Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Postdate
2.1.1 DEFINSI
KLB disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, prolonged pregnancy,
postterm pregnancy, extended pregnancy

atau postmaturitas di mana pengertiannya adalah

sebagai berikut: kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung
dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
(WHO 1977, FIGO 1986).
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 85)
Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia kehamilan. Disamping
itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10% lupa akan tanggal haid terakhir di samping sukar
menentukan secara tepat saat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan umumnya memakai rumus
Naegele, tetapi selain pengaruh faktor di atas masih ada faktor siklus haid dan kesalahan
perhitungan. Sebaliknya Boyce mengatakan dapat terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak
diketahui akibat masa proliferasi yang pendek.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
Kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah haid terakhir, atau 280 hari setelah
ovulasi/fertilisasi.
(Varney, Helen. 2006 : 659)
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode di
mana terjadi persalinans normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu
lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Angka kejadian kehamilan lewat
waktu kira-kira 10%; bervariasi antara 3,5-14%.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
Seringkali istilah postmaturitas dipakai sebagai sinonim dismaturitas, yang sebenarnya
hal ini tidak tepat. Posrmaturitas meruapakan diagnosis waktu yang dihitung menurut rumus
Naegele, sebaiknya dismaturitas hanya menyatakan kurang sempurnanya pertumbuhan janin
dalam kandungan akibat plasenta yang tidak berfungsi dengan baik sehingga janin tidak tumbuh
seperti biasa. Keadaan ini dapat terjadi beberapa keadaan seperti hipertensi, preeclampsia,
gangguan gizi, maupun pada KLB sendiri. Jadi, janin dengan dismaturitas dapat dilahirkan
kurang bulan, genap bulan,maupun lewat bulan.

Istilah postmatirutas lebih banyak dipakai oleh dokter ahli kesehatan anak, sedangkan
istilah postterm banyak digunakan oleh dokter ahli kebidanan. Dua istilah ini sering
menimbulkan kesan bahwa bayi yang dilahirkan dari KLB disebut sebagai postmaturitas.
Kehamilan lewat bulan (KLB) terutama berpengaruh terhadap janin, meskipun hal ini
masih banyak diperdebatkan dan sampai sekarang belum ada penyesuaian paham. Pada
kenyataannya keadaan ini mempunyai pengaruh terhadap perkembangan janin sampai kematian
janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan 42 minggu atau lebih, berat badannya terus
meningkat, ada yang tidak bertambah, ada yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya
atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen. KLB mempunyai
hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, maupun makrosomia. Resiko bagi ibu
dengan KLB dapat berupa perdarahan post partum maupun tindakan obstetric yang meningkat.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 85)
Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat
terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan
hanya 1 minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu ialah meningkatnya
risiko kematian dan kesakitan perinatal. Risiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu dapat
menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm. Di samping itu ada pula komplikasi yang lebih
sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan
post partum.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
2.1.2

ETIOLOGI

Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin serta


peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi
prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat. Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling
penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Nwosu dan kawan-kawan menemukan perbedaan
dalam rendahnya kadar cortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress
merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebba terjadinya
KLB belum jelas. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut.
1. Pengaruh progesterone:
Penurunan hormone dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan nedokrin
yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan
sensivitas uterus terhadap oksitosin sehingga bebrapa penulis menduga bahwa terjadinya
KLB adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.
2. Teori oksitosin:
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada KLB memberi kesan atau dipercaya
bahwa oksitosin dari neurohipofisis pada kehamilan lanjut diduga sebagi salah satu factor
penyebab KLB.

3. Teori kortisol/ACTH janin:


Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya persalinan
adalah janin. Hal ini diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadang kortisol plasma janin.
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone berkurang
dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada janin yang mengalami cacat bawaan seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
4. Syaraf uterus:
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan
kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada
kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi, semua hal tersebut
diduga sebagai penyebab terjadinya KLB.
5. Herediter:
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami KLB, mempunyai
kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 86)
2.1.3 MASALAH
Yang disebut kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih
dari 42 minggu. Masalah penentuan usia kehamilan tidak selalu mudah.
Masalah ibu
Masalah pada ibu yang menjadi penyebab kehamilan postmatur
1) Morbiditas/mortalitas ibu : dapat meningkat sebagai akibat dari makrosomia janin dan
tulang tengkorak menjadi lebih keras sehingga menyebabkan terjadi distosia persalinan,
incoordinate uterine action, partus lama, meningkatkan tindakan obstetrik, dan
perdarahan postpartum.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 90)
2)
3)
4)
5)

Serviks yang belum matang (70% kasus)


Kecemasan ibu
Persalinan traumatis akibat janin besar (20%)
Angka kejadian seksio sesarea meningkat karena gawat janin, distosia, dan disproporsi

sefalopelvik.
6) Meningkatnya perdarahan pascapersalinan, karena penggunaan oksitosin untuk akselerasi
atau induksi.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
Masalah Plasenta
Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol
dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan risiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan
oksigen akan menurun di samping adanya spasme.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)

Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada KLB dan
meningkatnya risiko pada janin. Perubahan yang terjadi pada plasenta adalah sebagai berikut.
1. Penimbunan kalsium : pada KLB terjadi peningkatan penimbunan kalsium, hal ini dapat
menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin intrauterin yang dapat meningkat
sampai 2-4 kali lipat. Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan progresivitas
degenerasi plasenta, namun beberapa vili mungkin mengalami degenerasi tanpa
mengalami kalsifikasi.
2. Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya berkurang, keadaan ini
dapat menurunkan mekanisme transpor dari plasenta.
3. Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema, timbunan fibrinoid, fibrosis,
trombosis intervili, dan infark vili
4. Perubahan biokimia : adanya insifisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dan
kadar DNA di bawah normal, sedangkan konsentrasi RNA meningkat. Transpor kalsium
tak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa menurun. Pengangkutan bahan dengan
berat molekul tinggi seperti asam amino, lemak dan gama globulin biasanya mengalami
gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 89)
Masalah janin
Pengaruh KLB terhadap janin sampai saat ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli
menyatakan bahwa KLB menambah bahaya pada janin, sedangkan beberapa ahli lainnya
menyatakan bahwa bahaya KLB terhadap janin terlalu dilebihkan. Beberapa pengaruh KLB
terhadap janin antara lain sebagai berikut.
1. Berat janin : bila terjadi perubahan anatomi yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berat janin. Sesudah umur kehamilan 36 minggu, grafik rata-rata pertumbuhan
janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah 42 minggu. Namun, sering kali
pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat janin bertambah terus
sesuai dengan bertambah umur kehamilan.
2. Sindrom postmaturitas : dapat dikenali pada neonatus melalui beberapa tanda seperti :
gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak
subkutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks
kaseosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna
cokelat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat, serta muka tampak menderita
dan rambut kepala banyak atau tebal. Tidak seluruh neonatus KLB menunjukkan tanda
postmaturitas tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20% neonatus
dengan tanda postmaturitas pada KLB. Berdasarkan derajat insufisisensi plasenta yang
terjadi tanda postmaturitas ini dapat dibagi dalam 3 stadium.
Stadium I
: kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium II
: ditambah pewarnaan mekonium pada kulit.
Stadium III : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

3. Gawat janin atau kematian perinatal menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42
minggu atau lebih, sebagian terjadi intrapartum. Keadaan ini umumnya disebabkan karena
hal-hal berikut.
1) Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya distosia, fraktur klavikula, palsi ErbDuchene (Sarwono: 2009) pada persalinan.
2) Insufisiensi plasenta dapat berakibat :
(1) Pertumbuhan janin terhambat
(2) Oligohidramnion : terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium yang kental.
(3) Hipoksia janin.
(4) Aspirasi mekonium oleh janin.
3) Cacat bawaan : terutama akibat hipoplasia adrenal dan anensefalus.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 89-90)
4) Kelainan cairan amnion ini mengakibatkan :
(1) Gawat janin,
(2) Keluarnya mekoneum,
(3) Tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin mendadak.
Walaupun dikatakan kejadiannya mencapai 10% kehamilan, namun perlu dilakukan
evaluasi ulang tentang kemungkinan kesalahan dalam estimasi umur kehamilan. Penyebab
terjadinya kehamilan lewat waktu masih merupakan tanda tanya, namun disebutkan kelainan
anatomi dan biokimia merupakan faktor predisposisi. Kehamilan lewat waktu berhubungan
dengan meningkatnya komplikasi pada ibu maupun janin.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
2.1.4 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan postmatur antara lain:
1) Kematian janin dalam rahim akibat insufiensi plasenta karena menuanya plasenta.
2) Kematian neonatus yang tinggi.
3) Asfiksia.
(Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010 : 224)
4) Anak besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik.
5) Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi
meninggal.
6) Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)

2.1.5

DIAGNOSIS

Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis KLB
karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur kehamilan bukan

terhadap kondisi dari

kehamilan. Beberapa kasus yang ditanyakan sebagai KLB merupakan kesalahan dalam
menentukan umur kehamilan. Lipsthutz menyatakan bahwa kasus KLB yang tidak dapat
ditegakkan secara pasti sebesar 22%. Dalam menentukan diagnosis KLB di samping dan riwayat
menstruasi, sebaiknya dilihat pula dari haisl pemeriksaan antenatal.
1. Riwayat haid
Diagnosis KLB tidak sulit untuk ditegakkan bila hari pertama haid terakhir (HPHT)
diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa criteria
antara lain sebagai berikut:

1) Penderita harus yakin betul dengan HPHTnya


2) Siklus 28 hari dan teratur
3) Tidak minum pil antihamil stidaknya 3 bulan terakhir
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus Naegele.
Berdasarkan riwayat menstruasi, seorang penderita yang ditetapkan sebagai KLB kemungkinan
adalah sebgai berikut
1) Terjadi kesalahan dlam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat menstruasi
abnormal.
2) Tanggal haid terakhir diketahui jelas namun teradi keterlambatan ovulasi
3) Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang berlangsung lewat
bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh penderita yang diduga KLB)
2. Riwayat pemeriksaan antenatal
1) Tes kehamilan: bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologi setelah terlambat 2
minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah ber;angsung 6 minggu.
2) Gerak janin: gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu pada umur
kehamilan 18 minggu, sedangkan multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum untuk
menentukan persalinan adalah quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau
ditambah 24 minggu pada multiparitas
3) Denyut jantung janin: dengan stetoskop Laennec, DJJ dapat didengar pada usia
kehamilan 10-12 minggu.
4) Pernoll menyatakan bahwa kehamilan dapat dinyatakan sebgai KLB bila terdapat 3 atau
lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan berikut ini.
(1) Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
(2) Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler.
(3) Telah lewat 24 minggu seak dirasakan gerak janin pertama kali.
(4) Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan stetoskop Laenec.
3. Tinggi fundus uteri
Dalam trimester I, pemeriksaan tinggi fundus uteri dapat bermanfaat bila dilakukan
pemeriksaan secara berulang tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat
menentukan umur kehamilan secara kasar. Selanjutnya umur kehmailan dapat ditentukan secra
klasik maupun memakai rumus McDonald: TFU dalam cm x 8/7 menunjukkan umur kehamilan
dalam minggu.
Pemeriksaan lainnya adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pada trimester I pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-rump length) memberikan
ketepatan sekitar 4 hari dari taksiran persaliann. Pada umur kehamilan sekitar 16-26
minggu ukuran diameter biparietal dan panjang femur memberikan ketepatan 7 hari dari
taksiran persalinan.
Beberapa parameter dalam pemeriksaan USG uga dapat di[akai seperti lingkar perut,
lingkar kepala, dan beberapa hasil pemeriksaan parameter seperti tersebut diatas. Taksiran
persalinan tidak dapat ditentukan secara akurat bilamana BPD >9,5 cm dengan sekali saja
pemeriksaan USG (tunggal).
2. Pemeriksaan radiologi
Umur kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran epifisis femur
bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamialn 32 minggu, epifisis tibia proksimal
terlihat setelah umur kehamilan 36 minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40

