Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ELOMP[OK

MATA KULIAH
FISIKA LINGKUNGAN
INSULASI SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN DI RUANG BELAJAR

OLEH
HARIANI SUHARDI

ACB 110 011

NOR LAILA

ACB 111 0009

EMELIA AGUSTINA

ACB 111 0054

YULIANA KRISTI

ACB 111 0104

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2015

INSULASI SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN DI RUANG BELAJAR


1. Permasalahan
Menurut Loisell (Nyi Imas Masturiyah: 2013) salah satu hal yang
perlu diperhatikan oleh pendidik adalah kenyamanan, kenyamanan
disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan
kepadatan kelas. Kenyamanan yang dimaksud juga berpengaruh
terhadap konsentrasi peserta didik dalam proses belajar mengajar.
lingkungan belajar yang baik harus bisa memenuhi standar ideal
sebuah pembelajaran.
Dalam lingkungan kampus, khususnya gedung kuliah program
studi pendidikan fisika terlihat kurang ideal, karena berada di daerah
pemukiman masyarakat dan jalan umum sehingga mengganggu
konsentrasi peserta didik dalam pembelajaran.
Solusi dalam menyamankan dan membuat ruang belajar lebih
ideal salah satunya dengan cara menggunakan insulasi pada ruangan
tersebut.
2. Analisis Permasalahan
2.1.
Analisis dari Segi Fisika
2.1.1. Bunyi
a. Pengertian Bunyi
Menurut ilmu fisika bunyi adalah gelombang mekanis
elastik longitudinal yang berjalan dan untuk
perambatannya dibutuhkan medium.
b. Intensitas Bunyi

Keterangan:
I

: intensitas bunyi (watt/m2)

: daya rata-rata yang dihasilkan rumber

bunyi (watt)
A

: jarak antara sumber bunyi ke titik yang

ditinjau (m2)

Intensitas bunyi terlemah yang masih dapat kita


dengar disebut ambang pendengaran. Besarnya ambang
pendengaran kita adalah 10-12 watt/m2. Sedangkan
intensitas tertinggi yang dapat kita dengar tanpa rasa sakit
disebut ambang perasaan dan besarnya 102 watt/m2.
c. Sifat Bunyi
Salah satu sifat dari bunyi adalah dapat diserap dan
dipantulkan, bunyi yang mengenai permukaan suatu
benda dapat dipantulkan ataupun diserap. Jika bunyi
mengenai dinding, akan dipantulkan. Oleh karena itu,
bunyi tersebut mengalami pemantulan. Biasanya benda
yang keras, rapat, dan mengkilat bersifat memantulkan
bunyi. Ketika bunyi mengenai stirofoam atau gabus
terdengar lebih lemah. Lemahnya bunyi ini terjadi karena
sebagian bunyi itu diserap. Umumnya benda atau bahan
yang berpori bersifat menyerap bunyi. Benda lain yang
dapat menyerap bunyi yaitu karpet, kulit telur dan sabut
kelapa.
2.1.2. Kebisingan
a. Pengertian Kebisingan
Kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 definisi bising
adalah Bunyi Yang Tidak Diinginkan Dari Usaha Atau
Kegiatan Dalam Tingkat Dan Waktu Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Gangguan Kesehatan Dan Kenyamanan
Lingkungan. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan
desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi
yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan
adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh


sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini
mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya
sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran
sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan
energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal
sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang
dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
kenyamanan dan kesehatan.

b. Faktor Kebisingan
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam
satuan waktu (detik) dengan satuan Hz. Frekuensi yang
dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi dibawah

20 Hz disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas


20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia
mempunyai rentang frekuensi 250 4.000 Hz. Umumnya
suara percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000
Hz.
2. Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang
ditransmisikan melalui gelombang suara menuju arah
perambatan dalam media.
3. Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan
oleh sumber suara pada arah tertentu.
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan
perambatan udara per satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh
perambatan suara untuk satu siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus
amplitudo, satuan periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu
dari suara yang dapat di dengar dengan baik oleh
manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara
meliputi Frekuensi : 31,5 Hz 63 Hz 125 Hz 250 Hz
500 Hz 1000 Hz 2 kHz 4 kHz 8 kHz 16 kHz.
8. Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran
suara di Indonesia.
9. Pure tune
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri
hanya satu jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi.
10.
Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara
pada amplitudo tertentu satuannya Phon. 1 Phon setara 40
dB pada frekuensi 1000 Hz.
11.
Kekuatan suara

Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan


oleh suara per satuan waktu.
12.
Tekanan suara
Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per
satuan
2.2.
Analisis dari Segi Pendidikan
2.2.1. Dampak Kebisingan
a. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila
kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres,
kelelahan dan lain-lain.
b. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking
effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas)
atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan
harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar
isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara
tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
2.2.2. Konsentrasi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang memerlukan konsentrasi
tinggi. bising dan gaduh dapat mengganggu konsentrasi
belajar. Menurut Slameto (Martinis: 2011) Rumah yang bising
dengan suara radio, tape recorder atau TV pada waktu
belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk
konsentrasi. Hal senada dikemukakan Sudarmanto suarasuara gaduh-radio, TV- membuat perhatian tidak sepenuhnya
pada bahan yang dipelajari.
Reaksi seseorang berbeda-beda terhadap pengaruh
lingkungan, ada yang terganggu dengan suara-suara bising di
sekitarnya, ada yang tidak menurut Dunn dan Dunn (Martinis:
2011) seperti pengaruh kondisi lingkungan tempat belajar

terhadap seseorang dapat mengakibatkan reaksi yang


berbeda-beda. Ada anak-anak lebih suka (comfortable)
belajar sambil mendengarkan musik dari radio atau tape
corder di sampingnya, dengan volume yang besar.
Walaupun reaksi setiap individu berbeda-beda
Sudarmanto (Martinis: 2011) mengingatkan bahwa energi
yang dikeluarkan akan lebih banyak karena perhatian terbagi
dua.Menurut Dunn dan Dunn kondisi belajar dapat
mempengaruhi konsentrasi, pencerapan, dan penerimaan
informasi.
2.3.

Pengukuran
2.3.1. Menggunakan Alat Ukur ( sound level meter )
Pengambilan data kebisingan suatu ruangan, pengukuran
ini dilakukan dalam selang waktu 30 menit, dimulai dari
10.45-11.10 WIB
Tempat : Gedung kuliah M-2
Tanggal : 25 Pebruari 2015
No Waktu (Wib)

Hasil

10.45

Pengukuran
63 dB

10.50

62

10.55

66

11.00

65

11.05

61

11.10

66

Keterangan
Jumlah populasi dalam
ruangan ada 8 orang.
Dalam selang waktu
tersebut tidak
ditemukan kendaraan
yang lewat.
Sumber kebisingan
berasal dari populasi
dalam kelas.

3. Solusi yang Ditawarkan


3.1.
Pengendali Kebisingan
3.1.1. Insulasi
a. Pengertian Insulasi
Definisi teknis insulasi (peredam) suara adalah bahan yang
mampu menyerap energi suara.

Bahan insulasi suara umumnya dipakai untuk meredam suara yang


memantul dalam sebuah ruangan seperti ilustrasi dibawah ini.

Kemampuan sebuah material peredam suara untuk menyerap


suara di tentukan dengan nilai NRC atau Noise Reduction Class atau
Sound Absorbing Coefficient. NRC adalah nilai koefisien. Sound
Absorbing CoeTransmission Loss adalah nilai pengurangan suara dalam
dB dari frekuensi rendah ke frekuensi tinggi.
b. Prinsip Kerja Insulasi
1. Massa
Prinsip massa ini berkaitan dengan perilaku suara
sebagai gelombang. Apabila gelombang suara
menumbuk suatu permukaan, maka dia akan
menggetarkan permukaan ini. Semakin ringan
permukaan, tentu saja semakin mudah digetarkan oleh
gelombang suara dan sebaliknya, seperti halnya kalo
anda mendorong troley kosong akan lebih ringan
dibandingkan mendorong troley yang terisi penuh
dengan batu bata. Tentu saja untuk membuat
perubahan besar pada kinerja insulasi, perlu perubahan
massa yang besar pula. Secara teoritis, dengan

menggandakan massa dinding kita (tanpa rongga


udara), akan meningkatkan kinerja insulasi sebesar 6
dB. Misalnya anda punya dinding drywall gypsum
dengan single stud, maka setiap penambahan layer
gypsum akan memberikan tambahan insulasi 4-5 dB.
2. Dekopling Mekanik
Prinsip dekopling ini adalah prinsip yang paling
umum dikenal dalam konsep insulasi. Sound clips,
resilient channel, staggered stud, dan double stud
adalah beberap contoh aplikasinya. Pada prinsipnya
dekopling mekanik dilakukan untuk menghalangi suara
merambat dalam dinding, atau menghalangi getaran
merambat dari permukaan dinding ke permukaan yang
lain. Energi suara/getaran akan hilang oleh material
lain atau udara yang ada diantara 2 permukaan. Yang
seringkali dilupakan, dekopling mekanik ini merupakan
fungsi dari frekuensi suara, karena pada saat kita
membuat dekopling, kita menciptakan system
resonansi., sehingga system dinding hanya akan
bekerja jauh diatas frekuensi resonansi itu. Insulasi akan
buruk kinerjanya pada frekuensi dibawah oktaf
frekuensi resonansi. Jika anda bisa mengendalikan
resonansi ini dengan benar, maka insulasi frekuensi
rendah (yang merupakan problem utama dalam proses
insulasi) akan dapat dicapai dengan baik.
3. Absorpsi atau penyerapan energi suara
Penggunaan bahan penyerap suara dengan cara
disisipkan dalam system dinding insulasi akan
meningkatkan kinerja insulasi, karena energi suara
yang merambat melewati bahan penyerap akan diubah
menjadi energi panas (untuk menggetarkan partikel
udara yang terperangkap dalam pori-pori bahan
penyerap). Bahan penyerap ini juga akan menurunkan

frekuensi resonansi system partisi/dinding yang di


dekopling.
4. Resonansi
Prinsip ini bekerja bertentangan dengan prinsip 1,
2, dan 3, karena resonansi bersifat memudahkan
terjadinya getaran. Bila getaran terjadi pada frekuensi
yang sama dengan frekuensi resonansi sistem dinding,
maka energi suara akan dengan mudah menembus
dinding. Ada 2 cara untuk mengendalikan resonansi:

Meredam resonansi sehingga amplituda energi yang


sampai sisi lain dinding akan sangat berkurang. Anda
dapat menggunakan visco-elastic damping

compund, tapi jangan gunakan Mass Loaded Vinyl.


Menekan frekuensi resonansi serendah mungkin

dengan prinsip 1, 2 dan 3.


5. Konduksi
Suara adalah gelombang mekanik, sehingga
apabila dinding terhubung secara mekanik kedua
sisinya, maka suara akan dengan mudah merambat dari
satu sisi ke sisi lainnya. Untuk mengendalikannya
dengan cara memotong hubungan mekanis antara sisi
satu dengan sisi yang lain, misalnya dengan dilatasi
antar sisi, menyisipkan bahan lain yang memiliki
karakter isolasi lebih tinggi.
c. Bahan Insulasi
Bahan berpori seperti karpet, korden, foam,
glasswool, rockwool, rak telur, sabut kelapadan material
lunak lainnya menyerap energy suara melalui energy
gesek yang terjadi antara komponen kecepatan
gelombang suara dengan permukaan materialnya.
Bahan penyerap suara tipe ini akan menyerapenergi
suara lebih besar di frekuensi tinggi (100-5000Hz).
Bahan penyerap suara tipe resonansi seperti
panel kayu tipis menyerap energy suara dengan cara

mengubah energy suara yang datang menjadi getaran


yang kemudian diubah menjadi energy gesek oleh
material berpori yang ada di dalamnya (misalnya oleh
udara atau material berpori lainnya).

Daftar Pustaka
Amalya (2012). Efek Kebisingan. Diambil pada tanggal 23 Pebruari 2015,
dari http://amalia-sman1gerung.blogspot.com/
Defi Angreni (2011). Karya Tulis Sullastri. Diambil pada tanggal 24
Pebruari 2015, dari
http://defiangrenistikesmuhammadiyah.blogspot.com/
Martinis (2011). Lingkungan Belajar Berkualitas. Diambil pada tanggal 24
Pebruari 2015, dari https://martinis1960.wordpress.com/
Nyi Imas Masturiyah (2013). Kelas Ideal dalam Implikasinya Terhadap
Proses Pembelajaran. Diambil pada tanggal 22 Pebruari 2015,
dari http://paudalbunayyahserang.blogspot.com/
Perdam Suara, Kedap Suara, Polusi Suara. Diambil pada tanggal 25
Pebruari 2015, http://vokuz.com/

Anda mungkin juga menyukai