Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KUNJUNGAN PROTEKSI

PETIR GITET UNGARAN 500KV

Disusun Oleh :
Nama
NIM

: Dedy Ardianto
: 21060112130059

Mata Kuliah

: Proteksi Terhadap Petir

Kelas

:A

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

ABSTRAK
Laporan ini bertujuan untuk menjelaskan Proteksi terhadap petir di
GITET Ungaran 500kV dan sebagai syarat memenuhi tugas Ujian Akhit
Semester Mata kuliah Proteksi terhadap petir Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro 2015.
Metode yang digunakan yaitu melalui Pengamatan selama kunjungan
dan menyesuaikannya dengan teori yang ada lalu bertanya kepada pihak
Supervisor GITET Ungaran 500kV sebagai pengarah kunjungan.
Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan informasi-informasi mengenai
Proteksi terhadap petir di GITET Ungaran 500kV

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas
limpahan Rahmat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan hasil kunjungan ke GITET Ungaran 500kV mengenai Proteksi
terhadap petir di GITET Ungaran 500kV sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan tugas Ujian Akhit Semester Mata kuliah Sistem Cerdas dalam
Sistem Tenaga Listrik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro 2015
Begitu banyak dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan selama
penyelesaian penelitian ini berlangsung, sehingga hambatan yang ada dapat
dilalui dan dihadapi dengan penuh rasa sabar. Oleh karena itu, dengan
penuh kerendahan hati, penulis menghanturkan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Joko Windarto, MT sebagai pembimbing dosen mata
kuliah Proteksi Terhadap Petir di Universitas Diponegtoro, Semarang.
2. Orang tua penulis yaitu Bpk. Ridi dan Ibu Tuminah.
3. Rekan-rekan elektro yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi
kepada penulis dalam mengerjakan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan ini masih memiliki banyak
kekuranga. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Kiranya laporan ini dapat
bermanfaat serta dapat menjadi salah satu bahan informasi pengetahuan
bagi pembaca sekalian.
Semarang, 3 Mei 2015.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi merupakan suatu bentuk kemajuan peradaban manusia, dlam teknologi banyak
kemudahan yang ditawarkan. Salah satu hal yang ditawarkan teknologi yaitu system proteksi
terhadap gangguan alam, salah satunya yaitu terhadap petir.
Gardu

induk

tegangan

tinggi juga rentan terhadap ancaman gangguan alam

seperti sambaran petir baik langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu diperlukan suatu
system perlindungan(proteksi) terhadap petir di Gardu Induk karena dapat menimbulkan
berbagai masalah diantaranya rusaknya alat-alat yang terdapat di Gardu Induk, dan juga terhadap
kualitas daya listrik yang diatur.
1.2

Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi Masalah
Pada umumnya banyak gangguan dalam system transmisi dan
pengaturan tenaga listrik. Gangguan alam merupakan salah satunya,
diantara gangguan alam yang merusak yaitu petir. Proteksi petir dibutuhkan
dalam system transmisi listrik terutama di gardu induk karena dapat
merusak peralatan yang terdapat di gardu induk dan menurunkan kualitas
daya yang disalurkan, oleh karena itu dibutuhkan suatu system proteksi
terhadap petir di Gardu Induk.
Batasan Masalah

Karena permasalahan keterbatasan waktu penulis dan agar


pembahasan tidak menyimpang dari tujuan maka dilakukanpembatasan
masalah sebagai berikut :
1 Hanya beberapa bagian pada sistem proteksi petir di GITET Ungaran
yang menggunakan yang akan dibahaskarena adanya keterbatasan
akses dari pengelola UPT P3B Ungaran.
2 Tidak semua data Sistem proteksi petir dijelaskan dalam laporan kali
ini karena pihak pengelola hanya menjelaskan beberapa bagian saja
dari sistem proteksi petirnya.
3 Penelitian kali ini hanya membahas bagaimana sistem proteksi petir
yang digunakan di P3B UPT Gitet Ungaran 500kV.
1.3 Tujuan
Tujuan laporan kali ini yaitu bagaimana Sistem proteksi terhadap petir yang
ada di GITET ungaran 500kV dan menjelaskan bagaimana aplikasinya paga
GITET Ungaran berdasarkan kunjungan yang dilaksanakan pada Rabu, 29
April 2015 pukul 8.00 WIB sampai 13.00 WIB.
1.4 Metodologi
Metode yang digunakan penulis dalam penelitianpenulisan laporan kali ini
yaitu sebagai berikut :

