Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

OBSTRUKSI ILEUS
A; PENDAHULUAN

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus


dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isiusus. Peristiwa patofisiologik yang terjadi
setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah
obtruksi

tersebut

diakibatkan

oleh

penyebab

mekanik

atau

fungsional.
Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis
peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh
cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan
tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium
dari lumen usus ke darah.
Di seluruh dunia kira-kira 20% pasien yang di rawat di RS dengan
suatu akut abdomen akibat obstruksi pada usus. Obstruksi usus
halus adalah bertanggung jawab untuk 80% pada kasus ini.
Beberapa

penyebab

obstruksi

usus

halus

(misalnya:

suatu

lumbricoides, TBC) lebih banyak pada negara yang sedang


berkembang.

B. PENGERTIAN
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus.
Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus
yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.
Obstruksi ileus adalah kerusakan komplit atau parsial aliran ke
depan dari usus. Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di
ileum, segmen paling sempit.

C; ETIOLOGI

Penyebab ileus obstruktif dapat dibagi menjadi mekanikal


(mengganggu lumen) dan non mekanikal (mengganggu
peristaltis)
1;

Penyebab Obstruksi Mekanikal


a) Adhesi
60 % dari obstruksi usus halus disebabkan oleh adhesi
(perlengketan). Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan
abdominal sebagai respon peradangan intra abdominal.
Jaringan parut bisa melilit pada sebuah segmen dari usus,
dan membuat segmen itu kusut atau menekan segmen itu
sehingga bisa terjadi segmen tersebut mengalami suplai
darah yang kurang.

b) Hernia

Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila


mengalami strangulasi dari kompresi sehingga
tersebut tidak menerima suplai darah yang cukup.
tersebut akan menjadi edematosus kemudian
nekrosis.

hernia
bagian
Bagian
timbul

c) Tumor
Tumor yang makin membesar akan menyumbat lumen
usus.
d) Volvulus
Usus yang terpelintir dapat pula menyebabkan obstruksi.
Seperti strangulasi hernia, pada volvulus terjadi juga
gangguan suplai darah yang kurang yang bisa
menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan. Merupakan
usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180 derajat
sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang
pada akhirnya bisa menyebabkan gangren dan perforasi
jika tidak segera ditangani.
Letak volvulus paling sering mengenai bagian kolon
sigmoid (80%).
Volvulus pada sigmod bisa dsebabkan pemanjangan
sigmoid sehingga menimbulkan belitan. Dimana
pemanjangan mesocolon dapat membuat mobilitas
berlebih pada kolon sigmoid, sehingga menimbulkan
kelainan fiksasi kongenital.
Volvulus sering terlihat pada penyakit neurologis dan
psikiatri yang telah berlangsung lama. Obat psikotropika
atau sedatif yang sering digunakan di institusi psikiatri
tersebut ternyata mengganggu motilitas kolonik.
Faktor lain yang menyebabkan volvulus adalah
penggunaan obat laksatif dan enema secara berlebihan.

Selain itu pergantian relatif posisi organ intra abdominal


seperti yang terlihat pada wanita hamil dan orang dengan
tumor pelvik yang besar dapat mendukung terjadinya
volvulus sigmoid.
Volvulus kolon sigmoid pada dasarnya terjadi karena tiga
hal berikut, yaitu :
;

Pemanjangan kolon sigmoid;

Penyempitan dasar sigmoid mesocolon;

Tenaga putaran pada kolon sigmoid yang memicu


terjadinya puntiran.

e) Intusisepsi
Intusisepsi adalah invaginasi atau masuknya sebagian
dari usus ke dalam lumen usus yang berikutnya.
Intusisepsi sering terjadi antara ileum bagian distal dan
cecum, dimana bagian terminal dari ileum masuk ke
dalam lumen cecum. Strangulasi bagian ileus yang masuk
kedalam lumen cecum bisa terjadi (Diktat Sr. Mary
Baradero).

b. Penyebab obstruksi non-mekanikal


a) Paralitik ileus
Ti dak ada gerakan peristaltik bisa diakibatkan :
;

Pembedahan abdominal dimana organ-organ intra


abdominal mengalami trauma sewaktu pembedahan

Elektrolit tidak seimbang truma hipokalemia.

b) Mesenteric vascular occlusion infarct

Penyumbatan pembuluh darah yang memberi suplai


pada

usus

akan

mengganggu

fungsi

usus

itu.

Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh atheroscelerosis


yang luas atau thrombosis pada arteri mesenterium.
KLASIFIKASI

D;

Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan :


1; Letak sumbatan
- Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (duodenum-

jejenum)
- Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (colon-sigmoid-

rectum)
2. Sifat sumbatan
- parsial : menyumbat lumen sebagian
- simple/ komplit : menyumbat lumen total
- Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran

darah sehingga timbul nekrosis, gangren dan perforasi


E;

PATOFISIOLOGI
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami
distensi akibat adanya gas/udara dan air yang berasal dari
lambung, usus halus, pankreas, dan sekresi biliari. Cairan yang
terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi darah dan
sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar

sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat kehilangan


cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia mungkin
akan berakibat fatal.
Obstruksi

yang

berlangsung

lama

mungkin

akan

mempengaruhi pembuluh darah vena, dan segmen usus yang


terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan iskemia pada
jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah
ke peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi
pada pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan kuman
anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah
obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong.
Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak
tinggi/obstruksi usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin
cepat munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan
obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi
pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada
umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk
mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan
tanda

khas

dari

obstruksi

distal.

Hipotensi

dan

takikardi

merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta


leukositosis

merupakan

tanda

adanya

strangulasi.

Pada

permulaan, bunyi usus pada umumnya keras, dan frekuensinya


meningkat, sebagai usaha untuk mengalahkan obstruksi yang
terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu

perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu


obstruksi.

F; MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya


datang dengan keluhan sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi
absolut, dan distensi abdomen dalam berbagai tingkatan. Tandatanda peritonitis yang mengarah kepada perforasi usus sebagai
akibat iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan peritonitis oleh
penyebab lain misalnya perforasi intra abdominal.
Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak
melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang
pada awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat,
baik dalam frekuensi atau derajat kesakitannya. Sakit mungkin
akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering berposisi kneechest, atau berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung
kesakitan apabila bergerak.
Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi
atau proksimal. Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal
usus halus, muntah mungkin akan tertunda. Pada awalnya
muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang mana
segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan
berisi semua isi usus halus yang sudah basi. Penyumbatan total
menyebabkan sembelit yang parah, sementara penyumbatan
sebagian menyebabkan diare.

Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan


cepat kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui
pembuluh darah (intravena). Derajat tingkat dan distribusi distensi
abdominal

dapat

mencerminkan

tingkatan

obstruksi.

Pada

obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya,


distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk
obstruksi letak rendah.

G;

PEMERIKSAAN FISIK
1; Inspeksi
a; Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung.

Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum


menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi
dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya
adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya.
2; Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada


fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
3; Perkusi

Hipertimpani
4; Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia

Rectal Toucher: Isi rektum menyemprot, adanya darah dapat


menyokong

adanya

strangulasi,

neoplasma.

Feses

yang

mengeras : skibala, Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi.


Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi. Nyeri tekan : lokal atau
general peritonitis
H;

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1; Foto polos abdomen.

Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)


memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya
batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang
membentuk pola bagaikan tangga.
2; Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema.

Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan


obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali
bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat
pada pemeriksaan foto polos abdomen.
3; CTScan.

Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos


abdomen

dicurigai

adanya

starngulasi.

CTScan

akan

mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan


dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus
dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh

darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi


dari obstruksi.
4; USG.

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan


penyebab dari obstruksi.
5; MRI.

Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan


kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan.
Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik
kronis.
6; Angiografi.

Angiografi

mesenterik

mendiagnosis

superior

adanya

herniasi

telah

digunakan

internal,

untuk

intussuscepsi,

volvulus, malrotation, dan adhesi.

