Anda di halaman 1dari 14

Definisi Jilbab.

Hijab: , adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti penghalang. Pada beberapa
negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata hijab lebih sering merujuk
kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Namun dalam keilmuan, hijab
lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan
Agama.
.
. .
.
[ 1]
.
.
.
Artinya:
Jilbab dalam budaya Islam adalah untuk penutup tubuh wanita. arti dan makana jilbab
tersebut adalah hipotesis terhadap perempuan sebab di sebagian besar sekte Islam
telah terjadi perbedaan pendapat. Jilbab adalah tirai, untuk menutupi tubuh, dan
seorang wanita yang tertutup auratnya biasanya disebut wanita berjlbab di kalangan
Arab dan Islam. Ada konsensus ulama Islam menyatakan bahwa hukumnya jilbab bagi
perempuan muslim diperintahkan, meskipun mereka berbeda pendapat ada beberapa
pendapat mengatakan bahwa perempuan harus menutupi semua tubuhnya, termasuk
wajah dan tangan, sementara masih sebagian besar mengungkapkan wajah dan
tangan saja. Dar al-Ifta Mesir menyatakan bahwa ada consensus bahwa, Jilbab
merupakan bagian dari agama. Namun demikian di era modern ini muncul aliran
menentang jilbab dengan alasan bahwa hal itu tidak wajib, tetapi kebiasaan.
Perbedaan Tentang Menggunakan Jilbab.
Bagi sebagian umat Islam, eksistensi jilbab memang tidak bisa ditawar-tawar lagi
sebagai kewajiban individual (fardhu ain) yang bersifat mutlak, dalam arti wajib
dikenakan oleh wanita muslim di setiap situasi dan kondisi apapun dalam pergaulan
sosial. Mereka memahami bahwa perintah jilbab adalah qathi (tegas) dalam Alquran
dan diperkuat oleh hadis-hadis tentang pakaian. Di dalam sistem kemazhaban fikih,
Imam Malik, al-Syafii, dan Ahmad termasuk berpendapat demikian.
Bagi sebagian umat Islam lain, kewajiban jilbab tidak mutlak dan masih bisa ditawar
untuk tidak digunakan dalam kondisi dan situasi sosial-ekonomi tertentu, seperti bagi
kaum muslimah miskin yang terpaksa bekerja di luar rumah, di mana dalam banyak
aktivitas mereka kesulitan untuk mengenakan jilbab secara sempurna. Pada dasarnya,
pandangan ini tetap memegang qathiyyah (ketegasan) perintah jilbab dalam Alquran,
namun mereka menitikberatkan pada illah (alasan) hukum yang selalu berubah,
sehingga berimplikasi pada perubahan status hukum sesuai perubahan situasi dan
kondisi. Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah dikatakan dalam beberapa literatur termasuk
ulama yang membolehkan, dalam arti kewajiban berjilbab hanyalah semampu orang
bersangkutan.
Akan tetapi, bagi sebagian umat Islam yang lain lagi, jilbab itu hanyalah simbol budaya
Arab yang tidak bisa dipaksakan kepada kawasan budaya lain yang tidak mengenal

jilbab sama sekali. Bagi mereka, perintah jilbab tidaklah qathi lantaran hanya
diungkapkan dalam bentuk simbolik kearaban, yang secara formal berarti hanya
muslimah (Arab) yang berbudaya jilbab yang terikat dengan perintah itu. Sedangkan
muslimah lain yang hidup di kawasan budaya yang tidak pernah mengenal jilbab hanya
terikat secara substansial untuk menutup aurat yang kadarnya pun boleh jadi berbedabeda antar satu kawasan dengan kawasan lain, atau antara satu zaman dengan zaman
lain.
Pada dasarnya, Islam adalah ajaran agama yang utuh (kaffah) dan juga untuk semua
termasuk non muslim. Ajaran Islam bukan hanya menekankan pada aspek dzahiri
(eksoteri) tetapi juga lebih menekankan pada aspek bathiniy (esoteric), dalam hal ini
saya mengartikan jilbab adalah pada sisi keduanya dan apalah artinya jilbab jika
perilaku pemakainya justru menodai jilbabnya dan agama. Banyak kita temui di jalan
perempuan mengenakan jilbab tetapi tidak sama sekali mencerminkan bahwa dia
berjilbab. Bagaimanapun di perdebatkanya jilbab tentu tiada akan pernah ada habisnya
sebab sebagian kalangan menganggap itu adalah budaya. Akan tetapi jilbab hati
adalah satu-satunya yang tidak bisa di tawar lagi, bahwa hati memang harus di jilbapi
agar tidak berperilaku buruk, korup, porno, dan lainya. Betapa anggun dan wibawanya
wanita yang telah menjaga hati dan dapat mengenakan jilbab sebagai simbol pribadi
yang shalehah dan tidak menonjolkan keseksian tubuh yang banyak mengandung
kemadharatan.
Dalil Tentang Jilbab.
QS. An Nur : 31 Katakanlah kepada wanita yang beriman,hendaklah mereka menahan
pandangannya dan menjaga memaluannya serta tidak menampakan perhiasan
kecuali(yang biasa ) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain
kerudungnya ke dada mereka
QS.Al-Ahzab:59 wahai nabi, Katakanlah kepada Istri-Isrtimu,anak-anakmu, dan wanitawanita kaum muslimin agar mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka,
yang demikian itu supaya merekalebih mudah untuk dikenal, karenaitu mereka tidak
diganggu . Dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah Ra. Ia berkata : Semoga Allah wanita-wanita
pertama yang berhijrah(muhajiraat),yaitu ketika Allah menurunkan firman-Nya
hendaklah mereka menutupkain kerudung ke dada mereka .
Perintah Memakai Hijab
Allah Subhanahu wa Taalaa berfirman memerintahkan kepada Rasul-Nya agar
menyuruh para wanita mukmin seluruhnya, begitu juga kehususan perintah kepada
isteri-isteri dan anak-anak beliau karena kemuliaan mereka, untuk menjulurkan atau
menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Tujuannya agar mereka mudah untuk dikenali dari para wanita jahiliyah dan hambahamba sahaya perempuan. Jilbab sendiri adalah sejenis selendang panjang yang
diletakkan melapisi kerudung. Penafsiran jilbab seperti ini dikemukakan oleh Ibnu
Masud, Ubaidah, al-Hasan al-Bashri, Said bin Jubair, Ibrahim an-Nakhai, Atha alKhurasani dan banyak ulama lainnya. Jilbab pada saat sekarang adalah sama