1.5 Sistematika
Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penulisan kali ini yaitu
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Yang yang akan membahas latar belakang diperlukanya suatu sistem
proteksi terhadap petir, identifikasi masalah dan batasan masalah untuk
memberitahu ruang lingkup masalah yang akan dibahas, tujuan diadakanya

penulisan laporan tentang proteksi terhadap petir pada GITET ungaran


500kV, metodologi dan sistematika penulisan.

Bab II Dasar Teori dan Tinjauan Pustaka


Yang akan membahas tentang dasar-dasar teori yangmemiliki informasi yang
mendukung penelitian yang dilakukan, dan tinjauan pustaka dari berbagai
sumber yang mendukung masalah yang akan dibahas di dalam penulisan
laporan.
Bab III Hasil yang didapat di Lapangan
Di dalam bab ini akan dibahas bagaimana sistem proteksi terhadap petir
yang dilihat langsung pada GITET Ungaran 500kV, dan berbagai informasi
yang didapat dari kunjungan langsung ke GITET Ungaran.
Bab IV Implementasi Teori dan Hasil dari Lapangan
Dalam bab ini akan dibahas bagaimana kesesuaian antara teori mengenai
proteksi terhadap petir yang ada dan hasil yang didapat dari kunjungan
langsung ke GITET Ungaran 500kV pada Rabu, 29 April 2015..
Bab IV Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini akan disampaikan hasil kesimpulan yang didapatkan setelah
penulis melakukan analisa dan saran penulis mengenai laporan yang sudah
dibuat.

BAB II
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGARUH

SAMBARAN

PETIR

PADA

SISTEM TENAGA

Fenomena petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik


yang menyambar ke bumi dimana melibatkan arus yang sangat besar dan
terjadi dalam waktu singkat dengan dampak yang sangat berbahaya.
Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, di dalam awan, dan antara
awan dengan tanah. Terjadinya petir adalah hasil dari terkumpulnya muatan
pada awan. Awan terbentuk karena adanya ketidakstabilan atmosfer bumi.
Muatan awan pada bagian atas bermuatan positif dan pada bagian
bawah bermuatan negatif. Awan bagian bawah letaknya beberapa
kilometer di atas tanah sehingga medan listrik tembus kritis dari udara
pada awan bagian bawah lebih rendah daripada tanah. Ini menyebabkan
untuk sambaran ke tanah atau objek yang lebih rendah
pelepasan/peluahan selalu dimulai dari awan bagian bawah.
2.2 Parameter-parameter Petir
Parameter

petir

menunjukkan

karakteristik

atau penggambaran

petir itu sendiri. Parameter petir berfungsi untuk studi efek perusakan
akibat sambaran petir dan kemungkinan pemanfaatannya. Parameterparameter tersebut diantaranya adalah :
a. Bentuk gelombang petir
Bentuk gelombang arus petir menggambarkan besarnya arus,
kecuraman, dan lamanya kejadian atau durasi gelombang yang dinyatakan
oleh waktu ekor.
b. Kerapatan sambaran (Ng)
Ground Flash Density atau kerapatan sambaran awan-tanah didefinisikan
sebagai jumlah petir yang yang menyambar tanah per km2 per tahun.
Rata-rata angka kegagalan saluran tenaga karena sambaran petir
berbanding lurus dengan kerapatan ground flash.
c. Arus puncak (Imax)

