Disusun Oleh :
Angga Alpiansyah
1118011010
Asih Sulistiyani
1118011013
Putri Rinawati
1118011079
Robby Arismunandar
1118011081
Dicky Aditya
1118011
A. WABAH
1. Definisi
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi berarti pada
dan demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan
sebagai hal-hal yang terjadi pada penduduk. Dari sudut epidemiologi
wabah berarti suatu peningkatan kejadian kesakitan atau kematian
dengan
kesehatan,
atau
kejadian
lain
yang
rentan
Keadaan yang lazim
Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu
masyarakat atau wilayah sangat bervariasi tergantung dari
penyebab penyakitnya, sifat-sifat penduduk yang terserang
serta lingkungan dimana penykait itu terjangkit. Pada
umumnya jumlah penderita penyakit menular di suatu
wilayah diamati dalam suatu kurun waktu tertentu
petugas
kesehatan
dimana
suatu
masalah
kesehatan
(umumnya
dimana
suatu
masalah
kesehatan
(umumnya
Dipengaruhi
oleh
kepadatan
penduduk
serta
investigasi KLB/wabah
namun dalam
pihak
yang
berkepentingan
dalam
investigasi
dan
penanggulangan wabah.
c. Prinsip-prinsip epidemiologi dan statistik, khususnya berkenaan
dengan rancangan
(appropriate)
d. Semua tahapan investigasi dan proses pengumpulan data/informasi
harus direkam/dicatat secara teliti dan hati-hati.
e. Tinjauan (review) yang kritis dan hati-hati harus dilakukan
berdasarkan
kepustakaan ilmiah yang relevan.
f. Tim kesehatan yang melakukan
investigasi KLB/wabah harus
senantiasa berpikiran terbuka terhadap berbagai kemungkinan sumber
KLB/wabah yang belum terungkap.
4. LANGKAH LANGKAH INVESTIGASI WABAH
1. Konfimasi / menegakkan diagnose
Definisi kasus
Klasifikasi kasus dan tanda klinik
Pemeriksaan laboratorium
2. Menentukan apakah peristiwa itu suatu letusan/wabah atau bukan
Bandingkan informasi yang didapat dengan definisi yang sudah
incidende
penyakit
itu
pada
minggu/bulan/tahun sebelumnya
3. Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor waktu, tempat
dan orang
Kapan mulai sakit (waktu) Kurva Epidemi
Dimana mereka mendapat infeksi (tempat) Spot map
Siapa yang terkena : (Gender, Umur, imunisasi, dll) Tabulasi
4. Rumuskan suatu hipotesa sementara
Hipotesa kemungkinan : penyebab, sumber infeksi, distribusi
penderita (pattern of disease)
(control)
Kumpulkan data kependudukan dan lingkungannya
Selidiki sumber yang mungkin menjadi penyebab atau merupakan
mendadak
disertai
muntah-muntah,
Tinja
kulit
kuning,
sakit
kepala,
disertai
dengan
perdarahan
berupa
mimisan,
10. DBD
a. Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah,
lesu atau gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar, dan disertai
perdarahan dikulit berupa bintik merah (petechiae), ruam,
lebam. Kadang-kadang berak darah, muntah darah, kesadaran
menurun, dan renjatan (shock).
b. Pemeriksaan lab pada darah menunjukkan adanya pengentalan
darah (hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembekuan darah
(trombosit), dan ditemukan virus dengue atau zat antinya.
11. Polio
a. Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare. Panas menurun
kemudian timbul kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak
(lengan/kaki), biasanya asimetris.
b. Pemeriksaan laboratorium pada tinja atau lendir tenggorokan
menunjukkan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat
antinya.
12. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang
dan terdengar suara hup (whoop) khas, biasanya disertai
muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Anak
mengeluarkan riak liat dan kental. Akibat batuk yang dapat
terjadi
perdarahan
konjungtiva
atau
edema
periorbital.
tenggorokan
perlu
dimiliki
surat
pedoman
pengambilan
a.
b.
c.
data,
penganalisaan
data,
dan
penarikan
laporan
dalam
rangka
penyusunan
rencana-rencana
dan
INSTANSI
PEMERINTAH
LAIN
INSTANSI
MASYARAKAT
SWASTA
UMUM
PUSKESMAS
MENETAPKAN
TERJANGKITNYA
WABAH
1. Pengumpulan
data
2. analisa data
3. menarik
kesimpulan
MENANGANI
KEADAAN
WABAH
1. terhadap kasus
2. terhadap
masyarakat
3. terhadap
lingkungan
MENETAPKAN
BERAKHIRNYA
WABAH
1. pengumpulan
data
2. analisa data
3. menarik
kesimpulan
LAPORAN
2.
kembali.
Yang menimbulkan
potensi
timbulnya
wabah
dalam
bentuk
survailans
Penanggulangan KLB
SKD KLB
Penyelidikan dan penanggulangan KLB
Pengembangan sistem surveilans termasuk
pengembangan jaringan informasid) Koordinasi
kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral
menular
tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu
daerah
2.
3.
5.
6.
7.
tersebut
tidak
terdapat
kasus
DBD.
Namun,
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. Kajian Kebijakan Penanggulagan (Wabah) Penyakit Menular. 2006.
Diakses dari http://kgm.bappenas.go.id/document/makalah/18_makalah.pdf
pada 17 Agustus 2016.
Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2004. Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid ke II.
Hal 78-81.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Hal
4-7.
PPRI. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. No 40. Th 1991.
Soerawidjaja, Resna A dan Azrul Azwar, 1989. Penanggulangan Wabah oleh
Puskesmas Edisi Pertama. Jakarta. Bina Rupa Aksara.
ANALISIS JURNAL
KOMPONEN SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI DINAS KESEHATAN KOTA KEDIRI
Problem
Salah satu penyakit menular yang sering muncul dan berkembang di daerah tropis
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Indonesia sebagai salah satu negara
tropis di kawasan Asia Tenggara seolah menjadi habitat penyakit DBD.
Departemen kesehatan Republik Indonesia mencatat insiden DBD per 100.000
penduduk mulai tahun 1968 hingga sekarang menunjukkan kecenderungan
peningkatan (Kemenkes, 2010). Sedangkan surveilans kesehatan masyarakat
digunakan
untuk
perkembangan
mengetahui
kesehatan
status
masyarakat,
kesehatan
masyarakat,
menentukan
prioritas
memantau
kesehatan,
Outcome
Penyakit DBD di Kota Kediri pada tahun 2013 sebanyak 274 kasus merupakan
kasus tertinggi selama tiga tahun terakhir (20112013). Gambaran DBD di Kota
Kediri menunjukkan bahwa prevalensi DBD sebesar 0,99 per 1000 penduduk,
penderita DBD paling banyak adalah usia 79 tahun, kecenderungan penularan
penyakit DBD berdasarkan pola maksimum minimum terjadi pada awal tahun,
status kota sebagai daerah endemis dan sporadis, IR DBD 99,28 per 100.000
penduduk, CFR DBD 0,73% dan ABJ 92%. Indikator program DBD adalah angka
penemuan dan penanganan DBD, IR, CFR dan ABJ. Indikator yang sudah
mencapai target hanya satu yakni CFR sedangkan indikator lain masih belum
mencapai target. Pelaksanaan surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Kediri
berdasarkan
komponen
surveilans
masih
belum
sesuai
dengan
Modul
Pengendalian DBD dan Kepmenkes RI nomor 1116 tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
Critical Appraisal
Validity
1.
2.
3.
rutin dan data tidak rutin. Data rutin meliputi data penemuan penderita, data
penanggulangan fokus, dan data abatisasi. Data tidak rutin berupa data
penderita atau data KDRS. Data rutin bersumber dari puskesmas yang
mengumpulkan setiap bulan dan tiga bulan (data abatisasi), sedangkan data
tidak rutin bersumber dari rumah sakit dan dikumpulkan secara insidental
ketika ada kasus. Namun, pencatatan data DBD di Idnas Kesehatan Kota
Kediri belum dilaksanakan dengan baik. Karena masih banyak ditemukan
ketidaksesuaian data pasien dari RS dan puskesmas.
Importance
4.
Applicability
5.