Farmako Lupus
Farmako Lupus
Kortikosteroid memiliki efek spesifik dan non spesifik yang terkait dengan mekanisme
yang berbeda dari aksi, termasuk anti-inflamasi, imunosupresif ,antiproliferatif, dan efek
vasokonstriksi. Sebagian besar aksi dari kortikosteroid tersebut di mediasi olleh reseptor
intraseluller yang disebut reseptor glukokortikoid. Reseptor dari glukokortikoid a-isoform
terletak di sitosol, mengikat glukokortikoid, trans lokasi ke wilayah DNA nuklir yang
dikenal sebagai elemen responsive kortikosteroid, dimana mampu merangsang dan
menghambat transkripsi yang berdekatan, sehingga mengatur proses inflamasi. Reseptor
glukokortikoif P-isoform tidak mengikat glukokortikoid ,tetapi mampu mengikat
antiglucocrtikoid/senyawa antiprogestin RU-486 untuk mengatur kerja gen 2 glukortikoid
reseptor B dapat menipiskan aktifasi perpindahan mediasi ligan gen hormon-sensitif oleh
isoform da mengkin menjadi penanda penting dari ketidakpekaan steroid
Terapi Non-Farmakologi
Beberapa langkah nonfarmakologi dapat digunakan untuk mengelola gejala dan
membantu mengelola remisi. Fatigue merupakan gejala umum pada pasien dengan lupus.
Keseimbangan dalam istirahat dan berolahraga, sambil menghindari kelelahan, sangat
penting dalam mengelola fatigue. Menghindari merokok mungkin sangat penting karena
hidrazin dalam asap tembakau mungkin menjadi pemicu lupus. Tidak ada diet khusus
yang diketahui mempengaruhi perjalanan lupus. Namun, turunan minyak ikan mungkin
mencegah keguguran pada wanita hamil dengan antibodi antifosfolipid, tetapi kecambah
alfalfa (alfalfa sprouts) harus dihindari karena mengandung asam amino L-canavanine
yang diduga mengubah respon sel T dan B dan dapat memperburuk lupus. Banyak pasien
dengan SLE akan perlu untuk membatasi paparan sinar matahari dan menggunakan tabir
surya untuk memblok efek buruk sinar ultraviolet. Jumlah pembatasan paparan sinar
matahari bersifat individual (Dipiro et al., 2005).