Anda di halaman 1dari 22

LANGKAH INVESTIGASI WABAH

PUSKESMAS WAY KANDIS

Disusun Oleh :
Angga Alpiansyah
1118011010
Asih Sulistiyani
1118011013
Putri Rinawati
1118011079
Robby Arismunandar
1118011081
Dicky Aditya
1118011

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

A. WABAH
1. Definisi
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada
dan demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan
sebagai hal-hal yang terjadi pada penduduk. Dari sudut epidemiologi
wabah berarti suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian

suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang melebihi keadaan


biasanya. Berikut definisi wabah berdasarkan beberapa sumber :
a. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
1981
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang
telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah
terjangkit. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu
masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang
berhubungan

dengan

kesehatan,

atau

kejadian

lain

yang

berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari


keadaan biasa.
b. Undang-undang RI No.4 th. 1984 tentang wabah penyakit
menular
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
c. Benenson, 1985
Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada
penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah yang
biasa .
d. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia th 1989
Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat,
menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
e. Kemenkes RI tahun 2004 diperbaharui Tahun 2010
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata

melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah


tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Tinjauan definisi menurut UU No 4. Tahun 1984 dan Kemenkes RI
tahun 2004/2010 dapat mencakup hal berikut :
Penyakit menular
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau produk toksinnya, yang ditularkan
dari penderita atau reservoirnya kepada manusia lain yang

rentan
Keadaan yang lazim
Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu
masyarakat atau wilayah sangat bervariasi tergantung dari
penyebab penyakitnya, sifat-sifat penduduk yang terserang
serta lingkungan dimana penykait itu terjangkit. Pada
umumnya jumlah penderita penyakit menular di suatu
wilayah diamati dalam suatu kurun waktu tertentu

(mingguan, bulan, atau tahunan).


Peningkatan jumlah penderita
Kenaikan jumlah kasus belum tentu mengisyaratkan
terjadinya wabah. Terdapat sejumlah faktor yang bisa
menyebabkan jumlah kasus tampak meningkat:
(1)
Variasi musim (misalnya, diare meningkat pada
musim kemarau ketika air bersih langka)
(2)
Perubahan dalam pelaporan kasus;
(3)
Kesalahan diagnosis (misalnya, kesalahan hasil
pemeriksaan laboratorium);
(4)
Peningkatan
kesadaran

petugas

kesehatan

(meningkatkan intensitas pelaporan);


(5)
Media yang memberikan informasi bisa dari sumber
yang tidak benar.
2. PEMBAGIAN WABAH
1. Pembagian Wabah Menurut Ruang Lingkup
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut
outbreak, yaitu serangan penyakit), lingkup yang lebih luas

(epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi), yang dijelaskan


sebagai berikut:
a. Outbreak
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu
penyakit yang sama dimana penderita tersebut mempunyai
hubungan satu sama lain.
b. Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit)
yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang
singkat frekuensinya meningkat.
c. Pandemi
Keadaan

dimana

suatu

masalah

kesehatan

(umumnya

penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi


dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas
d. Endemi
Keadaan

dimana

suatu

masalah

kesehatan

(umumnya

penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam


waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit yang secara
normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
2. Pembagian Wabah Menurut Sifatnya
a. Common Source Epidemic / Point Source Epidemic
Suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya
sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan
terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Common Source
Epidemic itu berupa keterpaparan umum, keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka, jarak antara satu kasus dengan
kasus selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka
serangan ke dua. Ditandai oleh :
Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat.
Masa inkubasi yang pendek.
Episode penyakit merupakan episode tunggal.
Waktu munculnya penyakit jelas.
Lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat.

b. Propagated/Progresive Epidemic atau Contagious disease


epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang
sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang lebih lama.
Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui
vector.

Dipengaruhi

oleh

kepadatan

penduduk

serta

penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta mobilitas


dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan
situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu.
Ditandai oleh :
Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan.
Masa inkubasi yang panjang.
Episode penyakit yang bersifat majemuk.
Waktu munculnya penyakit tidak jelas.
Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.
c. Mix Source Epidemic
Suatu keadaan wabah yang disamping ditemukan gejala-gejala
dari wabah bentuk pertama juga ditemukan gejala-gejala dari
wabah bentuk kedua.
3. Pembagian Wabah Menurut Penyebabnya
Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah
digolongkan menjadi :
a. Toxin, terdiri dari :
Enterotoxin (Stapylococcus aureus)
Exotoxin (Clostridium botolinum)
Endotoxin
b. Infeksi: viris, bakteri, protozoa, cacing
c. Toxin Biologis
Racun jamur, Plankton, racun ikan, racun tumbuhan.
Afla toxin
d. Toxin Kimia
e. Zat kimia organik : logam berat (Hg).
f. Gas beracun : CO2, CO.
3. PRINSIP INVESTIGASI WABAH

Prinsip-prinsip dasar investigasi KLB/wabah (Thomas dan Weber, 2001)


adalah :
a. Walaupun secara teoritis langkah-langkah

investigasi KLB/wabah

terdiri dari beberapa tahapan yang berurutan,

namun dalam

prakteknya proses investigasi wabah bersifat dinamis dan berbagai


kegiatan dapat dilaksanakan secara simultan.
b. Teramat penting untuk senantiasa memelihara komunikasi antara
berbagai

pihak

yang

berkepentingan

dalam

investigasi

dan

penanggulangan wabah.
c. Prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik, khususnya berkenaan
dengan rancangan

studi dan analisis harus diterakan secara benar

(appropriate)
d. Semua tahapan investigasi dan proses pengumpulan data/informasi
harus direkam/dicatat secara teliti dan hati-hati.
e. Tinjauan (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan
berdasarkan
kepustakaan ilmiah yang relevan.
f. Tim kesehatan yang melakukan
investigasi KLB/wabah harus
senantiasa berpikiran terbuka terhadap berbagai kemungkinan sumber
KLB/wabah yang belum terungkap.
4. LANGKAH LANGKAH INVESTIGASI WABAH
1. Konfimasi / menegakkan diagnose
Definisi kasus
Klasifikasi kasus dan tanda klinik
Pemeriksaan laboratorium
2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah

ditentukan tentang KLB


Bandingkan
dengan

incidende

penyakit

itu

pada

minggu/bulan/tahun sebelumnya
3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat
dan orang
Kapan mulai sakit (waktu) Kurva Epidemi
Dimana mereka mendapat infeksi (tempat) Spot map
Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll) Tabulasi
4. Rumuskan suatu hipotesa sementara
Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi
penderita (pattern of disease)

Hipotesa : untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut


5. Rencana penyelidikan epidemiologi yang lebih detail Untuk menguji
hipotesis :
Tentukan : data yang masih diperlukan sumber informasi
Kembangkan dan buatkan check list.
Lakukan survey dengan sampel yang cukup
6. Laksanakan penyelidikan yang sudah direncanakan
Lakukan wawancara dengan :
-Penderita-penderita yang sudah diketahui (kasus)
-Orang yang mempunyai pengalaman yang sama baik mengenai
waktu/tempat terjadinya penyakit, tetapi mereka tidak sakit

(control)
Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan

faktor yang ikut berperan


Ambil specimen dan sampel pemeriksa di laboratorium
7. Buatlah analisa dan interpretasi data
Buatlah ringkasan hasil penyelidikan lapangan
Tabulasi, analisis, dan interpretasi data/informasi
Buatlah kurva epidemik, menghitung rate, buatlah tabel dan

grafik-grafik yang diperlukan


Terapkan test statistik
Interpretasi data secara keseluruhan

8. Test hipotesa dan rumuskan kesimpulan


Lakukan uji hipotesis
Hipotesis yang diterima, dpt menerangkan pola penyakit :
a. Sesuai dengan sifat penyebab penyakit
b. Sumber infeksi
c. Cara penulara
d. Faktor lain yang berperan
9. Lakukan tindakan penanggulangan
Tentukan cara penanggulangan yang paling efektif.
Lakukan surveilence terhadap penyakit dan faktor lain yang
berhubungan.
Tentukan cara pencegahan dimasa akan datang
10. Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.
Pendahuluan
Latar Belakang
Uraian tentang penelitian yang dilakukan
Hasil penelitian

Analisis data dan kesimpulan


Tindakan penanggulangan
Dampak-dampak penting
Saran rekomendas

5. PENYAKIT YANG SERING MENIMBULKAN WABAH


Penyakit yang dapat menimbulkan wabah (Kemenkes RI, 2010).
1. Kholera
a. Berak-berak

mendadak

disertai

muntah-muntah,

Tinja

mengucur seperti air sehingga dalam waktu singkat tubuh


kekurangan cairan (dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada najis/ muntahan menunjukkan
adanya kuman cholera (vibrio cholera) dan dalam darah
terdapat zat antinya.
2. Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak,

kulit

kuning,

sakit

kepala,

lemah/lesu, mual, muntah, denyut nadi lemah dan lambat,


seringkali

disertai

dengan

perdarahan

berupa

mimisan,

perdarahan mulut, muntah darah, berak darah.


b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya
virus demam kuning atau zat antinya.
3. Campak
a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis
fotophoby yang berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa
timbulnya bercak-bercak merah (rash) pada kulit sesudah kirakira 3 hari panas. Mula-mula timbul pada belakang telinga
menyebar ke seluruh muka, dada dan anggota badan lainnya.
Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan
tenggorokan menunjukkan adanya virus campak, dan pada
darah terdapat virus campak atau zat antinya.
4. Difteri
a. Panas lebih kurang 38 0, adanya pseudomembran putih keabuabuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah. Letak
pseudomembran bisa di faring, laring atau tonsil, sakit waktu
menelan, leher membengkak seperti leher sapi disebabkan

karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai


bunyi (stridor).
b. Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka menunjukkan
adanya kuman difteri.
5. Rabies
a. Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari
tungkai menjalar ke atas, sulit menelan, takut air (hydrophobia),
sulit bernafas, kesadaran menurun, terjadi beberapa minggu
sampai satu tahun setelah digigit anjing, kucing, kera, atau
hewan penular rabies lainnya yang menderita rabies.
b. Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan
yang menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak
penderita menunjukkan adanya virus rabies.
6. Influenza H1N1/Pandemi 2009
a. Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali
disertai sakit kepala, sakit pada otot-otot dan batuk.
Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya
virus influenza atau zat antinya.
7. Tifus Perut
a. Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah,
sakit kepala, sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah
kotor dan pinggirnya merah, disertai dengan kesadaran
menurun. Pemeriksaan laboratorium pada darah, air seni, tinja
atau sumsum tulang menunjukkan kuman salmonella typhi dan
pada darah terdapat kenaikan kadar zat antinya.
8. Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek
patologis positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan
adanya virus/ kuman atau zat antinya.
9. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar
(bubo) dilipat paha atau ketiak, atau leher, batuk darah
mendadak (tanpa didahului sakit batuk).
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum
atau usap tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia
pestis).

10. DBD
a. Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah,
lesu atau gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar, dan disertai
perdarahan dikulit berupa bintik merah (petechiae), ruam,
lebam. Kadang-kadang berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun, dan renjatan (shock).
b. Pemeriksaan lab pada darah menunjukkan adanya pengentalan
darah (hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembekuan darah
(trombosit), dan ditemukan virus dengue atau zat antinya.
11. Polio
a. Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare. Panas menurun
kemudian timbul kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak
(lengan/kaki), biasanya asimetris.
b. Pemeriksaan laboratorium pada tinja atau lendir tenggorokan
menunjukkan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat
antinya.
12. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang
dan terdengar suara hup (whoop) khas, biasanya disertai
muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Anak
mengeluarkan riak liat dan kental. Akibat batuk yang dapat
terjadi

perdarahan

konjungtiva

atau

edema

Lamanya batuk 1-3 bulan (batuk 100 hari).


b. Pemeriksaan
laboratorium
pada
lendir

periorbital.
tenggorokan

menunjukkan adanya kuman pertusis (Bordetella pertusis).


13. Malaria
a. Demam, berkeringat, dingin, menggigil, yang berulang setiap
1-3 hari, sakit kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering
disertai mual, muntah dan nyeri otot. Kadang-kadang limpa
membesar, kejang dan kesadaran menurun.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya
parasit malaria.
14. Hepatitis
a. Demam, badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni
berwarna seperti air the kental.

b. Pemeriksaan laboratorium pada darah/ tinja menunjukkan


adanya virus hepatitis dan darah juga terdapat antigen virus
tersebut.
15. Meningitis
a. Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun, reflek
patologis positif. Pemeriksaan laboratorium pada LCS.
16. Anthrax
a. Tipe kulit : Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau
tukak (ulkus) dengan pinggir menonjol dan bagian tengahnya
berwarna merah tua-kehitaman, kadang-kadang disertai demam
tinggi.
b. Tipe gastrointestinal : Sakit perut hebat terjadi beberapa jam
sesudah makan daging hewan yang menderita penyakit anthrax
(Bacillus anthracis).
17. Diare
a. Penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang
air besar/defekasi (lebih 3 kali sehari) disertai adanya
perubahan bentuk atau kondisi tinja dari penderita.
Penemuan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dapat
dilakukan secara aktif dan pasif. Penemuan secara pasif meliputi
laporan/informasi kasus dari fasilitas pelayanan kesehatan meliputi
diagnosis klinis dan konfirmasi laboratorium. Penemuan secara
aktif melalui kunjungan lapangan untuk melakukan penegakan
diagnosis secara epidemiologi berdasarkan gambaran umum
penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah yang
selanjutnya diikuti dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
laboratorium.
6. KEGIATAN PENANGGULANGAN WABAH
Kegiatan penanggulangan wabah di Puskesmas secara sederhana dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu:
1. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
Kegiatan pertama yang harus dilakukan ialah menetapkan
terjangkitnya suatu wabah. Untuk dapat menetapkan terjangkitnya
atau tidaknya wabah tersebut, perlu dilakukan:
a. Pengumpulan data

Data tentang penyakit menular saja (UU No.4/tahun 1984)


Pengumpulan data secara pasif (karena keterbatasan SDM,
dana dan sarana), yaitu:

Dana kegiatan rutin


Laporan kegiatan berobat jalan BP di setiap puskesmas

(data tidak lengkap)


Data laporan masyarakat
b. Penganalisaan data
Mengolah dan menyajikan data yang terkumpul
Perhitunngan antara lain: jumlah dan penyebaran orangorang yang terserang penyakit.
c. Penarikan kesimpulan.
Agar kesimpulan tersebut sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya

perlu

dimiliki

surat

pedoman

pengambilan

kesimpulan. Pedoman yang dimaksud dikenal dengan nama


Nilai Batas Keadaan Wabah.
Nilai Batas Keadaan Wabah adalah suatu nilai yang dipakai
untuk menentukan ada atau tidaknya suatu wabah. NBKW
tidaklah sama untuk setiap daerah, tergantung pada:
Jenis penyakit
Ciri-ciri penduduk yang terserang penyakit
Situasi dan kondisi daerah yang terjangkit
Hitung NBKW untuk daerah itu sendiri tidak tepat tepat dipakai
nilai nasional. Menghitung NBKW untuk satu periode tertentu
perlu 2 angka:
Jumlah rata-rata penderita penyakit (mean)
Standar deviasi
Periode waktu disesuaikan dengan situasi dan kondisi
PUSKESMAS dalam 1 minggu. Apabila data tersedia, gunakan
data 1 tahun yang lalu. Bila tidak tersedia, gunakan data untuk
12 minggu.

2. Melaksanakan penanganan keadaan wabah

Apabila telah dibuktikan adanya wabah, kegiatan selanjutnya


yang perlu dilakukan adalah melaksanakan penanganan wabah.
Untuk ini ada tiga hal yang harus dilakukan yakni :
Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada penderita
Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat
Kegiatan-kegiatan yang ditujukan terhadap lingkungan

a.
b.
c.

3. Menetapkan berakhirnya keadaan wabah


Cara menetapkan berakhirnya keadaan wabah adalah sama
dengan menetapkan terjangkitnya wabah, yakni melakukan
pengumpulan

data,

penganalisaan

data,

dan

penarikan

kesimpulan. Penarikan kesimpulan disini juga memanfaatkan


Nilai Batas Keadaan Wabah yang telah ditetapkan.
4. Pelaporan wabah
Pada dasarnya laporan wabah tersebut meliputi

laporan

terjangkitnya keadaan wabah, laporan penanganan wabah serta


laporan berakhirnya keadaan wabah. Semua laporan ini
dipersiapkan oleh Puskesmas

untk dikirimkan ke Dinas

Kesehatan Tingkat II. Adanya laporan seperti ini dipandang


penting

dalam

rangka

penyusunan

rencana-rencana

dan

pelaksanaan rencana kerja penanggulangan wabah itu sendiri.


Ruang lingkup penanggulangan wabah di Indonesia masih
terbatas pada penyakit menular. Jika ditinjau dari sudut program
kesehatan masyarakat, maka ada tidaknya penyakit menular di
suatu Negara merupakan petunjuk dari maju atau tidaknya
program kesehatan masyarakat di Negara tersebut. Lazimnya jika
penyakit menular banyak ditemukan ini berarti program
kesehatan masyarakat belum maju dan demukian juga sebaliknya.

INSTANSI
PEMERINTAH
LAIN

INSTANSI

MASYARAKAT

SWASTA

UMUM

PUSKESMAS

MENETAPKAN
TERJANGKITNYA
WABAH

1. Pengumpulan
data
2. analisa data
3. menarik
kesimpulan

MENANGANI
KEADAAN
WABAH

1. terhadap kasus
2. terhadap
masyarakat
3. terhadap
lingkungan

MENETAPKAN
BERAKHIRNYA
WABAH

1. pengumpulan
data
2. analisa data
3. menarik
kesimpulan

LAPORAN

DINAS KESEHATAN TINGKAT II

B. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam
peraturan yang berlaku di Indonesia. Status Kejadian Luar Biasa diatur
oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
1. Definisi KLB

Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/9.
Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
2. Pelacakan KLB
a. Garis Besar Pelacakan KLB
Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di

lapangan tempat kejadian


Analisa data yang diteliti dengan ketajaman pemikiran.
Adanya suatu garis besar tentang sistematika langkah-langkah
yang pada dasarnya harus ditempuh dan dikembangkan dalam
setiap usaha pelacakan.
1.

2.

Analisis Situasi Awal


Penentuan atau penegakan diagnosis
Penentuan adanya KLB
Uraian keadaan KLB (waktu, tempat dan orang)
Analisis Lanjutan
a. Usaha Penemuan kasus tambahan

Adakan pelacakan ke rumah sakit dan dokter


praktek ntuk menemukan kemungkinan adanya
kasus diteliti yang belum ada dalam laporan.

Pelacakan intensif terhadap mereka yang tanpa


gejala, gejala ringan tetapi mempunyai potensi
menderita atau kontak dengan penderita.

b. Analisa Data secara berkesinambungan.


c. Menegakkan Hipotesis
d. Tindakan Pemadaman wabah dan tindak lanjut.

Tindakan diambil sesuai dengan hasil analisis


Diadakan follow up sampai keadaan normal

kembali.
Yang menimbulkan

potensi

timbulnya

wabah

kembali disusunkan suatu format pengamatan yang


berkesinambungan

dalam

bentuk

survailans

epidemiologi terutama high risk.


e.
f.
g.
h.

Penanggulangan KLB
SKD KLB
Penyelidikan dan penanggulangan KLB
Pengembangan sistem surveilans termasuk
pengembangan jaringan informasid) Koordinasi
kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral

Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi


salah satu kriteria sebagai berikut (Kemenkes RI,2010) :
1.
Timbulnya suatu penyakit

menular

tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah
2.

Peningkatan kejadian kesakitan terus


menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau

3.

minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.


Peningkatan kesakitan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu

jam,hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.


4.
Jumlah penderita baru dalam periode
waktu satu bulan menunjukan kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya

5.

Jumlah penderita baru dalam periode satu


bulan menunjukan kenaikan 2 kali atau lebih dibandingkan rata-

6.

rata per bulan pada tahun sebelumnya.


Case Fatality Rate dalam satu kurun
waktu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan angka
kematian penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama

7.

Angka proporsi penyakit penderita baru


dalam satu periode menunjukan kenaikan dua kali atau lebih
dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.

7. LANGKAH INVESTIGASI WABAH DI PUSKESMAS WAY


KANDIS
Pelaksanaan investigasi wabah DBD di Puskesmas Way Kandis cukup
berjalan baik. Tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam investigasi
wabah tidak terbatas pada tenaga kesehatan di Puskesmas tersebut namun
para kader Posyandu yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Way
Kandis juga ikut serta dalam investigasi wabah. Pada Puskesmas Way
Kandis, untuk penentuan wabah kasus DBD umumnya ditentukan apabila
terdapat lebih dari 30 kasus dalam satu bulan. Setiap pasien DBD di
Puskesmas akan didata dan akan didaftarkan untuk mendapat fogging pada
daerah sekitar rumah pasien. Selain itu, pada lingkungan yang terdapat
kasus DBD, kader Posyandu akan membagikan bubuk abate di lingkungan
tersebut dan melakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan
sekali. Bila telah terjadi kejadian luar biasa maka bubuk abate dibagikan
ke seluruh wilayah kerja Puskesmas melalui posyandu, walaupun
lingkungan

tersebut

tidak

terdapat

kasus

DBD.

Namun,

untuk

penanggulangan wabah demam tifoid dan diare, Puskesmas Way Kandis


belum memiliki bentuk penanggulangan yang nyata, melainkan hanya
melakukan perawatan rawat inap bagi pasien demam tifoid atau diare.

DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. Kajian Kebijakan Penanggulagan (Wabah) Penyakit Menular. 2006.
Diakses dari http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/18_makalah.pdf
pada 17 Agustus 2016.
Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2004. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid ke II.
Hal 78-81.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Hal
4-7.
PPRI. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. No 40. Th 1991.
Soerawidjaja, Resna A dan Azrul Azwar, 1989. Penanggulangan Wabah oleh
Puskesmas Edisi Pertama. Jakarta. Bina Rupa Aksara.

ANALISIS JURNAL
KOMPONEN SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI DINAS KESEHATAN KOTA KEDIRI
Problem
Salah satu penyakit menular yang sering muncul dan berkembang di daerah tropis
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Indonesia sebagai salah satu negara
tropis di kawasan Asia Tenggara seolah menjadi habitat penyakit DBD.
Departemen kesehatan Republik Indonesia mencatat insiden DBD per 100.000
penduduk mulai tahun 1968 hingga sekarang menunjukkan kecenderungan
peningkatan (Kemenkes, 2010). Sedangkan surveilans kesehatan masyarakat
digunakan

untuk

perkembangan

mengetahui

kesehatan

status

masyarakat,

kesehatan

masyarakat,

menentukan

prioritas

memantau
kesehatan,

mengevaluasi program kesehatan dan mengembangkan penelitian kesehatan (Lee,


et al., 2010). Dengan memperhatikan pola penyakit demam berdarah di Kota
Kediri yang merupakan daerah endemis, maka pelaksanaan sistem surveilans
epidemiologi demam berdarah dengue sebagai upaya pemberantasan penyakit
penting untuk dilaksanakan. Apabila kegiatan surveilans epidemiologi DBD di

Kota Kediri dilaksanakan dengan baik, diharapkan mampu menekan angka


kejadian DBD. Oleh karena itu, perlu evaluasi surveilans DBD di Kota Kediri
dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Intervention
Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi.
Comparison
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sehingga tidak dilakukan
perbandingan.

Outcome
Penyakit DBD di Kota Kediri pada tahun 2013 sebanyak 274 kasus merupakan
kasus tertinggi selama tiga tahun terakhir (20112013). Gambaran DBD di Kota
Kediri menunjukkan bahwa prevalensi DBD sebesar 0,99 per 1000 penduduk,
penderita DBD paling banyak adalah usia 79 tahun, kecenderungan penularan
penyakit DBD berdasarkan pola maksimum minimum terjadi pada awal tahun,
status kota sebagai daerah endemis dan sporadis, IR DBD 99,28 per 100.000
penduduk, CFR DBD 0,73% dan ABJ 92%. Indikator program DBD adalah angka
penemuan dan penanganan DBD, IR, CFR dan ABJ. Indikator yang sudah
mencapai target hanya satu yakni CFR sedangkan indikator lain masih belum
mencapai target. Pelaksanaan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Kediri
berdasarkan

komponen

surveilans

masih

belum

sesuai

dengan

Modul

Pengendalian DBD dan Kepmenkes RI nomor 1116 tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.

Critical Appraisal
Validity
1.

Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?


YA, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan sistem
surveilans epidemiologi DBD berdasarkan komponen surveilans di kota
Kediri tahun 2015.

2.

Apakah subjek penelitian ini diambil dengan cara yang tepat?


YA, subjek penelitian diambil sesuai tema, responden penelitian adalah
pelaksana program DBD di Dinas Keseahtan Kota Kediri dengan metode
wawancara dan studi dokumentasi.

3.

Apakah data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian?


YA, sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan pelaksanaan
sistem surveilans epidemiologi DBD berdasarkan komponen surveilans di
kota Kediri tahun 2015, maka peneliti mengumpulkan data-data berupadata

rutin dan data tidak rutin. Data rutin meliputi data penemuan penderita, data
penanggulangan fokus, dan data abatisasi. Data tidak rutin berupa data
penderita atau data KDRS. Data rutin bersumber dari puskesmas yang
mengumpulkan setiap bulan dan tiga bulan (data abatisasi), sedangkan data
tidak rutin bersumber dari rumah sakit dan dikumpulkan secara insidental
ketika ada kasus. Namun, pencatatan data DBD di Idnas Kesehatan Kota
Kediri belum dilaksanakan dengan baik. Karena masih banyak ditemukan
ketidaksesuaian data pasien dari RS dan puskesmas.
Importance
4.

Apakah penelitian ini penting?


Mengingat bahwa surveilans berguna untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat, memantau perkembangan kesehatan masyarakat, menentukan
prioritas kesehatan, mengevaluasi program kesehatan dan mengembangkan
penelitian kesehatan, maka penelitian ini penting karena menunjukkan tahaptahapan surveilance dan faktor-faktor yang dapat menghambat keberhasilan
surveilans sebagai deteksi, pemantauan, dan evaluasi wabah DBD.

Applicability
5.

Apakah penelitian ini dapat diterapkan pada populasi lokal?


Hasil penelitian ini dapat diterapkan di Puskesmas Way Kandis, karena pada
jurnal ini dipaparkan mengenai faktor-faktor yang dapat menghambat
keberhasilan surveilans. Sehingga, hal tersebut dapat menjadi tolak ukur
dalam mengevaluasi program surveilans yang sudah dijalankan di Puskesmas
Way Kandis dalam investigasi wabah DBD.

Anda mungkin juga menyukai