Pelepasan listrik dimulai pada bagian bawah awan untuk sambaran ke


tanah atau ke objek rendah. Menurut Golde, jarak sambaran tidak
dipengaruhi oleh struktur bangunan vertikal
dengan ketinggian yang rendah ( 20 m). Untuk bangunan yang tinggi,
partikel positif dihasilkan di ujung bangunan seiring dengan leader yang
termuati partikel negatif. Kontribusi Golde yang terbesar terhadap jarak
sambar adalah hipotesanya tentang jarak sambar rs yang merupakan
fungsi arus return stroke. Whitehead memformalkan hubungan
tersebut dengan persamaan rs = 8(Imax) 0,65 (meter) dimana Imax = arus
puncak return stroke (kA). Persamaan lain yang diberikan Whitehead :
rs = 10(Imax)0,65 (meter)
Dua persamaan alternatif yang lain adalah :
re = 6,4(Imax)0,75 (meter)
rc = 7,1(Imax)0,75 (meter) (4)
dimana :
re = jarak sambar ke bumi, rc = jarak sambar ke konduktor fasa
d. Kecuraman gelombang atau steepness (di/dt). Parameter ini menyatakan
kecepatan kenaikan arus petir dalam setiap satuan waktu (di/dt). Semakin
besar nilai arus dalam setiap satuan waktu, berarti semakin curam bentuk
gelombang arusnya dan semakin pendek durasi muka gelombang.
2.3 . Sambaran Langsung Pada Gardu Induk
Sambaran langsung pada gardu induk bisa menyebabkan kerusakan
peralatan sehingga pelayanan daya dapat terhenti dalam waktu lama.
Untuk menghindari hal tersebut maka gardu induk memerlukan :
a. Kawat tanah atau tiang penangkal petir yang berfungsi untuk
menarik petir atau menerima sambaran petir.

b. Kawat penghantar atau bagian dari konstruksi dengan impedansi


rendah yang berfungsi menyalurkan pelepasan muatan dari petir ke
tanah.
c. Tahanan tanah yang rendah.
2.4 Sistem Proteksi Petir
Berdasarkan cara kerjanya, sistem proteksi petir dapat dibagi menjadi dua
yaitu sebagai berikut :
a. Sistem dengan penangkap petir
Prinsip kerjanya adalah harus menyediakan titik pada ujung bangunan
yang diamankan untuk sasaran sambaran petir, saluran untuk
menyalurkan arus petir ke tanah, dan sistem pembumian untuk
mendistribusikan arus petir yang masuk ke tanah dengan merata agar tidak
menimbulkan kerusakan atau bahaya.
b. Sistem Disipasi (Dissipation Array System)
Pada prinsipnya DAS tidak bertujuan untuk mengundang arus petir agar
menyambar terminasi udara yang sudah disediakan melainkan
membuyar arus petir agar tidak mengalir ke daerah yang dilindungi.
Berdasarkan tempatnya sistem proteksi petir dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu :
a. Proteksi eksternal
Proteksi eksternal merupakan instalasi dan alat-alat di luar suatu
struktur untuk menangkap dan menghantarkan arus surja petir ke
pembumian. Sistem proteksi eksternal yang sering digunakan terdiri dari
tiga bagian yaitu Air Terminal, Down Conductor, dan Earthing System.
b. Proteksi Internal

Proteksi petir internal adalah perlindungan terhadap sistem elektronika di


dalam bangunan/gedung akibat tegangan lebih yang ditimbulkan oleh
induksi elektromagnetik akibat sambaran petir langsung.

