TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Umum
Banjir merupakan permasalahan umum terjadi di sebagian wilayah
Penyebab Banjir
Perubahan Tata
Guna Lahan
Sampah
Erosi dan
Sedimentasi
Penyebab
Pengaruh
Fisiografi
Kapasitas Sungai
Kapasitas
Drainase yang
tidak memadai
10
Drainase Lahan
11
Bendung dan
bangunan air
12
Kerusakan
bangunan
pengendalian
banjir
13
Pengaruh air
pasang
Metode struktur
Bangunan Pengendali
Banjir
Bendungan (dam)
Kolam Retensi
Pembuatan chek dan
(penangkap sedimen)
Bangunan pengurang
kemiringan sungai
Groundsill
Retarding Basin
Pembuatan polder
Pengolaan DAS
Pengaturan Tata Guna
Lahan
Pengendalian Erosi
Pengembangan Daerah
Banjir
Pengaturan Daerah
Banjir
Penanganan Kondisi
Darurat
Peramalan Banjir
Peringatan Bahaya
Banjir
Asuransi
Law enforcement
Pelusuran atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau ber
meander.
Bendungan
Saluran by pass
a.
Bendungan
Bendungan digunakan untuk penampung dan mengelola distribusi aliran
sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah hilir
bendungan. Factor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan
adalah sebagai berikut:
Tujuan serbanguna
b.
Kolam Penampungan
Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retention basin)
berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat
dikurangi. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada karakteristik hidrograf
banjir, volume kolam dan dinamika beberapa bangunan outlet. Wilayah yang
digunakan untuk kolam penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau
rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan baik, kolam
penampungan yang andal diperlukan :
Peramalan banjir yang andal dan tepat waktu untuk perlindungan atau
evakuasi
Sistim drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan
secepatnya setelah banjir reda.
Dengan manajemen yang tepat, penaggulangan sementara dapat berakibat
Melunakan tanah
c.
di palung sungai untuk melindungi daerah sekitarnya. Tanggul banjir sesuai untuk
daerah-daerah dengan memperhatikan factor-faktor berikut:
d.
Saluran By Pass
Saluran by pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan
sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada
daerah yang dilindungi. Factor-factor yang penting sebagai pertimbangkan dalam
desain saluran by pass adalah sebagai berikut:
Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir
dari lokasi percabangan.
Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari
lokasi percabangan by pass.
e.
f.
daerah rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah
manusia. Sistim khusus tipe grafitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami.
alternatif dengan pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan dengan
elevasi air dibagian hilir terlalu tinggi.
Sistim khusus biasanya diguanakan untuk situasi berikut:
Periode banjir
Apabila elevasi air buangan lebih rendah dari elevasi daerah yang
dilindungi dapat digunakan outlet sederhana.
Stasiun pompa diperlukan apabila elevasi air buangan lebih tinggi dari
daerah yang dilindungi.
B.
Metode Non-Struktur
Umum
Konstruksi gedung atau bangunan yang dibuat tahan banjir dan tahan air
Partisifasi masyarakat
Law-enforcement
a.
Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,
sepanjang tanggul,drainase saluran-saluran daerah lain untuk pengendalian
aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
5m
1m3/dt<Q>5m3/dt
10m
15m
Masyarakat
yang
bermukim
pada
daerah-daerah
genangan
akan
Pemanfaatan
intensif
pada
daerah-daerah
genangan
untuk
mata
dengan
mempertimbangkan
resiko
dan
kerusakan
yang
ditimbulkan oleh banjir. Factor ekonomi, social dan lingkungan harus pula ikut
dipertimbangkan agar diperoleh suatu pengembangan yang bijaksana.
Langkah pertama dalam peningkatan pengendalian daerah genangan di
daerah beresiko banjir dan daerah-daerah kritis ditentukan diantaranya oleh factorfaktor berikut.
Lamanya banjir
Masalah-masalah pengungsian
Akses ( kemudahan)
Tahap I
Melarang adanya pemanfaatan di daerah bantaran banjir, seperti pendirian
gedung, rumah ataupun pengusahaan tanaman.
Tahap II
Pengendalian penggunaan lahan untuk mengurangi kerusakan-kerusakan
yang disebabkan banjir
Bangunan Tahan Banjir
c.
Tahap I
Semua bangunan baru di daerah rawan banjir harus direncanakan tahan
banjir.
Tahap II
Perbaiakn bangunan yang ada didaerah tepian banjir harus tahan banjir
d.
merupakan bagian dari sistim pengendalian banjir suatu system sungai. Maka
dalam penyusunan sistim peramalan dan peringatan dini banjir daerah pengaliran
sungai perlu memperhatikan :
Hidrologi
2.2.
memandang suatu system yang mengalir yang dapat diterapkan pada suatu daerah
aliran sungai, maka akan nampak struktur sistem dari daerah ini adalah Daerah
Aliran Sungai yang merupakan lahan total dan permukaan air yang di batasi oleh
suatu batas air, topografi dan dengan salah satu cara memberikan sumbangan
terhadap debit sungai pada suatu daerah. Daerah aliran sungai merupakan dasar
pengelolaan untuk sumber daya air. Gabungan beberapa daerah aliran sungai
menjadi satu wilayah sungai.
Dalam mempelajari ekosistem daerah aliran sungai, dapat diklasifikasikan
menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Daerah aliran sungai bagian hulu dicirikan
sebagai daerah konservasi, daerah aliran sungai bagian hilir merupakan daerah
pemanfaatan. Daerah aliran sungai bagian hulu mempunyai arti penting terutama
dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di
daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan
fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran
airnya. Dengan kata lain ekosistem daerah aliran sungai, bagian hulu mempunyai
fungsi perlindungan terhadap keseluruhan daerah aliran sungai. Perlindungan ini
antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan daerah aliran
sungai hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu daerah
aliran sungai, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui siklus
hidrologi.
Dalam rangka memberikan gambaran keterkaitan secara menyeluruh
dalam pengelolaan daerah aliran sungai, terlebih dahulu diperlukan batasanbatasan mengenai daerah aliran sungai berdasarkan fungsi, yaitu daerah aliran
sungai bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan daerah aliran sungai agar tidak terdegradasi,
yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan daerah
aliran sungai, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
Waduk
Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah
yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air/musim penghujan
sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk
terutama berasal dari aliran permukaan dtambah dengan air hujan langsung.
Waduk adalah bangunan untuk menampung air pada waktu terjadi surplus di
sumber air agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air sehingga
fungsi utama waduk adalah untuk mengatur sumber air.
Waduk merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang
mempunyai fungsi sebagai penyimpan dan penyedia air, baik sebagai bahan baku
air bersih maupun untuk irigasi. Suatu waduk penampung atau konservasi dapat
menahan air pada kelebihan pada masa-masa aliran air tinggi untuk digunakan
selama masa kekeringan. Fungsi utama dari suatu waduk ialah untuk menstabilkan
aliran air, baik dengan arah pengaturan persediaan air yang berubah-ubah pada
suatu sungai alamiah, maupun dengan cara memenuhi kebutuhan yang berubahubah dari para konsumen. Dengan kata lain waduk tidaklah menghasilkan air
melainkan hanya memungkinkan pengaturan kembali distribusinya terhadap
waktu.
Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk buatan
dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk
tersebut penuh.
Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Waduk dapat dimanfaatkan antara
lain sebagai berikut :
1. Irigasi
Pada saat musim penghujan, hujan yang turun di daerah tangkapan air
sebagian besar akan mengalir ke sungai. Kelebihan air yang terjadi dapat di
tampung waduk sebagai persediaan sehingga pada saat musim kemarau tiba air
tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan antara lain irigasi lahan
pertanian.
2. PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola untuk
mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) adalah suatu system pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam
bendungan dengan memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar turbin
yang kemudian akan diubah menjadi tenaga listrik oleh generator.
3. Penyediaan Air Baku
Air baku adalah air bersih yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
air minum dan air rumah tangga. Waduk selain sebagai sumber pengairan
persawahan juga dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air baku untuk bahan
baku air minum dan air rumah tangga. Air yang dipakai harus memenuhi
persyaratan sesuai kegunaannya.
Waduk yang mempunyai faktor tampungan yang besar berpengaruh
terhadap aliran air di hilir waduk. Dengan kata lain waduk dapat merubah pola
inflow-outflow hidrograf. Perubahan outflow hidrograf di hilir waduk biasanya
menguntungkan tehadap pengendalian banjir yang lebih kecil dan adanya
perlambatan banjir. Pengendalian banjir dengan waduk biasanya hanya dapat
dilakukan pada bagian hulu dan biasanya dikaitkan dengan pengembangan sumber
daya air.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan waduk antara lain :
2.3.1
guna dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada waduk eka
guna pengoperasian yang dilakukan hanya mempertimbangkan pemenuhan satu
kebutuhan.
