Lapkas SN
Lapkas SN
PENDAHULUAN
Sindroma nefrotik (SN) adalah suatu penyakit ginjal dengan gejala edema,
proteinuria,
Sindrom nefrotik
dikatakan relaps sering bila relaps terjadi empat kali atau lebih dalam setahun.1
Sindrom nefrotik (SN) pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang
paling sering ditemukan. Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di
Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per
tahun, dengan prevalensi berkisar 12 16 kasus per 100.000 anak. Di negara
berkembang insidensnya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 per 100.000
per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak laki-laki
dan perempuan 2:1.1-3
Etiologi SN dibagi 3 yaitu kongenital, primer/idiopatik, dan sekunder
mengikuti penyakit sistemik, antara lain lupus eritematosus sistemik (LES),
purpura Henoch Schonlein, dan lain lain.2 Pasien SN biasanya datang dengan
edema palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura,
dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu
makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap
kemungkinan terjadinya peritonitis atau hipovolemia.2,3
Komplikasi yang sering terjadi pada Sindroma Nefrotik antara lain
syok hipovolemik, thrombosis vena. Perburukan pernapasan, kerusakan kulit,
infeksi sekunder karena kadar immunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia, dan peritonitis.4 Pengobatan pilihan pertama sindroma
nefrotik adalah kortikosteroid kecuali ada kontraindikasi.2,3,5
Berikut ini merupakan laporan kasus mengenai sindrom nefrotik pada
anak yang dirawat di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou.
13 Nov 2015
Penderita
datang ke
RSUP Prof
R. D
Kandou
Pemantaua
n Dimulai
16 Nov 2015
Pemantau
an Selesai
Pelapora
n
BAB II
2
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama
: B.M.R
Jenis Kelamin
: Laki-laki
TL/umur
BBL
: 3100 gr
Ditolong /Partus di
: Bidan/Rumah
Anak ke
: Dua
Kebangsaan
: Indonesia
Suku
: Minahasa
Agama
: Islam
Alamat
: Tanawangko
MRS
: 13/12/2015
Ruangan
: K 4 Irina E Atas
Ibu
Nama
H.R
N.Y.M
Umur
30
26
Pendidikan
SMP
SMA
Pekerjaan
Wiraswasta
Pedagang
Status perkawinan
Pertama
Pertama
Family Tree
Keluhan Utama
Keluhan Utama : Bengkak di mata sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang ke rumah sakit dengan keluhan utama bengkak di mata sejak
1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam sumer-sumer sejak sabtu siang 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah juga dialami penderita 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Penderita merupakan rujukan dari RSUD Tobelo
didiagnosa dengan sindrom nefrotik resisten steroid. Penderita pernah
mendapat terapi prednisone 26 November 2015, namun penderita tidak minum
obat + 1 minggu. Penderita sudah terdiagnosis dengan sindrom nefrotik sejak
+ bulan juli tahun 2014 dan sudah di beri pengobatan oleh dokter spesialis
anak di Tobelo dan sempat dikatakan sembuh, namun kambuh kembali dan
rencana di rujuk ke Manado.
Saat ini penderita mengeluh demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit (sabtu siang) dan sakit kepala. Menggigil (-), kejang (-). Muntah-muntah
juga dialami penderita dari kemarin malam, frekuensi + 10x dialami setiap
habis makan, berisi cairan dan sisa makanan, volume 100 ml tiap kali muntah.
Muntah disertai BAB cair 1x, volume gelas aqua. Nafsu makan penderita
menurun sejak sakit (sabtu). Penderita juga mengalami bengkak pada kelopak
mata saat bangun tidur sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
BAB hitam disangkal, muntah hitam disangkal. BAK diakui penderita biasa.
Batuk beringus disangkal.
