PENDAHULUAN
Sefalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan dapat terjadi
akibat banyak sebab yang membuat pemeriksaan harus dilakukan dengan lengkap.
Sakit kepala kronik biasanya disebabkan oleh Migrene, ketegangan, atau depresi,
namun dapat juga terkait dengan lesi intrakranial, cedera kepala, dan spondilosis
servikal, penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi,
sinusitis, dan berbagai macam gangguan medis umum lainnya.1
Sakit kepala biasa disebabkan gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,
umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang (16,54%) atau 45 juta
orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut merupakan
wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension headache.
Nyeri kepala adalah perasaan sakit atau nyeri, termasuk rasa tidak nyaman
yang menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala. dan daerah wajah. IHS tahun 1988 menyatakan bahwa nyeri
pada wajah termasuk juga dalam sakit kepala. Kini penanganan akan sakit kepala
sudah memiliki standarisasi dari IHS untuk membedakan akan cluster headache,
Migren, tension headache dan dengan nyeri kepala lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sefalgia
Sefalgia merupakan nyeri dikepala. Cepha berarti kepala dan ischialgia
artinya nyeri. Sefalgia atau nyeri kepala termasuk keluhan yang umum dan
dapat terjadi akibat banyak sebab. Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak
nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari struktur sensitif
terhadap rasa sakit. 1
B. Etiologi
Sefalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai
macam penyakit. Sefalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ
dikepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik
biasanya disebabkan oleh Migrene, ketegangan, atau depresi, namun dapat
juga terkait dengan lesi intrakranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal,
penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi,
sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam
gangguan medis umum lainnya. 7
C. Epidemiologi
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit,
jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan
faktor genetik. Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang
(16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45
juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension
headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja
sebanyak 62,7 %. Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia
12 tahun sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia besar dari 12
tahun. HIS juga mengemukakan cluster headache 80 90 % terjadi pada pria
dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.5
D. Anatomi Otak
Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai
cara
berdasarkan
perbedaan
anatomis,
spesialisasi
fungsional,
dan
perkembangan evolusi. Otak terdiri dari batang otak terdiri atas otak tengah,
pons, dan medulla, serebelum, otak depan (forebrain) yang terdiri atas
diensefalon dan serebrum. 1
seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif
dan suhu. 1
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti
aferen dari C2 selain beramifikasi ke C2, juga beramifikasi ke C1 dan C3.
Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher bagian atas.
Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala
dan yang jarang adalah daerah yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan
mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya
sedikit yang meluas ke arah kaudal. 1
Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini
meluas ke pars kaudal. Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2 dan V3.
V1: oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus frontalis,
duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah yang
berhubungan dengan bagian duramater. V2: maksilaris, menginervasi daerah
hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater bagian fossa kranial
medial. V3: mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa
kranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga, sendi temporomandibular dan
otot menguyah. 1
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi
meatus auditorius eksterna dan membran timpani. Saraf kranial IX
menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf kranial IX dan X
innervasi faring dan laring. Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah
C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis dari C1 menginnervasi otot suboccipital
triangle - obliquus superior, obliquus inferior dan rectus capitis posterior
major dan minor. Ramus dorsalis dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk
ke otot leher superfisial posterior, Longissimus capitis dan splenius
sedangkan cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. 1
Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dariobliquus inferior ,dan
balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis
yang mana saraf ini di suplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan
yang dikelilingi oleh superior nuchal line dan the aponeurosis of trapezius.
Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang
mana merupakan cabang dari pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala
melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3
memberi cabang lateral ke longissimus capitis dan splenius. Ramus ini
membentuk 2 cabang medial.1
Cabang superfisial medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang
mengelilingi sendi C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior. Daerah
sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial
dan ekstrakranial. Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum,
arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta fossa posterior.
Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dari
orbita, membran mukosa dari rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan
luar, gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri
adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus. 1
E. Fisiologi Sefalgia
Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat
bila ada jaringan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri
inilah, seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri
tersebut.4
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh
stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan
kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena
dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (iskemia jaringan),
meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke
reseptor nyeri sensitif mekanik.4 Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh
suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi
melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal
ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti
infeksi, iskemia jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 0C, jaringan
jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian
besar populasi.4 Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri
seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan
enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin
dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free
nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang
nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah
dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat
dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim
proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang
dirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih
permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia
karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin,
dan enzim proteolitik.4
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings.
Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada
jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi,
falks, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi
oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ
internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve
endings dan dirasakan sebagai slow-chronic-aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu nyeri akut (fast pain) dan nyeri kronik (slow
pain). Nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 detik
setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus
mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju
korda spinalis melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6-30 m/detik.
Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga
merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS.
Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milidetik. 4
Nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu lebih dari 1
detik setelah stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya
stimulus mekanik, kimia dan termal tetapi stimulus yang paling sering adalah
stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju
area
tektum
dari
mesensefalon,
regio
abu-abu
dari
a.
Migren
1.1. Definisi
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri
kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 72 jam. Nyeri biasanya
unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan
fonofobia.3
1.2. Etiologi dan Faktor Resiko Migren
Etiologi migren yaitu perubahan hormon (65,1%), penurunan konsentrasi
esterogen dan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, makanan
(26,9%), vasodilator (histamin seperti pada anggur merah, natriumnitrat),
vasokonstriktor (tiramin seperti pada keju, coklat, kafein), zat tambahan
pada makanan (MSG), stress (79,7%), rangsangan sensorik seperti sinar
yang terang menyilaukan(38,1%) dan bau yang menyengat baik
menyenangkan maupun tidak menyenangkan, faktor fisik seperti aktifitas
fisik yang berlebihan (aktifitas seksual) dan perubahan pola tidur,
perubahan lingkungan (53,2%), alkohol (37,8%), merokok (35,7%). Faktor
resiko migren adalah adanya riwayat migren dalam keluarga, wanita, dan
usia muda. 3
1.3. Epidemiologi Migren
Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75%
diantaranya adalah wanita. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi
biasanya muncul pada usia 10 40 tahun dan angka kejadiannya menurun
setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering dibandingkan migren
yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.4
1.4. Klasifikasi Migren
Migren dapat diklasifikasikan menjadi migren dengan aura, tanpa
aura,dan migren kronik (transformed). Migren dengan aura adalah migren
dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, paling tidak ada satu
aura yang terbentuk berangsur angsur lebih dari 4 menit, aura tidak
bertahan lebih dari 60 menit, dan sakit kepala mengikuti aura dalam
interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit. Migren tanpa aura adalah
10
migren tanpa disertai aura klasik, biasanya bilateral dan terkena pada
periorbital. Migren kronik adalah migren episodik yang tampilan klinisnya
dapat berubah berbulan-bulan sampai bertahun- tahun dan berkembang
menjadi sindrom nyeri kepala kronik dengan nyeri setiap hari.4
1.5. Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren. Teori
vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh darah
otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada
korteks visual dan menyebar ke depan. Penyebaran frontal berlanjut dan
menyebabkan fase nyeri kepala dimulai.
Teori cortical spread depression, dimana pada orang Migren nilai
ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu berlaku
short-lasting wave depolarization oleh pottasium-liberating depression
(penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan terjadinya periode
depresi neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran
depresi yang akan menekan aktivitas neuron ketika melewati korteks
serebri. Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat
aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf trigeminus
pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP (calcitonin gene
related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens
dan
akan
merangsang
pengeluaran
mediator
inflamasi
sehingga
11
b.
c.
d.
12
1.7.
Terapi Migren
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan
sepsis,
penyakit
pembuluh
darah,
13
hipertensi,
menggunakan
kacamata
hitam
untuk
M.masseter, M.sternokleidomastoid,
M.trapezius,
M.
berkurangnya
aliran
darah,
dan
ketidakseimbangan
14
dan
kornu
dorsalis
(aktivasi
molekul
NO)
sehingga
trigeminal,
talamus,
dan
korteks
serebri
yang
diikuti
stress
fisik
(kelelahan)
akan
menyebabkan
pernafasan
15
mengakibatkan
metabolisme
anaerob.
kekurangan
asupan
Metabolisme
oksigen
anaerob
akan
lalu
terjadilah
mengakibatkan
16
mg/hari,
dalam
waktu
lama
dapat
menyebabkan
iritasi
17
Cluster Headache
1.1. Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular
yang juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina neuralgia, nyeri
kepala histamine, sindrom Bing, erythrosophalgia, neuralgia migrenosa, atau
migren merah (red Migrene) karena pada waktu serangan akan tampak merah
pada sisi wajah yang mengalami nyeri.6
1.2. Epidemiologi
Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan dengan migren,
cluster headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui. Di Perancis
prevalensinya tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan sekitar 1/10.000
penduduk, berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara lainnya. Serangan
pertama muncul antara usia 10 sampai 30 tahun pada 2/3 total seluruh pasien.
18
19
kelainan
kronobiologis
dan
fungsi
otonom.
Hal
ini
20
mengobati
serangan
akut
cluster
headache.
Pasien
tidur
Melatonin dapat membantu cluster headache sebagai preventif dan salah satu
penelitian terkontrol menunjukan lebih baik dibandingkan placebo. Dosis
biasa yang digunakan adalah 9 mg perhari.Obat-obat pencegahan lainnya
termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari).7
d.
gangguan
intracranial.
Terapi
pencegahan
menggunakan
komorbiditas. Atau
nyeri
kepala
dapat
diredakan
dengan
menghentikan aktifitas sexual sebelum orgasme tercapai atau lebih pasif saat
berhubungan sexual.
1.5. Hypnic Headache
Merupakan nyeri kepala yang bersifat tumpul dan selalu menyebabkan pasien
terbangun dari tidurnya. Terapi dapat diberikan kafein 50-60 mg sebelum
22
sedang.
Dapat
dijumpai
fotofobia,
fonofobia,
atau
nausea
Sifat
Lokasi
Lama
nyeri
Berdenyut Unilateral/bilateral 4-72
jam
Frekuensi
Sporadik, <
5 serangan
nyeri
<
60 Sporadik, 2
menit
serangan
didahului
gejala
neurologi
fokal
5-20
menit
30-7
Terus
hari
menerus
Migren
dengan
aura
Berdenyut Unilateral
Tension
Tipe
Headache
Tumpul,
tekan
diikat
Bilateral
Cluster
Headache
Tajam,
menusuk
Gejala ikutan
Mual muntah ,
fotofobia,fonofobia
Gangguan visual,
gangguan sensorik,
gangguan bicara
Depresi
stress
ansietas
Periodik 1 x Lakrimasi
tiap 2 hari ipsilateral.,
8x perhari
rhinorrhoea
ipsilatral,
23
miosis/ptosis
ipsilatral, dahi &
wajah berkeringat
Neuralgia Ditusuktrigeminus tusuk
e.
Dermatom saraf V
15-60
detik
Beberapa
kali sehari
nonvaskuler
pada
kriteria
International
Headache
24
c. Ada nyeri kepala sebagai gejala baru atau muncul dengan tipe nyeri kepala
yang baru yang muncul kadang-kadang yang berhubungan dengan kelainan
intrakranial (termasuk migren, nyeri kepala tipe tegang, atau nyeri kepala
tipe klaster).
2. Epidemiologi Nyeri Kepala pada Tumor Otak
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak. Nyeri kepala
merupakan gejala awal pada 30% kasus tumor otak dan merupakan gejala
lanjutan pada 70% kasus tumor otak. Nyeri kepala ini sering muncul
sebagai gejala awal pada tumor otak infratentorial pada 80-85% kasus, tapi
jarang muncul pada tumor pituitari, kraniofaringioma, maupun pada tumor
sudut serebelopontin.14
3. Patofisiologi Nyeri Kepala pada Tumor Otak
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang dirasakan pada neoplasma
intrakranial. Nyeri paling hebat di pagi hari, karena selama tidur malam,
tekanan karbondioksida (PCO2) arteri serebral meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan dari cerebral blood flow (CBF) yang
mengakibatkan meningkatnya TIK. Mekanisme nyeri kepala pada
neoplasma intrakranial:18
1. Traksi pada pembuluh darah intraserebral (sinus venosus dan arteri di
basal otak).
2. Traksi pada saraf kranial atau servikal.
3. Pergeseran struktur bangunan peka nyeri karena suatu desakan.
4. Inflamasi pada dan di sekitar bangunan peka nyeri, sehingga keluarlah
berbagai substrat mediator inflamasi yang merangsang nosiseptor,
kemudian menyebabkan sensitisasi sentral, sehingga menimbulkan
persepsi nyeri kepala.
5. Edema serebri dan obstruksi aliran cairan serebrospinal yang
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
6. Pergeseran garis tengah serebral.
4. Karateristik Nyeri Kepala pada Tumor Otak
Seiring dengan perjalanan penyakit, nyeri kepala akan semakin sering
terjadi. Nyeri kepala umumnya dirasakan sebagai nyeri tumpul, tidak
berdenyut, terlokalisir, onset intermiten, terjadi selama beberapa bulan atau
tahun, mengalami pertambahan dalam derajat berat, frekuensi, dan
25
26
frontal. Nyeri rujukan ini merupakan nyeri nosiseptif, yaitu nyeri viseral
atau somatik yang paling sering disebabkan oleh adanya stimulasi
langsung pada reseptor nyeri, yang timbul akibat inflamasi jaringan,
deformasi mekanik, cedera yang sedang berlangsung, atau destruksi
jaringan. Tumor infratentorial atau di fossa posterior akan mengiritasi
struktur bangunan peka nyeri di bawah tentorium serebelli yang disarafi
oleh cabang-cabang saraf glossofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N.V)
dan saraf-saraf servikal atas (saraf spinal C1, C2, C3) sehingga
menimbulkan nyeri didaerah belakang garis tersebut di atas, yaitu pada
oksipital, suboksipital, dan servikal bagian atas. Nyeri kepala merupakan
gejala dini yang banyak terjadi pada 80-85% pasien tumor otak
infratentorial. Penelitian Suwanwela dkk lokasi nyeri kepala sesuai dengan
topis tumor otak pada 80% pasien tumor otak supratentorial dan 62%
tumor otak infratentorial. Namun ada pula yang menyatakan bahwa lokasi
nyeri kepala belum tentu dapat digunakan untuk memprediksi topis tumor
otak. Penelitian Pfund dkk menemukan hanya sepertiga pasien yang
menunjukkan lokasi nyeri kepala tepat sesuai dengan topis tumor otak.
Penelitian Forsyth dan Posner serta Pfund dkk menyebutkan 18-72%
pasien tumor otak merasakan nyeri kepala bilateral serta menyatakan
behwa nyeri kepala di regio frontal paling tidak dapat dipakai sebagai
prediksi topis tumor namun paling sering ditemukan pada 49-68% kasus
5.
tumor otak.19-21
Penatalaksanaan
Terapi nyeri kepala pada tumor otak tergantung pada patologi tumor, lokasi,
gejala yang berhubungan, dan status fungsional pasien. Untuk nyeri kepala
yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan efek massa
sekunder edema tumor terkait, kortikosteroid seperti deksametason sering
memberikan bantuan sampai terapi lebih definitif dapat digunakan. Potensi
komplikasi kortikosteroid, seperti nekrosis avaskular pinggul, harus
didiskusikan dengan pasien.22
Pasien dengan metastase otak sering diobati dengan radioterapi
seluruh otak. Dalam sebuah studi awal pasien dengan metastase otak, 82%
27
dapat
dilihat
dengan menggunakan
oktreotide
untuk
nyeri kepala pada pasien yang telah gagal dengan terapi medis.22
Prognosis
Prognosis nyeri kepala pada tumor otak tergantung pada prognosis dari
tumor yang mendasarinya.22
28
29
Deskripsi :
Nyeri, kepala dicetuskan oleh gerakan leher, postur tertentu dari leher,
penekanan dengan jari pada suboksipital, daerah C2, C3 atau C4 atau di
atas daerah nervus oksipitalis; valsava, batuk, bersin juga dapat merupakan
pemicu CH.
30
c. Terbukti secara klinik, laboratorium, dan imaging adanya gangguan atau lesi di
servikal spinal atau jaringan ikat di daerah leher yang bisa dianggap penyebab
nyeri kepala.
d. Adanya bukti kaitan nyeri dengan kelainan di leher atau lesi lain di leher yang
paling tidak satu kriteria di bawah ini :
1. menunjukkan gejala klinik adanya sumber nyeri di leher
2. nyeri kepala akan menghilang setelah dilakukan blokade memakai plasebo
atau zat lainnya terhadap struktur servikal atau saraf-saraf servikal.
3. Nyeri akan berkurang dalam 3 bulan sesudah keberhasilan pengobatan
terhadap penyebab.
j. Neuralgia Kranial dan Penyebab sentral nyeri fasial23
Klinis
Neuralgia Trigeminal Klasik
a. Serangan nyeri paroksismal beberapa detik sampai dua menit melibatkan
satu atau lebih cabang N. Trigeminus
b. Memenuhi-paling sedikit satu karakteristik berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
d. Tidak ada defisit neurologik
e. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
Neuralgia Trigeminal Simptomatik
a. Serangan nyeri paroksismal selama beberapa detik sampai dua menit
dengan atau tanpa nyeri persisten di antara serangan paroksismal,
melibatkan satu atau lebih cabang/divisi N. Trigeminus.
b. Memenuhi paling sedikit satu karaktgristik nyeri berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing individu
31
\\
32
BAB III
PENUTUP
Sefalgia atau sakit kepala merupakan suatu gejala yang sering dikeluhkan.
Sefalgia bukan sebuah diagnosis suatu penyakit. Perbedaan gejala, onset, dan
nyeri pada Sefalgia berbeda-beda, maka harus lebih teliti untuk melakukan
anamnesis dan pemeriksaan. Sefalgia harus diklasifikasikan secara cermat untuk
mengetahui penyebabnya.
Nyeri kepala atau headache, di mana pada orang awam sering disebut
sebagai istilah sakit kepala, pening kepala dan lain-lainnya, adalah rasa nyeri atau
rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu
sampai ke belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Berdasarkan kausanya, digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas terdapat
kelainan anatomi atau struktur atau sejenisnya. Sedangkan nyeri kepala sekunder
adalah nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi atau kelainan struktur
atau sejenisnya. Kronis progresif menunjukkan kemungkinan nyeri kepala
sekunder, yaitu nyeri kepala lebih dari tiga bulan, yang mengalami pertambahan
dalam derajat berat, dan durasinya serta dapat disertai munculnya defisit
neurologis yang lain seperti nyeri kepala
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, M dan M. Frostcher. Diagnosis Topik Neurologi Duus : Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala. EGC : Jakarta, 2010.
33
Diunduh
dari
http://hisclassification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
8. Lindsay, Kenneth W,dkk. Headache Neurology and Neurosurgery
Illustrated. London: Churchill Livingstone.2004.66-72.ISH Classification
ICHD II ( International Classification of Headache Disorders) available
at : http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
9. Patestas, Maria A. dan Leslie P.Gartner.Cerebrum.A Textbook of
Neuroanatomy. United Kingdom: Blackwell.2006.69-70.Price, Sylvia dan
Lorraine M.
10. Sjahrir
Hasan,
dkk.
Konsensus
Nasional
IV
Diagnostik
dan
34
11. Olesen J, Lipton RB. Classification of headache. In: Olesen J, Goadsby PJ,
Ramadan NM, Tfelt-Hansen P, Welch KMA, editors. The headache
[ebook]. 3rd ed. Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins; 2006. p.
12.
12. Messlinger K, Dostrovsky JO, Strassman AM. Anatomy and Physiology of
Head Pain. In: Olesen J, Goadsby PJ, Ramadan NM, Tfelt-Hansen P.
Welch KMA, editors. The headache [ebook]. 3rd ed. Philadelphia.
Lippincott Williams and Wilkins; 2006. p. 95-105.
13. Burstein R, Levy D, Jakubowski M, Woolf CJ. Peripheral and Central
Sensitiation Related to Headache. In: Olesen J, Goadsby PJ, Ramadan
NM, Tfelt-Hansen P. Welch KMA, editors. The headache [ebook]. 3 rd ed.
Philadelphia. Lippincott Williams and Wilkins; 2006. p.121-7.
14. Twaddle ML, Cooke KJ. Assesment of pain and common pain syndrome.
In: Von Roenn JH, Paice JA, Preodor ME, editors. Current Diagnosis &
Treatment of Pain, 1sted. New York: Mc-GrawHill Inc; 2006. p. 10-5.
15. McKinney, P A. "Brain tumours: incidence, survival, and etiology.Journal
of neurology,neurosurgeryand psychiatry. 2004;75:2:1217.
16. Chandana, SR,Sreenivasa R, Movva, Sujana, Arora, Madan, et al. Primary
brain tumors in adults.American family physician. 2008;77.10:14231430.
17. Headache Classfication Committee. The International Classifcation of
Headache Disorders. Cephalalgia. 2nd ed. 2004; 24 suppl 1:77-81.
18. Kirby S. Pathogenesis and pathophysiology. Headache associated with
intracranial neoplasms. 2011 [diakses tanggal 20 April 2014]. Available
from:
http://www.medmerits.com/index.php/article/headache_associated_with_i
ntracranial_neoplasms/P4.
35
19. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Disorders of speech and language. In:
Principles of Neurology. 8th ed. New York: Mc Graw-Hill Inc; 2005. p.
413-28.
20. Ropper A, Brown R. Headache and other craniofacial pains. In: Adams
Victors Principles of Neurology. 8th ed. New York: McGraw-Hill Inc;
2005. p. 58-9, 149.
21. Diamond S, Urban G. Headache. In: Elsevier science; 2002; 2. p. 425-6.
22. Kirby S. Management. Headache associated with intracranial neoplasms.
2011
[diakses
tanggal
20
April
2014].
Available
from:
http://www.medmerits.com/index.php/article/headache_associated_with_i
ntracranial_neoplasms/P10
23. Misbach J, Hamid AB, Mayza A, Saleh K (ed). 2006. Sefalgia. Dalam:
Buku pedoman standar pelayangan medis (SPM) dan standar prosedur
operasional (SPO). Jakarta: Perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia
(PERDOSSI).
36