1, (2012) 1-6
I. PENDAHULUAN
lebih akurat.
II. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Penentuan Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini di ambil pada kapal perang jenis buru
ranjau dengan type M.H yang mampu mencari, memburu dan
menghancurkan berbagai jenis ranjau, antara lain ranjau
kontak, akustik dan magnetik yaitu KRI Pulau Rupat dengan
nomer lambung -712, dapat disebut juga dengan KRI Pulau
Rupat-712. Mesin Pokok (MPK) merupakan mesin utama
terdiri dari dua buah mesin pokok yaitu MPK kanan dan MPK
kiri yang ada pada KRI Pulau Rupat dan berfungsi sebagai
penggerak kapal. Karena fungsinya sebagai penggerak utama
kapal dan mendukung proses penyapuan ranjau maka sangat
penting dilakukan perbandingan antara suara dan vibrasi dari
mesin kapal untuk mendeteksi secara dini kerusakan pada
mesin pendorong pokok. Sehingga perlu adanya monitoring
pada mesin pendorong pokok supaya mencegah terjadinya
kegagalan pada saat beroperasi. Gambar KRI Pulau Rupat-712
tidak dapat ditampilkan karena bersifat rahasia.
Data yang didapatkan pada penelitian ini dibagi menjadi
dua yaitu data bunyi mesin pada kondisi stasioner dan kondisi
berlayar. Maksud dari stasioner adalah mesin sudah menyala
namun belum dioperasikan untuk menggerakkan kapal,
biasanya dilakukan pada saat pemanasan kapal dan berlayar
artinya kapal telah beroperasi dalam. Pada proses pengambilan
data dilakukan dengan dua cara yaitu pertama pada proses
perekaman suaranya dilakukan dengan cara single channel
untuk memperoleh sinyal baseline. Perekaman suara dilakukan
dengan menggunakan1 mic. Kemudian yang kedua pada saat
pengambilan data vibrasi dilakukan dengan menggunakan alat
vibrotest 60. Gambar tidak dapat ditampilkan karena bersifat
rahasia.
2.2 Penentuan Titik Pengukuran
Penentuan titik pengukuran vibrasi dilakukan berdasarkan
ketentuan yang berlaku pada bengkel mesin Fasharkan
Surabaya. Untuk penentuan titik pengukuran pada akustik ini
yang dilakukan adalah pengukuran dalam medan dekat karena
dalam daerah medan dekat ini karakter bunyi yang dihasilkan
dari mesin penggerak kapal lebih mencerminkan karakternya
sendiri. Pengambilan data dilakukan pada saat mesin dalam
keadaan stationer dan berlayar menggunakan 1 mic, masingmasing dengan jarak 5 cm dari mesin.
Pengambilan dilakukan pada posisi atas, bawah, kanan,
kiri, depan dan belakang MPK. Gambar 3.3 ini merupakan
visualisasi gambar pos pengukuran vibrasi pada gambar 3.2.
gambar visualisasi penentuan titik pengukuran akustik dapat
dilihat pada gambar 1.
Sinyal Akustik
Sinyal pengukuran akustik pada mesin pendorong
pokok (MPK) 1 dan pendorong pokok (MPK) 2 dengan
kondisi stasioner serta kondisi mesin berlayar. Pada gambar 4
menunjukkan hasil perbandingan antara masing-masing sinyal
akustik yang telah di ukur. Gambar 4 (a) merupakan gambar
pengukuran akustik pada MPK 1 posisi atas kondisi berlayar.
Kemudian pada gambar 4 (b) merupakan gambar pengukuran
akustik pada MPK 1 posisi belakang kondisi stasioner.
Kemudian pada gambar 4 (c) merupakan gambar pengukuran
akustik pada MPK 2 posisi atas kondisi stasioner. Serta pada
1200
1000
1000
400
600
800
Acoustical Signal (Hz)
200
0
0.01
0.005
0
x 10
4
2
0
0
-4
200
400
600
800
Acoustical Signal (Hz)
1000
400
600
800
Acoustical Signal (Hz)
x 10
2
1
0
-3
200
400
600
800
Acoustical Signal (Hz)
200
Amplitudo Spectrum
0.04
0.02
0
0
0.1
0
-0.1
x 10
5
0
-5
Amplitude,(c)
0.02
0
-0.02
1000
500
450
400
200
250
300
350
Acoustical Signal (mdet)
150
100
50
500
50
100
150
200
250
300
350
Acoustical Signal (mdet)
400
450
500
450
400
200
250
300
350
Acoustical Signal (mdet)
150
100
50
450
400
200
250
300
350
Acoustical Signal (mdet)
50
100
150
Acoustical Waveform
-3
Amplitude,(d)
Amplitude,(b)
|Y(f)|,(a)
0.5
0
-0.5
|Y(f)|,(b)
|Y(f)|,(c)
Amplitude,(a)
3.1.2
|Y(f)|,(d)
500
1200
1200
0
0
0
0
10
0
0
0
0
Gambar 7 Sinyal Perbandingan Akustik dan Vibrasi MPK 1 Posisi Belakang Stasioner
100
30
40
50
60
70
Vibrational Signal Aksial (Hz)
20
10
20
10
10
20
30
40
50
60
70
Vibrational Signal Vertikal (Hz)
80
90
100
90
80
30
40
50
60
70
Vibrational Signal Horizontal (Hz)
80
90
100
1200
1000
400
600
800
Acoustical Signal (Hz)
200
Amplitudo Spectrum
-3
x 10
2
80
30
40
50
60
70
Vibrational Signal Aksial (Hz)
0
10
20
30
40
50
60
70
Vibrational Signal Vertikal (Hz)
20
0
10
20
10
0
90
100
80
90
100
90
30
40
50
60
70
Vibrational Signal Horizontal (Hz)
80
1000
400
600
800
Acoustical Signal (Hz)
200
0
|Y(f)|,(b)
0
|Y(f)|(c)
0.02
|Y(f)|,(d)
Amplitudo Spectrum
100
|Y(f)|,(a)
Gambar 6 Sinyal Perbandingan Akustik dan Vibrasi MPK 1 Posisi Atas Berlayar (FFT)
|Y(f)|,(b)
|Y(f)|,(a)
|Y(f)|,(c)
0.04
|Y(f)|,(d)
1200
Gambar 8 Sinyal Perbandingan Akustik dan Vibrasi MPK 2 Posisi Atas Berlayar (FFT)
100
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
0.5
0
10
0
0
90
100
90
80
70
60
50
40
20
30
0
|Y (f )|, (c )
|Y (f )|, (b )
0.01
0.005
0
|Y (f )|, (d )
10
200
20
30
60
50
40
600
400
Amplitudo Spectrum
800
70
80
1000
90
100
1200
|Y (f )|, (a )
3.2 Pembahasan
Setelah dilakukan beberapa percobaan di dapatkan
pembahasan sebagai berikut. Analisa perbandingan sinyal
akustik pada grafik 4 di dapatkan bahwa sinyal yang di
hasilkan berbeda. Hal ini dapat dikarenakan posisi
pengambilan berada pada titik yang berbeda. Setelah
dilakukan perbandingan antara sinyal akustik menggunakan
metode FFT di dapatkan hasil sinyal dengan frekuensi tertinggi
berada pada gambar grafik 4 (d). Hal ini terjadi karena pada
saat posisi berlayar mesin bekerja secara maksimal. Sehingga
susra yang di hasilkan pun semakin tinggi. Analisa vibrasi
pada grafik grafik 6 di dapatkan bahwa kerusakan mesin
terjadi pada 3xrpm yaitu misalignment. Hal ini dapat terjadi
karena kombinasi dari misaligment dan celah axial yang
berlebihan (looseness). Analisa vibrasi pada grafik grafik 7
bahwa kerusakan mesin terjadi pada 0,5xrpm yaitu jenis
kerusakan oil whirl, karena mesin pada saat kondisi stasioner
dan masih dalam batas toleransi. Analisa vibrasi pada grafik
grafik 8 di dapatkan bahwa kerusakan mesin terjadi pada
2xrpm yaitu mechanical looseness. Hal ini dapat terjadi karena
misaligment jika getaran axial tinggi, kekuatan balas atau gaya
normal, dan terjadi resonansi.
Hasil yang telah di dapatkan bahwa sinyal akustik dan
vibrasi ketika pada frekuensi yang sama memiliki amplitudo
yang berbeda. Sehingga belum dapat dikatakan bahwa sinyal
akustik dapat menggantikan posisi sinyal vibrasi dalam
pengukuran kerusakan mesin berputar.