Penyakit yang pernah dialami :
Morbili
: -
Varicella
: -
Pertusis
: -
Diare
: -
Cacing
: -
Batuk pilek
: +
Lain-lain
: -
: 3-4 bulan
: 3-4 bulan
: 6 bulan
: 9 bulan
: 12 bulan
: 14 bulan
: 3 bulan
: 4 bulan
: 2 minggu - 2 tahun
PASI
: 0 5 tahun
Bubur susu
: 3 bulan 6 bulan
Bubur saring
: 12 bulan 17 bulan
Bubur halus
: 17 bulan 24 bulan
Nasi lembek
: 2 tahun
Imunisasi
Jenis imunisasi
Dasar
I
Ulangan
II
III
BCG
Polio
DPT
Campak
Hepatitis
II
III
: tampak sakit
Kesadaran
: compos mentis
Umur
: 7 tahun 1 bulan
Berat Badan
: 23 Kg
Tinggi Badan
: 123 cm
Gizi
: Baik
Sianosis
: tidak ditemukan
Anemia
: ditemukan
Ikterus
: tidak ditemukan
Kejang
: tidak ada
Tanda vital
TD
: 100/70 mmHg
Nadi
Respirasi
: 30 x/m
Suhu
: 36,9 C
Kulit
Warna
: Sawo matang
Efloresensi
: Normal
Pigmentasi
: Tidak ada
Jaringan parut
: Tidak ada
Lapisan lemak
: Cukup
Turgor
: Kembali cepat
Tonus
: Eutoni
Edema
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Ubun-ubun besar
: menutup
Rambut
Mata
Exophtalmus/enophtalmus : Tidak ada
Tekanan bola mata
Conjunctiva
Sclera
: ikterik (-)
Corneal reflex
: (+/+) N
Pupil
Lensa
: jernih
: tidak dievaluasi
Gerakan
: normal
Telinga
: sekret (-)
Hidung
: sekret (-)
Mulut
Bibir
: sianosis ()
Lidah
: beslag ()
Gigi
: caries ()
Gusi
: perdarahan(-)
Selaput mulut
Bau pernapasan
: foetor (-)
Tenggorokan
Tonsil
Faring
: hiperemis (-)
Leher
Trakea
: letak di tengah
Kelenjar
Kaku kuduk
: (-)
Thoraks
7
Bentuk
: normal
Ruang interkostal
: normal
Retraksi
: tidak ada
Paru-paru
Inspeksi
: simetris
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Detak jantung
: 108 x/m
Iktus kordis
: tidak tampak
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
: ICS II-III
: M1>M2
: A1<A2
: P1<P2
Bising
: tidak ada
Abdomen
Bentuk
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Lain-lain
: (-)
Genitalia eksterna
: laki-laki, normal
Otot-otot
: eutoni
Refleks-refleks
Anggota Gerak
Pemeriksaan Penunjang
8
: 6500 /uL
Trombosit
: 352.000/mm3
Hemoglobin
: 15,5 g/dl
MCH
: -
Hematokrit
: 40,6 %
MCHC
: -
Eritrosit
Kimia Klinik
:5,38 x106 / uL
MCV
: -
Albumin
: 3,7 gr%
Klorida
: 94 mEq/L
Ureum Darah
: 9 mg/dL
Kalium
: 2,20 mmol/L
Creatinin Darah
: 0,9 mg/dL
Natrium
: 128 mmol/L
Protein total
: 3,36 g/dL
Kalsium
: 8,34 mmol/L
SGOT
: 14 u/L
SGPT
Hasil Laboratorium 14 September 2015
: 9 u/L
Hematologi
Trombosit
: 353.000/mm3
: 15,6 g/dl
MCH
: 29 mg/dL
Hematokrit
: 40,5 %
MCHC
: 38,5 mg/dL
Eritrosit
Kimia Klinik
Albumin
: 5,38x106 / uL
MCV
: 75,3 mg/dL
Leukosit
: 1005
Hemoglobin
/uL
: 3,7 gr%
LDL Kolesterol
: 98 mg/dL
Globulin
: 2,71 g/dL
Trigliserida
: 686 mg/dL
Protein total
: 3,46 g/dL
Serum Iron
: 20 g/dL
Kolesterol
: 249 mg/dL
TIBC
: 40 g/dL
HDL Kolesterol
Urinalisis
: 14 mg/dL
Feritin
: 1582 g/dL
Warna
: kuning
Protein
: +++
Keruh
: Jernih
Glukosa
: Normal
Berat Jenis
: 297
Keton
: 15
pH
: 7
Urobilinogen
: Normal
Leukosit
: 4-6
Bilirubin
: Negatif
Nitrit
: Negatif
Resume
Anak laki-laki usia 7 tahun 1 bulan dengan BB : 22 kg dan TB : 123 cm.
Masuk rumah sakit pada 13 November 2015 jam 19.30. Keluhan: Bengkak di
9
kelopak mata sejak 1 hari SMRS. Penderita telah terdiagnosa sindrom nefroti
dan tahun 2014 pernah mendapatkan pengobatan dengan prednisone selama 1
minggu. Demam sejak + 1 hari SMRS. BAB cair sejak 1 hari SMRS. BAK
biasa.
KU
: Tampak sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 108 x/menit
Respirasi
: 30 x/menit
Suhu
: 36,9 C
Kepala
: conj. an (-), sklera ikt (-), PCH (-), edema palpebra (+)
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Diagnosis :
Sindroma Nefrotik + Hipokalemia
Terapi
-
: CM
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 170 x/m
Respirasi
: 32 x/m
Suhu badan
: 37,2oC
10
Kepala
: conj. an (-), sklera ikt (-), PCH (-), udem palpebra (+/
+),
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Makanan
Minuman
IVFD
: 100
: 500 ml
:600 ml
Output
BAK
BAB
IWL
: 250 ml
: 50 ml
: 153 ml
453 ml
B: (+) 147 ml
D: 1,56 ml / kgbb/ jam
LP : 52 cm
BB : 22 kg
UB : +3
: CM
Tekanan Darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 130 x/m
Respirasi
: 32 x/m
11
Suhu badan
: 37,2oC
Kepala
: conj. an (-), sklera ikt (-), PCH (-), udem palpebra (+/
+),
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
: CM
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 115 x/m
Respirasi
: 32 x/m
Suhu badan
: 37,7oC
Kepala
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
Makanan
Minuman
IVFD
: 50 ml
: 1400 ml
:1450 ml
Output
BAB
BAK
IWL
: 50 ml
: 350 ml
: 460 ml
1460 ml
Output
BAK
BAB
Muntah
IWL
: 50 ml
: 550 ml
: 700 ml
: 460 ml
1760 ml
B: (-) 10 cc
D: 0,84 ml / kgbb/ jam
Balance jam 06.00 06.00 WITA
Input
Makanan
Minuman
: 50 ml
: 1400 ml
IVFD
: 200 ml
1650 ml
B: (-) 110 ml
D: 0,99 ml / kgbb/ jam
LP : 56 cm
BB : 24 kg
UB : +4
Follow Up Tanggal 15 November 2015
S : Demam (+), muntah-muntah (+), BAB (+) & BAK (+)
O : Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran
: CM
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 120 x/m
Respirasi
: 32 x/m
Suhu badan
: 36,5oC
Kepala
Thoraks
Abdomen
Makanan
Minuman
IVFD
: 100 ml
: 1000 ml
: 1512 ml
2612 ml
Output
BAB
BAK
IWL
Intake
: 200 ml
: 1350 ml
: 460 ml
: 500 ml
2510 ml
B: (+) 102 ml
D: 2,34 ml / kgbb/ jam
LP : 55 cm
BB : 24 kg
UB : +3
Follow Up Tanggal 16 November 2015
S : Demam naik turun (+), muntah-muntah (+) menurun, BAB (+), BAK (+)
O : Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran
: CM
Tekanan Darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 116 x/m
Respirasi
: 36 x/m
Suhu badan
: 36,6oC
Kepala
: conj. an (+), sklera ikt (-), PCH (-), udem palpebra (-),
Thoraks
: simetris, retraksi 14
Ekstremitas
15
BAB III
DISKUSI
Definisi
Menurut konsensus tatalaksana sindrom nefrotik (SN) idiopatik pada anak,
keadaan klinis yang ditandai dengan gejala1,2 :
1. Proteinuria masif (> 40 mg/m2 LPB/jam atau 50 mg/kg/hari atau rasio
protein/kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik 2+)
2. Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
3. Edema
4. Dapat disertai hiperkolesterolemia > 200 mg/dl.(2,7)
Batasan yang di pakai pada SN2 :
Remisi.
Relaps
Relaps jarang.
Relaps sering.
Dependen steroid
16
Resisten steroid.
Sensitif steroid.
Pada kasus, pasien ini mengalami proteinuria, dan bengkak pada wajah
selama 3 hari berturut-turut dalam 1 minggu dimana sebelumnya pernah
mengalami remisi sehingga didiagnosis dengan sindroma nefrotik relaps.
Gambaran klinik
Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih
berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema skrotum. Kadang-kadang
disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Bila
disertai sakit perut hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis. Pada
pemeriksaan fisik harus disertai pemeriksaan berat badan, tinggi badan,
lingkar perut, dan tekanan darah. Dalam laporan ISKDC (International study
of kidney diseases in children), pada SNKM ditemukan 22% dengan hematuria
mikroskopik, 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan peningkatan kadar
kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara.2
Pada kasus didapatkan, edema palpebra, serta proteinuria dan
hipokalemia. Hal ini sesuai dengan gambaran klinik sindroma nefrotik. Edema
disebabkan menurunnya tekanan onkotik intravaskuler yang menyebabkan
cairan merembes ke ruang interstisial.3,8
17
Kelainan
Glomerulus
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Tekanan onkotik koloid
plasma
Volume plasma
Retensi Na renal
sekunder
Edema
Gambar 1: Bagan Manifestasi klinik.8,10-16
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan, antara lain2 :
1. Urinalisis. Biakan urin hanya dilakukan bila didapatkan gejala klinis yang
mengarah kepada infeksi saluran kemih.
2. Protein urin kuantitatif, dapat menggunakan urin 24 jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari
3. Pemeriksaan darah
Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit,
hematokrit, LED) Albumin dan kolesterol serum Ureum, kreatinin serta
klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus Schwartz.
Kadar komplemen C3; bila dicurigai lupus eritematosus sistemik
pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear
antibody), dan anti ds-DNA.
Indikasi biopsi ginjal pada sindrom nefrotik anak adalah2 :
1. Pada presentasi awal
a. Awitan sindrom nefrotik pada usia <1 tahun atau lebih dari 16 tahun
18
Penatalaksanaan
Penanganan pada pasien ini yang pertama adalah penanganan simptomatik
yaitu pemberian antibiotik Cefixime syrup 2x1cth /hari. Pemberian Aspar k
untuk koreksi hipokalemia (kalium 2,20 mEq/L). Selanjutnya dilakukan
penanganan medikamentosa, sesuai dengan konsensus tatalaksana sindrom
nefrotik idiopatik pada anak. Pada pasien ini dengan SN sensitif steroid
diberikan terapi prednison.2
Pada penderita yang baru terdiagnosis SN penanganan pertama kali,
dirawat di rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan
evaluasi pengaturan diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid,
dan edukasi orangtua. Perawatan pada SN relaps hanya dilakukan bila disertai
edema anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat,
gagal ginjal, atau syok. Tirah baring tidak perlu dipaksakan dan aktivitas
19
disesuaikan dengan kemampuan pasien. Bila edema tidak berat anak boleh
sekolah.5,6
Pengobatan dengan kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan pengobatan SN idiopatik pilihan pertama,
sesuai dengan anjuran ISKDC (International Study on Kidney Diseases in
Children). Pengobatan inisial SN dimulai dengan pemberian prednison dosis
penuh (fulldose) 60 mg/m2 LPB/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/hari), dibagi 3, untuk menginduksi remisi. Dosis prednison dihitung sesuai
dengan berat badan ideal (berat badan terhadap tinggi badan). Prednison dosis
penuh inisial diberikan selama 4 minggu. Bila terjadi remisi pada 4 minggu
pertama, maka pemberian steroid dilanjutkan dengan 4 minggu kedua dengan
dosis 40 mg/m2 LPB (2/3 dosis awal) secara alternating (selang sehari), 1 kali
sehari setelah makan pagi. Bila setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis
penuh, tidak terjadi remisi, pasien dinyatakan sebagai resisten steroid. 8
Pengobatan relaps terdiri dari prednison dosis penuh hingga remisi
(maksimal
minggu)
kemudian
dilanjutkan
dengan
prednison
Bila sampai pengobatan dosis penuh selama 4 minggu tidak juga terjadi
remisi maka pasien didiagnosis sebagai sindrom nefrotik resisten steroid
dan harus diberikan terapi imunosupresif lain
20
Diitetik
Pemberian diet tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi
karena akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa
metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus.
Bila diberi diet rendah protein akan terjadi malnutrisi energi protein (MEP)
dan menyebabkan hambatan pertumbuhan anak. Jadi cukup diberikan diet
protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily allowances) yaitu
1,5-2 g/kgbb/hari. Diet rendah garam (1-2 g/hari) hanya diperlukan selama
anak menderita edema.12
Diuretik
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya
diberikan loop diuretic seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu
dikombinasikan dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat
kalium) 2-4 mg/kgbb/hari. Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan
kemungkinan hipovolemia. Pada pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu
perlu dilakukan pemantauan elektrolit kalium dan natrium darah. 10
Pengobatan SN resisten steroid
1. Siklofosfamid (CPA)
Pemberian CPA oral pada SNRS menimbulkan remisi pada 20% pasien.
Bila terjadi relaps kembali setelah pemberian CPA, meskipun sebelumnya
merupakan SN resisten steroid, dapat dicoba lagi pengobatan relaps dengan
prednison, karena SN yang resisten steroid dapat menjadi sensitif lagi.
Tetapi bila terjadi resisten atau dependen steroid kembali, dapat diberikan
siklosporin. 11
CPA puls memberi hasil yang lebih baik daripada CPA oral. Dosis
kumulatif pada pemberian CPA puls lebih kecil daripada CPA oral, dan efek
sampingnya lebih sedikit. 2
2. Siklosporin (CyA)
Pada SN resisten steroid, CyA dapat menimbulkan remisi total sebanyak
20% pada 60 pasien dan remisi parsial pada 13%. Efek samping CyA antara
21
takrolimus,
dan
mikofenolat
mofetil
obat
ini
belum
direkomendasikan di Indonesia. 9
Pemberian non imunosupresif untuk mengurangi proteinuria
Pada pasien SN yang telah resisten terhadap obat kortikosteroid,
sitostatik, dan siklosporin, dapat diberikan diuretik (bila ada edema)
dikombinasikan dengan inhibitor ACE (angitensin converting enzyme) untuk
mengurangi proteinuria. Jenis obat ini yang dipakai adalah kaptopril 0,3
mg/kgBB, 3x sehari, atau enalapril 0,5 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis. Tujuan
pemberian inhibitor ACE juga untuk menghambat terjadinya gagal ginjal
terminal (renoprotektif). 2
Pengobatan komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada semua pasien SN, baik SN responsif
steroid maupun SN resisten steroid. Deteksi dini sangat diperlukan sehingga
dapat dilakukan penanggulangan yang cepat.
a. Infeksi
22
Pada SN mudah terjadi infeksi dan yang paling sering adalah selulitis dan
peritonitis. Hal ini disebabkan karena terjadi kebocoran IgG dan
komplemen faktor B dan D di urin. Pemakaian obat imunosupresif
menambah risiko terjadinya infeksi. Bila terjadi peritonitis primer (biasanya
disebabkan oleh kuman Gram negatif dan Streptococcus pneumoniae) perlu
diberikan
pengobatan
penisilin
parenteral,
dikombinasikan
dengan
kemungkinan
terjadinya
trombosis.
Pencegahan
23
Oleh karena itu pada SN relaps sering dan SN resisten steroid dianjurkan
pemberian suplementasi kalsium 500 mg/hari dan vitamin D. Bila telah
terjadi tetani, diobati dengan kalsium glukonas 50 mg/kgBB intravena.
e. Hipovolemia
Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps dapat
mengakibatkan
hipovolemia
dengan
gejala
hipotensi,
takikardia,
ekstremitas dingin, dan sering disertai sakit perut. Pasien harus segera
diberi infus NaCl fisiologik dan disusul dengan albumin 1 g/kgBB atau
plasma 20 ml/kgBB (tetesan lambat 10 per menit). Bila hipovolemia telah
teratasi dan pasien tetap
oliguria, diberikan furosemid 1-2 mg/kgBB intravena4
Prognosis
Prognosis jangka panjang Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM)
selama pengamatan 20 tahun menunjukkan hanya 4-5% menjadi gagal ginjal
terminal, sedangkan pada glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS) 25%
menjadi gagal ginjal terminal dalam 5 tahun dan pada sebagian besar lainnya
disertai penurunan fungsi ginjal.11
Prognosis SN umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai
berikut: (1) didapatkan pertama kali usia < 1 tahun atau > 16 tahun, (2) disertai
hipertensi, (3) disertai gross hematuria, (4) termasuk sindrom nefrotik
sekunder, (5) gambaran histopatologik bukan kelainan minimal. Faktor
terpenting yang menentukan prognosis SN adalah responsivitas terhadap
steroid. Anak dengan sindrom nefrotik yang resisten terhadap steroid, biasanya
memiliki prognosis yang lebih jelek, dapat mengalami insufisiensi renal
progresif, dan pada akhirnya menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir dan
membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal.3,15
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam, dimana penderita
SN tanpa disertai dengan keadaan-keadaan yang memperburuk prognosis.
Penyuluhan harus dilakukan kepada orang tua penderita dan keluarga
tentang hal yang perlu diperhatikan yaitu perawatan penderita perlu jangka
waktu yang lama serta kerjasama antara penderita, orang tua penderita,
keluarga, dan tim kesehatan. Maka dari itu yang perlu diperhatikan berupa
24
ketaatan minum obat, pemberian nutrisi yang baik, serta dalam waktu yang
lama perlu diobservasi aspek psikososial tumbuh kembang anak.
Daftar Pustaka
27