Ssss
Ssss
PERENCANAAN KOMPONEN
4.1
yang terletak pada poros input dan roda gigi yang terletak pada poros kedua. Jarak
antara poros transisi dan poros output direncanakan sebesar 80 mm. Penerusan
daya dan putaran dari poros transisi sebesar 8,45 KW / 8500 rpm ke poros kedua
dilakukan oleh pasangan roda gigi ini yang bersifat reduksi dengan perbandingan
transmisinya sebesar 6,6 yang data ini didapatkan pada bab sebelumnya.
Penerusan daya dan putaran akan berlangsung dengan baik apabila ukuran
dari roda gigi yang direncanakan mampu untuk meneruskan daya dan putaran
yang direncanakan. Berikut ini adalah langkah-langkah perhitungan dimensi dari
roda gigi, pemilihan bahan roda gigi dan pemeriksaan keamanan pemakaian roda
gigi.
1 6,6
2a i
1 i
2 80 ( 6,6 )mm
1 6,6
d ' 01
d ' 02
d ' 01
d ' 02
d ' 01 21,05 mm
d ' 02 138,9 mm
16
138,9mm
1,5
z 2 92,6
z1
z2
17
d. Diameter kaki ( df )
Diameter kaki dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1.5)
sebagai berikut:
ck = 0,25 x 1,5 = 0,375 mm.
df1 = ( z1 2 )m 2 x ck = ( 14 2) x 1,5 2 x 0,375 = 17,25 mm
df2 = ( z2 2 )m 2 x ck = ( 93 2) x 1,5 2 x 0,375 = 135,75 mm
e. Tinggi gigi ( H )
Tinggi giogi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1.6) sebagai
berikut:
H = 2 x m + ck = 2x 1,5 + 0.25= 3,25 mm
18
Jumlah
Gigi
Jumlah
Gigi
0,201
0,226
0,245
0,261
0,276
0,289
0,295
0,302
0,308
19
20
21
23
25
27
30
34
38
0,314
0,320
0,327
0,333
0,339
0,349
0,358
0,371
0,383
43
50
60
75
100
150
300
batang
gigi
0,396
0,408
0,421
0,434
0,446
0,459
0,471
0,484
Y1 = 0,162
Y2 = 0,413
d o1 n1 3,14 21 1360
1,42 m s
60 1000
60000
19
fv
3
3 v
Kecepatan sedang
fv
6
6v
fv
Kecepatan tinggi
5,5
5,5 v
Berdasarkan tabel 3.3 diatas maka untuk roda gigi reduksi ini, factor
koreksinya dapat digunakan persamaan:
fv
3
3
0,68
3 v 3 1,42
20
l. Pemeriksaan keamanan
b / m = 5 / 1,5 = 3,3
kontruksi aman
21
d / b = 21 / 5 = 4,2
kontruksi aman
Dengan demikian roda gigi reduksi ini adalah aman untuk digunakan.
Dengan menggunakan cara perhitungan seperti di atas, hasil perhitungan
dari dua tingkat kecepatan dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan dengan
mengasumsikan jarak poros kedua dengan poros output adalah 40 mm.
II
Pinion
Roda Gigi
Pinion
Roda Gigi
21,05 mm
138,9 mm
10,52 mm
69,47 mm
14
93
23
21 mm
139,5 mm
12 mm
68 mm
24 mm
142,5 mm
24 mm
75 mm
17,25 mm
135,75 mm
4,5 mm
61,5 mm
3,25 mm
3,25 mm
6,75 mm
6,75 mm
0,162
0,413
0,087
0,333
1,4 m/s
1,44 m/s
0,13 m/s
0,13 m/s
0,68
0,68
0,96
0,96
28,7 kg
28,7 kg
313,8 kg
313,8 kg
FC30
FC25
FC30
FC15
5 mm
5 mm
30 mm
30 mm
22
4.2
1. Poros input
Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start atau mungkin juga
beban yang terus berkerja setelah start, maka dalam perencanaan ini diambil
faktor koreksi ( f c ) yang terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, f c
fc
1,2-2,0
0,8-1,2
1,0-1,5
(kW)
Dimana :
Pd
= daya rencana
fc
= faktor koreksi
= 1.0 ( daya maksimum yang diperlukan ).
= 0,37 kW
Maka daya rencana :
Pd
= 1.0 x 74,97
= 0,37 kW
23
T = 9,74 x 105
Pd
n
Dimana :
T = momen puntir yang terjadi
Pd
= 0,37 kW
n = putaran poros (rpm)
= 1360 rpm
Maka momen yang terjadi :
T = 9,74 x 105
0,37
1360
= 264,98 Kg.mm
Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih untuk poros input adalah batang
baja karbon yang difinis dingin (sering dipakai untuk poros) yang lambangnya
S55C (Tabel 3.6) yang tegangan tariknya (B) sebesar 66 kg/mm2 dan faktor
keamanan Sf1 adalah 6,0.
Tabel 3.6 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang ditarik dingin
Standar dan macam
Baja karbon
konstruksi mesin (JIS
G 4501)
Batang baja yang
difinis dingin
Lambang
S30C
S35C
S40C
S45C
S50C
S55C
S35C-D
S45C-D
S55C-D
Perlakuan
panas
Penormalan
24
Kekuatan
tarik(kg/mm2)
48
52
55
58
62
66
53
60
72
untuk poros
Keterangan
Ditarik dingin,
digerinda,
dibubut,
atau gabungan
antara hal-hal
tersebut
B
66
5,5
Sf 1 Sf 2 6 2
kg/mm2
faktor momen puntir Kt diambil sebesar 1 (Tabel 3.7), sementara itu faktor
koreksi untuk momen lentur Cb diambil sebesar 2 (Tabel 3.8). Semua faktor ini
akan digunakan dalam perhitungan diameter poros dengan memakai persamaan
(2.12) sebagai berikut berikut:
ds=
5,1
. Kt . Cb. T
a
1/ 3
5,1
5,5 1 2 264,98
1/ 3
= 7,89 mm
Tabel 3.7 Faktor momen puntir
Cara pembebanan
Beban dikenakan secara halus
Terjadi sedikit kejutan
Beban dikenakan dengan kejutan dan tumbukan besar
Sumber: Sularso, K Suga, DPDP Elemen Mesin,1997, hal 8
Kt
1,0
1,0 1,5
1,5 3,0
25
Cb
1,2 2,3
1,0
Diameter poros harus dipilih dari Tabel 3.9, dari tabel tersebut didapatkan
bahwa diameter 7,89 mm tidak terdapat dalam tabel, oleh karena itu diameter
poros dipilih sebesar 8 mm.
10
11
4,5
*11,2
12
*12,5
*5,6
14
(15)
16
(17)
18
19
20
22
6
*6,3
7
*7,1
8
9
*22,4
24
25
40
28
30
*31,5
32
45
35
35,5
55
56
38
60
42
48
50
63
65
70
71
75
80
85
90
95
100
(105)
110
*112
120
125
130
140
150
160
170
180
190
200
220
*224
240
250
260
280
300
*315
320
340
400
355
360
380
560
Keterangan :
420
440
450
460
480
500
530
dimana
akan
dipasang
bantalan
gelinding
600
630
2,64
d s3
8 3
kg/mm2
Sebuah poros aman digunakan apabila tegangan geser yang diizinkan yang
dikoreksi lebih besar dari tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur
pasak, faktor Cb dan Kt.
a Sf 2 5,5 2 11
C b K t 2 1 2,64 5,28
a Sf 2 C b K t
26
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros yang telah dihitung adalah aman dan
layak untuk digunakan.
Tabel 3.11 Ukuran penampang spline
Cara kerja
6 spline
D = 0.90 D
4 spline
D = 0.85 D
10 spline
D = 0.01 D
Permanen
W = 0.25 D
W = 0.24 D
W = 0.156 D
h = 0.05 D
h = 0.075 D
h = 0.045 D
D = 0.85 D
D = 0.75 D
D = 0.56 D
W = 0.25 d
W = 0.241 D
W = 0.155 D
h = 0.075 D
H = 0.125 D
h = 0.07 D
pada putaran
sebelum bekerja
D = 0.80 D
D = 0.81 D
W = 0.25 D
W = 0.156 D
h = 0.10 D
H = 0.095 D
Dalam perencanaan ini spline yang mengikat poros dan roda gigi
direncanakan berjumlah 6 buah. Menurut Alex-Valance (Design of Machine
Member, 1951, hal 174), untuk spline berjumlah 6 buah dan pergeseran roda gigi
berlangsung ketika poros sedang bekerja, maka hubungan antara diameter poros
dengan diameter spline adalah: ds = 0,80 x D (Tabel 3.11).
Untuk poros ini ukuran spline yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Diameter spline (D)
= ds / 0,80 = 8 / 0,80 = 10 mm
Bahan yang digunakan untuk spline adalah sama dengan bahan poros, karena
spline menyatu dengan poros.
27
- Poros kedua
Poros kedua yang merupakan poros yang meneruskan daya yang di
reduksi, kemudian di reduksi kembali untuk mendapatkan putaran output yang
diinginkan, bekerja dengan daya 0,37 kW dan putaran yang bekerja pada poros ini
adalah 206 rpm. Dalam perencanaan ini bahan yang dipilih untuk poros kedua
adalah batang baja yang ditarik dingin dengan lambangnya S55C-D (Tabel 3.1)
yang tegangan tariknya (B) sebesar 72 kg/mm2 dan faktor keamanan (Sf1) adalah
6,0.
Pada perencanaan ini faktor Sf2 diambil sebesar 1,5, dari data-data diatas
dapat ditentukan tegangan geser yang diizinkan (a ) untuk poros yaitu:
B
72
8
Sf 1 Sf 2 6 1,5
kg/mm2
5,1
ds
a
K m M
kT T
5,1
2 6556,02
1,5 12662
23,89 mm
Diameter poros 23,89 mm tidak terdapat dalam tabel, oleh karena itu diameter
poros dipilih sebesar 24 mm.
28
Momen puntir yang bekerja pada poros, mengakibatkan terjadinya tegangan geser
pada poros sebesar:
4,67
d s3
(24) 3
kg/mm2
Sebuah poros aman digunakan apabila tegangan geser yang diizinkan yang
dikoreksi lebih besar dari tegangan geser yang dihitung atas dasar poros tanpa alur
pasak, faktor Cb dan Kt.
a Sf 2 8 1.5 12
C b K t 1,5 2 3,98 11,94
a Sf 2 C b K t
= 0,80 x D
= ds / 0,80 = 25 / 0.80 = 30 mm
= 0,10 x D = 0,10 x 30 = 3 mm
Bahan untuk spline adalah sama dengan bahan poros yaitu S55C-D, karena spline
menyatu dengan poros.
29
30