Anda di halaman 1dari 4

1.

Perkembangan Kolonialisme di Indonesia


Revolusi Industri yang memberikan pengaruh terhadap perekonomian, khususnya di kawasan Eropa
telah mendorong negaranegara Barat untuk melakukan penjelajahan samudera. Penjelajahan ini bertujuan
untuk mencari daerah yang akan dijadikan jajahan.
Di daerah-daerah yang telah berhasil dikuasai, para penjelajah melakukan eksploitasi besarbesaran terhadap
sumber daya alam dan memasarkan hasil industri dari negaranya. Pada awal kedatangannya, para penjelajah
yang menemukan daerah baru dan mendarat di suatu tempat, memperkenalkan dirinya sebagai pedagang.
Mereka melakukan interaksi perdagangan dengan penduduk pribumi, bahkan di antara mereka ada pula yang
mendirikan pemukiman (koloni).

Pada perkembangan selanjutnya, tanpa disadari oleh penduduk pribumi daerah itu oleh mereka
dianggap sebagai daerah miliknya. Dengan leluasa mereka mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan
yang ada di daerah baru itu. Dalam sistem politik, pendudukan, dan penguasaan suatu daerah oleh Negara
lain disebut penjajahan atau istilah populernya disebut kolonialisme.
Proses kolonialisme yang selalu dihubungkan dengan imperialisme yang terjadi di beberapa
kawasan, seperti di Asia, Afrika, dan Amerika dipelopori oleh Inggris, kemudian disusul oleh Portugis dan
Spanyol, Belanda, Inggris, dan Prancis. Negara-negara tersebut mengirimkan para penjelajahnya untuk
mengarungi samudera dan mencari jalan menuju ke Dunia Timur yang terkenal itu. Selengkapnya Tentang
Penjajahan Portugis di Indonesia:

A. SPANYOL DAN PORTUGIS


Dalam penjelajahan tersebut Portugis mengirimkan para penjelajahnya, yaitu sebagai berikut.

Bartholomeus Diaz (1487-1488) yang diutus raja Portugis untuk mengatur perjalanannya ke Afrika

Barat. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sampai abad ke-15 para pelaut Portugis hanya mampu
mendarat di Pantai Emas saja. Dengan perjalanan inilah, Bartholomeus Dia akhirnya berhasil sampai ke
ujung selatan Afrika yang disebut Tanjung Pengharapan (Cape of Good Hope).

Vasco da Gama (1497-1498) yang diutus raja Portugis yang bernama Manuel I, karena merasa

penasaran atas hasil penjelajahan yang dilakukan oleh Columbus. Perjalanan Vasco da Gama ini bertolak
dari Lisabon menuju Kepulauan Tanjung Varde dan akhirnya tiba di Tanjung Harapan Baik tahun 1497.
Pada tahun 1498, Vasco da Gama beserta rombongannya berhasil berlabuh di Kalikut, pantai Malabar India
yang pada masa itu terkenal sebagai kota dagang.

Alfonso dAlbuquerque (1510-1515). Ia berhasil menaklukkan Goa di pantai barat India pada tahun

1510 dan Malaka (1511). Dari Malaka ia meneruskan penguasaan atas Myanmar. Dari Myanmar inilah ia
menjalin hubungan dagang dengan Maluku.

Dipihak lain, Spanyol pun tidak mau ketinggalan untuk melakukan penjelajahan samudera ke Dunia
Timur yang terkenal dengan sumber rempahrempah. Sama halnya dengan Portugis, Spanyol segera
mengirimkan para penjelajahnya seperti:

Ferdinand Magelhaens (1480-1521). Magelhaens yang dibantu oleh kapten Juan Sebastian del

Cano dan Pigafetta mulai berlayar ke arah Barat-daya dengan mengikuti rute Christopher Columbus (orang
Italia yang mengabdikan dirinya pada Raja Spanyol dan berhasil sampai ke benua Amerika yang
diyakininya sebagai India) dengan melintasi Samudera Atlantik terus ke ujung selatan Amerika dan
sampailah di Kepulauan Filipina pada tahun 1521. Di Filipina (Pulau Cebu), Magelhaens tewas terbunuh
oleh suku Mactan.

Juan Sebastian del Cano. Pada tahun 1522 ia sampai di Maluku, tetapi kedatangan mereka itu

telah menimbulkan pertentangan antara Spanyol dan Portugis yang kedua-keduanya saling menuduh telah
melanggar Perjanjian Tordesillas, yaitu perjanjian antara bangsa Portugis dan Spanyol yang mengakhiri
peperangan selama puluhan tahun antara kedua negara yang bertikai di Eropa untuk memperebutkan daerah
jajahan. Perjanjian ini diprakarsai oleh Paus Paulus yang membagi rute pelayaran Spanyol ke timur dan
Portugis ke arah barat). Pertentangan di antara mereka berakhir setelah ditandatanganinya Perjanjian
Saragosa (1534) di Indonesia. Dalam perjanjian itu diputuskan bahwa wilayah Portugis tetap di Maluku, dan
Filipina juga daerah Portugis. Tetapi disebabkan Spanyol merasa berhak atas kepulauan itu maka Spanyol
berkuasa di Filipina
B. BELANDA
Dengan adanya keberhasilan yang diraih oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol maka negaranegara Eropa lainnya mencoba untuk datang ke Dunia Timur, khususnya Indonesia. Pada kurun waktu

berikutnya, Belanda mulai mengadakan penjelajahan samudera. Hal ini didorong oleh ditutupnya Lisabon
oleh Spanyol bagi kapal-kapal Belanda. Sebagaimana kita ketahui bahwa sebelum kejadian itu, Belanda
sudah terbiasa berhubungan dagang dengan Portugis lewat Lisabon dan dari Lisabon barang-barang
disalurkan oleh Belanda ke negeri-negeri Eropa lainnya. Karena selama perang 80 tahun antara Belanda
dengan Spanyol maka Belanda tidak dapat lagi membeli rempahrempah di Lisabon yang sudah dikuasai
Spanyol. Dengan demikian, situasi tersebut telah menyebabkan Belanda berusaha untuk datang sendiri ke
kepulauan rempah-rempah, yaitu Indonesia.
Selengkapnya tentang VOC di Indoenesia:
C. PRANCIS
Sesudah VOC dibubarkan, pemerintahan di Nusantara langsung berada di bawah pemerintahan
Belanda. Namun semenjak tahun 1806, ketika Raja Louis Napoleon diangkat menjadi raja Belanda,
sehingga Indonesia secara tidak langsung telah berada di bawah kekuasaan Prancis. Di Eropa, musuh
bebuyutan Prancis adalah Inggris. Prancis di bawah Napoleon Bonaparte masih belum mampu menaklukkan
Inggris. Untuk itu, kehadiran Inggris di Asia Tenggara telah mengancam kedudukan Belanda di Indonesia
yang telah menjadi daerah kekuasaan Prancis.
Dalam menghadapi masalah dengan Inggris, pada tahun 1808, Louis Napoleon menunjuk Herman
Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Tugas utama Daendels adalah
mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Untuk keperluan itu, Daendels
membangun jalan raya (Grote Postweg) dari Anyer sampai Panarukan yang panjangnya 1.100 km. Dengan
jalan tersebut, pasukan Belanda akan dapat bergerak cepat. Dalam pembangunan jalan tersebut,
pemerintahan Hindia-Belanda di bawah komando Daendels menggunakan tenaga kerja dari bangsa
Indonesia yang dikerahkan lewat para penguasa pribumi. Dikatakan tidak kurang 1000 orang pekerja perhari
harus disediakan para bupati di setiap daerah untuk dipekerjakan sebagai tenaga rodi untuk menyukseskan
pelaksanaan pembangunan jalan tersebut. Selain membangun jalan raya, Daendels juga mendirikan pabrik
senjata dan mesiu, serta membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon.
Herman William Daendels; pada masa pemerintahannya, Rakyat Indonesia banyak yang dijadikan
sebagai tenaga rodi Di bidang pemerintahan, Daendels mengubah sistem pemerintahan tradisional dengan
sistem pemerintahan Eropa. Dalam pelaksanaannya, pulau Jawa dibagi menjadi sembilan wilayah yang
disebut perfektur. Setiap perfektur dikepalai oleh seorang residen, dan setiap residen membawahi beberapa
bupati. Para bupati diberi gaji tetap dan tidak diperkenankan meminta upeti kepada rakyat. Dengan
diterapkan sistem pemerintahan yang seperti itu maka wibawa para bupati menjadi merosot di mata rakyat.
Sementara itu, kekuasaan raja masih diakui, tetapi tetap harus tunduk terhadap semua peraturan yang dibuat
pemerintah Hindia-Belanda.
Sistem pemerintahan Daendels diterapkan sangat keras dan disiplin, serta cenderung bertangan besi.
Hal ini menyebabkan Daendels tidak disukai oleh berbagai pihak, baik oleh aparat pemerintah yang
membantunya maupun oleh penguasa dan rakyat pribumi. Hubungan antara pribumi dengan Daendels
menjadi buruk. Rencana perlawanan yang menentang pemerintahan Daendels di berbagai daerah mulai

bermunculan. Untuk mempertahankan kedudukannya, Daendels membutuhkan banyak uang. Dengan sikap
berani, Daendels menjual tanah negara kepada pihak swasta asing. Dalam transaksi jual beli tersebut
disepakati bahwa selain menguasai tanah, si pembeli juga menguasai penduduk yang tinggal di tanah
tersebut. Perilaku Daendels yang demikian itu telah menyebabkan ia dipanggil dan kemudian kedudukannya
di Indonesia digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Dalam menjalankan tugasnya, Janssens ternyata
kurang cakap dan lemah. Hal itu terbukti, dengan adanya Perjanjian Tuntang, yang isinya bahwa kekuasaan
Belanda atas Indonesia diserahkan oleh Janssens kepada Inggris.

D. INGGRIS
Sebelum Perjanjian Tuntang (1811), sebenarnya Inggris telah datang ke Indonesia. Perhatian atas
Indonesia dimulai sewaktu penjelajah F. Drake singgah di Ternate pada tahun 1579. Selanjutnya,
ekspedisi lainnya dikirimkan pada akhir abad ke-16 melalui kongsi dagang yang diberi nama East Indies
Company (EIC). EIC ini mengemban misi untuk mengadakan hubungan dagang dengan Indonesia. Pada
tahun 1602, armada Inggris sampai di Banten dan berhasil mendirikan loji di sana. Pada tahun 1604,
Inggris mengadakan perdagangan dengan Ambon dan Banda, tahun 1609 mendirikan pos di Sukadana
(Kalimantan), tahun 1613 berdagang dengan Makassar, dan pada tahun 1614 mendirikan loji di Batavia.
Dalam usaha perdagangan itu, Inggris mendapat perlawanan kuat dari Belanda. Belanda tidak segansegan menggunakan kekerasan untuk mengusir Inggris dari Indonesia. Setelah terjadi peristiwa Ambon
Massacre, EIC mengundurkan diri dari Indonesia dan mengarahkan perhatiannya ke daerah lainnya di
Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei sampai memperoleh kesuksesan. Inggris
kembali berkuasa di Indonesia melalui keberhasilannya memenangkan perjanjian Tuntang pada tahun
1811. Selama lima tahun (1811-1816), Inggris memegang pemerintahan dan kekuasaannya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai