Anda di halaman 1dari 28

BAB I

KRISTALOGRAFI
KRISTAL
Sebelum mendalami lebih jauh terhadap sistem-sistem kristal, ada baiknya mengetahui apa
itu kristal. Kristal merupakan suatu bangun polyeder (bidang banyak) yang teratur dan dibatasi oleh
bidang-bidang rata yang tertentu jumlahnya dan mempunyai sumbu simetri tertentu pula. Atau
Kristal juga dapat didefinisikan sebagai zat padat homogen dengan ciri-ciri permukaan terdiri dari
bidang-bidang datar ataupun polieder (bidang banyak) yang teratur.
KRISTALOGRAFI
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri dari kristal terutama tentang
perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morfological), struktur dalam, dan sifatsifat fisisnya.
KRISTALOGRAFI GEOMETRIS
Penggambaran Suatu Bentuk Kristal perlu memperhatikan:
1.
2.
3.
4.

Sumbu dan sudut kristalografi


Sistem kristalografi
Bentuk dasar Kristal
Bentuk umum
1. Sumbu dan Sudut Kristalografi
a. Sumbu kristalografi
Garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal.
Kristal dalam penggambarannya menggunakan 3 sumbu, yaitu sumbu a, b, dan c.
Sumbu a = sumbu yang tegak lurus terhadap bidang kertas; sumbu b = sumbu horisontal;
dan sumbu c = sumbu vertikal.
b. Sudut kristalografi
Sudut yang dibentuk oleh dua buah garis sumbu Kristal.
2. Sistem Kristalografi
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem yang didasarkan pada:

Perbandingan panjang sumbu kristalografi


Letak atau posisi sumbu kristalografi
Jumlah sumbu kristalografi
Nilai sumbu c atau sumbu vertikal

I.1.

Sistem Reguler

(Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)


Ketentuan :

Terdiri dari 3 buah sumbu kristal: a, b, dan c


Sumbu a = b = c
90 = = =
Karena Sb a = Sb b = Sb c maka disebut juga Sb a

Penggambarannya :
Sumbu c vertikal dan tegak lurus dengan sumbu b yang horisontal. Sumbu terhadap
b-, dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3
a+ b- = 30o
Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu a (sumbu a, b, c) mungkin bernilai 4 atau 2
dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan :

2
4
,4, 4, ,2
m
m

Angka menunjukkan nilai sumbu dan huruf , menunjukkan adanya bidang simetri yang
tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian kedua

: menerangkan sumbu simetri bernilai 3. Apakah sumbu simetri yang

bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja.

Maka bagian kedua selalu ditulis : 3 atau 3

Bagian ketiga

: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri diagonal bernilai 2 dan ada


tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak lurus terhadap sumbu
diagonal tersebut.

Bagian ketiga dinotasikan dengan

2
,2, m atau tidak ada.
m

Contoh :

4 2
4 2
, 3, ---
, 3,
m
m
m
m

klas hexoctahedral

...

klas hextetrahedral

... 4 3 2 --- 4 3 2

klas tetratohedris

2 3 --- 2 3 -

Menurut Schoenflish penentuan klas simteri untuk :


Sistem Reguler
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c. untuk itu ada 2 kemungkinan
yaitu sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.
kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder),
karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 4
adalah bentuk kristal Octahedron.
kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan dengan huruf T (tetraeder), karena
contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c bernilai 2 adalah
bentuk tetrahedron.
Bagian kedua

: menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut


mempunyai :
bidang simetri horizontal (h)
bidang simetri vertikal (v)

dinotasikan h

bidang simetri diagonal (d)


kalau mempunyai :
bidang simetri horizontal (h)

dinotasikan h

bidang simetri vertikal (v)


kalau mempunyai :
bidang simetri vertikal (v)

dinotasikan v

bidang simetri diagonal (d)


kalau mempunyai :

bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan d

Contoh :
klas hexoctahedral

.. Oh

klas pentagonal icostetrahedral


I.2.

... O

Sistem Tetragonal

(Quadratic)
Ketentuan :

Terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c


Sb a = b c
90 = = =
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb b atau Sb a. Sb c lebih panjang dari
Sb a atau Sb b disebut bentuk Columnar (Panjang). Sb c lebih pendek dari Sb a atau Sb
b disebut bentuk Stout (Gemuk).

Penggambarannya :
a+ b- = 30o
a:b:c=1:3:6
Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
Bagian pertama : menerangkan nilai sumbu c, mungkin bernilai 4 atau

tidak bernilai

dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.


Bagian ini dinotasikan dengan :

4
,4, 4
m

Bagian kedua : menerangkan ada tidaknya nilai sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.
Bagian ini dinotasikan dengan :
Bagian ketiga

2
,2, m atau tidak ada
m

: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya


bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.

Bagian ini dinotasikan dengan : 2,2,m atau tidak ada


Contoh :
klas ditetragonal bipyramidal.

4 2 2
, ,
m m m

4 2 2
, ,
m m m

klas tetragonal trapezohedral .. 4 2 2

4 2 2

klas ditetragonal pyramidal 4 m m

4 m m

Menurut Schoenflish penentuan klas simteri untuk :


Sistem Tetragonal
Bagian pertama :

menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu

lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet.


Ada 2 kemungkinan :
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata
Diedrish.
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata
Cyklich.
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan
agak ke bawah dari notasi D atau C.
Misal D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga : menerangkan kandungan bidang simetrinya
Kalau mempunyai :

bidang simetri horizontal (h)

dinotasikan h

bidang simetri vertikal (v)


bidang simetri diagonal (d)
Kalau mempunyai :

bidang simetri horizontal (h)

dinotasikan h

bidang simetri vertikal (v)


Kalau mempunyai :

bidang simetri vertikal (v)

dinotasikan v

bidang simetri diagonal (d)

Kalau mempunyai :
bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan d

Contoh :
Klas ditetragonal pyramidal C4V
klas ditetragonal bipyramidal. D4h
klas tetragonal scalenohedral.. D2d
klas tetragonal trapezohedral.. D4

I.3.

Sistem Triklin

(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohidral)


Ketentuan :

Terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c


Sb a b c
= = 90 , 90o
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb brachi
Sb b disebut Sb macro
Sb c disebut Sb basal / vertical

Penggambarannya :
a+ b- = 45o
a : b : c = 80O

Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk


Sistem Triklin
Sistem ini hanya mempunyai 2 klas simetri, yaitu :

mempunyai titik simetri.. klas pinacoidal

tidak mempunyai titik simetri

. klas asymmetric

Menurut Schoenflish penentuan klas simteri untuk :


Sistem Triklin
Bagian pertama :

menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu

lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet.


Ada 2 kemungkinan :
Kalau sumbu tersebut bernilai 2 dinotasikan dengan D dari kata
Diedrish.
Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c dari kata
Cyklich.
Bagian kedua : menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini dituliskan di sebelah kanan
agak ke bawah dari notasi D atau C.
Misal D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga : menerangkan kandungan bidang simetrinya
Kalau mempunyai :

bidang simetri horizontal (h)

bidang simetri vertikal (v)

bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan h

Kalau mempunyai :

bidang simetri horizontal (h)

dinotasikan h

bidang simetri vertikal (v)

Kalau mempunyai :

bidang simetri vertikal (v)

bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan v

Kalau mempunyai :

bidang simetri diagonal (d)

dinotasikan d

Contoh :

klas ditetragonal pyramidal C4V

I.4.

klas ditetragonal bipyramidal. D4h

klas tetragonal scalenohedral.. D2d

klas tetragonal trapezohedral.. D4

Sistem Monoklin

(Oblique = Monosymetric = Clonorhombic = Hemiprismatik Monoclonihedral)


Ketentuan :

Terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c


Sb a b c
= = 90 , 90o
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb clino
Sb b disebut Sb ortho
Sb c disebut Sb basal / vertical

Penggambarannya :
a+ b- = 45o
a : b : c = sembarang
Menurut Herman Mauguin penentuan klas simetri untuk :
Sistem Monklin

Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu b tersebut.
Contoh :
klas prismatic.

2
m

klas sphenoidal. 2
Bentuk-Bentuk Kristal
Bentuk kristal terbagi atas bentuk tunggal, bentuk kombinasi dan bentuk pertumbuhan.
Bentuk tunggal adalah kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar dengan bentuk dan
ukuran yang sama.
Contoh :
4 bidang Kristal Tetrahedron {111}
6 bidang Kristal Hexahedron {100}
Bentuk kombinasi adalah bentuk kristal yang pada bentuk tersebut didapatkan dua atau
lebih simbol bidang yang dipakai sebagai g terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk
tunggal yang tidak sama, sehingga simbol bentuk dan hanya pada sistem kristal yang
sama.
Contoh :

kombinasi hexahedron {100} + octahedron {111}

kombinasi rhomben dodecahedron {110} + tetrakishexahedron {210}

Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau
kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri
persekutuan yang sama. Tetapi apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut
kedudukannya tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal tersebut disebut kelompok
atau kumpulan kristal (Crystal Agregate).
Contoh :
tetrakishexahedron {210}
trikisoktahedron

{211}

10

Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Salib Sumbu Kristalografi.

a.

Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal melalui titik

pusat kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan
pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang
simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut
membagi kristal melalui dua sumbu
utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus
terhadap sumbu c.

11

b.

Sumbu simetri
Merupakan suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, jika Kristal tersebut

diputar 360 maka akan ada beberapa kedudukan tertentu yang akan menunjukkan
kenampakan seperti asalnya.
c.

Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dapat membuat garis

bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan
menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama
terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan
dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal,
dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya. Pusat simetri selalu berimpit dengan pusat kristal, tetapi pusat kristal belum
tentu merupakan pusat simetri.

BAB II

12

MINERALOGI

Mineralogi
Adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari mengenai mineral,
baik dalam bentuk individu maupun kompleks, dengan maksud mendeterminasikan sifat-sifat fisik,
sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Beberapa Kajian dalam Mineralogi :
Mineralogi fisik, yaitu penentuan mineral berdasarkan sifat-sifat fisiknya.
Mineralogi khemis, mempelajari sifat-sifat kimia mineral sebagai persenyawaan khemis
dan penyelidikannya dengan pipa tiup, reaksi hepar, dan sebagainya.
Mineralogi optik, mempelajari sifat-sifat optik mineral dengan menggunakan mikroskop
polarisasi.
Kegunaan mineral, mempelajari kegunaan mineral kaitannya dengan kebutuhan manusia
seperti sebagai permata, perhiasan, barang-barang keramik, pupuk, industri kimia, dan
sebagainya.
Mineral
Secara umum definisi mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara tertentu.
Menurut L.G. Berry & B. Mason1959
Mineral adalah benda padat homogen terdapat di alam terbetun secara anorganik, mempunyai
komposisi kimia tertentu & mempunyai susunan atom yang teratur.
Menurut D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972
Mineral adalah bahan padat dgn struktur homogen mempunyai kompisisi kimia tertentu, diben-tuk
oleh proses alam yang anorganik.
Menurut A.W.R. Potter & H. Robinson 1977
Mineral adalah zat atau bahan yg homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempu-nyai
sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
BATASAN-BATASAN MINERAL

13

Suatu Bahan Alam


Bahan terbentuk secara alamiah bukan dibuat oleh manusia.
Mempunyai sifat fisik & kimia tetap
Sifat fisik : warna, kekerasan, belahan, perwakan, pecahan.
Sifat kimia : nyata api terhadap api oksidasi/api reduksi, pengarangan.
Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yg tetap
Unsur tunggal : Diamond (c), Native silver (Ag),dan lain-lain.
Unsur senyawa : Barit (BaSO4), Magnetite (Fe3O4), Zircon(ZrSiO4)
Unsur senyawa kimia komplek :
- Epistolite (NaCa) (CbTiMgFeMn) SiO4(OH)
- Polymignyte (CaFeYZrTh) (CbTiTa) O4
Anorganik
Mineral bukan hasil dari suatu kehidupan.
Ada beberapa mineral hasil kehidupan yaitu mineral organic. Contoh : Coal, Aspal
Homogen
Mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses

fisika.
Berupa padat, cair dan gas
Zat Padat : Kwarsa SiO2, Barite BaSO4
Zat Cair : Air raksa HgS, Air H2O
Gas : H2S, CO2, CH4
Mineralogi fisis
Adalah pengetahuan tentang sifat fisis mineral.
Sifat-sifat Fisis yang diselidiki :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Warna (Colour)
Perawakan Kristal (Crystal habit)
Kilap (luster)
Kekerasan (Hardness)
Gores (Streak)
Belahan (Cleavage)
Pecahan (Fracture)
Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
Berat jenis (Specific gravity)
Rasa dan bau (Taste and odour)
Kemagnetan
Derajat ketransparanan
Nama mineral dan rumus kimia

Sifat fisis berdasarkan tenaga kohesi

14

Adalah sifat fisis yang terjadi karena adanya daya tarik-menarik antara molekul-molekul
yang sejenis di antara atom-atomnya. Sifat fisik suatu mineral sangat tergantung dari :
1. Susunan atau struktur kristal yang dimiliki
2. Komposisi kimia dari material yang menyusunnya
Sifat tersebut antara lain :
1. Belahan (cleavage)
2. Pecahan (fracture)
3.Kekerasan (hardness)
4. Sifat dalam (tenacity)
Sifat-sifat atas dasar kerapatan
Yaitu sifat mineral yang dipengaruhi oleh tingkat kerapatan atom-atomnya termasuk di
dalamnya adalah berat jenis.
Mineral berdasarkan kerapatannya :
1. Metalic
a. Low density : 0 - 4
b. Medium density : 4,1 - 7
c. High density : > 7
2. Non metalic
a. Low density : 2 - 2,5
b. Medium density : 2,6 3,0
c. High density : > 3,0
Sifat-sifat atas dasar aktivitas sinar
Mineral berdasarkan aktivitas sinar :
1. Kilap (luster)
2. Warna (color)
3. Daya tembus cahaya (transparancy)
4. Cerat (streak)
II.1.

Warna (colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai oleh suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan
(refleksi).Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan
warna asli (tetap), yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut.Idiochromatik,
Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral.

15

Faktor-faktor yang mempengaruhi warna mineral:


- Komposisi kimia
- Struktur kristal dan ikatan atom
- Tingkat pengotor pada kristal
- Perbedaan panjang gelombang yang diserap
Beberapa contoh warna mineral

II.2.

Perawakan kristal (crystal habit)


Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan
kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri
tetap mineral. Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun
(foilated).
Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

16

meniang (columnar) ialah bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : tourmaline
menyerat (fibrous) ialah bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh : asbestos
menjarum (acicular) ialah bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : natrolite
menjaring (reticulate) ialah bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun
menyerupai jaring.
Contoh : rutile
membenang (filiform) ialah bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
Contoh : silver
merabut (capillary) ialah bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh : cuprite
mondok (stout, stubby, equant) ialah bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat
pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dari sumbu lainnya.
Contoh : zircon
membintang (stellated) ialah bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Contoh : pirofilit
menjari (radiated) ialah bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh : markasit
a.

Flattened habits (lembaran tipis)


Yang termasuk flattened habits adalah :
membilah (bladed) ialah bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu,
dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : kyanite
memapan (tabular) ialah bentuk kristal pipih yang menyerupai bentuk papan, dimana
lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contoh : barite
membata (blocky) ialah bentuk kristal tebal yang menyerupai bentuk bata, dengan
perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama.
Contoh : microline
mendaun (foliated) ialah bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan
yang mudah dikupas/ dipisahkan.

17

Contoh : mica
memencar (divergent) ialah bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk lapisan
terbuka.
Contoh : gypsum
membulu (plumose) ialah bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh : mica
b. Rounded habits (membutir)
Yang termasuk rounded habits adalah :
mendada (mamillary) ialah bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast
like).
Contoh : opal
membulat (colloform) ialah bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulatbulat.
Contoh : glauconite
membulat jari (colloform radial) ialah bentuk kristal membulat dengan struktur dalam
memencar menyerupai bentuk jari.
Contoh : pyrolorphyte
membutir (granular)
Contoh : olivine
memisolit (pisolitic) ialah kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang
tanah.
Contoh : opal (variasi hyalite)
stalakit (stalactitic) ialah bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.
Contoh : goethite
mengginjal (reniform) ialah bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
Contoh : hematite
II.3

Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang
erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Kilap
dibedakan menjadi :

18

a. Kilap logam
b. Kilap sub metalic
c. Kilap non logam
II. 4

Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan
(straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan
permukaan mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs yang sudah diketahui
kekerasannya. Untuk pengukuran kekerasan ini, dapat digunakan alat sederhana seperti
kuku tangan, pisau baja dan lain-lain, seperti terlihat pada tabel berikut :
Alat Penguji Kekerasan
Alat penguji
Kuku manusia
Kawat tembaga
Pecahan kaca
Pisau baja
Kikir baja
Lempeng baja

Derajat Kekerasan Mohs (H)


2,5
3
5,5 6
5,5 6
6,5 7
7

Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga,
maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
II. 5. Gores (Streak)
Adalah warna bubuk dari mineral yang diperoleh dengan menggoreskan mineral pada
piring porselin warna ini umumnya lebih stabil dan dapat dipertanggungjawabkan.Untuk
mineral yang mempunyai K > 6, cerat dapat diperoleh dengan mengikir atau menghancurkan
mineral sehingga menjadi bubuk.

II. 6. Belahan (Cleavage)


Adalah sifat mineral yang jika mengalami pembelahan maka bidang belahnya akan
mengikuti struktur kristalnya secara teratur.
Tingkat belahan berdasarkan kesempurnaannya :
a.

Sempurna (perfect)
Terjadi jika mineral terbelah mengikuti bidang belahannya, shg bidang belahan rata &
sulit pecah. Contoh: mika

19

b.

Baik (good)
Terjadi jika mineral terbelah melalui bidang belahan (rata), tetapi kadang-kadang dapat

terbelah tanpa melalui bidang belahan. Contoh: feldspar dan augit.


c. Jelas (distinct)
Mineral dapat terlihat dengan jelas (baik), tetapi mineral tersebut sukar membelah
melalui bidang belahan (tidak begitu rata). Contoh: hornblende dan staurolit
d. Tidak jelas (indistinct)
Arah belahan masih dapat dilihat, tetapi kemungkinan terbelah melalui arah belahan
sama dengan kemungkinan untuk pecah memotong arah belahannya. Contoh:
e.

corundum, emas dan platinum


Tidak sempurna (imperfect)
Dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk
belahan sangat kecil daripada untuk membentuk pecahan.

II. 7. Pecahan (Fracture)


Pecahanterjadi jika mineral mendapat tekanan (misal: dipukul) sehingga mengakibatkan mineral tersebut pecah dengan bentuk yang tidak teratur dan permukaannya tidak
rata.
Beberapa macam pecahan :
a.Concoidal
b.Splintery
c.Earthy
d.Hackly
e.Even
f.Uneven
II. 8. Daya Tahan terhadap Pukulan (Tenacity)
Yaitu daya tahan mineral terhadap pukulan, pecahan, pembengkokan, penghancuran,
dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
a.

Ductile
Yaitu mineral yang dapat diubah bentuknya dengan suatu tekanan.

b.

Malleable
Yaitu mineral yang dapat ditempa.

c.

Sectile
Yaitu mineral yang dapat dipotong dengan pisau dalam keadaan dingin.

20

d.

Flexible
Yaitu mineral yang dapat dibengkokkan dengan suatu tenaga dan apabila tenaga itu
hilang maka mineral masih akan tetap bengkok (mudah dirubah).

e.

Elastis
Yaitu mineral yang dapat dibengkokkan dengan suatu tenaga dan apabila tenaga itu
hilang maka mineral akan kembali ke posisi semula.

f.

Brittle
Yaitu mineral yang akan hancur jika dipukul.

II.9.

Berat Jenis (Specific Gravity)


Untuk mengetahui mineral yang belum diketahui Bdnya dipakai alat yang disebut cairan
berat :

Pertama : Bromoform (ChBr)

Kedua : Joodmethylin (Ch2 J2)

Ketiga : Cclerici yaitu larutan Thallium malonat formiat

a.

b.

c.

Mineral dengan BD < 2,68 mineral ringan

kwarsa: 2,57

albit: 2,62

oligoklas: 2,64

Mineral dengan BD > 2,68 mineral berat

Labradorit: 2,70

Anortit: 2,76

Augit hornblende: 3,20

Maskotit: 2,90

Biotitit: 3,00

Korundum: 3,20

Turmalin

Mineral dengan BD 3,3 4 mineral amat berat

olifin

starolit

21

d.

granat / garnet

Mineral dengan BD > 4 dan kekerasan = 7

Zirkon

BD = 2,65 Mineral tergolong dalam fraksi enteng dan bias rangkapnya Kuarsa kristalen;
bergkristaltergolong rendah yaitu terdiri dari opal = sebetulnya gel asam(tidak berwarna);
amathis atau kecubung

chalsedon; jenis kristalnya jenis kripto (kwarsa kriptokersik

kristalen); k = 7; struktur kristalnya baru tampak jika dilihat dengan agat; jenis kristalnya jenis
kripto (kwarsamenggunakan mikroskop. kripto kristalen) = k = 7; struktur kristalnya baru
tampak jika dilihat Oniks, jenis kristalnya jenis kriptodengan menggunakan mikroskop
(kwarsa kripto kristalen) = k = 7; struktur kristalnya baru tampak jika opal besi kersik
jaspis dilihat dengan menggunakan mikroskop tanggung (half opal) = sifat membelah tidak
ada pecahannya berupa kerang.
II. 10. Kemagnetan
Kemagnetan kristal adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Untuk mengetahui
hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara mendekatkan mineral dengan magnet. Sifat yang
terjadi berupa mineral tertarik oleh magnet atau mineral tidak tertarik oleh magnet.
Kemagnetan terjadi ketika ada suatu ketidakseimbangan dalam struktur susunan ion-ion
besi. Besi ditemukan dalam dua prinsip ionik yang dinamakan ion besi belerang (ferrous
ions) dan ion asam besi (ferric ions). Ion besi belerang bermuatan +2 ; sedangkan ion asam
besi bermuatan +3. Kedua ion mempunyai perbedaan atomic radii karena muatan yang
lebih tinggi pada ion asam besi menarik elektron yang mengelilingi ion secara kuat. Hal ini
dapat mendorong kearah ion yang berbeda yang sedang ditempatkan dalam posisi terpisah
pada suatu struktur kristal. Elektron bergerak dari besi belerang ke ion asam besi yang
bermuatan lebih positif menciptakan suatu medan magnet yang lemah. Sifat kemagnetan
suatu mineral dibedakan menjadi 3 yaitu :
a.

Ferromagnetik
Mineral ferromagnetik ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet dengan kuat.
Contoh mineral Ferromagnetik :
Magnetite

22

Maghemite
Pyrrhotite

b.

Paramagnetik
Mineral paramagnetik ialah mineral yang dapat ditarik oleh magnet, tetapi tertarik
dengan lemah.
Contoh mineral paramagnetik :
Siderite
Chromite
Columbite
Franklinite
lmenite
Tantalite, dll

c.

Diamagnetik
Mineral diamagnetik adalah mineral yang tidak dapat ditarik sedikitpun oleh
magnet (tidak terpengaruh oleh gaya tarik magnet). Hal ini terjadi karena dalam
mineral ini tidak terdapat unsur besi (Fe).
Contoh mineral diamagnetik :

Pirolusit

Kuarsa
Serpentin, dll

II.11. Derajat Ketransparanan


Derajat transparansi mineral dibedakan menjadi :
a.

Transparant
Jika suatu mineral ditempelkan menutupi suatu benda maka benda tersebut masih tetap
terikat.

b.

Translucent
Jika mineral ditempelkan menutupi suatu benda maka benda tersebut masih kelihatan
samar-samar.

c.

Opaque
Jika mineral ditempelkan pada suatu benda, maka benda tersebut tidak akan kelihatan
sama sekali.

23

BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dan laporan yang dibuat, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a.
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur.
b. Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat geometri dari kristal terutama
tentang perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar (morfological), struktur
dalam, dan sifat-sifat fisisnya.
c. Sistem Kristal dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :
Sistem Reguler
(Cubic = Isometric = Tesseral = Tessular)
Ketentuan :
Terdiri dari 3 buah sumbu kristal: a, b, dan c
Sumbu a = b = c
90 = = =
Karena Sb a = Sb b = Sb c maka disebut juga Sb a
Penggambarannya :
Sumbu c vertikal dan tegak lurus dengan sumbu b yang horisontal. Sumbu terhadap
b-, dengan perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3
a+ b- = 30o

24

Sistem Tetragonal
(Quadratic)
Ketentuan :
Terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c
Sb a = b c
90 = = =
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb b atau Sb a. Sb c lebih panjang dari
Sb a atau Sb b disebut bentuk Columnar (Panjang). Sb c lebih pendek dari Sb a atau Sb
b disebut bentuk Stout (Gemuk).
Penggambarannya :
a+ b- = 30o
a:b:c=1:3:6
Sistem Triklin
(Anorthic = Asymetric = Clinorhombohidral)
Ketentuan :
Terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c
Sb a b c
= = 90 , 90o
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb brachi
Sb b disebut Sb macro
Sb c disebut Sb basal / vertikal
Penggambarannya :
a+ b- = 45o
a : b : c = 80O
Sistem Monoklin
(Oblique = Monosymetric = Clonorhombic = Hemiprismatik Monoclonihedral)
Ketentuan :
Terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c
Sb a b c
= = 90 , 90o
Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Sb a disebut Sb clino
Sb b disebut Sb ortho
Sb c disebut Sb basal / vertical