2. Waduk multi guna (multi purpose)
Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi untuk memenuhi
berbagai kebutuhan, misalnya waduk untuk memenuhi kebutuhan air, irigasi, air
baku dan PLTA. Kombinasi dari berbagai kebutuhan ini dimaksudkan untuk dapat
mengoptimalkan fungsi waduk dan meningkatkan kelayakan pembangunan suatu
waduk.
2.3.2
Karakteristik Waduk
Karakteristik suatu waduk merupakan bagian pokok dari waduk yaitu
volume hidup (live storage), volume mati (dead storage), tinggi muka air (TMA)
maksimum, TMA minimum, tinggi mercu bangunan pelimpah berdasarkan debit
rencana.
Dari karakteristik fisik waduk tersebut didapatkan hubungan antara elevasi
dan volume tampungan yang disebut juga liku kapasitas waduk. Liku kapasitas
tampungan waduk merupakan data yang menggambarkan volume tampungan air
di dalam waduk pada setiap ketinggian muka air
bentuk linier atau persamaan-persamaan non linier pada fungsi sasaran dan
kendala dipecah menjadi beberapa persaman linier dan diselesaikan dengan
metode iterasi dan aproksimasi (Yeh, 1985). Keunggulan program linier adalah
kemudahannya untuk penyelesaian permasalahan optimasi berdimensi besar,
sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan terjadinya kesalahan dan
kekeliruan dari program ini sangat besar karena pendekatan yang dilakukan
melinierisasi fenomena non linier pada beberapa variabel tidak tepat (Makrup
1995 ; Goulter 1981). Oleh karena itu kendala program linier tergantung pada
tingkat pendekatan dalam linierisasi hubungan antara variabel.
5. Rule Curve
Rule curve adalah ilmu yang menunjukan keadaan waduk pada akhir
periode pengoperasian yang harus dicapai pada suatu nilai outflow tertentu (Mc.
Mahon 1978). Rule curve pengoperasian waduk adalah kurva atau grafik yang
menunjukan hubungan antara elevasi muka air waduk, debit outflow dan waktu
dalam satu tahun (Indrakarya, 1993). Rule Curve ini digunakan sebagai pedoman
pengoperasian waduk dalam menentukan pelepasan yang diijinkan dan sebagai
harapan memenuhi kebutuhan. Akan tetapi pada kenyataannya, kondisi muka air
waduk pada awal operasi belum tentu akan sama Rule Curve rencana. Untuk
mencapai elevasi awal operasi yang direncanakan, mungkin harus lebih banyak
volume air yang dibuang. Sebaliknya apabila debit terjadi dari tahun-tahun kering,
rencana pelepasan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.
2.4.
Analisa Hidrologi
Dalam Perencanaan berbagai macam bangunan air, seperti persoalan
Sampel
Populasi
Simpangan Baku
(Standar deviasi)
Koefisien Variasi
Koefisien Skewness
Periode Ulang, T
(tahun)
1,001
1,005
1,010
1,050
1,110
1,250
1,330
1,430
1,670
2,000
2,500
3,330
4,000
5,000
10,000
20,000
50,000
100,000
200,000
500,000
1,000,000
Peluang
KT
0,999
0,995
0,990
0,950
0,900
0,800
0,750
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,250
0,200
0,100
0,050
0,020
0,010
0,005
0,002
0,001
-3.05
-2,58
-2,33
-1,64
-1,28
-0,84
-0,67
-0,52
-0,25
0
0,25
0,52
0,67
0,84
1,28
1,64
2,05
2,33
2,58
2,88
3,09
............(3)
...(4)
Dimana : P(X) = peluang log normal
X
= nilai varian pengamatan
Y = nilai rata-rata populasi Y
Y = deviasi standar nilai variat Y
Dengan persamaan yang dapat didekati :
.........(5)
........(6)
Dimana: YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang Ttahunan
Y = nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standar nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang
Y
2.4.2.3 Distribusi Log Person III
Pada situasi tertentu, walaupun data yang diperkirakan mengikuti
distribusi sudah konversi kedalam bentuk logaritmis, ternyata kedekatan antara
data dan teori tidak cukup kuat untuk menjustifikasi pemakaian distribusi log
normal.
100
Koef
...........(11)
Dimana :
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.4952
0.5236
0.5362
0.5436
0.5486
0.5521
0.5548
0.5569
05586
0.5600
0.4996
0.5252
0.5371
0.5442
0.5489
0.5524
0.5550
0.5570
0.5587
0.5602
0.5035
0.5268
0.5380
0.5448
0.5493
0.5527
0.5552
0.5572
0.5589
0.5603
0.5070
0.5283
0.5388
0.5453
0.5497
0.5530
0.5555
0.5574
0.5591
0.5604
0.5100
0.5296
0.5396
0.5458
0.5501
0.5533
0.5557
0.5576
0.5592
0.5606
0.5128
0.5309
0.5403
0.5463
0.5504
0.5535
0.5559
0.5578
0.5593
0.5607
0.5157
0.5320
0.5410
0.5468
0.5508
0.5538
0.5561
0.5580
0.5595
0.5608
0.5181
0.5332
0.5418
0.5473
0.5511
0.5540
0.5563
0.5581
0.5596
0.5609
0.5202
0.5343
0.5424
0.5477
0.5515
0.5543
0.5565
0.5583
0.5598
0.5510
0.5220
0.5353
0.5346
0.5481
0.5518
0.5545
0.5567
0.5585
0.5599
0.5611
Tabel 2.7. Reduksi Variat (YTR) sebagai fungsi Periode Ulang Gumbel
Periode Ulang,
TR
(Tahun)
2
5
10
20
25
50
75
Reduced
Variate, YTR
(Tahun)
0.3668
1.5004
2.251
2.9709
3.1993
3.9028
4.3117
Periode Ulang,
TR
(Tahun)
100
200
250
500
1000
5000
10000
Reduced
Variate, YTR
(Tahun)
4.6012
5.2969
5.5206
6.2149
6.9087
8.5188
9.2121
0
0.94
1.06
1.11
1.14
1.10
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
1
0.96
1.06
1.11
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
2
0.99
1.07
1.11
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
3
0.99
1.08
1.12
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
4
1.00
1.08
1.12
1.14
1.16
1.17
1.18
1.19
1.20
1.20
5
1.020
1.091
1.128
1.151
1.168
1.180
1.189
1.197
1.203
1.208
6
1.03
1.09
1.13
1.15
1.16
1.18
1.19
1.19
1.20
1.20
7
1.04
1.10
1.13
1.15
1.17
1.18
1.19
1.19
1.20
1.20
8
1.049
1.104
1.136
1.157
1.172
1.183
1.192
1.199
1.205
1.209
9
1.056
1.108
1.138
1.159
1.173
1.184
1.193
1.200
1.206
1.209
2.4.3.
Dimana : I
= Intensitas Hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
t
= lamanya hujan (jam)
Dengan menggunakan persamaan diatas intensitas curah hujan untuk
berbagai nilai waktu konsentrasi dapat ditentukan dari besar data curah hujan
harian (24) jam.
2.4.4.
Koefisien Limpasan
Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran-aliran
Koefisien
0.70-0.95
0.50 0.70
0.30 0.50
0.40 0.60
0.25 0.40
0.50 0.70
0.50 0.80
0.60 0.90
0.10 - 0.25
0.10 0.25
0.20 0.40
0.10 0.3
Sifat Permukaan
Jalan
Aspal
Beton
Batu bata
Batu kerikil
Jalan raya dan trotoir
Atap
Lapangan rumput
Tanah berpasir
Kemiringan 2
Rata-rata 2-7
Curam (7
Lapangan rumput
Tanah keras
Kemiringan 2
Rata-rata 2-7
Curam (7
Koefisien
0.70 0.95
0.80 0.95
0.70 0.85
0.15 0.35
0.70 0.85
0.75 0.95
0.005 010
0.10 0.15
0.15 0.20
0.13 0.17
0.18 0.22
0.25 0.35
2.4.5.
Debit Rencana
Perhitungan debit rencana untuk saluran drainase di daerah perkotaan
2.4.6.
Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi suatu daerah aliran sungai adalah waktu yang
diperlukan oleh air hujan yang jatuh, untuk mengalir dari titik terjauh sampai
ketempat keluaran DAS (titik kontrol), setelah tanah menjadi jenuh dan depresidepresi kecil terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa bila durasi hujan sama
dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian daerah aliran sungai secara
serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik control. Salah satu metode
untuk
memperkirakan
waktu
konsentrasi
adalah
dengan
rumus
yang
Titik pengamatan
Gambar 2.3. Lintasan Aliran Waktu Inlet Time (To) dan Conduit Time (Td)
2.5.
