Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

KANDIDIASIS KUTIS INTERTRIGINOSA


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter (PPPD) Bagian Kulit dan Kelamin
RSUD Sunan Kalijaga Demak Periode 19 Oktober 14 November 2015

Oleh :
Damai Rizki Kambodianto
01.210.6113

Pembimbing Klinik :
dr. Wahyu Hidayat, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
1

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Kandidosis kutis adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur
dari genus Candida. Kandidosis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidosis
profunda dan kandidosis superfisial. Nama lain kandidosis kutis adalah
superficial candidosis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidosis
intertriginosa. Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis
terlokalisasi dan generalisata. Predileksi Candida albicans pada daerah lembab,
misalnya pada daerah lipatan kulit. Organisme ini menyukai daerah yang hangat
dan lembab.
1.2 Etiologi
Mikroorganisme yang paling sering sebagai penyebab kandidiasis kutis adalah
Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis, C.
parapsilosis, C.guilliermondii, C. krusei, C.pseudotropicalis, C. lusitaneae.
1.3 Epidemiologi
Candida albicans adalah saprofit yang berkoloni pada mukosa seperti mulut,
traktus gastrointestinal, dan vagina. Merupakan jamur yang berbentuk oval dan
dapat hidup dalam 2 bentuk yakni bentuk hifa dan bentuk yeast. Jumlah koloni sangat
menentukan derajat penyakit, akan tetapi dilaporkan bahwa frekuensi terjadinya
di mulut 18 %, vagina 15 %, dan mungkin dalam feses 19 %. Di Jepang, dilaporkan
bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1%) dari 72.660 pasien yang
keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi klinis
kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper
kandidiasis tercatat 102 kasus. Di Bombay, India, diperiksa 150 pasien dengan
kandidiasis kutaneus. Kerokan kulit diuji dengan KOH 10 % dan dikultur di
Sabaoruds agar. Insiden tersering adalah intertrigo (75), vulvovaginitis (19), dan
paronikia (17). Sedangkan jamur yang diisolasi didapatkan Candida albicans (136
kasus). Dan diabetes melitus menjadi faktor predisposisi pada 22 orang pasien.
2

1.4 Patogenesis
Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain
memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam
tubuh. Organisme tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina,
dan usus. Dan berkembang biak melalui ragi yang berbentuk oval. Kehamilan,
kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan steroid
topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan
penurunan imunitas seluler menyediakan kesempatan ragi menjadi patogenik dan
memproduksi spora yang banyak pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding
septa. Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran mukosa dan
kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong
secara horizontal di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara
klinis ditemukan lesi merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like,
bersisik, dan bercak yang berbatas tegas. Kebanyakan spesies kandida memiliki
faktor virulensi termasuk faktor protease. Kelemahan faktor virulensi tersebut
adalah kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast untuk melekat pada dasar
epitel merupakan tahapan paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan
penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit, mulut, dan traktus gastrointestinal
dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan mikroflora endogen,
kebutuhan lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi tanda
dari pertumbuhan kandida. Infeksi kandida juga diperburuk oleh pemakaian
antibiotik, perawatan diri yang jelek, dan penurunan aliran saliva, dan segala hal
yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan dengan agen sitotoksik
(methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan dermatologik atau
kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut juga memberikan
resiko yang tinggi terhadap kandidiasis.
1.5 Faktor Predisposisi
-

Bayi, wanita hamil, dan usia lanjut


Hambatan pada permukaan epitel; karena gigi palsu, pakaian
Gangguan fungsi imun (Primer : penyakit kronik granulomatosa,sekunder :
leukemia, terapi kortikosteroid)
3

Kemoterapi
Penyakit endokrin; diabetes mellitus
Keganasan

1.6 Gejala Klinis


Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat.
Terdapat lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas,
makula atau papul, mungkin terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang
kemudian menjadi lebih besar). Lesi terlokalisasi di daerah lipatan kulit, genital,
bokong, di bawah payudara, atau di daerah kulit yang lain
1.6.1 Kandidiasis Kutis Lokalisata
1.6.1.1 Kandidiasis Intertriginosa
Lesi timbul di daerah predileksi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glands
penis, dan umbilikus. Berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik,
basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa
vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
Kelainan pada sela-sela jari sering ditemukan pada orang yang
banyak berhubungan dengan air, seperti tukang cuci, petani di sawah,
orang yang memakai kaus dan sepatu terus-menerus. Kandidiasis pada
kaki dan sela-sela jari ini sering disebut kutu air. Kulit di sela-sela
jari menjadi lunak, terjadi maserasi dan mengelupas seperti kepala
susu. Faktor predisposisi kandidiasis intertriginosa ini adalah diabetes
mellitus, kegemukan, banyak keringat, pemakaian obat antibiotik,
kortikosteroid, sitostatik dan penyakit-penyakit yang menyebabkan daya
tahan tubuh menurun.
1.6.1.2 Kandidiasis Perianal
Kandidosis perianal adalah infeksi Candida pada kulit di sekitar anus
yang banyak ditemukan pada bayi, sering disebut juga sebagai
4

kandidosis popok atau diaper rash. Hal ini terjadi karena popok yang
basah oleh air kencing tidak segera diganti, sehingga menyebabkan
iritasi kulit genital dan sekitar anus. Penyakit ini juga sering diderita
oleh neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal. Popok
yang basah akan tampak seperti area intertriginosa buatan, merupakan
tempat predisposisi untuk infeksi ragi. Lesi yang tampak berupa dasar
merah dan pustule satelit. Kadang sering dijumpai pula gejala pruritus
ani. Bentuk nodular granulomatosis kandidosis di daerah popok,
muncul sebagai kusam, eritem, dan nodul dengan bentuk yang tidak
teratur, kadang-kadang dasar yang eritem merupakan reaksi biasa
untuk organisme Candida atau infeksi Candida yang disebabkan oleh
steroid. Meskipun infeksi dermatofit jarang terjadi di daerah popok,
tetapi kasus ini sering ditemukan. Setiap upaya harus dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan mengobati infeksi dengan tepat.
1.6.2 Kandidiasis Kutis Generalisata
Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara,
intergluteal, dan umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan
paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustulpustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya
menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik
sehingga daya tahan tubuh bayi tersebut rendah.
Pada bayi baru lahir yang menderita kandidosis kutis generalisata, dengan
vesikulopustul di atas eritem muncul pada saat bayi baru lahir atau
beberapa jam setelah lahir. Lesi pertama kali muncul di muka, leher dan
menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 24 jam.

1.6.3 Kandidiasis Granulomatosa


Bentuk ini sering menyerang pada anak-anak. Lesi berupa papul merah
ditutupi oleh krusta yang tebal kuning kecoklatan dan melekat ke
5

dasarnya,

membentuk

granuloma

menyerupai

tanduk.

Daerah

predileksinya adalah muka, kepala, tungkai dan di dalam rongga faring.


Otomikosis adalah salah satu infeksi pada telinga yang disebabkan oleh
Candida albicans.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
-

Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan dengan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan memperlihatkan
elemen candida berupa sel ragi, blastospora, pseudohifa atau hifa bersepta.
Pemeriksaan langsung tidak dapat menetukan identifikasi etiologi secara
spesifik dan kurang sensitive dibandingkan dengan biakan. Pemeriksaan
langsung mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 89,4% dan
83,90%.

Pemeriksaan Biakan
Biakan merupakan pemeriksaan paling sensitive untuk mendiagnosis infeksi
Candida. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan media standar yang
banyak digunakan untuk pemeriksaan jamur. Media ini mengandung 10 gr
pepton, 40 gr glukosa, dan 10 gr agar, serta ditambahkan 1000 ml air.
Penambahan antibiotika pada SDA digunakan untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Biakan diinkubasi pada suhu kamar yaitu 25-270C dan diamati secara
berkala untuk melihat pertumbuhan koloni. Koloni berwarna putih sampai
kecoklatan, basah, atau mukoid dengan permukaan halus dan dapat berkerut.

Serologi
Untuk mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes
immunodifusi yang lebih sensitive seperti counter immunoelectrophoresis
(CIE),

enzyme-linked immunosorbent

assay

(ELISA),

and

radio

immunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan tes
CIE
-

telah

menunjukkan

diagnosis

kandidiasis

pada

pasien

yang

terpredisposisi.
Pemeriksaan histology

Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodik acid


schiff (PAS) menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang
menunjukkan kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.
1.8 Diagnosis Banding
-

Dermatitis intertriginosa
Tinea cruris

1.9 Penatalaksanaan
1.9.1 Tatalaksana umum
-

Edukasi tentang penyakit kandidiasis


Hindari factor pencetus
Jangan menggaruk lesi
Hindari pemakaian handuk atau yang lainnya secara bersama
Semua pakaian dan alas tidur dicuci dengan air panas, jangan

memakai pakaian dalam dari bahan sintetik, plastik atau imitasi


Konsumsi obat teratur

1.9.2 Tatalaksana khusus


-

Terapi sistemik:
CTM 2 3 kali tablet sehari bagi orang dewasa (bila gatal)
Nistatin tablet
Amfoterisin B (IV untuk kandidiasis sistemik)
Kotrimazol (pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol
500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2x200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg
dosis tunggal)
Itrakonazol (pada kandidiasis vulvovaginalis. Dosis untuk orang
dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari)

Terapi topical
o Larutan ungu gentian: - 0,5 % untuk selaput lendir 1-2% untuk
kulit dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
o Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
o Golongan azol
krim atau bedak mikonazol 2%
bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
7

krim tiokonazol 1%
krim bufonazol 1%
krim isokonazol 1%
krim siklopiroksolamin 1%
Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.

1.10 Prognosis
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat ringanya
faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan.
Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi.

Laporan kasus
A. Identitas pasien
Nama
: An. Assyfa
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 1 tahun 5 bulan
No. RM
: 024945
Tanggal periksa : 19 Oktober 2015
Alamat
: Dukun 4/4 KarangTengah Demak
B. Anamnesis
a. Keluhan utama
Kemerahan di daerah anus, perineum dan sekitar intreitus vagina
b. Riwayat penyakit sekarang
Onset
: 2 minggu
Lokasi
: di daerah anus, perineum dan sekitar intreitus vagina
Kualitas
: Kemerahan di daerah anus lalu menyebar ke daerah
perineum dan sekitar intreitus vagina menyebabkan pasien rewel dan sulit
tidur akibat rasa gatal
8

Kuantitas

: Kemerahan semakin lama semakin menyebar ke

daerah lain (anus perineum & intreitus vagina)


Kronologi
: Sejak dua minggu yang lalu ibu pasien mengeluh
timbul kemerahan di daerah anus. Awalnya kemerahan ditemukan di anus,
yang kemudian kemerahan semakin bertambah dan meluas di daerah
perineum & intreitus vagina . Bintik kemerahan tidak ditemukan di
daerah kepala, wajah, ketiak, dada, perut, pusar, lipat paha,. Pasien sudah
pernah diberi obat oles oleh orang tuanya, tetapi keluhan belum
berkurang, sehingga lama kelamaan kemerahan menimbulkan bekas
berupa bercak bercak keputihan di daerah intreitus vagina, sedangkan di
daerah anus masih terdapat kemerahan. Hal ini menyebabkan pasien
rewel dan sulit tidur apalagi semakin diperberat dengan kondisi

lingkungan yang panas dan lembab.


Modifikasi
: keluhan bertambah berat jika udara panas / lembab,
sedangkan keluhan akan berkurang jika sesudah mandi, diolesi obat dan

dalam keadaan sejuk


Keluhan lain
: tidak ada
c. Riwayat penyakit dahulu
Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya, 3 minggu yang lalu anak sakit
diare
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat sakit serupa
: tidak ada
e. Riwayat sosial ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
C. Pemeriksaan fisik
Status generalis :
Keadaan umum
: kurang aktif
Tekanan darah
: tidak dilakukan
Nadi
: dbn (dalam batas normal)
Respiratory rate
: dbn (dalam batas normal)
Temperature
: tidak dilakukan
Warna kulit
: sawo matang
Thorax, abdomen, extremitas: dbn (dalam batas normal)
Status dermatologi :
Lokasi I : di daerah anus
Lokasi II : perineum dan sekitar intreitus vagina
UKK I: makula eritematosa, skuama halus
9

UKK II : makula eritematosa disertai bercak putih


D. Diagnosis banding
Kandidiasis intertriginosa
- Efloresensinya berupa lesi kemerahan pada daerah anus disertai skuama
halus, perineum dan mukosa introitus vagina terdapat lesi kemerahan di

sertai bercak putih , Lesi relatif lebih basah.


Tinea cruris
- Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun,
bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang
timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan
gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-

kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya

makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi.


Eritrasma
- Predileksinya pada lipat paha bagian dalam sampaiskrotum pada laki-laki,
-

pada wanita sampai labia mayora, aksila dan intergluteal.


Eritem luas berbatas tegasdengan skuama halus dan terkadang erosif.
Jarang disertaiinfeksi, fluororesensi merah bata yang khas dengan
sinar wood. Pada daerah lesi terasa sangat panas, tidak disertai lesi satelit,
lesi kering

E. Diagnosis kerja
Kandidiasis intertriginosa
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kulit atau usapan mukokutan dengan larutan KOH 10%

ditemukan sel ragi (+), blastospora (+), hifa semu (+)


Pemeriksaan biakan dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud (setelah 24 48

jam) yeast like colony (+)


Pewarnaan gram jamur tampak memadat, gram positif, budding cell
dengan diameter 2-5 um

G. Penatalaksanaan
- Cream jamur (As. Salisilat + Sulfur + Ketokonazol) diberikan pa
-

gi+sore
Cream BG ( malam hari )
10

- Cortamin syr (3x1) cth


- Candiztatin drp ( 3x1 ) 1 cc
H. Prognosis
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad Sanam : ad bonam
Quo ad Cosmetic : ad bonam
I. Komplikasi
Adapun komplikasi kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.
J. Edukasi
- Pasang kipas angin pada kamar minimal diameter kipas 30 cm (2 kilan)
-

supaya keringat tidak memperberat gejala


Edukasi tentang penyakit kandidiasis
Hindari factor pencetus (kelembapan, kebiasaan berendam dalam air terlalu

lama, kontak dengan penderita)


Jangan menggaruk lesi
Hindari pemakaian handuk atau yang lainnya secara bersama
Semua pakaian dan alas tidur dicuci dengan air panas
Mandi teratur, jaga kebersihan badan, pakaian
Oleskan obat sesuai petunjuk dokter
Konsumsi obat teratur

K. Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien dengan diagnosis Kandidiasis intertriginosa,
diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis didapatkan sejak dua minggu yang lalu ibu pasien mengeluh
timbul kemerahan di daerah anus. Awalnya kemerahan ditemukan di anus,
yang kemudian kemerahan semakin bertambah dan meluas di daerah
perineum & intreitus vagina . Bintik kemerahan tidak ditemukan di daerah
11

kepala, wajah, ketiak, dada, perut, pusar, lipat paha,. Pasien sudah pernah
diberi obat oles oleh orang tuanya, tetapi keluhan belum berkurang, sehingga
lama kelamaan kemerahan menimbulkan bekas berupa bercak bercak
keputihan di daerah intreitus vagina, sedangkan di daerah anus masih
terdapat kemerahan. Hal ini menyebabkan pasien rewel dan sulit tidur
apalagi semakin diperberat dengan kondisi lingkungan yang panas dan
lembab..
Pada pemeriksaan penunjang diharapkan dengan pemeriksaan kulit atau
usapan mukokutan dengan larutan KOH 10% ditemukan sel ragi (+),
blastospora (+), hifa semu (+).
Penatalaksanaan diberikan Cream jamur (As. Salisilat + Sulfur +
Ketokonazol) diberikan pagi dan sore hari, Cream BG diberikan malam hari.
Cortamin syr (3x1) cth , Candiztatin drp ( 3x1 ) 1 cc
Prognosis umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor
predisposisi.

Lokasi I : anus
UKK : makula eritematosa , skuama halus

12

Lokasi II : Perineum dan intreitus vagina


UKK : makula eritematosa, disertai bercak putih

DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi IV, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
3. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2004.
Pp: 279-280.
4. Wolf K, Richard AJ, Dick S. Candidiasis. Dalam : Fitzpatrick. Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. Ed 5th. New york. McGraw Hill Company.
2007.
5. Anonim. Karakteristik Candida albicans. Available from: http://www. smallcrab.
com/ kesehatan /25-healthy/415-karakteristik-candida-albicans. 2009.

13

6. Fatta Madani. Kandidosis, Dalam : Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit.


Cetakan I, Hipokrates, Jakarta, 2000. Pp:81-2
7. Sandy S Suharno. Tantien Nugrohowati, Evita H. F. Kusmarinah.
Mekanisme Pertahanan Pejamu pada Infeksi Kandida. Dalam : Media
Dermato-venereologica Indonesiana, Jakarta, 2000 ; 187-92
8. Hediyati, tarlan. Candidiasis. Available from : www. Emedicine.com.(2009)
9. Conny Riana Tjampakasari. Karakteristik Candida albicans. Dalam : Cermin
Dunia Kedokteran, Vol.151, 2006 ; 33-5
10. Lies Marlysa Ramali, Sri Wardani. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam:
Dermatomikosis superfisialis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005 ; 55-66

14

Anda mungkin juga menyukai