I;

THERAPI
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian
yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan
operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab
obstruksi

adalah

tujuan

kedua.

Kadang-kadang

suatu

penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,


terutama

jika

disebabkan

oleh

perlengketan.

penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.


a;

Observasi

Penderita

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,


mencegah

aspirasi

dan

mengurangi

distensi

abdomen

(dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga


resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah

keadaan

laparatomi.

Pada

optimum

tercapai

obstruksi

parsial

barulah
atau

dilakukan

karsinomatosis

abdomen dengan pemantauan dan konservatif.


b) Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan
organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang
paling

sering

dilakukan

adalah

pembedahan

sesegera

mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :


-

Strangulasi

Obstruksi lengkap

Hernia inkarserata

Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif


(dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter)

c) Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam
hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal
ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat
bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
J;

KOMPLIKASI

K;

Nekrosis usus

Perforasi usus

Sepsis

Syok-dehidrasi

Abses

Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

Pneumonia aspirasi dari proses muntah

Gangguan elektrolit

ASUHAN KEPERAWATAN
1; Pengkajian
a; Anamnesa

Identitas klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, agama, suku, alamat

Riwayat Penyakit keluarga


Meliputi: penyakit keturunan dalam keluarga seperti diabetes
mellitus dan hipertensi

Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh berupa nyeri kram pada perut, disertai
kembung. Nyerinya bisa berat dan menetap. Akibatnya klien
mengalami takikardi. Klien mengeluh muntah berulang dengan isi
muntahan berupa makanan yang di makan. Muntah lebih sering
terjadi pada penyumbatan di usus besar. Muntah dalam jumlah
besar dan berulang menyebabkan kekurangan cairan dan

elektrolit sehingga klien mengeluh sering haus. Penyumbatan


total menyebabkan sembelit yang parah, pada klien dengan
keluhan sembelit klien mengatakan tidak BAB lebih dari 4 hari,
klien mengatakan susah BAB dan teraba massa pada abdomen
sebelah kiri bawah. sementara penyumbatan sebagian
menyebabkan diare, pada klien dengan keluhan diare klien
mengatakan klien BAB lebih dari 3x dalam sehari, BAB dengan
konsistensi cair dan bau khas feses
;

Perjalanan penyakit saat ini


Terperangkapnya kimus dalam jumlah yang banyak dan adanya
tumor yang menghalangi jalannya isi usus menyebabkan
terperangkapnya isi usus pada daerah distal dan proksimal. Isi
usus yang terperangkap menyebabkan beberapa hal, yang
pertama menyebabkan rangsangan peristaltik meningkat
sehingga dapat menyebabkan diare dan nyeri akut akibat kolik.
Dari peningkatan peristaltic ini menyebabkan timbul konpensasi
dari dalam tubuh berupa anti-peristaltik yang menyebabkan
penurunan motilitas usus menurun sehingga absorbsi air dari
kimus terus dilakukan dan akhirnya juga dapat menimbulkan
konstipasi. Masalah lain yang ditimbulkan oleh isi usus yang
terperangkap menyebabkan tekanan isi usus meningkat
sehingga sfingter gastroesofageal tidak kuat menahan tekanan
sehingga akhirnya terjadi muntah. Muntah yang berulang dan
berjumlah banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan
elektrolit.

Pola Fungsi Kesehatan

a;

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


- Riwayat pembedahan pada daerah abdomen
- Gaya hidup: diet rendah serat, olahraga
b; Pola nutrisi metabolik
- Demam
- Anoreksia

Diaphoresis
- Pucat
- Leukositosis
- Distensi abdomen
- Mual, muntah
- Asidosis
- Diet rendah serat
Pola aktivitas dan latihan
- Demam
- Hipotensi
- Takikardi
- Tekanan darah menurun (hipotensi)
- Malaise
- Sesak nafas
- Mudah lelah
d; Pola Eliminasi
- Kegagalan mengeluarkan feces
- Tidak ada flatus pada awal peningkatan bising usus,
penurunan peristaltik usus
- Tidak ada flatus jika obstruksi total
- Tidak BAB atau BAB cair bila illeus partial
- Darah pada feses atau perubahan pola BAB (pada CA
colon)
- Kaji total output waspada terhadap syok dan dehidrasi
- Kaji jumlah urine tanda- tanda retensi urine
e; Pola persepsi kognitif dan sensori
- Nyeri abdomen
Pola tidur dan istirahat
- Tidur dan istirahat terganggu akibat nyeri pada abdomen
dan sering muntah
-

c;

f;

b;

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung.
Benjolan

pada

regio

inguinal,

femoral

dan

skrotum

menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intusisepsi


dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya
adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi
sebelumnya. Mukosa bibir kering
;

Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi.
Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai
hilang.

Perkusi
Hipertimpani

Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
Turgor kulit menurun

Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot, Adanya darah dapat menyokong
adanya strangulasi, neoplasma. Feses yang mengeras :
skibala, Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi. Ampula
rekti kolaps : curiga obstruksi. Nyeri tekan : lokal atau
general peritonitis

c; Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


o Foto polos abdomen

dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)


memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai
adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid
level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
o Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema

Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu


obstruksi

letak

rendah

yang

tidak

dapat

pada

pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak


dengan intusisepsi, pemeriksaan enema barium tidak
hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai
terapi.
o CTScan.

CTScan akan mempertunjukkan secara lebih teliti


adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus,
dan peritoneum.CTScan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah.
Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi
dari obstruksi.
o USG.

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan


penyebab dari obstruksi.
o MRI.

Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi


tehnik dan kontras yang ada sekarang ini belum secara

penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi


iskemia mesenterik kronis.
o Angiografi.

Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk


mendiagnosis adanya herniasi internal, intusisepsi,
volvulus, malrotation, dan adhesi.

2; Diagnosa Keperawatan
1; Nyeri akut berhubungan dengan kolik akibat rangsangan

peristaltik yang meningkat ditandai dengan nyeri kram dan


perut kembung.
2; Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran

isi usus bagian proksimal berulang dalam jumlah yang banyak


ditandai dengan klien muntah lebih dari sekali, muntahan
berupa makanan yang dimakan klien, klien mengatakan
sering merasa haus, turgor kulit kurang elastik, mukosa bibir
kering
3; Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pengeluaran isi usus bagian proksimal


akibat sfingter gastroesofagus yang tidak kuat menahan
tekanan isi usus ditandai dengan klien muntah banyak dan
berulang, isi muntahan berupa makanan yang dimakan klien,
klien tampak kurus
4; Konstipasi berhubungan dengan absorbsi air dari kimus

meningkat ditandai dengan klien mengatakan susah BAB,

klien mengatakan sudah tidak BAB lebih dari 4 hari, teraba


adanya massa pada bagian abdomen sebelah kiri bawah
5; Diare berhubungan dengan rangsang peristaltik lebih kuat dari

anti peristaltik ditandai dengan klien mengatakan BAB lebih


dari 3x dalam sehari, konsistensi BAB cair berbau khas feses.
3; Rencana Keperawatan
1; Nyeri akut berhubungan dengan kolik akibat rangsangan

peristaltik yang meningkat ditandai dengan nyeri kram dan


perut kembung,
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan sebanyak x
24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil
pasien

mengungkapkan

menyatakan

nyeri

pada

penurunan
tingkat

ketidaknyamanan;
dapat

ditoleransi,

menunjukkan relaks.
INTERVENSI
1; Kaji tingkat nyeri klien

RASIONAL
1; Mengetahui tingkat nyeri
klien dalam menentukan
tindakan selanjutnya

2; Jelaskan sebab dan akibat nyeri 2; Dengan sebab dan akibat

pada klien serta keluarganya

nyeri diharapkan klien


berpartisipasi dalam
perawatan untuk

3;

