Anda di halaman 1dari 5

EKSTRAKSI DNA BAKTERI ENDOFIT SECARA

LANGSUNG DARI AKAR Vetiveria zizanioides L.


DIRECT DNA EXTRACTION OF EDOPHYTIC BACTERIA
FROM
Vetiveria zizanioides L. ROOTS
Fauzi Akhbar Anugrah, Any Fitriani, Topik Hidayat
Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
ABSTRAK
Identifikasi potensi dari mikroorganisme endofit dapat dilakukan dengan analisa
genetik dan analisis keragaman gen. Tingkat kemurnian yang baik dari isolasi DNA
secara langsung diperlukan untuk mempelajari mikroorganisme dari sampel alam.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan isolasi DNA bakteri endofit pada akar
tanaman Vetiveria zizanioides, L. tanpa tahap pengkulturan. Dalam isolasi DNA secara
langsung dilakukan beberapa tahapan diantaranya sterilisasi permukaan, ekstraksi dan
pengukuran kualitas dan kuantitas hasil isolasi DNA. Ekstraksi DNA secara langsung
pada bakteri endofit dari akar Vetiveria zizaniodes, L.telah berhasil dilakukan dengan
tingkat kemurnian mencapai 1,798 dengan konsentrasi hingga 780 g / ml.
Kata Kunci :Ekstraksi DNA, Endofit, Vetiveria zizanioides

ABSTRACT
Potential identification of endophytic microorganisms can be done through genetic
analysis and gene diversity analysis of bacteria. Extracting high-purity DNA directly
from roots has become essential for the study of microorganisms in environmental
samples. This study aims to perform DNA isolation of endophytic bacterial roots from
Vetiveria zizanioides, L. without cultivation stages. In the stages of DNA isolation
directly is required several steps including surface sterilization, extraction and
determination of the quality and quantity of the result. Direct DNA extraction of
endophytic bacterial roots from Vetiveria zizanioides L, has been successfully
performed with the purity 1.798 and concentration reached 780 g / ml.
Key Word: DNA extraction, Endophytic, Vetiveria zizanioides

Tanaman akar wangi (Vetiveria


zizanioides L.) merupakan tanaman herba
yang banyak digunakan sebagai pengharum
karena dapat menghasilkan senyawa
metabolit sekunder seperti minyak atsiri
yang juga dapat berfungsi sebagai obat
(Champagnant et al., 2006). Selama ini,
pemanfaatan dan pengetahuan mengenai
potensi tanaman akar wangi masih terbatas
pada pengolahan minyak atsiri dan
kerajinan dari akar wangi. Tanaman akar
_______________________
1 Penulis Penanggung Jawab

wangi sendiri dewasa ini banyak digunakan


dalam pengobatan herbal, hal tersebut
mengindikasikan
adanya
kandungan
senyawa metabolit yang berguna dalam
bidang farmakologi. Potensi terbentuknya
metabolit sekunder pada tanaman akar
wangi, beberapa terkait dengan aktivitas
bakteri endofit yang berada pada organ
tanaman dimana bakteri mampu merombak
senyawa kompleks menjadi lebih sederhana
yang dapat memicu tanaman menghasilkan

metabolit sekunder (Fitriani et al., 2013).


