Anda di halaman 1dari 3

Bahaya Pengharum Ruangan Buat

Anak
Bisa membuat pusing, mual hingga muntah. Bahkan pewangi tertentu bisa mengganggu
pertumbuhan janin.
MASIH ingat peristiwa di Bali pertengahan Maret 2006 lalu? Sejumlah siswa/i sebuah SD
terpaksa dilarikan ke RS karena keracunan aroma sisa pengharum mobil yang dibawa salah
seorang siswa. Kejadian tersebut sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran berharga: pengharum
ruangan tidak 100% aman. Termasuk pengharum AC, lemari, atau WC yang berjenis semprot.
Wewa-ngian yang harum justru bisa meracuni dan mengganggu kesehatan kita. Sementara
penggunaan beragam pewangi seolah tak dapat dihindari di zaman modern ini. Tanpa berniat
menakut-nakuti ada baiknya kita sebagai konsumen tetap waspada.
TERGANTUNG BAHAN BAKU
Pemakaian produk apa pun yang merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau berkontak
langsung melalui sistem pernapasan, akan menimbulkan gangguan pada fungsi sistem saraf.
Demikian dikemukakan Dr. rer. Nat. Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian Risiko dan
Keselamatan Lingkungan). Contohnya, pingsan dan gangguan sistem pernapasan. Begitu juga
jika kontak dengan kulit. Bahan pewangi organik dapat dengan mudah terserap melalui kulit dan
menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi dan dermatitis. Meskipun komponen zat kimia aktif
yang dikandung tiap pewangi berbeda-beda. Itulah mengapa efek bahayanya bisa berbeda-beda
tergantung pada komposisi dan bahan aktif aromanya.
Di pasaran ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukkan
untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel dan ada juga yang semprot. Sementara
penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang diletakkan begitu saja, atau ditempatkan di
bibir AC maupun kipas angin. Menurut Budiawan, bahaya pewangi umumnya tergantung pada
jenis/bentuknya maupun pewangi dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di
dalamnya, disamping faktor pengaruh lain, seperti jalur paparannya. Dari segi bentuk, sediaan
yang mudah menguap (aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung
melalui sistem pernapasan. Namun demikian kontak yang terjadi melalui kulit pun bukan tak
berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki tubuh.
Asal tahu saja, di pasaran ada 2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan
dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif
singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi
kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak. Memang, pewangi berbahan dasar
minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya
menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, di antaranya isoparafin, diethyl phtalate
atau campurannya. Sementara jenis pewangi yang disemprotkan umumnya mengandung

isobutane, n-butane, propane atau campurannya. Untuk bentuk gel disertai kandungan bahan
gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti
limonene, benzyl acetate, linalool, citronellol, ocimene, dan sebagainya.
Menurut Budi, bagi prinsipnya semua zat pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan.
Terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak,
ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya, baru sekitar 80% zat
pewangi belum teruji keamanannya terhadap manusia. Di sinilah kewaspadaan konsumen betulbetul dituntut. Ada pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Association
(IFRA) di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7-methyl
coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet yang
berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan methylchloroisothio zilinone. Jadi, tidak
semua pewangi memberi efek negatif bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan
pewangi yang beredar di pasaran.
HINDARI SINAR MATAHARI
Secara kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman dan mana yang
berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya, konsumen harus cerdik memilih pewangi dengan
merek terdaftar/teregistr asi. Dengan demikian keamanannya minimal cukup terjamin di bawah
lembaga pengawas/pemberi izin. Tentu saja demi keamanan konsumen, badan pengawas harus
benar-benar mengontrol peredaran pewangi ini. Terlebih terhadap pewangi dengan kandungan
zat-zat tertentu yang memang diketahui berisiko bagi kesehatan. Mengapa hal ini perlu
ditekankan? Tak lain, tegas Budi, pihak produsen kerap tidak mau mencantumkan pada kemasan
mengenai komposisi bahan-bahan dalam pewangi yang diproduksinya.
Padahal semestinya produsen pewangi menyadari pentingnya keamanan bagi konsumen.
Produsen yang seperti ini tentu akan menggunakan zat-zat yang benar-benar sesuai dengan
mengikuti aturan lembaga pengawas dan perizinan terkait, dalam hal ini BPOM/Depkes. Atau
sekurang-kurangnya mengikuti apa yang ditetapkan lembaga Internasional IFRA. Dengan begitu,
pewangi yang mereka produksi dan edarkan pastilah memiliki kompetensi terhadap zat pewangi
yang diizinkan.
Untuk konsumen awam, Budi menganjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau
registrasi produk. Selain itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan.
Menggunakannya pun jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehati-hatian dalam
memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari jangkauan anak-anak, terutama
balita. Yang tak kalah penting untuk diperhatikan, hindari produk pewangi dari kontak langsung
dengan sinar matahari guna mencegah terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari
area yang langsung terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum.
GANGGU Pertumbuhan Janin
Pewangi dapat saja memicu gangguan pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga
kemungkinan gangguan pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini akan terjadi jika memakai

zat pewangi yang sudah dilarang penggunaannya sebagaimana yang direkomendasikan.


Hindari PEMAKAIAN KAMPER DARI Kebutuhan Bayi
Menurut Budi, berdasarkan hasil studi terdahulu (WHO), jika zat kamper (naftalen) kontak
langsung pada bayi secara perkutan (penyerapan melalui kulit) dan paparannya sering serta
berlebihan dalam penggunaaannya, dapat menyebabkan peningkatan kadar billirubin dalam
darah yang dapat mengganggu sistem saraf pusat.
Lebih Aman "si Penyerap"
Sebenarnya, tegas Budiawan, asalkan komponen zatnya sesuai fungsinya, maka antibau
sebenarnya sudah memadai untuk dimanfaatkan. Antibau ini biasa kita lantaran kemampuannya
menyerap bau dan kelembapan udara di kamar, mobil, maupun kulkas. Pada prinsipnya, zat
antibau bekerja dengan cara menyerap zat-zat penyebab bau dan kandungan air di dalam udara.
Kandungan zat antibau ini biasanya berupa karbon aktif, silika gel atau bahan sejenis polimer
dan kadang ditambahkan pula zat pewangi. Itulah sebabnya, dilihat dari segi keamanannya,
produk jenis ini lebih aman daripada pengharum/pewangi. "Produk ini mekanisme kerjanya hanya
menyerap. Sedangkan pewangi mekanisme kerja zatnya melepaskan zat pewangi." Hanya saja
agar penggunaannya efektif, perhatikan benar masa pakainya. Soalnya, zat antibau bekerja
berdasarkan penyerapan dan memiliki kapasitas terbatas. Artinya, bisa mencapai tingkat
kejenuhan.
Beberapa produk memberi indikator khusus tanda sudah jenuh. Misalnya ada perubahan warna
dari warna asalnya atau menunjukkan indikasi lainnya. Jika sudah jenuh mau tidak mau harus
diganti. Meski tidak tertutup kemungkinan ada beberapa produk zat penyerap yang tetap masih
bisa digunakan sekalipun sudah jenuh. Caranya? Lebih dulu dengan mengaktifkannya kembali
lewat pemanasan oven dengan suhu mencapai sekitar 105oC hingga kembali ke keadaan
semula.

Anda mungkin juga menyukai