Ajarkan tehnik relaksasi dan


distraksi

mengurangi nyeri
3; Klien mengetahui tehnik

distraksi dn relaksasi

sehinggga dapat
mempraktekkannya bila
4;

Observasi tanda tanda vital dan


keluhan klien

5; Kolaborasi pemberian analgesik

mengalami nyeri
4; Mengetahui keadaan umum

dan perkembangan kondisi


klien.
5; Nyeri bervariasi dari ringan

sampai berat dan perlu


penanganan untuk
memudahkan istirahat
adekuat dan penyembuhan

2; Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran

isi usus bagian proksimal berulang dalam jumlah yang banyak


ditandai dengan klien muntah lebih dari sekali, muntahan
berupa makanan yang dimakan klien, klien mengatakan
merasa haus, turgor kulit klien kurang elastis, mukosa bibir
klien kering
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan sebanyak x
24 jam diharapkan kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
dengan kriteria hasil tanda-tanda vital klien normal, intake dan
output cairan dan elektrolit klien seimbang, mukosa bibir klien
lembab, turgor kulit elastis.
INTERVENSI
RASIONAL
1; Awasi tanda vital, catat hipotensi 1; Menunjukkan

status

postural,

takikardia.

Evaluasi

hidrasi/

kemungkinan

turgor kulit, pengisian kapiler,

kebutuhan

dan membran mukosa

peningkatan

untuk
penggantian

cairan
2; Rencanakan

tujuan

asupan

cairan untuk setiap 8 jam (mis,


1000 mL selama siang hari, 800
mL selama sore hari, 300 mL 2; Untuk
pada malam hari)
3; Kolaborasi

membantu

intake

cairan yang adekuat

awasi

hasil

laboratorium (elektrolit)
3; Mendeteksi
4; Berikan cairan IV dan elektrolit

sesuai indikasi

homeostasis

atau

ketidakseimbangan

dan

membantu

menentukan

kebutuhan

penggantian
4; Dapat

diperlukan

mempertahankan

untuk
perfusi

jaringan adekuat/organ
3; Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan pengeluaran isi usus bagian proksimal


akibat sfingter gastroesofagus yang tidak kuat menahan

tekanan isi usus ditandai dengan klien muntah banyak dan


berulang, isi muntahan berupa makanan yang dimakan klien,
klien tampak kurus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan sebanyak x
24 jam diharapkan klien tidak mengalami penurunan berat
badan dengan kriteria hasil muntah berkurang, klien tidak
mengalami penurunan berat badan
INTERVENSI
1

Kaji riwayat nutrisi

RASIONAL
1

Mengidentifikasi
menduga

defisiensi,

kemungkinan

intervensi

Catat berat badan


2

Pengawasan kehilangan dan


alat pengkajian kebutuhan
nutrisi/keefektifan terapi.

Rujuk ke ahli gizi.

Perlu

bantuan

perencanaan

diet

dalam
yang

memenuhi kebutuhan nutrisi


4; Konstipasi berhubungan dengan absorbsi air dari kimus

meningkat ditandai dengan klien mengatakan susah BAB,


klien mengatakan sudah tidak BAB lebih dari 4 hari, teraba
adanya massa pada bagian abdomen sebelah kiri bawah
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan klien tidak mengalami konstipasi dengan

kriteria hasil klien dapat melakukan defekasi tidak teraba


massa pada abdomen bagian kiri bawah.
INTERVENSI
RASIONAL
1; Dorong asupan harian sedikitnya 2 L 1; Cairan
dapat bertindak
cairan (8 sampai 10 gelas)

sebagai

2; Anjurkan minum air hangat 30 menit

sebelum sarapan
per rectal minyak mineral hangat,

untuk

evakuasi feses.
2; Cairan

3; Bila impaksi fekal terjadi, masukan

stimulus

sebagai

dapat

bertindak

stimulus

untuk

evakuasi feses

dan tahan minyak ini selama 20 3; Membantu dalam evakuasi


sampai

30

menit.