2.1.5 PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK TERHADAP


SAMBARAN
PETIR LANGSUNG
Perlindungan gardu induk dari sambaran petir langsung dapat dianalisa
menggunakan metode bola bergulir. Tiang penangkal petir (lightning
mast) dan kawat tanah digunakan untuk melindungi gardu induk dari
sambaran petir langsung.
A. Perlindungan Dengan Satu Tiang Penangkal Petir
Gambar 1. Menampilkan metode bola bergulir menggunakan satu tiang
penangkal petir untuk melindungi objek. Lingkaran tersebut adalah bola
yang bergulir yang merupakan sambaran
petir. Untuk menentukan besarnya impedansi surja dari konduktor dengan
korona

(Zs) terlebih dahulu harus dicari nilai radius korona dari

konduktor.
Dimana :
Rc = radius korona (meter)
h = tinggi rata-rata dari konduktor (meter)
Vc = BIL untuk post insulator (kV)
E0 = Batas gradien korona, besarnya sama dengan 1500 kV/m
Dengan menggunakan iterasi Newton-Raphson, persamaan tersebut
berubah menjadi :

Sehingga besarnya impedansi surja dari konduktor adalah :

Dimana r = radius dari konduktor (meter)


Dengan mengetahui nilai Zs(impedansi surja) dalam satuan ohm
Is yaitu arus sambaran (kA)

dan

yang diijinkan dalam gardu induk dapat

ditentukan besarnya jarak sambaran yang menjadi nilai dari radius bola
(S).

Dimana :
Semua satuan dalam meter.
S = radius bola
H = Tinggi Tiang penangkal petir
A = Tinggi bus
C = jarak horisontal dari titik asal bola ke bus
T = Jarak maksimum dari tiang penangkal petir ke bus untuk
perlindungan
B. Jarak Maksimum Antara Dua Tiang Penangkal Petir

Penentuan jarak maksimum antara dua tiang penangkal petir adalah untuk
melindungi gardu induk dari sambaran samping.
Dimana :
Semua satuan dalam meter
S = Radius bola
W = jarak horisontal dari titik asal bola ke bus
Z

= Jarak horisontal antara OOS dan garis batas bola antara dua tiang

penangkal petir
Y = jarak antara tiang penangkal petir ke bus
L = Setengah jarak antara dua tiang penangkal petir
X = Jarak maksimum antara dua tiang penangkal petir

Dimana :
Semua satuan dalam meter
Q = Jarak antara tiang penangkal petir ketika perlindungan dengan tiga
tiang penangkal petir.
J = Jarak horisontal antara OOS dan tiang penagkal petir

C. Jarak Maksimum Untuk Empat Tiang Penangkal Petir


Penentuan jarak maksimum antara empat tiang penangkal petir untuk
melindungi gardu induk dari sambaran vertikal dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :

Dimana :
Semua satuan dalam meter
D = Perbedaan elevasi antara tiang penangkal petir dan bus
E = Perbedaan elevasi antara tiang penangkal petir dan OOS
J = Jarak horisontal antara OOS dan tiang penagkal petir
K = Jarak diagonal antara tiang penangkal petir untuk empat tiang
penangkal petir
P = Jarak antara tiang penangkal petir untuk empat tiang penangkal
petir
D. Jarak Maksimum Untuk Tiga Tiang Penangkal Petir
Penentuan jarak maksimum untuk tiga tiang penangkal petir adalah pada
gambar 4.

Gambar 5. Proteksi Satu Kawat Tanah

Gambar 6. Proteksi Dua Kawat Tanah


E. Perlindungan Dengan Satu Kawat Tanah
Dengan mengetahui nilai Zsdan Is dapat ditentukan besarnya jarak
sambaran yang menjadi nilai dari radius bola. Besarnya jarak pisah
horisontal maksimum dari kawat tanah dan bus untuk perlindungan pada
bus dengan tinggi A adalah :

Dimana :
Semua satuan dalam meter
S = radius bola
H = Tinggi kawat tanah
A = Tinggi bus
R = Jarak horisontal antara OOS dan kawat tanah

T = Jarak horisontal antara OOS dan bus


C = Jarak horisontal antara kawat tanah dan bus

F. Jarak Maksimum Antara Dua Kawat Tanah


Perhitungan jarak maksimum antara dua kawat tanah sebagai
perlindungan gardu induk dari sambaran petir langsung adalah sebagai
berikut :

Dimana :
Semua satuan dalam meter
D = Jarak elevasi antara kawat tanah dan bus
H = Tinggi kawat tanah
A = Tinggi bus
S = radius bola
E = Perbedaan elevasi antara kawat tanah dan OOS
L = Setengah dari jarak antara dua kawat tanah
X = jarak maksimum antara dua kawat tanah

BAB III
Hasil yang didapat di Lapangan
3.1 Single Line Diagram GITET Ungaran 500kV

Single line diagram GITET Ungaran

3.2 Peralatan yang digunakan pada GITET Ungaran 500 kV

c
Gambar 7.

a. Pembumian menara b. Pembumian kawat tanah


c. Lightning Rodes

a
c

Gambar 8.

a. Switch Yard b. Ligthning Rodes Switch Yard c. Arrester

Gambar 8.

a. Ground Wire b. Pembumian Arrester

BAB IV
Implementasi Teori dan Hasil dari Lapangan
Dari hasil data kunjungan pada Bab III dan dasar teori di Bab 2 didapatkan cakupan
GITET Ungaran 500kV yaitu sebagai berikut :
Single line diagram pada GITET Ungaran 500kV:

Pada Gambar tersebut dapat dilihat luasnya cakupan switchyard GITET Ungaran 500kV
sehingga butuh proteksi terutama terhadap petir.

GITET ungaran memiliki proteksi terhadap petir diantaranya:


1. Arrester pada peralatan yang ada di switchyard

Arrester digunakan sebagai pelindung dari tegangan lebih petir dan tegangan lebih pada
saluran fasa, arrester juga digunakan untuk melindungi beberapa peralatan pada GITET
Ungaran 500kV. Pada keadaan normal arrester bersifat sebagai isolator(dibawah tegangan
batas), tetapi pada tegangan lebih(dari batas yang ditentukan) arrester akan bersifat
sebagai onduktor sehingga bisa mengalirkan tegangan lebih petit tersebut ke tanah.
2. Ligthning Rodes yang melindungi area switchyard

Ligthning Rodes digunakan sebagai pelindung dari sambaran petir yang bisa menyambar
switchyard, Ligthning Rodes juga digunakan untuk melindungi beberapa gedung dan

menara transmisi pada GITET Ungaran 500kV. Ligthning Rodes merupakan objek yang
disediakan untuk disambar oleh petir dan disalurkan ke tanah karena pada dasarnya petir
memilih jalan tercepat menuju tanah, oleh karena itu Ligthning Rodes dipasang lebih
tinggi dari peralatan yang dilindungi.
3. Ground Wire pada Menara-menara Transmisi di area GITET Ungaran 500kV

Ground Wire juga berperan sebagai objek yang disediakan untuk disambar oleh petir dan
disalurkan ke tanah karena pada dasarnya petir memilih jalan tercepat menuju tanah, oleh
karena itu Ground Wire dipasang lebih tinggi dari kabel fasa yang dilindungi. Pada
GITET Ungaran Ground Wire yang digunakan juga digunakan untuk berkomunikasi
dengan Gardu Induk lainya yaitu dengan meletakkan kabel Fiber Optic di dalamnya.
4. Pembumian menara-menara transmisi

Karena menara juga tinggi maka menara juga merupakan objek sambaran petir untuk
mencari jalan tercepat ke tanah, oleh karena itu menara transmisi juga harus diberi
pembumian untuk mengurangi nilai hambatan tanahnya sehingga memudahkan
mengalirya tegangan impuls petir yang menyambar menara ke tanah.
5. Pembumian groundwire

Karena menara juga tinggi maka menara juga merupakan objek sambaran petir untuk
mencari jalan tercepat ke tanah, oleh karena itu menara transmisi juga harus diberi
pembumian untuk mengurangi nilai hambatan tanahnya sehingga memudahkan
mengalirya tegangan impuls petir yang menyambar menara ke tanah dengan terlebih
dahulu memisahkan fiber opticnya untuk disalurkan ke gedung-gedung pengontrolan.
6. Pembumian arrester dan lightning rodes

Ligthning Rodes juga berperan sebagai objek yang disediakan untuk disambar oleh petir
dan disalurkan ke tanah karena pada dasarnya petir memilih jalan tercepat menuju tanah,
oleh karena itu Ligthning Rodes dipasang lebih tinggi dari peralatan yang dilindungi.
Begitu pula dengan arrester, setelah arus melewatinya maka arrester perlu menyalurkan
tegangan tersebut ke tanah sehingga arrester juga perlu dibumikan.

BAB V

Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kunjungan di Penyaluran dan Pengaturan Beban (P3B) Unit Pengaturan
Bebean

(UPB)

Ungaran,

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melindungi sistem yang memerlukan kestabilan(sistem transmisi) maka diperlukan


adanya suatu sistem proteksi petir untuk melindunginya dari kemungkinan sambaran petir.
2. PT. PLN (PERSERO) P3B Region III Ungaran
penyaluran

dan

pengaturan

berfungsi

sebagai

pusat

sistem di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Oleh karena itu

sistem transmisi yang dinaungi oleh GITET Ungaran sangat diharapkan untuk terlindung dari
semua gangguan(salah satunya petir).
3. Arrester digunakan untuk melindungi kabel fasa dan beberapa peralatan pada switchyard dari
GITET Ungaran 500kV
4. Ligthning Rodes digunakan untuk melindungi peralatan dalam cakupanya dengan membiarkan
dirinya menjadi objek sambaran petir.
5. Menara transmisi juga memiliki kemungkinan tersambar petir sehingga harus memiliki nilai
tahanan tanah yang kecil.
4.2 Saran
Setelah melakukan kunjungan ke GITET Ungaran 500kV didapatkan saran sebagai berikut :
-

Sebaiknya GITET Ungaran 500kV menggunakan lebih banyak ligthning rodes karena

sangat vitalnya peran GITET Ungaran dalam sistem transmisi Jawa Bali
Sebaiknya data sistem proteksi petir GITET ungaran ditampilkan juga ke Mahasiswa
karena pihak supervisor tidak terlalu memberitahu sistem perlindungan petirnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Hutahuruk, T.S, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 1989.

[2]

IEEE Guide for Direct Lightning Lightning Stroke Shielding of Substations,

IEEE Standard 998-1996.


[3]

Leon Kempner, Substations Structure Design Guide, ASCE Publications, 2008.

[4]

Mousa, A.M.,A Computer Program For Designing The Lightning Shielding System

of Substations, IEEE Trans.Power Del., vol.6, No.1, January, 1991.


[5]

Pritindra Chowdhuri, Electromagnetic Transient in Power System, Research Studies

Press, Taunton, 2004.


[6]

Ravindra P. Singh, Switchgear and Power System Protection, PHI Learning Private

Limited, New Delhi, 2009.


[7]

Shoaib Khan, Sheeba Khan, and Ghariani Ahmed, Industrial Power Systems, CRC

Press, Boca Raton, 2007.


[8] Soli Akbar Hutagaol, Studi Tentang Sistem Penangkal Petir Pada BTS, Departemen
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2009.
[9] Taufiq Alif Kurniawan dan Achmad Bambang Sumadiyana, Sistem Proteksi Petir
Internal dan Eksternal, Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Jakarta, Oktober,
2007.
[10] Nina Dahliana Nur, Pemodelan Perlindungan Gardu Induk dari Sambaran Petir Langsung
di PT. PLN (Persero) Gardu Induk 150 kV Ngimbang-Lamongan

BIODATA PENULIS

Dedy Ardianto 21060112130059, dilahirkan di Jakarta, 19


Agustus 1994. Jenjang edukasi ditempuh dari SDN Cilandak Barat 09
pagi Jakarta Selatan,SMP N 66 Jakarta, SMAN 66 Jakarta dan sekarang
sedang menempuh studi S1 dijurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai