yang berlawanan daripada yang
disebut atau diperkatakan.
5. Tempelak : Mengatakan sesuatu secara tepat dan langsung
tanpa tedeng aling-aling.
6. Herdik
: Bahasa tempelak yang lebih keras dan bernada

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

mengejek.
Melampau : Membesar-besarkan dan melebih-lebihkan
daripada yang sebenarnya.
Merendah : Kebalikan atau berlawanan daripada bahasa
melampau.
Naik
: Menyebut sesuatu daripada paling rendah,
perlahan-lahan naik hingga ke puncaknya.
Turun
: Lawan kepada bahasa naik.
Merajuk : Kecewa dan berkecil hati.
Seruan/Mengeluh : Mengeluarkan perasaan kecewa tetapi
tidak dilepaskan kesemua perasaan tersebut.
Berulang : Diulang-ulang untuk menguatkan maksud
atau tujuan.
Bertimbal : Mempertentangkan dua keadaan yang
seolah-olah berlawanan.
Nafi/Bukan: Kata bukan mendahului perkataan yang
dituturkan.
Jenaka
: Menggunakan satu perkataan atau rangkaikata
ayat dengan dua makna.

Anda mungkin juga menyukai