Hampir setiap tanaman tingkat tinggi
memiliki bakteri endofit yang berada pada
jaringan tanaman baik batang, daun,
maupun akar (Rosenblueth & Romero,
2006). Kemampuan pembentukan senyawa
metabolit sekunder oleh tanaman inang,
juga diduga dimiliki oleh mikroorganisme
endofit, dimana bahan aktif yang dapat
dibentuk oleh mikroorganisme endofit
diperkirakan memiliki kemampuan yang
sama dengan bahan aktif yang dihasilkan
tanaman inang (Strobel et al., 2003).
Kemampuan bakteri endofit dalam
memproduksi senyawa metabolit sekunder
merupakan potensi untuk dimanfaatkan
sebagai sumber produksi dan sebagai upaya
mengurangi pemanfaatan tanaman untuk
ditebang.
Telah
banyak
penelitian
yang
dilakukan
untuk
mengisolasi
mikroorganisme endofit pada beberapa
tanaman, misalnya pada tanaman obat,
tanaman perkebunan dan tanaman budidaya
seperti jagung, padi (Fisher, 1992), dan
kentang (Sessitsch, 2002). Namun hanya
0,02 % atau kurang dari 99 % dari
mikroorganisme di muka bumi yang dapat
dikultur dalam medium pertumbuhan
sehingga belum cukup memberikan data
keragaman dan potensi yang sebenarnya
(Streit & Schmitz, 2004). Berbagai
pendekatan telah dilakukan salah satunya
melalui analisis bakteri tanpa proses
pengkulturan dikenal dengan istilah
metagenomik.
Analisis
metagenomik
adalah teknik isolasi DNA dari sampel
alam secara langsung tanpa melalui
tahapan kultivasi mikroorganisme, yang
meliputi tahapan isolasi DNA, kloning,
transformasi,
dan
isolasi
plasmid
(Handelsman, 2004). Dengan adanya
teknik ini, perkembangan dunia Biologi
Molekuler
semakin
pesat
dalam
mengungkapkan berbagai terobosan baru
seperti identifikasi jenis bakteri pada tanah,
mikroorganisme dalam usus manusia,
mikroorganisme
simbion,
bahkan

eksplorasi gen penyandi biosintesis


makromolekul tertentu seperti antibiotik
(Handelsman, 2004). Analisis hasil isolasi
plasmid akan memberikan gambaran
mengenai diversitas gen pada bakteri
endofit yang terkait dengan biosintesis dan
produksi
bioaktif,
sehingga
dapat
dimanfaatkan sebagai referensi dan
aplikasinya dalam penelitian lebih lanjut
(Moffit & Neilan, 2002).
Tingkat kemurnian dan kualitas hasil
isolasi DNA yang baik, mutlak dibutuhkan
dalam analisis metagenomik maupun
pengujian biologi molekuler lainnya. Untuk
memulai analisis molekuler dibutuhkan
DNA yang bebas dari kontaminasi RNA,
fenolik, ataupun senyawa protein yang
dapat mengganggu berlangsungnya proses
PCR. Oleh karena itu, tahapan isolasi DNA
sangat penting untuk dilakukan dengan
baik, agar mendapatkan DNA dengan
kualitas dan kuantitas yang baik.

METODE
Pengambilan sampel. Isolasi mikroba
endofit dilakukan dengan mengambil
sampel akar tanaman Vetiveria zizanioides
L.,
kemudian
dilakukan
sterilisasi
permukaan menggunakan larutan etanol
75% selama 1 menit, bayclin 25% selama 5
menit, dan terakhir dicuci dengan etanol
75% selama 30 detik. Setelah disterilisasi
permukaan, akar kemudian dipotong lebih
halus dan dimasukan pada cairan fisiologis
NaCl 0,98% pada tabung reaksi, kemudian
divorteks selama 1,5 jam (Lumyong et al.,
2001).
Isolasi DNA. Isolasi DNA dilakukan
dengan mengambil 3 ml hasil vorteks pada
tabung 1,5 ml, kemudian proses isolasi
DNA
dilakukan
menggunakan

FERMENTAS DNA Purification KIT.


Pellet hasil sentrifugasi ditambahkan
dengan 200 l TE buffer diresuspensikan
hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan
400 l larutan lysis solution. Tabung

kemudian diinkubasi pada suhu 65oC


selama 10 menit. Setelah diinkubasi,
kemudian ditambahkan 600 l kloroform
kedalam tabung dan dihomogenkan dengan
dibolak-balik
sebanyak
3-5
kali.
Sentrifugasi pada 10.000 rpm selama 2
menit, kemudian fasa cair dipindahkan
pada tabung baru dan ditambahkan 800 l
larutan presipitasi (80 l larutan
presipitation solution dilarutkan dengan
720
l
ddH2O
steril)
kemudian
disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm
selama 2 menit. Supernatan yang terbentuk
dibuang hati-hati kemudian ditambahakan
NaCl solution 1,2 M sebanyak 100 l.
Kemudian ditambahkan RNAse free
DNAse sebanyak 10 l dan diinkubasi
pada suhu 37oC selama 10 menit. Setelah
itu ditambahkan 300 l etanol absolut
dingin dan disimpan pada 20oC selama 12 jam. Selanjutnya disentrifugasi pada
12.000 rpm selama 5 menit, cairan atas
dibuang dengan hati-hati. Pellet yang
terbentuk kemudian dilarutkan dengan
ddH2O steril sebanyak 20 l, larutan
tersebut disimpan pada -20oC hingga siap
digunakan.
Elektroforesis
hasil
PCR.
Elektroforesis dilakukan secara horizontal
pada agarose 1% dengan tegangan 75 volt
selama 40 menit dalam larutan TAE
1x/TBE 0,5x. Alat yang digunakan adalah
alat elektroforesis BIORAD. Gel berisi
DNA hasil elektroforesis direndam dengan
Ethidium Bromide (EtBr) selama lima
menit, kemudian dibilas dengan aquadest
selama 3 menit. Agar-agar yang telah
direndam dalam EtBr kemudian dilihat dan
diamati pada UV transluminator.

HASIL DAN PEMBAHASAN

DNA genom merupakan total DNA


yang ada pada sampel terutama sampel
alam (Delmont et al., 2011). Dalam
penelitian ini, telah berhasil didapatkan
DNA total dari bakteri endofit atau
endorhizosfer
tanaman
Vetiveria
zizanioides L., dengan teknik isolasi tanpa
tahap kultivasi atau pengkulturan pada
medium tumbuh. Isolasi DNA genom
dilakukan
untuk
mengupayakan
terambilnya total DNA bakteri pada
sampel, baik bakteri yang dapat dikulturkan
(culturable) maupun DNA bakteri yang
tidak dapat dikulturkan dalam medium
(unculturable) (Delmont et al., 2011).
Isolasi DNA genom diperlukan untuk
melakukan analisis lebih mendalam
terhadap keberagaman genetik bakteri
endofit yang ada pada akar tanaman
Vetiveria zizanioides L. Isolasi DNA tanpa
tahap
kultivasi
dengan
melakukan
sterilisasi permukaan dan mengeluarkan
bakteri dari dalam jaringan secara mekanik,
memungkinkan untuk didapatkanya total
DNA bakteri termasuk yang tidak dapat
dikulturkan. Sehingga, dengan adanya
teknik tersebut dapat menjadi salah satu
cara untuk mengetahui keragaman mikroba
total yang ada pada jaringan akar. Untuk
tahapan tersebut, akar yang digunakan
haruslah masih segar dan hidup, sehingga
bakteri endofit yang ada dalam jaringan
tidak rusak bahkan mati. Salah satu faktor
penting dalam isolasi DNA sampel alam
adalah
menghindari
kontaminasi
mikroorganisme yang tidak diharapkan,
oleh karena itu proses sterilisasi permukaan
sangat penting untuk dilakukan. Sterilisasi
permukaan yang baik pada sampel akar
dapat mengurangi dan mensterilkan bagian
luar akar dari mikroorganisme lainya,
sehingga tingkat akurasi pada hasil isolasi
DNA mikroorganisme endofit dapat lebih
baik.

Fauzi Akhbar Anugrah, Any Fitriani, Topik Hidayat


Ekstraksi DNA Bakteri Endofit Secara Langsung dari Akar Vetiveria zizanioides L.

EG
1

EG
2

OD280. Rasio OD260 dengan OD280 yang


didapatkan pada sampel mencapai 1,798
(Tabel 1.) yang menunjukkan DNA
memiliki kemurnian yang cukup tinggi dan
tidak terkontaminasi oleh protein. Hal
sumur
tersebut sesuai dengan acuan dsDNA yang
DNA Genommemiliki tingkat kemurnian yang mencapai
1,8 dengan menghitung rasio OD260/280.
Tabel

1.

Hasil

kuantifikasi

secara

spektrofotometri isolasi DNA


No.
1.
Gambar 1. Elektroforesis DNA genom. Kode EG
(Endofit Genom) untuk DNA Genom Bakteri
endofit Vetiveria zizanioides L., dielektroforesis
dengan gel agarosa 1,5%, 75 volt selama 40 menit

Dalam analisis metagenomik kualitas


DNA yang didapat sangatlah penting, DNA
tersebut
kemudian
akan
dilakukan
amplifikasi sehingga konsentrasi DNA
akan meningkat melalui metode PCR
(Delmont et al., 2011). Adanya kontaminan
seperti protein, fenol, atau RNA akan
mengganggu proses PCR, sehingga
kemurnian DNA yang didapat menjadi poin
penting pada tahap awal pengujian secara
metagenomik.
Untuk
memastikan
kuantifikasi DNA yang didapatkan maka
dilakukan
spektrofotometri
yang
menunjukkan rendemen isolasi DNA
dengan hasil cukup baik.
Pengujian kemurnian DNA dilakukan
dengan membandingkan nilai OD260 dan

2.

Kode
EG1
EG2

Absorbansi

[DNA

Purity

(nm)
260 280
0,1 0,08

(A260/

g/ml
780

280)
1,798

340

1,625

56

0,0

0,04

68

Keterangan: purity < 1,6 (kontaminasi fenolik),


> 1,8 (kontaminasi protein)

KESIMPULAN DAN SARAN


Isolasi DNA bakteri endofit secara
langsung pada akar tanaman Vetiveria
zizanioides, L telah berhasil dilakukan.
Tingkat kemurnian hasil ekstraksi DNA
mencapai 1,625 dan 1,798, dengan
konsentrasi diatas 340 g/ml. Untuk
mendapatkan hasil isolasi yang lebih baik
perlu dilakukan beberapa perbandingan
metode ekstraksi yang berbeda agar
diketahui cara paling baik dalam isolasi
sampel alam berupa bakteri endofit pada
akar mengingat banyak kontaminasi yang
terdapat pada akar.

DAFTAR PUSTAKA

(2001). Isolation, optimitation,


and characterization of xylanase
from
endophytic
fungi.
Biotechnology for Sustainable
Utilization
of
Biological
Resources in the Tropic, 15, 98103.

Champagnat, P., Figueredo, G.C , Bessire,


J.E. (2006). Essential Oil
Composition of
Vetiveria
nigritana from Mali. Journal of
Essential Oil Research: JEOR.
Delmont, T. O., Robe, P., Clark, I.,
Simonet, P., Vogel, T. M. (2011).
Metagenomic comparison of
direct and indirect soil DNA
extraction approaches. Journal
of microbiological methods, 86,
(3), 397-400.
Fisher, P.J., Petrini, O., Lappin Scott, HM.
(1992). The distribution of some
fungal and bacterial endophytes in
maize (Zea mays L.). New
Phytol, 122, 299-305.
Fitriani,

A., Aryani, A., Yusuf, H.,


Permatasari, Y. (2013). The
Exploration of Ketosynthase
Gene on Endophytic Bacterial
Root of Vetiveria zizanioides L.
International Journal of Basic &
Applied Sciences Vol:13, (04),
112-119.

Handelsman, J. (2004). Metagenomics:


Application of Genomics to
Uncultured
Microorganisms.
Microbiology And Molecular
Biology Reviews. p. 669685.
Lumyong, S., Norkaew, N., Ponputhachart,
D., Lumyong, P., Tomita, F.

Moffitt,

M.C., Neilan, B.A. (2002).


Evolutionary Affiliation Within
the Superfamily of Ketosynthases
Reflect
Complex
Pathway
Associations.
Journal
of
molecular evolution. 56, 446-457.

Sessitsch, A.,
Reiter,B., Pfeifer,U.,
Wilhelm,E. (2002). Cultivationindependent population analysis
of bacterial endophytes in three
potato
varieties
based
on
eubacterial and Actinomycetesspecies PCR of 16S rRNA genes.
FEMS Microbiology Ecology. 39,
23-32.
Streit, W. R., & Schmitz, R. A. (2004).
Metagenomicsthe key to the
uncultured microbes. Current
Opinion in Microbiology. 7, (5),
492-498.
Strobel,

G.,
Daisy,
B.
(2003).
Bioprospecting for Microbial
Endophytes and Their Natural
Products. Microbiology and
Molecular Biology Reviews. p.
491502.

email: fauziedu247@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai