Oleh
Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar
PENDAHULUAN
Pada saat sekarang ini pemanfaatan sistim kontrol otomatik, sangat meluas. Hal ini
Selanjutnya tetap dilakukan usaha-usaha perbaikan terhadap ketelitian dan kestabilan dari
alat kontrol otomatik ketidak-stabilan sistim kontrol menyebabkan sistim cenderung berosilasi
pada kandisi operasi yang telah ditetapkan.
Pada tahun 1868. James Clerk Maxwell. melakukan analisis teoretis terhadap kestabilan,
kemudian Hurtwitz (1875), Routh (1884) dan Liaponnov (1892) memberikan kontribusi
penyempurnaan, sehingga pemanfaatan governor dalam mesin-mesin makin berkembang. Pada
tahun 1900 pemanfaatannya telah memasuki bidang-bidang industri.
Pada tahun 1934, Hazen, mempublikasi sistim kontrol otomatik berdasarkan atas teori
yang teliti, sedang Nyquist Black dan Bode melakukan rancangan terhadap kestabilan pada
sistem tolefon yang melahirkan teari umpan balik. Adanya penemuan-penemuan dalam bidang
semi-konduktor dan komputer elektronik, menyebabkan makin meluasnya penggunaan kontrol
otomatik untuk memperoleh kinerja yang optimum pada proses-proses dalam berbagai industri.
1.2. Kontrol Lop Terbuka dan Lop Tertutup
Suatu sistim kontrol dapat dikatakan sebagai sekumpulan kamponen-komponen fisik yag
dirangkai untuk mengarahkan aliran energi ke mesin dan proses sedemikian, sehingga diperoleh
kinerja yang diinginkan. otomatik berarti bergerak (bekerja) sendiri. Jadi sistim kontrol otomatik
adalah sistim kontrol yang bekerja sendiri.
Dalam operasinya, sistim kantral dibagi atas lop terbuka dan lop tertutup. Di bawah ini,
dijelaskan perbedaan kedua operasi sistim tersebut
1.2.1. Lop Terbuka
Seperti terlihat pada Gambar 1 : pengontrolan temperatur oven dengan lop terbuka.
Penetapan switch menyatakan besaran input sedang tomperatur oven adalah besaran output,
(besaran yang dikontrol). Arus listrik ke pemenas adalah besaran yang dapat diatur dan disebut
besaran manipulasi. Untuk suatu penetapan switch. temperatur oven akan mencapai nilai
tertentu, sesuai dengan arus listrik ke heater dan semua kerugian panas melalui dinding oven.
Bila temperatur tidak sesuai dengan keinginan, misalnya karena pengaruh atmosfir, maka tidak
ada jalan untuk mengubah besaran input untuk pengontrolan oven. Dalam hal ini besaran output
tidak mempengaruhi besaran input. Kontrol semacam ini adalah sistim control lop terbuka.
Gambar 1
Gambar 2
Dengan adanya operator, output diumpanbalikkan dan dibandingkan dengan harga yang
diinginkan. Dengan demikian pengontralan elemen pemanas bergantung pada eror atau
perbedaan antara temperatur yang diinginkan dan temperatur aktual. Eror ini perlu dikurangi,
misalnya: bila temperatur oven turun, arus listrik ke heater ditambah untuk meningkatkan panas.
Sistim dimana besaran output mempengaruhi besaran input dinamakan sistim kontrol tertutup
atau sistim kontrol umpan balik. Pada gambar di atas, meskipun telah menyatakan sistim
kontrol lop tertutup namun masih dilaksanakan secara manual. Untuk lebih memperbaiki sistim
di atas, pekerjaan manusia diganti dengan unit mekanik, elektrik ataupun bentuk lain sebagai
pembanding.
Pada Gambar (3), diperlihatkan sistim kontrol oven dengan kontrol lop tertutup yang
didasarkan atas kerja otomatik (tanpa intervensi manusia). Temperatur yang diukur oleh
termokopel, dihasikan tegangan.
Gambar 3
Tegangan tersebut diumpanbalikkan ke tegangan input, di mana input menyatakan temperatur
yang diinginkan. Perbedaan kedua togalngan tersebut diperbesar secara elektronik dan
selanjutnya mengantrol arus ke elemen pemanas. Karena tegangan umpan balik dikurangkan ke
tegangan input. hal ini disebut sinyal umpan balik negative Kontral lop tertutup otomatik dapat
digunakan lebih cepat dan konsisten daripada dilakukan oleh manusia. Selanjutnya rancangan
(konsep) umpan balik negativ pada sistim kontrol lop tertutup merupakan dasar untuk
perencanaan sistim kontrol otomatik.
Meskipun kontrol dengan umpan balik lebih disukai oleh karena dimungkinkan
membandingkan antara output dan input, namun umpan balik dapat menyebabkan kesukaran,
karena lop tertutup menimbulkan arus sinyal yang terus menerus, sehingga bila sinyal
menyebabkan besaran bertambah, malka sistem tidak dapat mencapai output yang stedi dan
sistim seperti ini disebut tidak stabil.
Output
G1 = Input
(1)
Di mana A dan B masing-masing adalah besaran input dan output lihat Gambar (4).
Gr
Masukan A
Keluaran B
B
A
(a)
(b)
Gambar 4
Bila blok-blok dihubungkan secara kaskade dimana output suatu blok menjadi input blok
lainnya, maka fungsi transfer keduanya dapat dikombinasi. Fungsi transfer menyeluruh G dari
blok kaskade adalah :
GT =
C
B
C
=
x
= G1 x G2
A
A
B
(2)
Pada Gambar (5), menyatakan variabel yang dikombinasikan. saling dijumlah atau saling
dikurangkan, dan dinyatakan oleh lingkaran. Sedang titik pengambilan Gambar (6), digunakan
bila output suatu blok digunakan pada 2 atau lebih blok.
Gambar 5
C
C
Gambar 6 Representasi titik pengambilan
Untuk gambaran suatu diagram blok dari suatu sistim kontral temperatur oven seperti
terlihat pada Gambar 7.
Gambar 8
2.2. Variabel - Variabel Sistem
Beberapa standard simbol dan terminologi yang erat hubungannyaa dengan sistem kontrol
umpan balik didasarkan atas Gambar (9).
10
B = sinyal umpan balik adalah sinyal yang merupakan fungsi output yang ditambahkan ke input
E = perbedaan aljabar antara sinyal input dan sinyal umpan balik.
U = sinyal input yang tidak diinginkan ke sistim, yang cenderung menyebabkan output berbeda
dengan input.
GV = elemen input yang mengubah harga yang diinginkan menjadi sinyal input.
Gl = elemen-elemen (pengontrol). komponen-komponen yang bekerja pada sinyal eror dan
menghasilkan sinyal kontrol ke proses.
H = elemen-elemen umpan balik; komponen-komponen yang diperlukan untuk mengukur harga
output dan mengubahnya ke sinyal umpan balik .
G2 = elemen atau proses. bagian yang akan dikontrol
Pada titik jumlah : E = R - B = R - CH
(3)
Sedang E = C / G
maka ; C./G = R CH
(4)
G
1 GH
(5)
11
Gambar 10
2.2.2. Servo Mekanis
Servo mekanik (servo) adalah sistim kontrol lop tertutup di mana output berupa posisi atau
jarak. Pada Gambar (11), suatu tipe servo mekanik untuk motor listrik. Variabel kantrol adalah
sudut poros 0 . Elemen umpan balik mengukur 0 dan membandingkan dengan input. Sinyal 0
i diaplikasi ke amplifier yang menyebabkan motor mereduksi eror ke 0 (nol).
Gambar 12
12
13
(6)
14
Gambar 12
F9 = ky = Gaya pegas dengan perpindahan y
M d2y/dt2 = Gaya inersia
Berdasarkan atas hukum Newton
F = 0
atau, M d2y/dt2 + ky = 0
(7)
Gambar 13
Suatu sistem dengan gesekan viskos (damping) seperti terlihat pada Gambar (13). Berdasarkan
atas diagram benda bebas, persamaan diferensial masing-masing untuk:
15
Sistem a :
M
d2y
dt 2
+C
dy
y + ky = 0
dt
(8)
dy
y + ky = kx
dt
(9)
Sistem b :
M
d2y
dt
+C
Gambar 14
Berdasarkan atas diagram benda bebas, persamaan diferensial sistem tersebut adalah :
T = I , di mana T = Torsi, I = momen inersia, =
d 20
dt
+b
d 0
dt 2
d 20
+ G0 = Gi
dt 2
= percepatan sudut
(10)
b = Faktor damping
16
a. Hukum Ohm : v = iR
(11)
di
dt
(12)
1
1
dq idt
c
c
(13)
Gambar 15
Perhatikan rangkaian listrik pada gambar 16a dan 16b.
Penurunan tegangan dalam lop adalah
-e + vR + vL = 0
atau : L di
dt
Ri e
(14)
17
Persamaan (14) adalah persamaan diferensial yang didasarkan atas kuat arus dalam rangkaian.
Persamaan (14) dapat diubah menjadi :
VL (R ) VL dt e
L
atau dv L
dt
(R )VL (de )
L
dt
(15)
Persamaan (15) adalah persamaan diferensial yang didasarkan atas tegangan induktor.
Pada Gambar (16b) diperlihatkan rangkaian yang terdiri atas resistor, induktor dan kapasitor. Persamaan rangkaian
adalah :
L di
dt
Ri ( 1 ) idt e
C
2
atau L d q
dt 2
R dq
dt
q e
t
(16)
(17)
Persamaan (16) dan (17) masing-masing untuk rangkaian yang didasarkan atas kuat arus dan
muatan.
qs C
dTw
dt
(18)
18
Tw = TemperaLtur air
Ta = Temperatur udara luar
R = Tahanan termal
Keseimbangan panas: q i q s q 0
di mana
= input
= disimpan
= out put
(19)
qi
CdTw
dt
atau : dTw
(Tw To ) / R
Tw
RC
qh
(20)
RC
(21)
19
q i q 0 A dh
(22)
dt
dt
G vh qi
Gambar 18
3.4.2. Sistem Daya Fluida
Gambar (l9) katup yang dikontrol oloh aktuator hidrolik.
Gambar 19
Aliran minyak untuk pembukaan
katup
20
q K vX
(24)
q AV A dy
(25)
dt
di mana :
A = luas penampang silinder
V = kecepatan gerak torak
y = perpindahan torak
maka : q K v X A dy
atau A dy
dt
dt
KX
(26)
Sub-bab ini akan membahas karaktristik sistem fisis berdasarkan atas analogi dan
similaritas. Pada Tabel 1 : Diberikan karakteristik dari 4 tipe sistem fisis. Sedang pada Tabel 2 :
perbandingan sistem fisis orde-I
21
22
23
24
4. PERSAMAAN DIFERENSIAL
Signifikansi fisis yang penting dapat diasosiasikan dengan konsep homogenitas persamaan
diferensial. Persamaan diferensial hamogen mendifinisikan watak ketidak bergantungan suatu
sistem terhadap sumber energi luar. Persamaan didasarkan atas, hanya pada parameter-parameter
atau konstanta- konstanta dari elemen-elemen yang membentuk sistem. Dipihak lain persamaan
non homogen mencakup gaya pergerakan atau gaya eksitasi terhadap sistim fisik yang
dinyatakan didalam persamaan tersebut. Inputnya dinamakan fungsi pergerakan karena input
tersebut menggerakkan sistim ke respons tertentu.
Persamaan diferensial dapat diklasifikasi sebagai bagan yang terlihat berikut ini :
25
Misalkan : t, u, v ... adalah variabel tak bergantung dan x, y, z, .... adalah variabel bergantung.
Maka ketergantungan fungsi adalah
x = x (t, u, v,....... )
y = y (t, u, v,....... )
z = z (t, u, v,....... )
Suatu persamaan diferensial memperlihatkan hubungan antara variabel tak bergantung,
turunan dari variabel bergantung terhadap variabel tak bergantung. Relasi tersebut adalah : f (t,
x, dt/dx) = 0
Persamaan diferensial biasa : bila hanya sebuah variabel tak bergant yang terdapat dalam
persamaan tersebut, misalnya
d 2 x(t)
dt 2
dx ( t )
3x ( t ) 5 t
dt
dy( u )
y( u ) cos
du
Persamaan diferensial parsial : bila dalam persamaan diferensial tersebut terdapat beberapa
variabel tak bergantung.
26
Misalnya
2x
t
2x
di mana
2x
v
x = x (t, u, v, )
Pembahasan hanya menyangkut persamaan diferensial biasa. Order dari suatu persamaan
diferensial adalah order yang tertinggi dari penurunannya.
Misalnya :
d2x
dt 2
d5y
d3y
dt 5
dt 3
dx
dt
Persamaan diferensial dapat di balgi menurut koefisien yang terdapat dalam persamaan tersebut. Koefisien tersebut
dapat berupa variabel ataupun konstanta. Sebagai contoh persamaan dengan koefisien variabel :
d2x
t3
dt
dx
t 2 x 15 sin 3t
dt
d2y
dt
dy
2y 0
dt
Persamaan diferensial selanjutnya dapat diklasifikasi: linear dan non-linear. Persamaan diferensial non linear
bila koefisien-koefisien variabel adalah fungsi dari variabel bergantung atau bila setiap turunan dipangkatkan
dengan bilangan selain satu. Misalnya:
x3
dx
x 10 , dan
dt
2
d2y
2
dt
2y 0
27
Persamaan diferensial linear bila koefisien-koefisien variabel adalah variabel -Lak bergantung
atau konstanta.
Misalnya :
d2x
t3
dt
d2y
dt
dx
t 2 x 15 sin 3t
dt
dy
2y 0
dt
Persamaan diferensial linear memiliki sifat di mana prinsip superposisi berlaku, misalkan
persamaan deferential linear orde ke 2 :
d2y
dt
dy
y f (t)
dt
dy 2
d2y
dn y
, p y 2 , pn y n
dt
dt
dt
t
dan p y 0 ydt
(27)
(28)
Jadi p : menyatakan turunan terhadap waktu, dan 1/p: menyatakan integrasi terhadap waktu. Di
samping itu Operator p memudahkan dalam pemecahan persamaan diferensial. linear, karena
bersifat sebagai besaran aljabar.
28
dy
ky 0
dt
= konstanta
(29)
di mana C1 = konstanta. Konstanta tersebut dapat ditentukan bila diketahui kandisi awal. Dengan
demikian jawaban persamaan adalah : y C1e kt
Kebenaran jawaban ini dapat dicek : dy/dt = -kC 1 e Bila y dan dy/dt disubtitusi ke persamaan
menghasilkan :
kC1e kt kC1e kt 0 , jadi jawaban benar.
Contoh 2 :
dy
2y 0
dt
maka : py + 2y = 0 = y (p + 2), p = 2.
Jawaban : y C1e 2 t
29
dy
ky 0
dt
g dan k = konstanta
dengan menggunakan persamaan (27)
p2y + gpy + ky = 0 = y(p2 + g p + k), dan persamaan karakteristik adalah : p2 + g p + k = 0
p
g g 2 4k
2
g 2 4k
y C1e p1t C 2 e p 2 t ,
d2y
dt
dy
2y 0
dt
dy
y0
dt
Persamaan karakteristik : p2 + 2p + I = 0, p1 = p2 = -1
(30)
30
Jawaban : y = C e-t +
3. Kasus 3, D < 0
Persamaan karakteristik: p = p2 + gp + k = 0
akar-akar persamaan : p
di mana
g j 4k g 2
2
g
Bi1a a
dan b
1
4k g 2
2
(31)
d2y
dt
dy
13y 0
dt
Persamaan karakteristik : p2 + 4p + 13 = 0
4 (36)
p
2
4 6 j
2 3 j
2
dengan y = 3, bila t = 0
Jawab :
31
y = C1 e-2t
Kondisi awal t = 0, y = 3, maka 3 = C1 e0 = C1
Jawaban akhir y = 3 e-2t
Contoh 2.
d2y
dt
dy
6y 0
dt
y = e-3t + 2 e 2t
Contoh 3.
d2y
dt 2
4y 0
C2 = 0
8 = 2 C2 0
C1 = 0
32
dy
ky f ( t )
dt
Jawaban persamaan non homogen terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama adalah jawaban
yang berhubungan dengan persamaan homogen (yh), bagian ke dua adalah jawaban yang
memenuhi keseluruhan persamaan yp (jawaban khusus:), sehingga jawaban lengkap adalah :
y = y h + yp
(32)
Cara untuk memperoleh Jawaban yh, telah dijelaskan pada sub-Bab sebelumnya.
Untuk
Jawaban Pemisalan yp
A
Kt
At + B
Kt2
At2 + Bt + C
K sin t
Contoh 4.
A sin t + B cos t
33
d2y
dt
dy
5 y 15
dt
Jawab :
Fungsi eksitasi adalah konstan = 15. Dari Tabel 3 dimisalkan yp = A.
Pemisalan ini harus disubtitusi ke persamaan untuk mendapatkan harga A.
dy p
dt
0,
d2yp
dt 2
Contoh 5.
Carilah jawaban khusus untuk persamaan
d 2y
dt
dy
2y 4t
dt
Contoh 6 :
Carilah jawaban khusus untuk persamaan
dy/dt + 5y = 10 sin 5t
Dari Tabel 3, pemisalan adalah yp = A sin 5t + B cos 5t
d yp/dt = 5A cos 5t - 5B sin 5t
34
Contoh 7:
d 2y
dt
dy
4
dt
35
Contoh 8:
Kombinasikan 2 persamaan diferensial menjadi satu, di mana penyelesaian didasarkan atas
variabel bergantung z. Fungsi eksitasi x.
dy
2 y 5x
dt
3
dz
z 2y
dt
Jawab:
Dengan operator p diperoleh :
y 3p 2 5x , maka y
z (3p 1) 2 y
5x
p2
10 x
p2
x (p + 2)
z(3p + 1) (p + 2) = 10
z(3p2 + 7p +2) = 10 x
36
d2z
dt
dz
2z 10 x
dt
5.4. Soal-Soal.
37
B. RESPONS SISTIM
Respons sistim dinamis terhadap berbalgai input sangat penting dalam persoallan kontral.
Suatu sistim kontrol secara konstan menerima input dengan berbagai bentuk, dan respon sistim
terhadap input-input tersebut harus diketahui untuk mendapatkan sistim yang memenuhi syarat
stalbilitas.
Untuk analisis, 2 macam input yang umum digunakan adalah input konstan K dan
sinusoidal K sin wt. Kedua input tersebut
sebagai fungsi waktu seperti terlihat pada gambar (21).
38
Gambar 21
Pada kedua kasus, di anggap input tersebut mulai pada t = 0. Pada Gambar 21.a. input = 0
sampai t = 0, dan bernilai K (tetap) bila t > 0. Dalam teknik kontrol input tersebut di namalkan
input-step. Input step dan input simusoidal banyak dijumpai dalam analisis secara analitik
maupun eksperimental. Untuk pengenalan terhadap respon sistim, di bawah ini dijelaskan
analisis yang menyangkut input Step. Diharapkan anallisis dengan input simusoidal Csebagai
contoh pada persoalan-persoalan getarand, dapat diselesaikan berdasarkan pengenalan terhadap
input step . Prediksi kinerja sistim dinamik membutuhkan kemampuan untuk menjabarkan dan
menyelesaikan persamaan-persamaan diferensial.
Gambar 22
Laju aliran q1 dianggap sebagai input dan head h adalah response. Persamaan diferensial sistem
adalah
39
dh
G vh qi
dt
(33)
Misalkan : pada awal tanki air kosong, kemudian diberlakukan input step input. Input
tersebut diperlihatka secara grafik pada Gambar (22.b); di mana qi = Q (tetap) pada t 0. Jadi
persamaan yang akan diselesaikan untuk respons h adalah:
A
dh
G v h q i Qi
dt
(34)
dh
G v h 0 h ( Ap G v )
dt
Jadi :
h
Qi
1 e G v t / A
Gv
(35)
Respons seperti terlihat pada Gambar 22.c; h mulai dari 0 pada t = 0, dan mendekati harga
Qi/Gv dengan pertambahan waktu.
40
Respons tersebut masuk akal dilihat dari segi intuisi. Untuk h yang rendah, q0 kecil, karena
head rendah. Pada suatu harga h tertentu diperaleh inflow qi = outflow q0.
didefinisikan sebagai jawaban total dari persamaan sistem di mana transien masih dilibatkan.
Sedang respon keaadan ajeg, di mana transien telah hilang.
Si stem orde ke
dy
ky kx kX
dt
dy
c dy
yX
y
k dt
dt
(36)
lb s / in
s
lb / in
Konstan waktu pada persamaan (35), membuat koefisien y = 1. Pada umumnya, pada
persamaan-persamaan order pertama, bila koefisien pada suku dengan turunan ke-nol bernilai
41
satu, maka koefisien dari suku dengan turunan ke-satu adalah konstan waktu. Sebagai contoh
pada sistem permukaan air (6.1), konstan waktu adalah = A/G
Pada penyelesaian persamaan (36) akan memperlihatkan kegunaan konstan waktu untuk
memprediksi respons sistem. Untuk memperoleh jawaban transien yt,
p + 1 = 0, dan p = -1/
maka : yt = C1 e-t/. Jawaban keadaan ajeg yss = X
y = yt + yss = C1 e-t/ + X
Sistem dalam keadaan diam pada t = 0. maka respon sistem:
y = X (1 - e-t/)
(37)
(38)
Garafik persamaan (38) seperti terlihat pada Gambar (24). Karena grafik tersebut dalam bentuk
non-dimensi, maka dapat dikatakan bahwa respons secara matemaltis untuk semua sistem order
ke - I yang dikenai input step ; rasio y/X dapat diganti dengan rasio dari setiap fungsi respons
terhadap harga keadaan ajeg.
Kegunaan konstan waktu untuk memprediksi waktu respons dapat dijelaskan sebagai
berikut
42
Gambar 23
Gambar 24
(39)
Kesimpulan yang penting berdasarkan atas persamaan (39) adalah respons dengan input step,
maka output sistem order ke-1, memerlukan 63.2 % dari harga keadaan ajeg dalam periode
waktu sama dengan konstan waktu.
Bila, t = 4, t/ = 4, maka y = X(I e-4) = 0.982 X
Umumnya untuk memperkirakan waktu Yang diperlukan untuk menyelesaikan respons
adalah : t = 4 (98,2% dari harga keadaan ajeg).
43
Gambar 25
Untuk input step X, persamaan diferensial adalah
M
d2y
dt
dy
ky kx KX
dt
(40)
c dy
k
k
y
X
M dt M
M
(41)
c
k
p 0
M
m
(42)
2 n
dy
2n y 2n X
dt
(43)
di mana:
= C / CC : rasio antara damping aktual dengan damping kritis.
Secara matematis damping kritis c c 2 Mk
(44)
(45)
44
Bila : c = 0, maka = 0
Persamaan karakteristik : p 2 2n 0 , maka p = j n
Respons sistem : y C1 sin n t C 2 cos n t X
(47)
(48)
Akar-akar persamaan : p ( 2 1)
n
n
Gambar 26
Dengan < 1 : respons berosilasi.
Dengan = (sistem diredam kritis), respons sistem tanpa loncatan, sedang > 1, respons sistem
rendah.
45
Pada sistem kontrol umpan balik dapat terjadi keadaan tidak stabil. Pada bagian ini akan
dijelaskan konsep stabilitas sistem. Dari segi praktis , suatu sistem dikatakan stabil, bila respons
terhadap input dapat mencapai dan mempertahankan suatu harga dalam jangka waktu tertentu.
Dalam hal ini, transien harus telah menghilang. Sedang dari segi matematis , semua akar
persamaan karakteristik harus bernilai negatif atau merupakan bilangan kompleks dengan bagian
real negatif.
Misalkan suatu persamaan karakteristik untuk sistem order ke-1 adalah : p + c = 0, di mana C
positif real. Maka p = -c, dan sistem harus stabil, oleh karena akar adalah bilangan real negatif.
Persamaan respons adalah :
y C1e ct y ss
Gambar 27
Pada Gambar (27.a) respons dongan input stop. Transien menghilang dan sistem stabil.
Misalkan persamaan karakteristik untuk sistem order ke 1 adalah : p - c = 0
Maka p = c, dan respons sistem adalah : y C1e Ct y ss
Pada Gambar (27.b), transien bertambah dengan waktu.
Persamaan karakteristik sistem order ke-2:
p 2 2 n p 2n 0
46
wd
Dalam hal ini bagian akar real positif, dan memberikan kenaikan secara eksponensial yang
memperbesar amplitude osilasi terhadap waktu. Respons input step yang ditimbulkan tidak
stabil, lihat Gambar (28.b).
Gambar 28
Untuk akar persamaan karakteristik yang mengandung bagian real yang negatif,
misalkan persamaan karakteristik :
p 2 2n 0
Akar-akar persamaan : p j n
Pada Gambar (29) diperlihatkan respons sistem dengan input step, dengan persamaan respons :
y C1 sin n t C 2 cos n t y ss
47
Diperoleh hasil yang berosilasi, dengan amplitude yang tidak bertambah maupun tidak
berkurang. Sistem seperti ini dinamakan stabilitas terbatas atau stabilitas netral.
Gambar 29
Suatu sistem dengan stabilitas terbatas (netral) bila persamaan karakteristik memiliki akar sama dengan nol atau
akar kompleks dengan bagian real sama dengan nol.
Gambar (27.b) (28.b) dan (29) memperlihatkan tidak ada respons keadaan ajeg (steady
state:). Hal ini disebabkan transien tidak pernah menghilang. Jadi untuk sistem yang tidak
stabil jawaban khusus bukan jawaban keadaan ajeg (steady states), oleh karena respons keadaan
ajeg tidak terjadi. Jadi hanya sistem stabil yang memiliki respons keadaan ajeg.
Dari segi praktis, stabilitas terbatas adalah tidak stabil, oloh karena respons yang
diinginkan tidak pernah tercapai. Untuk sistem stabil. semua akar persamaan karakteristik
harus memiliki bagian real yang negatif, negatif atau bilangan kompleks dengan bagian real
yang negatif.
Oleh karena penyelesaian persamaan karakteristik dengan derajat tinggi membutuhkan
waktu yang lama, makal digunakan kriteria Routh atau dengan diagram Root-locus. Hal ini
akan dijelaskan pada akhir Bab.
48
6.3.
Soal-Soal.
PROBLEMS
49
50
51
7. AKSI KONTROL
Aksi kontrol menyangkut cara bagaimana eror sistem digunakan untuk mengoreksi
ataupun bagaimana hubungan antara koreksi dan eror sistem. Pengertian aksi kontrol berguna
untuk mengetahui respons sistem bila aksi kontrol diketahui.
Gambar 30
Persamaan untuk tanki didasarkan atas persamaan (22) dan dapat ditulis sebagai berikut :
A dh/dt =qnet = qi + qd q0
52
h H h
q i Q i q i
q 0 Q 0 q 0
(50)
dH
dh
A
Q i q i q d Q 0 q 0
dt
dt
(51)
dH
Qi Q0 0
dt
dh
q i q d q 0
dt
(52)
dh
q i q d G v h atau
dt
dh
G v h q i q d
dt
(53)
53
a
h
b
(54)
(55)
Hubungan antara persamaan (54) dan (55)
aK v
h
b
(56)
aK v
dh
G v h
h q d , atau
dt
b
dh bG v aK v
h q d
dt
b
(57)
Persamaan (57) dapat selesaikan untuk menentukan deviasi permukaan cairan untuk setiap input gangguan.