2.5.1.
Kriteria Hidrolika
Kriteria Hidrolika bertujuan untuk menentukan acuan yang digunakan
- Kutter :
- Manning :
- Bazin :
.....(21)
......(22)
.........(23)
.............(25)
........(26)
...........(27)
Jari-Jari Hidroulik R:
............(28)
- Kecepatan aliran :
2.5.1.2. Saluran Tertutup
Aliran dalam saluran terbuka digerakkan oleh gaya penggerak yang
dilakukan oleh jumlah berat aliran yang mengalir menuruni lereng, sedang pada
saluran tertutup gaya penggerak tersebut dilakukan oleh gradient tekanan.
Ketentuan-ketentuan mengenai aliran bagi saluran tertutup yang penuh adalah
tidak berlaku pada saluran terbuka.
Pendekatan yang digunakan di Indonesia dalam merancang drainase
perkotaan masih menggunakan cara konvensional, yaitu dengan menggunakan
saluaran terbuka. Bila digunakan saluran yang ditanam dalam tanah biasanya
berbentuk bulat atau persegi, maka diasumsikan saluran tersebut tidak terisi penuh
(dalam arti tidak tertekan), sehingga masih dapat dipergunakan persamaan saluran
terbuka.
Saluran tertutup umumnya digunakan pada :
Daerah yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan)
Daerah yang lalu lintas pejalan kakinya padat
Lahan yang dipaki untuk lapangan parker.
Dimensi Saluran
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh
saluran (Qs dalam m3/det) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang
diakibatkan oleh hujan rencana (QT dalam m3/det). Kondisi demikian dapat
dirumuskan dengan persamaan berikut:
.......(35)
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan
rumus seperti di bawah ini:
.........(36)
Di mana: As = luas penampang saluran (m2)
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Manning sebagai berikut:
...........(37)
............(38)
Di mana: V
n
R
S
As
P
a. Baja
0,011 0,014
0,021 0,030
c. Semen
0,010 0,013
d. Beton
0,011 0,015
e. Pasangan batu
0,017 0,030
f. Kayu
0,010 0,014
g. Bata
0,011 0,015
h. Aspal
0,013
Bahan Saluran
Batuan/ cadas
Tanah lumpur
Lempung keras/ tanah
Tanah dengan pasangan batuan
Lempung
Tanah berpasir lepas
Lumpur berpasir
hubungan keseimbangan antara aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (outflow).
Hubungan antara ketersediaan air untuk berbagai macam sektor harus terjadi
keseimbangan, hubungan keseimbangan disebut Neraca kebutuhan dan
ketersediaan air sering disebut juga dengan water balance.
Konsep neraca air pada dasarnya menunjukkan keseimbangan antara
jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari sistim (subsistem) tertentu, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.6. berikut ini :
MASUKAN ( I )
SISTEM
KELUARAN ( O )
suatu periode waktu adalah sama dengan penampungan pada awal periode waktu
ditambah dengan perubahan tampungan.
Ste = Stb + Cstor..................................................................................................(41)
Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan
untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan untuk
tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila debit melimpah,
maka luas daerah irigasi ialah tetap karena luas maksimum daerah layanan
direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit tidak berlimpah
dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit, maka ada 3 pilihan yang bisa
dipertimbangkan ( SPI KP-01 )
Luas daerah irigasi dikurangi
Bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum daerah
layanan) tidak akan diairi.
Melakukan modifikasi dalam pola tanam
Dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam
untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar ada
kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang
tersedia.
Rotasi teknis/golongan
Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau
golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan
hanya untuk proyek irigasi yang luasnya sekitar 10000 ha atau lebih
2.7.
Hitung Volume air waduk pada setiap akhir bulan dengan menambahkan
volume air yang dapat ditampung (aliran masuk dikurangi aliran keluar)
terhadap volume air waduk dari volume sebelumnya. Aliran keluar ialah
kebutuhan air irigasi, termasuk evaporasi (total evaporasi dikurangi curah
hujan).
Proses perhitungan tersebut diulang sampai pada akhir bulan pada awal
perhitungan.
Jika tidak ada volume air yang dapat ditampung (aliran masuk= keluar),
perhitungan tersebut tetap dilakukan. Jika elevasi muka air waduk lebih
dari elevasi muka air waduk maksimum untuk setiap bulan, aliran masuk
yang ada dialirkan keluar dan elevasi dipertahankan sesuai elevasi muka
air waduk maksimum.