minggu. Cara ini sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat
penulangan sering kali sulit, juga sering memberikan pengaruh tidak baik terhadap janin.
3. Pemeriksaan cairan amnion
1) Kadar lesitin/spingomielin
Bila kadar lesitin/spingomielin sama, maka umur kehamilan sekitar 22-28 minggu,
lesitin 1,2 kali kadar spingomielin: pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk
menentukan KLB, tetapi hanya digunakan untuk menetukan apakah janin cukup
umur/ matang untuk dilahirkan.
2) Aktivitas tromboblastin cairan amnion(ATCA).
Hastwell berhasil membuktikan bahwa cairan amnion mempercepat waktu
pembekuan darah. Aktivitas ini meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan.
Yaffe menyatakan bahwa pada umur kehamilana 41-42 minggu ACTA berkisar antara
45-46 detik. Bila didapat ACTA antara 42-46 detik, maka menunjukkan bahwa
kehamilan berlangsung lewat waktu.
3) Sitologi cairan amnion
Pengecekan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan amnion. Bila
jumpah sel yang mengandung lemak melebihi 10%, amka kehamilan diperkirakan 36
minggu dan apabila 50% atau lebih, maka umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012 : 86-87)
4. Pemeriksaan penampilan jantung janin
(1) Tes tanpa kontraksi (NST)
Hasil NST tidak reaktif memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti tes dengan
kontraksi atau tes biofisik. NST hendaknya dilakukan seminggu 2 kali.
(2) Menilai kematangan serviks
Menilai derajat kematangan serviks biasanya mempergunakan skor Bishop yang telah
dimodifikasi. Serviks belum matang bila skor Bishop kurang dari 5.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
2.1.6

PENCEGAHAN

Pencegahan kehamilan postmatur dapat dilakukan dengan:


1) Konseling antenatal yang baik.
2) Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan tidak naik,
oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa untuk konfirmasi umur
kehamilan dan mencegah komplikasi.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)
2.1.7

PENANGANAN

Pengelolaan kehamilan lewat waktu kita awali dari umur kehamilan 41 minggu. Hal ini
disebabkan meningkatnya pengaruh buruk pada keadaan perinatal setelah umur kehamilan 40
minggu dan meningkatnya insidensi janin besar.
Namun untuk mengurangi beban dan kepraktisan dari bidan dan Puskesmas akan dirujuj
bila umur kehamilan > 41 minggu. Bila kehamilan > 40 minggu, ibu hamil dianjurkan
menghitung gerak janin selama 24 jam (tidak boleh kurang dari 10 kali), atau menghitung jumlah
gerakan janin per satuan waktu dan dibandingkan apakah mengalami penurunan atau tidak.
Pengelolaan persalinan

1. Bila janin sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dai
derajat kematangan serviks.
2. Bila serviks matang (Skor Bishop > 5)
1) Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin > 4000 gram,
lakukan seksio sesarea.
2) Pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter spesialis

anak apalagi bila ditemukan mekoneum mutlak diperlukan. Pada serviks belum
matang (Skor Bishop > 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak diakhiri.
3) NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan
dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu 2 kali.
4) Bila ditemukan oligohidramnion (> 2 cm pada kantong yang vertikal atau indeks
cairan amnion > 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka dilakukan
induksi persalinan.
5) Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dengan kontraksi (CST)
harus dilakukan. Hasil CST positif, janin perlu dilahirkan, sedangkan bila CST negatif
kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
6) Keadaan serviks (Skor Bishop) harus dinilai ulang tiap kunjungan pasien, dan
kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
3. Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasin seperti diabetes mellitus,
preeklampsia, PJT, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja
kehamilan dengan risiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.
Pengelolaan intrapartum
1.
2.
3.
4.
5.

Pasien tidur miring sebelah kiri.


Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin.
Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal.
Perhatikan jalannya persalinan.
Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi,
hipovolemi, hipotermi dan polisitemi.
Mencegah aspirasi mekoneum

Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan resusitasi
sebagai berikut :
1) Panghisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir.
2) Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian vantilasi dengan tekanan positif
ditangguhkan dahulu sampai trakea telah diintubasi dan penghisapan yang cukup.
3) Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.
KLB merupakan masalah yang banyak dijumpai dan sampai saat ini pengelolaannya
masih belum memuaskan dan masih banyak perbedaan pendapat.
Perlu ditetapkan terlebih dahulu bahwa setiap KLB dengan komplikasi spesifik seperti diabetes
mellitus, kelainan faktor rhesus atau isoimunisasi, preeklampsia/eklampsia, hipertensi kronis dan
lain sebagainya yang meningkatkan risiko terhadap janin, kehamilan jangan dibiarkan
berlangsung lewat bulan.

Demikian pula pada kehamilan dengan faktor risiko lain seperti primitua, infertilitas, dan
riwayat obstetrik yang buruk. Tidak ada ketentuan atau hukum yang pasti dan perlu
dipertimbangkan masing-masing kasus dalam pengelolaan KLB.
Beberapa masalah yang sering dihadapi pada pengelolaan KLB antara lain sebagai berikut
1. Pada beberapa penderita, umur kehamilan tidak selalu dapat ditentukan dengan tepat
sehingga janin bisa saja belum matur seperti yang diperkirakan.
2. Sulit untuk menentukan apakah janin akan mati, berlangsung terus, atau mengalami
morbiditas serius bila tepat dalam rahim.
3. Sebagian besar janin tetap dalam keadaan baik dan tumbuh terus sesuai dengan
tambahnya umur kehamilan dan tumbuh semakin besar.
4. Pada saat kehamilan mencapai 42 minggu, pada beberapa penderita didapatkan sekitar
70% serviks belum matang/unfavourable/dengan nilai Bishop rendah sehingga induksi
tidak selalu berhasil.
5. Persalinan yang berlarut-larut akan sangat merugikan bayi postmatur.
6. Pada KLB sering terjadi disproporsi kepala panggul dan distosia bahu (8% pada
kehamilan genap bulan, 14% pada KLB)
7. Janin KLB lebih peka terhadap obat penenang dan narkose.
Bedah sesar akan menimbulkan cacat pada ibu, sekarang maupun untuk kehamilan
berikut (risiko SC 0,7% pada genap bulan dan 1,3% pada KLB)
8. Pemecahan kulit ketuban harus dengan pertimbangan matang. Pada oligohidramnion
pemecahan kulit ketuban akan meningkatkan risiko kompresi tali pusat, tetapi sebaliknya
dengan pemecahan kulit ketuban akan dapat diketahui adanya mekonium dalam cairan
amnion.
(Fadlun, Achmad Feryanto. 2012)
2.1.8

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis bayi yang lahir dari kehamilan postmatur meliputi:


1)
2)
3)
4)
5)

Menghilangnya lemak subkutan.


Kulit kering, keriput, atau retak-retak.
Pewarnaan mekonium pada kulit, umbilikus dan selaput ketuban.
Kuku dan rambut panjang.
Bayi malas.
(Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010)

2.1.9

PENILAIAN KLINIK

Sebelum melakukan intervensi, kita harus menilai kembali tentang kehamilannya untuk
memperoleh umur kehamilan yang benar. Pemeriksaan ultrasonografi janin sangat bermanfaat
untuk memeriksa adanya kelainan kongenital, presentasi janin, taksiran berat janin, kondisi
plasenta, volume cairan amnion. Pemeriksaan ultrasonografi tidak bisa menentukan umur
kehamilan secara tepat apabila kehamilannya sudah lanjut.
Menilai pasien
Menentukan taksiran persalinan
Menentukan taksiran persalinan merupakan bagian terpenting dari perawatan antenatal,
karena akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Menentukan saat persalinan lebih tepat dan

dapat dipercaya bila dilakukan pada kehamilan dini. Kemampuan ini perlu ditekankan di tingkat
masyarakat dan Puskesmas sejak kehamilan 41 minggu, apabila sudah masuk 42 minggu perlu
dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten.
Menilai janin
Bila kehamilan lewat waktu direncanakan untuk tidak segera dilahirkan, kita harus
mempunyai keyakinan bahwa janin dapat hidup terus di dalam lingkungan intrauterin. Penilaian
janin tentunya disesuaikan dengan kemampuan fasilitas kesehatan. Di tingkat komunitas dan
Puskesmas kemampuan penilaian janin terbatas. Penilaian berikut ini dimungkinkan di tingkat
Rumah Sakit Kabupaten.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)

DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Achmad Feryanto. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:
TIM.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka.
Anwar, Mochammad. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saiffudin, Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=568.0
Perpustakaan Nasional. 2005 :811
http://www.scribd.com/doc/19461675/Persalinan-Preterm-Dan-Postterm,

2.2 Konsep Manajemen


KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN PADA POSTDATE
I.
A.

PENGKAJIAN
Data Subyektif
Riwayat persalinan dan kehamilan yang lalu
Pada kehamilan lewat waktu dapat langsung dilakukan SC apabila tergolong resiko
tinggi (kehamilan lewat waktu dengan infertilitas, primipara tua [usia lebih dari 35
tahun], riwayat kehamilan dan persalinan buruk, disertai kelainan letak terdapat
asfiksia intra uterin).
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan bidan (2010:300)

Riwayat kontrasepsi
Mempergunakan kontrasepsi hormonal baik suntik KB atau pun Pil KB juga bisa
membuat lupa hari pertama dari haid yang terakhir.
http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=568.0

Suku bangsa
Juga terdapat bukti bahwa lama gestasi bervariasi berdasarkan ras, yang
mengakibatkan perbedaan dependen-ras dalam insiden lewat waktu.
Walsh, Linda V. 2007 :463

Riwayat menstruasi
HPHT harus yakin, siklus teratur 28 hari, tidak minum pil antihamil setidaknya 3
bulan terakhir.menentukan kehamilan postmatur dengan menggunakan rumus Neagle
dihitung dari HPHT dan brdasarkantaksiran persalinan (280 hari/40 minggu) dari
HPHT
Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). 2010: 224

Gerak janin
Gerakan janin menurun. Setelah melewati waktu 42 minggu gerak janinnya makin
berkurang dan dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009 : 307
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. 2010 : 298

Status Ekonomi
Kelas social ekonomi mempengaruhi.
Keluhan utama

Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu


Gerakan janin makin berkurang dan kadang- kadang berhenti sama sekali
Berat badan ibu mendatar atau menurun
Air ketuban berkurang.

Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan bidan(2010:225)

Riwayat keturunan
Ibu yang postterm, anak perempuannya juga postterm.
http://www.scribd.com/doc/19461675/Persalinan-Preterm-Dan-Postterm ,

B. Data Obyektif
DJJ
Dengan menggunakan Stetoskop Laennec, akan terdengar pertama kali umur 18-20
minggu. Sedangkan bila menggunakan Doppler akan terdengar pada usia kehamilan
10-12 minggu.
Tinggi fundus
Pengukuran TFU serial dengan cm akan memberikan informasi mengenai usia gestasi
lebih tepat.
Ilmu Kebidanan. 2005 : 319

USG
Pemeriksaan USG janin sangat bermanfaatuntuk memeriksa adanya kelainan
kongenital, presentasijanin, taksiran berat janin, kondisi plasenta, volume cairan
amnion.
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009 : 306

ANALISA
G.PAH. UK > 42 minggu dengan postdate
PENATALAKSANAAN
1.

Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan,


ibu memahami

2.

Mengobservasi kemajuan persalinan, hasil terlampir

3.

Mengajarkan teknik relaksasi, ibu dapat melakukan dengan baik

4.

Melakukan advice dr. Andoko,


- Injeksi ceffotaxim 3x1 gr
- Pemberian cytotex tab pervaginam

5.

Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan, ibu didampingi suami

6.

Melakukan observai tanda bahaya, kemajuan persalinan, dan


kesejahteraan janin, hasil terlampir

Anda mungkin juga menyukai