Sebagai contoh, dianggap bahwa gangguan terjadi sesuai dongan input step, yaitu q d = Qd
(tetap). Harga deviasi keadaan ajeg pada persamaan diferensial (57) adalah :
b
Qd
bG v aK v
h ss
(58)
Terlihat, dari persamaan (58), deviasi keadaan ajeg proporsional dengan besarnya gangguan
step. Respons ini adalah deviasi dari harga permukalan cairan yang diinginkan, jadi besaran ini
merupakan eror sistem. Diagram yang menggambarkan respons sistem (berdasarkan persamaan
diferensial 57) seperti terlihat pada Gambar 31.
54
Gambar 31
Analisis yang didasarkan penjabaran di atas menyatakan bahwa aliran ke tanki dalam bentuk gangguan
menyebabkan aliran masuk ke katup masuk menurun. Kondisi ini disebabkan oleh sistem batang bergerak ke posisi
penutupan katup, sehingga permukaan cairan bertambah.
Untuk menganalisis sistem linear, lebih baik monggunakan deviasi variabel sistem
dibanding dengan harga absolute Hal ini dapat dilakukan dengan mengambil harga
keseimbangan awal sebagai sebagai rujukan dan dapat disamakan dengan harga nol. Dengan
domikian head pada sistem pormukaan :
h = H + h.
Bila harga keseimbangan awal H = 0.
maka h = h
Pendekatan ini dapat dapat berlaku oleh karena harga keseimbangan awal selalu bernilai tetap.
Berdasarkan pendekatan tersebut dilakukan analisis terhadap persoalan di atas. Sistem pada
Gambar (30), dengan harga-harga keseimbangan awal : head, aliran masuk, aliran keluar dan
posisi sistem batang sama dengan 0; H = 0. Qi = 0. dan seterusnya.
Dalam hal h = h, qi= qi. dan seterusnya. Persamaan sistem adalah
A
dh
qi qd q0 qi qd G vh
dt
(59)
Persamaan (59) sama dengan persamaan (57) terkecuali h adalah deviasi head dari harga
keseimbangan awal dan bukan harga absolute.
55
Gambar 32
Pada gambar tersebut memperlihatkan harga keadaan ajeg sebagai fungsi prosentase laju aliran
gangguan. Harga H yang diinginkan dapat dipertahankan bila tak ada gagguan.
56
Untuk mendapatkan persamaan sistem, sistem dianggap dalam keadaan seimbang pada
setiap terjadi gangguan. Persamaan persamaan ditulis berdasarkan atas deviasi terhadap posisi
seimbang. Jadi variabel - variabel posisi seimbang yang dipilih sebagai rujukan (reference) sama
dengan nol.
Persamaan tanki :
A
dh
qi qd q0 qi qd G vh
dt
dh
G vh qi qd
dt
(60)
a
h
b
(61)
(62)
Cv = konstanta katup.
Persamaan silinder :
q A1
dx
dt
(63)
dx
dt
(64)
Cv
A1
y
p
(65)
57
qi = - Kvx
(66)
K vCva
A1 b
h
h
p K0 p
(67)
q i K 0 0t hdt
(68)
Persamaan (68) menunjukkan pengontralan secara integral. Koreksi dilakukan sebanding dengan integral waktu
dari deviasi head (sama dengan nilai eror sistem)
dh
G v h K 0 0t hdt q d
dt
(69)
dq
d2h
dh
Gv
K0h d
2
dt
dt
dt
(70)
58
Gambar 33
Dengan kontrol integral. koreksi dilakukan sebanding dengan integral waktu eror. Kontrol
integral disukai karena cenderung mengeliminasi eror keadaan ajeg. Sedang hal yang tak
diinginkan ialah kantral tersebut cenderung untuk menghasilkan respon yang berosilasi, di mana
dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan sistem tidak stabil.
7.3. Aksi Kontrol Lainnya
Aksi kontrol lainnya tidak akan dibahas, namun perlu pengenalan terhadap aksi-aksi
kontrol tersebut.
Aksi kontrol ke - 3 adalah : kontrol turunan (derivative control:). Kontrol turunan tak dapat
digunakan secara mandiri, oleh karena kontrol tersebut tidak merespon terhadap eror, di manal
oror selalu tetap terhadap waktu. Kontrol turunan senantiasa dikopmbinasi dengan kontrol aksi
lainnya, agar supaya diperoleh stabilisasi sistem. Kombinasi aksi-aksi kontrol yang satu dengan
lainnya, menghasilkan koreksi yang merupakan jumlah koreksi yang dihasilkan oleh setiap aksi
kontrol.
Kemungkinan-kemungkinan kombinasi :
1. Kontrol Proporsional + Integral
Pada beberapa sistem, kombinasi ini memperlihatkan ciri ciri terbaik, yaitu memiliki sifat
cenderung untuk mengeliminasi eror karena kontrol integral dan stabili-Las yang disebabkan
oleh kontrol proportional.
59
4. Kontrol Dua-Posisi
Kontrol ini hanya memiliki 2 macam posisi, bergantung pada besar/kecilnya koreksi pada
sistem. Output sistem bergerak terus-menerus diantara dua posisi yang tetap. Konstruksi alat
kontrol dua-posisi, sederhana sehingga harga alat murah. Kontrol tipe ini banyak digunakan
dalam praktek di mana output yang berosilasi tidak menjadi persyaratan utama. Kontrol ini
banyak digunakan pada alat pemanasan ruangan dan tungku.
