URTIKARIA
Oleh :
Aga Suganda
G99141078
Pembimbing :
dr. Suci Widhiati Msc, Sp.KK
STATUS RESPONSI
Nama Mahasiswa
Aga Suganda
NIM
G99141078
URTIKARIA
1. PENDAHULUAN
Urtikaria pertama kali digambarkan dalam sastra Inggris pada
tahun 1772, walaupun sebenarnya penyakit ini telah diakui sepanjang
sejarah. Urtikaria ditandai dengan gejala edema setempat pada kulit yang
berhubungan dengan rasa gatal dan terbakar yang disebabkan oleh
bermacam-macam sebab.1,2 Urtikaria juga kadang dikenal sebagai hives,
nettle rash, biduran, atau kaligata.2
Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai dan
mengenai 15-25% populasi semasa hidupnya. Urtikaria dapat terjadi
secara akut maupun kronik. Urtikaria akut adalah gangguan umum yang
sering mendorong pasien untuk mencari pengobatan di unit gawat darurat
(UGD). Bahkan, urtikaria akut adalah penyakit kulit paling umum yang
dirawat di UGD.1 Urtikaria kronik yang terjadi setiap hari selama lebih
dari 6 minggu dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.3
Kebanyakan kasus urtikaria adalah self-limited dan durasinya
pendek. Namun, ketika urtikaria menjadi kronik, maka akan menjadi
masalah bagi pasien atau dokter yang merawat. Meskipun urtikaria akut
umumnya dapat dengan mudah dikelola dan berhubungan dengan
prognosis yang baik, urtikaria kronis yang parah sering dikaitkan dengan
morbiditas
atau
menghindari
faktor
pemicu
dan
farmakoterapi.
beberapa
sentimeter,dan
sering
bersifat
sementara,
yang
Gambar1. Urtikaria
3. EPIDEMIOLOGI
Urtikaria dan angioedema sering dijumpai pada semua umur, orang
dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia
muda. Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 40-50% urtikaria bersamapsama dengan angioedema, dan 10% angioedema saja. Lama serangan
berlangsung bervariasi, ada yang lebih dari satu tahun bahkan lebih dari 20
tahun.7
Insiden urtikaria akut lebih tinggi pada orang dengan atopi. Insiden
urticaria kronis tidak meningkat pada orang dengan atopi. Data
epidemiologi urtikaria berdasarkan usia menunjukkan bahwa urtikaria akut
paling sering terjadi pada anak dan dewasa muda, sedangkan CIU lebih
sering terjadi pada dewasa dan wanita setengah baya.4
4. ETIOLOGI
Pada penelitian, ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya.
Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, di antaranya: obat,
makanan, gigitan/sengatan serangga, bahkan fotosensitizer, inhalan,
kontaktan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetik, dan
penyakit sistemik.
A. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara
imunologik maupun non-imunologik. Hampir semua obat sistemik
menimbulkan urtikaria secara imunologik (Tipe I atau II). Contohnya ialah
obat-obatan golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar, hormon,
dan diuretik. Ada pula obat yang secara non-imunologik langsung
merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya kodein, opium,
dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria karena menghambat
sintesis prostaglandin dari asam arakidonat.
B. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya
akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau bahan lain yang
dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan
pengawet sering menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang
sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, cokelat,
tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka serta bahan yang
dicampurkan ke dalam makanan seperti asam nitrat, asam benzoat, dan
ragi.
C. Gigitan/sengatan Serangga
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat.
Hal ini sering diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe selular (tipe IV).
Tetapi venom dan toksin bakteri, biasanya dapat pula mengaktifkan
komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya menimbulkan
urtikaria berbentuk papular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh
dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.
D. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid,
bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
E. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu
binatang, dan aerosol umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria
alergik. Reaksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai
gangguan pernapasan.
F. Kontaktan
Kontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang,
serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan
kimia seperti insect repelent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik.
Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan
urtikaria.
G. Trauma fisik
Trauma fisik dapat disebabkan oleh faktor dingin, yakni berenang atau
memegang benda dingin; faktor panas misalnya sinar matahari, sinar UV,
radiasi dan panas pembakaran; faktor tekanan yaitu goresan, pakaian ketat,
ikat pinggang, atau semprotan air; faktor vibrasi dan tekanan yang
berulang-ulang contohnya pijatan dapat menyebabkan urtikaria fisik baik
secara imunologik maupun non-imunologik.2
H. Infeksi dan Infestasi
20-30% anak dengan urtikaria akut disebabkan oleh infeksi dan 91%
berkembang menjadi urtikaria kronik. Bermacam-macam infeksi dapat
menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun
infestasi parasit. Infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada tonsil, gigi,
dan sinus paranasal. Masih merupakan pertanyaan apakah urtikaria muncul
karena toksin bakteri atau oleh sensitisasi. Infeksi virus hepatitis,
mononukleosis, dan infeksi virus coxsackie pernah dilaporkan sebagai
faktor penyebab. Urtikaria kronik sering dihubungkan dengan infeksi pada
gastr intestinal, sedangkan infeksi akut sering dihubungkan dengan infeksi
saluran pernapasan. Karena itu pada urtikaria yang idiopatik perlu
dipikirkan kemungkinan infeksi virus subklinis. Infeksi jamur kandida dan
dermatofit sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infestasi cacing
pita, cacing tambang, cacing gelang, Schistosoma atau Echinococcus dapat
menyebabkan urtikaria.8
I. Psikis
Tekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampir 11.5%
penderita
urtikaria
menunjukkan
gangguan
psikis.
Penyelidikan
syndrome
of
urticaria
deafnessand
amyloidosis,
dan
erythropoietic protoporphyria.
K. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan
urtikaria dan lebih sering disebabkan oleh reaksi komplek antigenantibodi.
pemfigus
dan
dermatitis
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
etiologi
yang
>24 hr
BiopsyYes
Vasculitis
Physica
l
Urticari
a
Questionnair
No
e/ Physical
Yes
Test
Other
Chronic
Urticari
Urticari
a
a
Disord
No
Questionnaire
/ Pressure test:
Is pressure
No
Yes relevant?
>6 weeks
No
Yes
Urticaria
Vasculiti
s
No
ANGIOEDE
MAA
With
wheals>
Acute
Urticari
a
HAE,
AAE, or
Chronic
Uticaria
Delayed
Pressure
Urticaria
7
Tipe
Urtikaria spontan
Urtikaria fisik
Subtipe
Urtikaria spontan akut
Definisi
Spontaneous weals <6
minggu
Spontaneous weals >6
minggu
Faktor pemicu:
benda
yang
Delayed
dingin/udara/cairan/angin
pressure Faktor pemicu: tekanan
urticaria
Heat contact urticaria
Solar urticaria
vertical
Faktor pemicu : panas
Faktor pemicu: UV dan
Dermographic urticaria
Vibratory urticaria
gesek mekanik
Faktor pemicu:
Aquagenik urticaria
Cholinergic urticaria
tekan
Faktor pemicu: air
Faktor
pemicu:
gaya
Contact urticaria
dengan
Exercise
induced
subtansi
urtikariogenik
Faktor pemicu : latihan
anaphylaxis urticaria
fisik
9
Tabel1. Klasifikasi urtikaria
Klasifikasi Urtikaria:
A. Urtikaria Akut
Urtikaria akut terjadi bila serangan berlangsung kurang dari 6
minggu atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari.2
Lesi individu biasanya hilang dalam <24 jam, terjadi lebih sering pada
anak-anak, dan sering dikaitkan dengan atopi. Sekitar 20%-30% pasien
dengan urtikaria akut berkembang menjadi kronis atau rekuren.3
B. Urtikaria Kronik
Urtikaria kronik terjadi bila serangan berlangsung lebih dari 6
minggu2, pengembangan urtika kulit terjadi secara teratur (biasanya
harian) selama lebih dari 6 minggu dengan setiap lesi berlangsung 4-36
jam. Gejalanya mungkin parah dan dapat mengganggu kesehatan
terkait dengan kualitas hidup.3 AINS merupakan salah satu faktor
pencetus dari urtikaria kronik.10
Manifestasi urtikaria kronik mungkin muncul secara kontinu atau
hampir setiap hari (chronic continuous urticaria) atau dalam bentuk
serangan yang diselingi oleh episode bebas gejala yang dapat terjadi
dalam beberapa minggu (chronic reccurent atau intermittent urticaria).
Pasien dengan urtikaria kronik harus dicari etiologinya, yang terbagi
dalam empat kategori; autoreactive chronic urticaria, chronic
urticaria due to infection, chronic urticaria due to intolerance, dan
chronic urticaria due to other cause.11
C. Urtikaria Kontak
Urtikaria kontak didefinisikan sebagai pengembangan urticarial
wheals di tempat di mana agen eksternal membuat kontak dengan kulit
atau mukosa. Urtikaria kontak dapat dibagi lagi menjadi bentuk alergi
(melibatkan IgE) ataunon-alergi (IgE-independen).3
Dermographism
Dermographism merupakan bentuk paling sering dari urtikaria
fisik dan merupakan suatu edema setempat berbatas tegas yang
biasanya berbentuk linier yang tepinya eritem yang muncul beberapa
detik setelah kulit digores.9,12 Dermographism tampak sebagai garis
biduran (linear wheal). Transient wheal atau biduran yang sementara
muncul secara cepat dan biasanya memudar dalam 30 menit; akan
tetapi, kulit biasanya mengalami pruritus sehingga bekas garukan
dapat muncul.9
Delayed dermographism
Delayed dermographism terjadi 3-6 jam setelah stimulasi, baik
dengan atau tanpa immediate reaction, dan berlangsung sampai 24-48
jam.Erupsi terdiri dari nodul eritema linier. Kondisi ini mungkin
berhubungan dengan delayed pressure urticaria.
Vibratory angioedema
Vibratory angioedema dapat terjadi sebagai kelainan idiopatik
didapat, dapat berhubungan dengan cholinergic urticaria, atau setelah
beberapa tahun karena paparan vibrasi okupasional seperti pada
pekerja-pekerja
di
pengasahan
logam
karena
getaran-getaran
Cold urticaria
Pada cold urticaria terdapat bentuk didapat (acquired) dan
diturunkan (herediter). Biasanya bersifat idiopatik, namun dapat
muncul pada pasien dengan cold-dependent antibody, seperti
cryoglobulin atau cold agglutinins. Pasien mengeluhkan lesi yang
gatal, eritem, dan urtikaria yang mengenai bagian tubuh yang terpapar
dingin. Serangan terjadi dalam hitungan menit setelah paparan yang
meliputi perubahan dalam temperatur lingkungan dan kontak langsung
dengan objek dingin.Jarak antara paparan dingin dan onset munculnya
gejala adalah kurang lebih 2,5 jam, dan rata-rata durasi episode adalah
12 jam.9 Kontak dengan air yang dingin dapat menyebabkan gejala
yang berat disertai dengan hipotensi sehingga pasien harus selalu
diingatkan bahwa berenang di air yang dingin dapat membahayakan.5
Untuk menegakkan diagnosis pada cold urticaria pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah ice cube test. Ice cube test merupakan
pemeriksaan dengan cara menempelkan es batu pada bagian volar
11
selama 5 menit. Tes ini dikatakan positif apabila 5-10 menit setelah
dihangatkan muncul biduran.13
Cholinergic urticaria
Generalized heat-induced urtiaria atauCholinergic urticaria terjadi
setelah peningkatan suhu inti tubuh seperti setelah latihan fisik,
berkeringat, atau mandi dengan menggunakan air panas. Kata
kolinergik dignakan karena kelenjar keringat diinervasi oleh serabut
syaraf kolinergik.5 Cholinergic urticaria terjadi karena aksi asetilkolin
terhadap sel mast. Erupsi tampak dengan biduran bentuk papular,
bulat, ukuran kecil kira-kira 2-4 mm yang dikelilingi oleh flare eritema
sedikit atau luas merupakan gambaran khas dari urtikaria jenis ini. 9
Cholinergic urticaria yang parah dapat menyebabkan hipotensi dan
mungkin dapat mengkaburkan dengan gejala klinis sindroma exerciseinduced anaphylaxis.5
Solar urticaria
Solar urticaria timbul sebagai biduran eritema dengan pruritus,
dan kadang-kadang angioedema dapat terjadi dalam beberapa menit
setelah paparan dengan sinar matahari atau sumber cahaya buatan.
Histamin dan faktor kemotaktik untuk eosinofil dan neutrofil dapat
ditemukan dalam darah setelah paparan dengan sinar ultraviolet A
(UVA), UVB, dan sinar/cahaya yang terlihat.
Exercise-induced anaphylaxis
Exercise-induced anaphylaxis adalah gejala klinis yang kompleks
terdiri dari pruritus, urtikaria, angioedema (kutaneus, laringeal, dan
intestinal), dan sinkop yang berbeda dari cholinergic urticaria.
Exercise-induced anaphylaxis memerlukan olahraga/exercise sebagai
stimulusnya.
13
Adrenergic urticaria
Adrenergic urticaria timbul sebagai biduran yang dikelilingi oleh
white halo yang terjadi selama stress emosional. Adrenergic urticaria
terjadi karena peran norepinefrin. Biasanya muncul 10-15 menit
setelah rangsangan faktor pencetus seperti emosional (rasa sedih),
kopi, dan coklat.
terjadi
kapiler,
karena
sehingga
vasodilatasi
terjadi
disertai
transudasi
peningkatan
cairan
yang
telah
banyak
didokumentasikan
pada
pasien
dengan
FAKTOR NON-IMUNOLOGIK
FAKTOR IMUNOLOGIK
dahulu. IL-1 dan IL-18 turut berperan penting dalam imunitas yang
bawaan (acquired) maupun didapat (innate). 15
Baik faktor imunologik maupun non-imunologik
mampu
Efek Kolinergik
Faktor Genetik:
Defisiensi C1 esterase inhibitor
Vasodilatasi,
Kapiler
Familial cold
urticaria
Alkohol, Emosi,
Demam Peningkatan Permeabilitas
Familial heat urticaria
15
Idiopatik
Urtikaria
16
17
fisik.
Tidak
ada
rekomendasi
evaluasi
diagnostik
18
dan
19
digunakan
20
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Wong, H.K. Urticaria, Acute. Emedicine, Artikel. 2009. Diakses 6 Oktober
2015 , dari http://emedicine.medscape.com/article/1049858-print
2. Djuanda, A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2008.
3. Poonawalla, T., Kelly, B. Urticaria a review. Am J Clin Dermatol; 10(1):
9-21. 2009.
4. Kanani A, Schellenberg R, Warrington R. Urticaria and Angioedema.
Vancouver: Division Allergy and immunology, Department of medicine,
university of British Columbia. 2011.
5. Deacock SJ. An Approach to the Patient with Urticaria. British Society of
Immunology, Clinical, and Experimental Immunology. 2008.
6. Jain, Sanjiv. Pathogenesis of Chronic Urticaria: An Overview. New Delhi:
Dermatology Research and Practice. 2014.
7. Sanchez, M et al. Diagnosis and treatment of urticaria and angioedema: a
worldwide perspective. World Allergy Organization. 2012.
8. Wedi Bettina et al. Urticaria and Infections. Department of Allergy and
Immunology, Hannover of Medical School. German. 2009
9. Zuberbier,M et al. Urticaria and Angioedema. Springer.London. 2010
10. Ferrer, M et al. Management of Urticaria: not too complicated , not too
simple. Clinical&experimental allergy.Barcelona.2014
11. Maurer, Marcus. Urticaria: Its history-based diagnosis and etiologically
oriented treatment. Deutches Arzteblatt International. 2008.
12. Kaplan, Allen. Urticaria and Angioedema in Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. Seventh edition. Vol II.Mc Graw Hill.New York.
2008.P :606-625
13. Hochstadler,Elana et al. Cold-induced urticaria: challenges in diagnosis
and management. BMI case. 2011
14. Machura, E. Interleukin 1B, interleukin-1 receptor antagonist, and
interleukin 18 in children with acute spontaneous urticaria. Biomed
research international. Poland. 2013
22
15. Baratawidjaya KG. Urtikaria. Dalam : Imunologi dasar. Edisi ke-7. Jakarta
Balai penerbit FKUI 2006; 97-120
16. PanPelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin PERDOSKI.
Jakarta: PP PERDOSKI;2011
STATUS PENDERITA
I
IDENTITAS PENDERITA
23
II
Nama
Tn. AM
Umur
30 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Agama
Islam
Alamat
Sragen
Pekerjaan
Pegawai swasta
Status
Menikah
Tanggal Periksa
10 November 2015
No. RM
00670351
ANAMNESIS
A Keluhan Utama
Bentol merah di lengan kanan dan kiri disertai rasa gatal
B Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dating ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan bentol
merah di lengan kanan dan kiri disertai rasa gatal. Bentol disertai rasa
gatal sejak 1 bulan yang lalu dirasakan hilang timbul. Terutama muncul
saat malam hari hingga mengganggu tidur pasien dan menghilang saat
siang hari. Keluhan tidak muncul saat pasien melakukan kegiatan. Sejak
1 bulan Pasien berobat ke poli kulit kelamin. Saat minum obat gejala
dirasakan berkurang tetapi jika tidak minum obat gatal dan bentol
muncul lagi. Pasien mengaku mempunyai gigi berlubang tetapi tidak
dirasakan mengganggu.
C Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa sebelumnya
Riwayat alergi obat
Riwayat alergi makanan
Riwayat asma
Riwayat sakit gigi
Riwayat minum obat cacing
: (-)
: (-)
24
Riwayat asma
Riwayat rhinitis
: (-)
: (-)
cukup bersih
Pasien sering keluar malam tanpa menggunakan jaket atau
masker
III
PEMERIKSAAN FISIK
AStatus Generalis
Keadaan umum
kesan cukup
Vital Sign
Antropometri
: TD
: 110/70 mmhg
Frekuensi nadi
: 84x/menit
Frekuensi napas
: 20 x / menit
Suhu
: 36,4oC
: Berat badan
Tinggi badan
Kepala
: mesocephal
Wajah
Leher
Mata
Telinga
Thorax
Abdomen
: 90 kg
: 167 cm
25
Ekstremitas Atas
IV
DIAGNOSIS BANDING
1
Urtikaria akut
Angioedema
VDIAGNOSIS
Urtikaria akut
1.
1.
VI
TERAPI
Non Medikamentosa
a. Edukasi pasien:
- Mengidentifikasi penyebab dan menghindari paparan
Medikamentosa
- Cetirizin 1 x 10 mg per oral malam hari
1. Planning:
- Skin prick test
26
Cholinergic test
Ice cube test
Konsul gigi dan mulut
Cek feses rutin
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam
Ad fungsionam
Ad kosmetikum
: bonam
: bonam
: bonam
: bonam
27