Dengan

feses yang keras

menggunakan sarung tangan yang


dilumasi, potong feses yang keras
dan keluarkan

5; Diare berhubungan dengan rangsang peristaltik lebih kuat dari

anti peristaltik ditandai dengan klien mengatakan BAB lebih


dari 3x dalam sehari, konsistensi BAB cair berbau khas feces.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24
jam diharapkan klien tidak mengalami diare dengan kriteria
hasil: BAB tidak encer
INTERVENSI
1; Observasi
dan catat

RASIONAL
frekuensi 1; Membantu
membedakan

defekasi, karakteristik, jumlah dan

penyakit

individu

dan

faktor pencetus

mengkaji beratnya episode

2; Tingkatkan tirah baring dan istirahat 2; Istirahat


3; Kolaborasi bantu/siapkan intervensi

bedah

menurunkan

motilitas usus
3; Mungkin perlu bila perforasi

atau obstruksi usus terjadi


atau
4; Awasi elektrolit serum

penyakit

berespon

tidak
terhadap

pengobatan medik
4; Peningkatan

gaster

kehilangan

potensial

risiko

ketidakseimbangan
5; Kolaborasi

berikan

indikasi

yaitu

antikolonergik

obat

contoh

sesuai

elektrolit,

dimana

pemberian

menimbulkan

komplikasi

belladoma

lebih serius/mengancam

tinkur, atropine, difenoksilat (lomotil): 5; Menurunkan


anodine suposituria

dapat

peristaltik

motilitas/
GI

menurunkan
digestive

dan
sekresi
untuk

menghilangkan kram dan


diare
4.

EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian dari implementasi yang dilakukan.
Menurut Doengoes (2000), hal-hal yang dapat dievaluasi untuk
mengetahui keberhasilan tindakan keperawatan yang telah
diberikan antara lain :

1; Klien

mengungkapkan

penurunan

ketidaknyamanan;

menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan


relaks.
2; Tanda-tanda vital klien normal, intake dan output cairan dan

elektrolit klien seimbang, mukosa bibir klien lembab, turgor kulit


elastis.
3; Klien tidak muntah
4; Klien dapat melakukan defekasi tidak teraba massa pada

abdomen bagian kiri bawah.


5; BAB klien tidak encer, diare dapat dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C

dan

Hackley, JiAnn C. 2000. Keperawatan

Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth.


Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.
_____________2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal
Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
Noc. Jakarta: EGC.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PADA OBSTRUKSI ILEUS

B8-A
OLEH : KELOMPOK 4
1; Komang Yogi Cahyan

15.322.2157

2; Made Sri Oktiari

15.322.2159

3; Luh Putu Aries Setiawati

15.322.2158

4; Ni Komang Ayu Humalaras Santhi

15.322.2161

5; Ni Komang Priyani

15.322.2162

6; NI Luh Komang Tri Widyantari

15.322.2163

7; Ni Luh Putu Ardini


8; Made Teguh Wira Tanaya

15.322.2164
15.322.2160

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2015

Terperangkapnya kimus dalam jumlah banyak dan adanya tumor yang menghalangi jalannya isi usus

Tekanan isi usus yang terperangkap


meningkat isi usus pada bagian proksimal danIsi
Terperangkapnya
distal
usus yang terperangkap

Sfingter gasoesofageal tidak kuat menahan

Ileus obstruktif

Rangsangan peristaltik meningkat (mek. Kompensasi)

Pengeluaran isi usus bagian proksimal


Rangsang peristaltik lebih kuat dari anti peristaltik
kolik
Peningkatan anti peristaltik (reaksi tubuh)

Muntah

Berulang dalam jumlah yang banyak


DIARE

NYERI AKUT
Anti peristaltik mendominasi ruang peristaltik

Kehilangan nutrisi dalam jumlah banyak


Peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit
Isi usus semakin lama terperangkap
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG
KEKURANGAN
DARI KEBUTUHAN
VOLUME
TUBUH
CAIRAN
Motilitas buruk

KONSTIPASI

Anda mungkin juga menyukai