25

Penggambarannya :
a+ b- = 45o
a : b : c = sembarang
d. Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun kompleks, dengan maksud
mendeterminasikan sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya dan
e.

kegunaannya.
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai

atom-atom yang tersusun secara tertentu.


f. Sifat Fisis Mineral adalah pengetahuan tentang sifat fisis mineral.
g. Sifat-sifat Fisis yang diselidiki :
Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai oleh suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan
sebagian dipantulkan (refleksi).Warna penting untuk membedakan antara warna
mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap), yang berasal dari elemen-elemen
pada mineral tersebut.Idiochromatik, Warna mineral yang tetap dan tertentu karena
elemen-elemen utama pada mineral.
Perawakan Kristal (Crystal habit)
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut.
Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan
merupakan ciri tetap mineral. Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal
yang mendaun (foilated).
Kilap (luster) =
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari
permukaan sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan
sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi).
Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan

26

menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs
yang sudah diketahui kekerasannya.
Gores (Streak) =
Adalah warna bubuk dari mineral yang diperoleh dengan menggoreskan mineral
pada piring porselin warna ini umumnya lebih stabil dan dapat
dipertanggungjawabkan.Untuk mineral yang mempunyai K > 6, cerat dapat
diperoleh dengan mengikir atau menghancurkan mineral sehingga menjadi bubuk.
Belahan (Cleavage) =
Adalah sifat mineral yang jika mengalami pembelahan maka bidang belahnya
akan mengikuti struktur kristalnya secara teratur.
Pecahan (Fracture) =
Pecahanterjadi jika mineral mendapat tekanan (misal: dipukul) sehingga
mengakibat-kan mineral tersebut pecah dengan bentuk yang tidak teratur dan
permukaannya tidak rata.
Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity) =
Yaitudaya tahan mineral terhadap pukulan, pecahan, pembengkokan,
penghancuran, dan pemotongan.
Berat jenis (Specific gravity) =
Untuk mengetahui mineral yang belum diketahui bedanya dipakai alat yang
disebut cairan berat :
Pertama : Bromoform (ChBr)
Kedua : Joodmethylin (Ch2 J2)
Ketiga : Cclerici yaitu larutan Thallium malonat formiat

Rasa dan bau (Taste and odour)


Kemagnetan =
Kemagnetan kristal adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Untuk
mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara mendekatkan mineral dengan

27

magnet. Sifat yang terjadi berupamineral tertarik oleh magnet atau mineral tidak
tertarik oleh magnet.
Derajat ketransparanan =
Derajat transparansi mineral dibedakan menjadi :
h.

Transparant
Jika suatu mineral ditempelkan menutupi suatu benda maka benda tersebut masih tetap

i.

terikat.
Translucent
Jika mineral ditempelkan menutupi suatu benda maka benda tersebut masih kelihatan
samar-samar.

j.

Opaque
Jika mineral ditempelkan pada suatu benda, maka benda tersebut tidak akan kelihatan
sama sekali.
Nama mineral dan rumus kimia

III.2. SARAN
Dalam kegiatan praktikum maupun penyelesaian laporan akhir ini, penyusun melihat
adanya kendala dan ingin memberikan saran, antara lain :
a. Agar materi praktikum mengenai Sistem Kristal dapat ditambah lagi.
b. Diharapkan para pengajar dalam penyampaian atau memberikan penjelasan yang lebih
mudah dan dapat dimengerti oleh praktikan, serta waktu dan tempat praktikum supaya
lebih disesuaikan lagi, sehingga dapat menjalani kegiatan praktikum dengan baik.
c. Pada saat praktikum kiranya para pengajar/asisten praktikum dapat mengajar
d. dengan tepat dan jelas, sehingga mahasiswa/i tidak kebingungan atas tugas dan materi
yang diberikan.
e. Pengertian-pengertian akan istilah dalam materi praktikum agar dapat lebih di rincikan
lagi.

28

Anda mungkin juga menyukai