60
7.4. Soal-Soal
61
62
a n 1 p a n 0
(72)
Sistem yang tidak stabil segera dapat diidentifikasi jika koefisien bila koefisien bernilai nol atau
bertanda negatif Untuk menyederhanakan ilustrasi, digunakan persamaan karakteristik dengan n
= 5.
a 0 p 5 a 1p 4 a 2 p 3 a 3 p 2 a 4 p a 5 0
(73)
a2
a4
a1
a3
a5
b1
b3
c1
c3
(74)
d1
e1
Kedua baris susunan adalah koefisien-koefisien persamaan. Sedang koefisien lainnya diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
b1
a0
a1
a2
a3
a1
a 1a 2 a 0 a 3
a1
(75)
63
b1
a0
a1
a2
a3
a1
a 1a 4 a 0 a 5
a1
b 1 a 3 a 1 ( 0)
b1a 3 a 1 b 3
, c3
b1
b1
(76)
Contoh 1.
Persamaan karakteristik :
p 5 3p 4 7 p 3 20p 2 6p 15 0
Susunan Routh :
1
20
15
1/13 1
11
15
6/1
15
Sistem tersebut di atas stabil. Tidak ada perubahan tanda pada kolom pertama susunan.
Contoh 2.
Persamaan karakteristik
p 4 2p 3 3p 2 8p 2 0
Susunan Routh
64
-1
12
2
Terdapat 2 kali perubahan tanda : dari + ke - dan dari - ke + pada kolom pertama susunan Routh.
Berarti bahwa terdapat 2 akar yang mengandung bilangan real positif. Jadi sistem tidak stabil.
Bila pada kolom pertama susunan Routh mengandung bilangan nol maka sistem adalah
stabil terbatas , jadi tidak stabil.
8.2.
Metode Root-Locus
Usaha untuk mennyelesaikan persamaan karakteristik menjadi sukar bila persoalan makin
kompleks. Parameter yang umum diubah adalah faktor gain , terutama bila dalam sistem
terdapat amplifier yang dapat diubah besarannya. Kemungkinan bila gain ditambah, maka sistem
berosilasi, dan sistem menjadi tak stabil. Oleh karena itu tujuan untuk mengubah gain agar
mendapatkan respons yang terbaik. Suatu metode grafis yang memungkinkan untuk menetukan
penetuan akar-akar persamaan karakteristik karena adanya faktor gain ialah metode root-locus.
Metode ini ditemukan oleh W. R. Evans pada tahun 1949.
Root-Locus adalah tempat kedudukan akar-akar persamaan karakteristik pada bidang
kompleks bila faktor gain K diubah-ubah dari 0 s/d . Secara umum sistem kontrol dengan
umpan balik seperti terlihat pada Gambar 34.
65
c( p )
G ( p)
R (s) 1 G ( p) H ( p)
atau :
1
c( p)
G (s) R ( p)
1
G
(
p
)
H
(
p
)
(77)
G ( p)
1 G (p)H ( p) = fungsi transfer lop-tertutup
(78)
(79)
G(p) adalah hasil perkalian dari berbagai fungsi transfer yang dihubungkan secara kaskade,
sehingga dapat dituliskan dalam bentuk polinomial sbagai berikut :
G ( p)
KN ( p) K ( p z 1 )(p z 2 )...................( p z 1 )
D( p)
( p p 1 )(p p 2 ).....................(p p n )
(80)
Di mana N(p) dan D(p) masing-masing adalah polinomial pembilang dan penyebut. Untuk
penyederhanaan umpan balik H(p) = 1. Dengan persamaan (80), persamaan (79) menjadi :
66
1 k
KN ( p)
0,
D( p )
(81)
67
180 k (360)
Np Nz
(i)
( p 1 p 2 ............) ( z 1 z 2 ............)
N ( p) N ( z )
(ii)
....................
...........
( p 1 ) ( p 2 )
( z 1 ) ( z 2 )
(iii)
Np
0
Dp
dK/dp = 0,
Harga-harga
6. Sudut berangkat pada titik pole yang terletak pada bidang kampleks (bukan pada sumbu real),
lihat Gambar (38).
sudut pole - sudut zero = 180 k (360)
(iv)
Pada Gambar (38) sudut-sudut : 1, 2, 3, adalah sudut pole, sedang , 4 adalah sudut zero.
Berdasarkan atas persamaan (iv);
68
Gambar 36
Gambar 37
69
Gambar 38
Contoh 1.
Gambarkan diagram root-locus untuk sistem yang terlihat pada gambar berikut
R(p)
K
( p 1)(p 5)
R(p)
a. Gambar diagram RL
b. Tentukan harga gain K dan akar-akar persamaan karakteristik sisitem untuk = 0.5
Jawab :
Melukis diagram-Root-Locus
1. Titik awal RL
(p + 1) (P+5) = 0, p2 = -1, p2 = -5
2. Titik akhir RL
Titik pole tidak ada
3. Jumlah Root lokus : Np = 2
4. Asimtot
70
180 k (360)
Np Nz
untuk k = 0,
180 0(360)
90 o
20
( p 1 p 2 ...........) ( z 1 z 2 .............)
N ( p ) N (c)
(1 5) (0)
3
20
(ii)
Letal RL
(imajiner)
R (real)
-5
-1
0
( 1) ( 5)
( + 1) + ( + 5) = 0, 2 = -6, titik = -3
71
6. Sudut berangkat pada titik pole yang terletak pada bidang kompleks (bukan pada sumbu real).
lihat Gambar (38).
sudut pole - sudut zero = 180 k (360)
Tidak ada titik pole pada bidang kompleks
Diagram root-locus seperti terlihat pada Gambar (40)
Gambar 40
Persamaan karakteristik lop tertutup adalah :
(p + 1) (p + 5) + K = 0
p2 + 6p + 5 + K = 0
Sesuai persamaan (48) :
p2 + 6p + 5 + K p2 + 2 n p + 2n = 0
Dengan analogi :
6 = 2 n, dengan = 0.5, maka n = 6
72
5 + K = 2n , K = 36 5 = 31
Persamaan karakteristik : 2p2 + 6p + 36 = 0
p 1, 2
6 j 36 (4)(36)
2
3 3 j 3
Contoh 2:
Lukislah diagram RL pada sistem kantrol sebagai berikut :
R(p)
K ( p 4)
p(p 2)
R(p)
Jawab:
1. Titik awal RL
Root locus mulai pada titik dimana K = 0. jadi root locus berawal pada titik-titik pole :
p (p + 2) = 0; yakni pada titik-titik : p1 = 0, P2 = -2
2. Titik akhir RL
Root locus berakhir pada titik di mana K = , jadi root locus berachir pada titik-titik zero :
(p + 4) = 0;
yakni pada titik-titik z1 = 4
3. Jumlah Root locus sama dengan jumlah titik pole : Np = 2
4. Asimtot
a. Jumlah asimtot = jumlah pole (Np) - jumlah zero (Nz) = 2 I = 1
b. arah asimtot, sudut :
180 k (360)
Np Nz
untuk k = 0,
180
180 o
2 1
73
( p1 p 2 ...........) ( z1 z 2 ............)
N( p) N ( z)
Karena sudut asimtot sama dengan 180o maka tidak ada perpotongan asimtot dengan sumbu real.
5. Keberadaan RL pada sumbu real
a. Letak RL pada sumbu real selalu berada pada daerah sebelah "kiri" titik-titik pole dan zero
dengan jumlah : 1, 3, 5, 7........... dst,
(imajiner)
Letal RL
-4
R (real)
-2
0
X titik pole
0 titik zero
b. Sudut berangkat dan sudut tiba RL pada sumbu real selalu 90o.
c. Titik berangkat dan titik tiba RL pada sumbu real.
Bila titik 1, 1, dst adalah titik berangkat/tiba. maka harga-harga titik memenuhi relasi
sebagai berikut :
1
1
1
( 0) ( 2) ( 4)
Sudut berangkat pada titik pole yang terletak pada bidang kompleks (bukan pada sumbu
real)
Tidak perlu ditentukan . karena tidak ada titik pole pada bidang kompleks
74
7.
Gambar 41
Contoh 3
Fungsi transfer lop-terbuka untuk suatu sistem adalah :
G(p)
K(p 3)
, lihat persamaan (80)
p(p 5)(p 6)(p 2 2p 2)
75
Jawab
Berdasarkan atas prosedur melukis diagram Root-Locus :
1.
Titik awal RL
Root locus mulai pada titik dimana k = , jadi root locus berawal pada titik-titik pole : p(p+5)
(p+6) (p2+2p+2) = 0, yakni pada titi-titk : pl = 0, p2 = -5. p3 = -6, p4 = -1, p5 = -1 j
2.
Titik akhir RL
Root locus berakhir pada titik di mana k = , jadi root locus borakhir pada titik-titik zero (p + 3)
= 0 yakni pada titik-titik z1 = -3
3.
4.
Asimtot
a.
Np = 5, Nz = 1, Jumlah asimtot = 5 - I = 4
b.
Np - Nz
4
sudut-sudut asimtot :
k = 0, 1 = 180 / 4 = 450
k = 1, 2 = 540 / 4 = 1350
k = 2, 3 = 900 / 4 = 2250
k = 3, 4 = 1080 / 4 = 2700
Titik potong asimtot dengan sumbu real pada :
(0 5 6 1 j - 1 - j) - (-3) 10
2,5
4
4
Letak RL pada sumbu real selalu berada pada daerah sebelah "kiri" titik-titik pole dan
zero dengan jumlah : 1,3,5.7... dst,
76
= titik pole
= titik zero
b.
c.
1
1
1
1
1
1
( 0) ( 5) ( 6) ( 1 j) ( 1 j) ( 3)
(+5) (+6) (+1-j) (+1+j) (+3) + (+0) (+6) (+1-j) (+1+j) (+3) + (+0) (+5) (+1-j)
(+1+j) (+3) + (+0) (+5) (+6) (+1+j) (+3) + (+0) (+5) (+6) (+1-j) (+3) = (+0)
(+5) (+6) (+1-j) (+1+j)
Karena persamaan sangat pelik, dilakukan kriteria Routh-Hurwitz :
1
K(p 3)
0
p(p 5)(p 6)(p 2p 2)
atau
6. Sudut berangkat pada titik pole yang terletak pada bidang kompleks (bukan pada sumbu real).
hanya pada titik-titik pole :
77
P = -1 + J dan p = -1 j
Pada Gambar (42) sudut-sudut : 1, 2, 3, 4, adalah sudut pole, sedang 5 adalah sudut zero.
Harga sudut-sudut pole dan zero adalah : 1 = 1350, 2 = 140, 3 = 11,40, 4 = 900 ; sedang sudut
zero : 5 = 26.60, maka :
(1 + 2 + 3 + 4 + ) - 5 = 180 k (360), di mana sudut adalah sudut berangkat pada titik
pole p4 = 1 + J. Dengan demikian (135 0 + 140 + 11,40 + 900 + ) = 5400 (k = 1) ; diperoleh =
316.20 = - 43.80. Sudut pada pole p5 adalah konyugasi pole p4, maka sudut untuk p5 adalah :
+43.80
Diagram root-locus seperti terlihat pada Gambar 43
Gambar 41
78
Gambar 43
79
8.3. Soal-Soal
80
81
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Kou, B. C., Automatic Control Systems, Fourth Edition, Printice-Hall of India, New
Delhi-110001, 1983.