denganizar (kain). Al-Jauhari berkata, Jilbab adalah kain yang menutupi seluruh
tubuh.
Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas radhiyallohuanhumaa, ia berkata,
Allah memerintahkan para wanita mukmin, bila mereka keluar dari rumah-rumah
mereka untuk sebuah keperluan, hendaknya mereka menutupi wajah-wajah mereka
dari atas kepala mereka dengan jilbab. Hingga yang tampak dari mereka adalah
sebuah biji mata saja. (Ath-Thabari, XX/324)
Muhammad bin Sirin berkata, Aku bertanya kepada Ubaidah as-Salmani tentang
firman Allah Subhanahu wa Taalaa, Hendaknya mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka., maka Ubaidah langsung menutup wajah dan kepalanya
serta menampakkan mata kirinya saja. (Ath-Thabari, XX/325)
Firman Allah Subhanahu wa Taalaa, Yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, yakni, jika mereka
menutupkan jilbab ke seluruh tubuh, niscaya akan mudah dikenal bahwa mereka itu
adalah wanita-wanita mukmin yang merdeka. Mereka bukan hamba sahaya dan bukan
pula pelacur, dan mereka tidak akan diganggu.
Ulama.
Menurut Muhammad Nashiruddin Al Albany kriteria jilbab yang benar hendaklah
menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak, jilbab bukan merupakan
perhiasan, tidak tipis, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, tidak disemprot
parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita non muslim
dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas diri.
Menurut Prof.Quraish Shihab bahwa perempuan boleh tidak berjilbab/jilbab bukanlah
suatu kewajiban. Pernyataan ini ditegaskan pada acara peluncuran bukunya, M.
Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan di Fab Cafe, Gramedia Grand
Indonesia, Jakarta Pusat. Yang penting pakaiannya terhormat. Quraish tidak
menjelaskan detil perihal pakaian terhormat yang dia maksud. saat diminta penjelasan
tentang istilah pakaian terhormat, Quraish hanya mengatakan bahwa memang ada
ulama yang berpendapat demikian itu tanpa menjelaskan secara rinci. Butuh waktu
yang panjang untuk membahas ini (pakaian terhormat). Bukan di sini saatnya, papar
dia, dihadapan wartawan media cetak dan elektronik yang hadir. Tapi berjilbab itu lebih
baik.
Sementara itu, pakar hukum Islam yang juga Wakil Majelis Fatwa Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat, Dr. Ahmad Zain An-Najah, sempat memberikan
tanggapan terhadap pandangan Prof. Dr. M. Quraish Shihab tentang jilbab ini. Menurut
peneliti INSIST ini, seluruh ulama sepakat bahwa jilbab wajib untuk perempuan.
Hukum Jilbab Dan Pandanganya Beberapa Negara.
.


628
885 , 763
( 1359: )

) 1270:( .
[ 6]:
- - . :

.
.. -

.
.
.
.
.
.
.




. .




. .

.

.
.

.
.
.
]:
.
.
.

.
][


..




.

[]. 2008
].
- -
].
][
][ .
].
1979 Iran:
.
60 - 6 .
)( . ]
[16.
:
. 2004 ][17
) Iraq: ][
(
[].
:

1
[].
][ : 1981
108 . 2005
108

[ .
. 2011
: 10 2004
.
.
.
Artinya: Mayoritas ulama Islam mengharuskan jilbab (penutup) kecuali wajah dan
tangan. Dan ulama kontemporer Sheikh Gad al-Haq mantan syekh Al-Azhar dalam
bukunya menyatakan; perempuan diperintahkan menggunakan niqab dan jilbab, Syekh
Al-Qaradhawi dan Sheikh Mohammed al-Ghazali dan Syekh Hubert dan sarjana juga
berpendapat sama, Sheikh Albania dalam buku-bukunya mengatakan telah terjadi
perbedaan pendapat dikalangan ulama. Qattan Fassi-Maliki (almarhum) lebih pada
mempertimbangkan, Syekh Ibnu Mofleh Hanbali meninggal 763 AH dan pendapatnya
tentang jilbab ada di bukunya tentang seni jilbab dan legitimasinya. Sheikh Mardaawi
Damaskus Salhi Hanbali (meninggal) 885 AH memiliki buku mengetahui lebih dalam
tentang hijab dan perngketaanya. Dan dan Syekh Ibnu Badis (almarhum: 1359 e) dalam
kitab efek Ben Badis dan Imam Mahmoud Aloosi (wafat: 1270) dan ulama lainnya.
Sheikh Qardawi dalam fatwa kontemporer: hendaknya tidak semata mengambil hadist

yang hanya diriwayatkan dari Ahmad - dan hanya pandangan beberapa Syaafii,
hendaknya mengambil dari dalil tempat lain (hiperbola). Hijab dalam beberapa
lingkungan dan di era Islam adalah tradisi dan diperkenalkan oleh orang-orang untuk
alasan keamanan wanita menurut mereka, bukanlah apa yang diperintahkan oleh
Islam. Kaum Muslim telah sepakat pada legitimasi perempuan adalah untuk menjadi
barisan mereka di belakang laki-laki.
Para sarjana berpendapat bahwa ayat tersebut, tidak mengungkapkan perhiasan
mereka dengan jelas, apakah termasuk ke dalam isi dari wajah dan tangan karena
beberapa pendapat Ibnu Abbas ia menafsirkan ini sebagai Ibn Abi Shaybah dan alTabari dan menyaksikan satu lagi cerita oleh Ibnu Abi Shaybah. Serta sebuah cerita
tentang Ibnu Umar Ibn Abi Shaybah. Hal ini juga membuktikan bahwa Ibnu Abbas
dipanggil Nabi Muhammad, bahwa Allah telah mengatakan tentagg agama merupakan
yurisprudensi, hal tersebut sebagaimana pendapat Hibban, dalam riwayatnya imam
Ahmad dalam Musnad-nya dan dalam Sahih Bukhari.

Penafsiran Abbas dan Ibnu Umar bahwa Islam sangat menghormati apa yang
telah menjadi praktek dan kebiasaan. Kebiasaan di beberapa masyarakat
yang tidak menutupi wanita dan wajahnya dan telapak , karena kebiasaan
ahli hukum pengadilan mengatakan pertimbangan nya. Pengadilan biasanya
mempunyai dasar yang disebutkan dalam Kitab utama doktrinal fatwa Ibnu Hajar. Dan
kebiasaan sebagai hokum juga tercantum dalam buku ilmu Yurisprudensi Syekh Abdul
Wahab. Dan terbukti dalam Musnad Ahmad bahwa adat dan kebiasaan tersebut ada
dalam riwayat Salamah bin al-Naim bin Masood Ashjai dari ayahnya, Naim
mengatakan, aku mendengar Rasulullah saw mengatakan bahwa ketika ia membaca
sebuah buku, Musaylamah pembohong mengatakan
Pengadilan dan adat dalam Islam telah dianggap tidak bertentangan dan
dikategorikanilmu yurisprudensi sebagaimana yang dinyatakan Syekh Abdul Wahab. Ini
berarti bahwa mengungkapkan tergantung biasanya datang teks deteksi larangan tidak
masuk ke dalam seperti kebiasaan yang menghormati Islam seperti baik dan deteksi
Kurban, rambut, dan sebagainya.
Para ahli percaya bahwa ada kondisi yang harus dipenuhi dalam jilbab, tetapi mereka
berbeda dalam kondisi ini. Menurut Dar Mesir al-Ifta, Dewan Tertinggi Urusan Islam,
ketentuan jilbab adalah:
Yang mencakup auratnya wanita kecuali wajah dan tangan, menurut beberapa.
Jadilah tebal tidak menjelaskan apa yang di bawah tubuh.
Janganlah ketat atau longgar menggambarkan tubuh.
Tidak menjadi gaun yang sama laki-laki.
Pemikir Sayyid Qimni dalam sebuah artikel berjudul posisi jilbab antara kebajikan orang
Arab, mengatakan bahwa Quran tidak memaksakan jilbab pada wanita Muslim tidak
disebut atau ditentukan, dan bahkan jika dipaksakan seperti yang mereka katakan,
adalah untuk menutupi tangan dan kepala, dimana itu kebiasaan lingkungan gurun. .
Qimni percaya bahwa ayat-ayat Alquran memerintahkan wanita merdeka pada saat misi

untuk menutupi dadanya sebagai wanita bebas untuk Keunggulan budak, agar tidak
mengalami pelecehan atau membahayakan.

Dari sudut pandang pemikir Gamal al-Banna, menekankan bahwa jilbab yang
dikenakan oleh wanita pada waktu itu adalah tradisi modis dan kebiasaan
sosial, dan apa yang datang dalam Al Quran yang menutupi dada dan tidak
pengenaan jilbab. Banna mengutip dalam Sahih Bukhari bahwa perempuan
dengan laki-laki di satu di era Nabi Muhammad dan Khalifah Abu Bakar dan
bagian dari pemerintahan Khalifah Umar ibn al-Khattab, konsekuensi dari
pengungkapan ini rambut wajah dan lengan untuk berdoa . Al-Azhar pada
tahun 2008 melarang buku yang berjudul Muslimah antara Quran dan ahli
hukum buku tersebut mengatakan jilbab adalah untuk menutupi dada
wanita..
Dan setuju Dr Ahmed Sobhi Mansour - pemimpin spiritual jilbab yang
dimaksudkan untuk menutupi dada, dan jubah yang terkandung dalam Al-Quran berarti
untuk menutupi kaki .

Penyebaran geografis jilbab di banyak negara mayoritas Muslim pada


umumnya, seperti Arab Saudi dan Yaman, termasuk tabir yang menutupi
wajah atau niqab dan disebut kode pakaian Islam dan warna hitam, dan diikuti
oleh Iran, yang menggantikan kerudung kadang, serta penyebaran jilbab dan
niqab di Pakistan dan Afghanistan. Berbeda apakah akan memakai jilbab dan
bentuk populasi jilbab tergantung pada lingkungan, kebiasaan dan tradisi
yang memainkan peran penting di samping rezim yang berkuasa, di beberapa
negara, jilbab adalah wajib dan sebagian dari mereka dicegah, namun
sebagian besar negara-negara ini adalah salah satu hal kebebasan pribadi.
Negara-negara di mana jilbab adalah wajib, Arab Saudi.
Arab Saudi wajib jilbab dikenakan pada perempuan, apakah mereka memiliki
kunjungan atau dikunjungi. Undang-undang mengharuskan perempuan untuk
mengenakan jilbab Arab Saudi dan perempuan asing.
Iran: sejak pecahnya Revolusi 1979 wanita Muslim atau wanita non-Muslim
diwajibkan mengenakan jilbab. tidak memakai jilbab dihukum jangka waktu
antara sepuluh hari dan dua bulan, atau denda setara dengan antara 6 - $ 60.
Pada periode terakhir, polisi Iran memperingatkan pemilik toko pakaian wanita
menampilkan boneka display tanpa jilbab. Malaysia: Kuala Terengganu utara
Malaysia jilbab wajib dipakai terhadap perempuan Muslim dan non-Muslim
sejak tahun 2004, dan telah memaksakan bahkan bekerja di sektor swasta
Upaya untuk memaksakan jilbab di beberapa negara Irak: terpaksa gadis
(Muslim dan non-Muslim) memakai jilbab karena takut pemukulan, penculikan

dan pembunuhan milisi


Kuwait: memaksa perempuan untuk menghormati hukum Islam, tetapi
Mahkamah Konstitusi menolak banding karena ketentuan dalam hukum Islam
tidak memiliki kekuatan melakukan aturan-aturan hukum hanya jika intervensi
dari legislator dan tidak memiliki kekuatan diri dan membatasi mengenakan
jilbab.
Tunisia: Tunisia mengeluarkan surat edaran pada tahun 1981 di bawah Presiden Habib
Bourguiba, yang dikenal sebagai publikasi 108, Publikasi ini menggambarkan pakaian
sektarian jilbab. Dengan dimulainya tahun ajaran pada bulan September 2005 untuk
meluncurkan pejabat pendidikan di Tunisia kampanye besar-besaran untuk
menerapkan publikasi mencegah siswa perempuan bercadar masuk sekolah dan
perguruan tinggi, dan penyimpangan didorong ke kantor polisi untuk menyelidiki mereka
yang bertanggung jawab di mana dipaksa untuk menandatangani janji untuk tidak
mengenakan jilbab. Larangan ini tetap sampai jatuhnya rezim mantan Presiden Zine El
Abidine Ben Ali pada Januari 2011.
Prancis: Parlemen Perancis pada 10 Februari 2004 hukum melarang pemakaian
simbol-simbol keagamaan, apakah fenomena jilbab atau salib besar atau Bintang Daud
atau Alterban Sikh Turban di sekolah umum dan melestarikan identitas Negara sekuler.
Undang-undang ini disahkan oleh mayoritas dan menghukum siswa yang tidak
berkomitmen. Hal Ini disambut dengan reaksi tercela dan marah di beberapa bagian
negara-negara Islam.
Jilbab di Eropa.
Orang Prancis menginginkan UU anti-jilbab diperluas hingga ke sektor swasta. Jajak
pendapat menyebutkan lebih dari 80 persen orang Prancis menginginkan
pemberlakuan hukum anti-jilbab yang lebih keras di negara Eropa ini. Sekitar 86 persen
mendukung UU yang melarang semua tanda-tanda agama atau afiliasi politik di sekolah
swasta dan tempat penitipan anak. Survei dilakukan sebuah pusat opini dan pemasaran
Perancis, BEA dan dipublikasikan di harian Le Pasien kemarin. Berdasarkan jajak
pendapat, 83 persen mendukung hukum yang menganggap pemakaian jilbab sebagai
tindakan ilegal di seluruh sektor swasta.
Obsesi Prancis tentang jilbab dan segala bentuknya sebagian berakar dari paham
sekularisme yang telah lama dianut masyarakat. Satu dekade lalu, Prancis
mengesahkan berbagai UU kontroversial guna menghambat berbagai simbol agama di
tempat umum. Pada 2004 lalu, Perancis melarang wanita muslim memakai jilbab di
tempat umum. Beberapa negara di Eropa mengikuti langkah serupa.
Prancis juga melarang cadar di tempat umum pada 2011 lalu. Umat Islam di Prancis
berjumlah 6 juta jiwa dan terbesar di Eropa. Pada Oktober lalu, jajak pendapat
menyebutkan hampir separuh orang Prancis menganggap orang muslim sebagai
ancaman identitas nasional
Jajak pendapat juga menemukan bahwa Islam memainkan peran penting di
masyarakat. Orang Prancis juga semakin khawatir atas keberadaan imigran, politisi,

globalisasi dan media massa. Sekitar 74 persen menganggap Islam tidak cocok dengan
masyarakat Prancis. . (Solihin)

Quraish Shihab menganggap ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang pakaian wanita mengandung aneka interpretasi.
Sedangkan hadist yang merupakan rujukan untuk pembahasan tentang batas aurat, juga terdapat ketidaksepakatan.
Ada yang bilang aurat itu seluruh badan kecuali mata. Ada yang bilang juga seluruh badan, kecuali wajah dan
telapak tangan. Ada yang berpendapat, yang penting muslimah itu memakai pakaian terhormat. Kesimpulannya,
ketetapan hukum tentang batas yang ditoleransi dari aurat wanita bersifat zhanniy yakni dugaan. "Silakan pilih,
maunya yang mana."
Di tengah obrolan, putri keduanya, Najwa, datang. Pembawa acara di Metro TV itu langsung meraih tangan Quraish,
yang dipanggilnya Abi, dan menciumnya.
Setiap pagi anak-anaknya selalu menyalaminya, dan juga mencium pipi atau kening. Kalau tidak sempat, anaknya
pamit lewat telepon. Kebiasaan ini tidak sulit, karena tempat tinggal anak-anaknya tidak jauh. "Ke sini cuma jalan
kaki," kata Najwa.
Kedekatan tersebut bahkan berdampak hingga urusan makanan. Sebulan terakhir, ada seorang koki yang setiap hari
memasak dan mengirimkan makanan ke rumah masing-masing anggota keluarga Shihab. Soal menu, setiap anak
bebas mengusulkan. Quraish berharap, dengan metode ini, hubungan antar keluarganya terus lekat. "Ketimbang
beli makan di luar yang belum tentu sehat," ujar Quraish.

Menurut Quraish Shihab jilbab tidak wajib bagi muslimah, benarkah?


Yang menulis komentar ngotot bahwa jilbab itu wajib disertai dalil-dalil tidak akan diloloskan,
cape deh. Mending bertoleransi menguatkan ukhuwah daripada menghakimi jilbab itu wajib
berarti yang tidak pake jilbab masuk neraka semua...
Tentunya ada alasan mengapa Quraish Shihab menyatakan bahwa jilbab tidak wajib, hanya sangat
dianjurkan. Dan banyaaaaaak sekali yang mencerca beliau. Ngatain liberal, sekuler, atau munafik.
Sampai panas kupingku. Dan saran beliau baju yang pantas untuk muslim itu tidak provokatif,
transparan, atau ketat.
Bayangkan, aku bekerja di Yayasan Budi Mulia Dua yang didirikan oleh pak Amien Rais. Saat di
ruang makan waktu umrah, ada yang merasa ilmunya tinggi teriak-teriak kalo pak Amin Rais itu
sekuler, soalnya PAN memasukkan non muslim dalam partai.
Kadang aku heran dengan pembicaraan para orang "beriman" yang tinggi ilmu Islamnya ini..
Beranggapan yang masuk surga cuman yang bajunya tertutup rapat, orang non muslim berantas
dan yang bajunya tidak seperti budaya Arab diberantas saja.
Aku sangat mengagumi pak Quraish Shihab. Setiap bulan puasa, aku membaca tentang tafsir Al
Qur'an. Rasanya pendapatku beliau bukan penganut liberal. Kalo liberal ciri-cirinya mementahkan
penafsiran Al Qur'an dan mengganti dengan yang pas sesuai budaya jaman sekarang.
Kita hanya berusaha sebaik-baiknya kan, membantu orang lain, mendekatkan diri pada Allah. Tidak
perlu membahas keburukan orang. Kecuali orang itu menzalimi kita dan kita perlu membela diri.
Kalau memang orang itu tidak pernah berusaha menjahati kita kenapa mesti dijelek-jelekkan. Dan
memaafkan, mendoakan lebih mulia daripada menjelek-jelekkan. Yang pake jilbab tidak perlu teriakteriak yang belum pake jilbab masuk neraka. Dan yang tidak pake jilbab tidak usah berargumen
banyak pake jilbab masih seksi, celana stretch, kaos ketat. Lalu yang pake cadar cuman sibuk
ibadah dan merasa paling mulia tidak mau berinteraksi dengan non golongannya.
Walisongo menyebarkan Islam dengan damai, dengan melalui budaya. Yang disentuh adalah
hatinya, bukan membahas penampilan. Kalo hati sudah tersentuh, kita akan lebih mudah tertarik
dengan Islam...

berikutnya adalah tanya-jawab antara seorang ibu terhadap Bapak. Quraish Shihab dalam acara Talk Show di
Metro TV dan juga tanggapan dari DR. Ahmad Zain An-Najah)
Ibu: Ingin bertanya kepada Bapak Quraish. Jilbab adalah pakaian wanita Islam dan wajib dikenakan.
Bagaimana pendapat Bapak mengenai jilbab dan penterapannya dalam keluarga Bapak sendiri. Terima kasih
Quraish Shihab: Kita mau tanya ibu, apa sih artinya jilbab?
Ibu: Jilbab itu adalah penutup aurat seluruh badan
Quraish Shihab: Ah...Bukan itu.
Ibu: Termasuk kepala juga
Quraish Shihab: Ah justru kita baru memulai membahas apa itu jilbab ulama sudah beda pendapat. Ada yang
mengatakan kerudung, ada yang mengatakan baju lebar dan sebagainya.
(tanggapan di luar acara Talk Show di atas)
Zain An-Najah: Pernyataan itu tidak benar. karena tidak kita dapatkan dalam buku-buku literatur fikih yang
tidak mewajibkan berjilbab. Seluruh ulama telah mewajibkan berjilbab. Maka perlu kita tanyakan kepada
Bapak Quraish Shihab bahwa siapa ulama, namanya siapa, di buku mana dan kapan mengatakan jilbab itu
tidak wajib?
Karena perbedaan ulama hanya terbatas pada dua hal saja, yaitu wajib bercadar ataupn wajib berjilbab
dengan boleh membuka wajah dan kedua telapak tangan.
***
Quraish Shihab: Saya mau tanya ibu. Ibu Sudah menutup aurat atau belum?
Ibu: (sambil melihat busana yang dikenakannya) Kalau saya rasa dengan busana begini, saya rasa sudah.
(Ibu tersebut memakai jilbab mentup selurh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, meskipun tidak
memakai jilbab besar)
Quraish Shihab: Oh, masih ada ulama yang mengatakan ibu belum menutup aurat! Mestinya pakai cadar. Itu
kan sudah beda pendapat.
(Si Ibu sambil mengangguk-ngangguk)
Ah, ada juga ulama yang berkata, 'yang penting itu pakaian terhormat'
(tanggapan)
Zain An-Najah: pernyataan 'yang penting itu pakaian terhormat atau sopan' pernyataan itu tidak tepat dan
tidak benar. Karena tidak mempunyai kriteria yang jelas. Boleh jadi orang yang menggunakan pakaian atau
wanita yang memakai pakaian di atas lutut yang kelihatan betisnya oleh sebagian kalangan dinyatakan
terhormat.
Bisa saja ada orang yang mengatakan bahwa pakaian renang itu adalah pakaian yang terhormat ketika ada

lomba renang. Jadi kalau dikatakan ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa yang terpenting dari
pakaian itu adalah terhormat. Itu tidak benar. Karena tidak ada satupun ulama yang mengatakan demikian.
Dan masalah terhormat ini tidak mempunyai batasan sehingga mengacaukan pandangan dan mengacaukan
pemahaman.
***
Quraish Shihab: Kalau ibu tanya bagaimana dengan keluarga saya. Istri saya pakai jilbab. Anak saya yang
tertua pakai jilbab atas kesadarannya. Bukan karena saya pilih-pilih. Anak saya itu yang paling kecil itu, yang
dikedokteran itu (sambil menunjuk anaknya yang hadir dalam acara tersebut. keluarga Shihab hadir semua
dalam acara itu) sdah mau pakai jilbab. Tapi saya bilang yang penting sadar. Saya beranggapan jilbab baik.
Tetapi jangan paksakan orang pakai jilbab karena ada ulama yang berpendapat bahwa jilbab tidak wajib. Ada
ulama yang berkata wajib menutup aurat. Sedangkan aurat diperselisihkan oleh ulama apa itu aurat.
(tanggapan)
Zain An-Najah: Pernyataan Bapak Quraish Shihab bahwa sebagian ulama ada yang mengatakan jilbab itu
tidak wajib. Pernyataannya tidak benar. Karena seluruh ulama mengatakan bahwa jilbab itu wajib. Mereka
hanya berbeda apakah seluruh anggota tubuh wanita itu ditutup, artinya mereka mewajibkan cadar atau
pendapat kedua, semua anggota tubuh wanita itu ditutup kecuali wajah dan kedua telapak tangannya.
Perbedaannya hanya pada dua masalah tersebut. Dan tidak ada satupun yang mengatakan bahwa jilbab
tidak wajib!
Bapak Quraish Shihab mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan
aurat. Kita katakan, memang benar para ulama berbeda dalam menentukan batas aurat perempuan.
Tetapi sekali lagi perbedaannya hanya pada apakah wajah dan kedua telapak tangan itu aurat atau tidak.
Kalau yang mengatakan itu adalah aurat, mereka mengatakan bahwa cadar wajib. Yang mengatakan wajah
dan telapak tangan tidak aurat berarti mengatakan jilbab itu wajib tetapi boleh dibukan wajah dan kedua
telapak tangannya.
Tidak ada satupun ulama yang mengatakan bahwa rambut bukan aurat. Tidak ada satupun ulama yang
mengatakan bahwa bagian terdalam wanita seperti payudara dan sebagainya bukan aurat. Tidak ada
satupun ulama yang mengatakan betispun bukan aurat. Tidak ada yang mengatakan seperti itu. Jadi
perbedaannya hanya apakah wajah dan kedua telapak tangan itu aurat atau tidak.
***
Quraish Shihab: Eh ini orang pakai jilbab sejak tahun berapa toh ini? kira-kira 20-30 tahun belakangan ini.
Ibu: Di Indonesia
Quraish Shihab: Ya di Indonesia. Dulu itu istrinya Buya Hamka pakai jilbab atau tidak?
Ibu: Tidak
Quraish Shihab: Aisyiyyah (Muhammadiyah) pakai jilbab atau tidak? Muslimat (NU) pakai jilbab atau tidak?
Itu pertanda bahwa sebenarnya ulama beda pendapat. Nah kita ingin orang memakai jilbab itu dengan
penuh kesadaran.
(tanggapan)
Zain An-Najah: Pernyataan Bapak Quraish Shihab bahwa di Indonesia ini baru muncul 20 tahun terakhir ini.
Kemudian sebagian tokoh muslim Indonesia seperti Buya Hamka, istrinya tidak pakai jilbab. Kemudian juga
Muslimat Nahdlatul Ulama tidak pakai jilbab, itu kemudian dijadikan dalil bahwa ternyata para ulama
berbeda pendapat dalam masalah ini, pernyataan seperti itu tidak benar.

Karena di dalam mengambil sebuah hukum, tidak boleh menggunakan sikap perorang. Tidak boleh
menggunakan perilaku perorangan.
Kalau dikatakan bahwa istrinya Buya Hamka tidak pakai jilbab maka dari itu kita boleh meniru istrinya buya
Hamka, kita katakan kepada Bapak Quraish Shihab, Istrinya Nabi Nuh itu kafir. Apakah terus dengan begitu
kita boleh kafir karena istrinya Nabi Nuh kafir? Kemudian istrinya Nabi Luth itu juga kafir. Apakah kemudian
kita membolehkan kita kafir karena merujuk kepada istrinya Nabi Luth? Sebagian paman Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam itu juga menentang Islam. Apakah kemudian kita menyatakan bahwa boleh
menentang Islam karena sebagian paman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam itu menentang Islam.
Begitu juga anaknya Nabi Nuh, itu juga tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh, tidak mengikuti ajaran Islam.
Apakah terus kita boleh mengatakan kepada anaka kita, wahai anak kau boleh menentang Islam karena
anaknya Nabi Nuh juga menentang Islam.
Tentunya ini tidak bisa diterima. Jadi intinya tidak boleh menjadikan perilaku seorang tokoh atau perilaku
masyarakat sebagai dasar daripada pengambilan hukum.
Yang benar dasarnya dalam mengambil hukum adalah Al-Qur'an dan Sunnah serta beberapa kaidah yang
telah diletakkan oleh para ulama. Dan tidak ada satupun dalam kaidah tersebut bahwa perilaku seseorang,
perilaku tokoh bisa menjadi sumber pengambilan hukum.
Perlu saya tambahi di sini, bahwa bisa saja ulama tersebut, tokoh masyarakat tersebut yang istrinya tidak
pakai jilbab atau anaknya tidak pakai jilbab, barangkali ulama tersebut meyakini bahwa berjilbab wajib.
Hanya saja istrinya membangkang, atau tokoh tersebut, orang tua tersebut telah menasehati anaknya,
tetapi anaknya tidak mau mendengar nasehat bapaknya. Jadi sekali lagi, perbuatan sekeluarga dari para
ulama itu tidak bisa dijadikan dasar untuk pengambilan hukum.
***
Quraish Shihab: Yang penting begini bu, pakaian terhormat. Itu menurut hemat saya.
(tanggapan)
Zain An-Najah: Perkataan Bapak Quraish Shihab yang penting adalah pakaian terhormat. Ini adalah
pernyataan yang sangat naif. Karena pakaian terhormat, sekali lagi tidak mempunyai batasan yang jelas.
Pakaian terhormat menurut Quraish Shihab berbeda dengan pakaian terhormat menurut artis. Dan berbeda
pula pakaian tehormat menurut orang-orang yang lain.
Sehingga pernyataan pakaian yang terhormat adalah pernyataan yang sangat naif yang jauh dari dasardasar agama.
***
Quraish Shihab: Jadi berjilbab baik, bagus. Tetapi boleh jadi sudah melebihi apa yang dikehendaki oleh
Tuhan.
(tanggapan)
Zain An-Najah: Pernyataan Bapak Quraish Shihab bahwa jilbab itu bagus tetapi boleh jadi orang yang
memakai jilbab itu sudah melebihi apa yang dikehendaki oleh Tuhan adalah pernyataan yang sangat
gegabah. Karena kalimat berlebihan itu menunjukkan negatif.
Allah Subhanah wa ta'ala sendiri melarang kaum Muslimin untuk berlebih-lebihan di dalam mengamalkan
ajaran Islam. Karena orang yang berlebihan dalam mengamalkan ajaran itu maknanya adalah negatif, sesat
dan menyesatkan.
Oleh karena itu kalimat orang yang menggunakan jilbab itu berlebih-lebihan dalam mengamalkan Islam dan

boleh jadi sudah melebihi apa yang dikehendaki Tuhan adalah pernyataan yang sangat sembrono dan itu
menyatakan bahwa yang memakai jilbab telah melanggar pesan-pesan Allah untuk beragama Islam secara
wajar.
Kemudian yang perlu saya tekankan di sini bahwasanya memang kita harus menghormati perbedaan
pendapat di dalam agama Islam ini. Tetapi yang kita hormati itu adalah pendapat-pendapat yang memang
masih dalam koridor ajaran Islam dan menggunakan metode yang telah diletakkan oleh para ulama.
Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang ulama, tidak semua perbedaan pendapat bisa diterima,
kecuali perbedaan pendapat yang masih berada dalam koridor syariah. Adapun pendapat dari sebagian
orang yang tidak mempunyai background syariah, maka itu tidak bisa diterima. Apalagi tidak menggunakan
metodologi yang telah diletakkan oleh para ulama.
Demikian apa yang saya sampaikan ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kaum Muslimin di mana
pun juga berada. Wabillahi taufiq wal hidayah. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak bisa ada persatuan, kalo tidak ada kesepahaman. Tidak ada kesepahaman,
kalo diri kita tidak memahami diri kita dan memahami orang lain. Jadi memahami
satu pendapat ulama saja tidak cukup. Boleh jadi sebab utama dari perpecahan dan
permusuhan adalah kesalahpahaman sementara orang-orang trhadap ungkapan si
owa
Kalo orng cuma mengambil satu pendapat saja, maka timbullah kesalahpahaman dr
ungkapan owa, mngkin saja jd fitnah.
Oleh karena itu, jgn mudah mengkafirkan dan menyalahkan orang lain. Imam
Ghozali brkata: Kalo seandainya kalian mendengar kalimat yg diucakan oleh
seseorang 99% menunjukan bahwa yg bersangkutan kafir, akan tetapi masih ada
1% yg memungkinkan dia beriman maka jgn kafirkan dia. Karena membiarkan
hidup seribu orang yg kafir itu kesalahannya lebih ringan daripada membunuh karir
seorang muslim (fitnah). Mereka tidak mengerti dirinya dan mengerti orang lain,
maka terjadilah cekcok.

Ada perkembangan pemikiran, yg dipengaruhi beberapa faktor, bisa perkembangan


ilmu, bisa kemaslahatan, bisa kecenderungan seseorang. sehingga semua pendapat
pemikiran apapun terjadi perubahan-perubahan sedikit atau banyak menyangkut
pendapat-pendapatnya. Pendapat darwin telah diubah dgn pendapat darwinisme yg
baru, pendapat Imam Syafi'i mengalami perubahan saat di Irak dan saat berada di
Mesir.
Jadi kalo ada yg membantah ungkapan dan pendapat2 owamajnun, maka orang yg
membantah itu adalah orang yg terlambat lahir, dan kalo owamajnun membantah
juga maka owamajnun trmasuk orang yg terlambat lahir. hahahaha

Anda mungkin juga menyukai