Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih
besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih
besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia,
2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
meningkat melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah
meningkat

adalah

peningkatan

kecepatan

denyut

jantung,

peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan


peningkatan volume aliran darah darah (Doenges, M, 2008).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan
jantung atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan
tekanan pembuluh darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing
masing :

a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila


tekanan darah waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan
darahnya > 145/90 mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan
hipertensi
(Doenges, M, 2008).

2. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik
141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar
atau sama dengan 95 mmHg.
(Smeltzer & Bare G, 2002)

b. Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the


Detection and Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg

: Tekanan darah normal


7

b. 85 99

: Tekanan darah normal tinggi

c. 90 -104

: Hipertensi ringan

d. 105 114

: Hipertensi sedang

e. >115

: Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a. < 140 mmHg

: Tekanan darah normal

b. 140 159

: Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c. > 160

: Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan


darah yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120
mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan
segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak,
mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah
cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya
kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau
progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ
target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg
segera dalam kurun waktu menit/jam
b. Hipertensi urgency

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna


tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun
waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan
lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
(Smeltzer & Bare G, 2002)

3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak
didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan
dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas

: pembuluh darah besar

Bawah

: diafragma

Setiap sisi

: paru-paru

Belakang

: aorta desendens, oesophagus, columna


vertebralis

Gambar 2.1 : Anatomi Jantung

Sumber : Yugiantoro M. (2006)


2. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan
pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam:
lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta
dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya.


Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu

10

darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui


pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika
arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.


Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga

meningkat.
Sebaliknya, jika:
Aktivitas memompa jantung berkurang
Arteri mengalami pelebaran
Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
(Chandrasoma & Taylor. 2006)
3.

Perubahan fungsi ginjal


Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

11

a) Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah


pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan
darah ke normal.
b) Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi
pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
c) Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan
menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan


tekanan darah,

karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda

ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya


penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada
salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
(Potter & Perry, 2008)

Gambar 2.2 : Sirkulasi Peredaran Darah

12

Sumber : Yugiantoro M. (2006)

4. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos
yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi.
Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.

5. Pembuluh darah utama dan kapiler


Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis
yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah
jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama.

13

6. Sinusoid
Sinusoid Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan
kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari
pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikuloendotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan.
7. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.
Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding
yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
(Chandrasoma & Taylor. 2006)

b. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang
mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan
seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang
kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam
paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 2001).
4. Etiologi
Hipertensi

berdasarkan

penyebabnya

dapat

dibedakan

menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )


a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer terdapat pada
lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya

14

disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi


primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari
30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum
obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh


penyakit lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :

15

1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis (penyempitan dari pembuluh
darah nadi yang membawa darah ke ginjal)
o Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh
bakteri)
o Glomerulonefritis (inflamasi pada bagian penyaring
darah (glomerolus) pada kedua ginjal)
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing (peningkatan kortisol dalam darah)
o Feokromositoma (penyakit tumor yang berasal dari selsel kromafin kelenjar adrena)
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin

16

o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
(Smeltzer & Bare, 2002).
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

17

saraf

pasca

ganglion

ke

pembuluh

darah,

dimana

dengan

dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh


darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi

respon

pembuluh

darah

terhadap

rangsang

vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap


norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang,
Medulla

mengakibatkan

adrenal

tambahan

mensekresi

aktivitas

epinefrin,

yang

vasokonstriksi.
menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid


lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontologi. Perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

18

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan


penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddarth,2002).

19

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Edward, K, (2002)
dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi

meliputi

nyeri

kepala

dan

kelelahan.

Dalam

kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai


kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut:

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

Sakit kepala

Epistaksis

Pusing / migrain

Rasa berat di tengkuk

20

Sukar tidur

Mata berkunang-kunang

Lemah dan lelah

Muka pucat

Suhu tubuh rendah

7. Penatalaksanaan
Didasarkan pada program perawatan bertahap (Rodman, 2001) :

a.

Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :


Modifikasi diet
-

Pembatasan natrium

Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh

Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat


badan

Menurunkan masukan minuman beralkohol

b. Menghentikan merokok
c. Penatalaksanaan stress
d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan

Langkah

II.

Farmakoterapi

bila

tindakan-tindakan

konservatif gagal untuk mengontrol TD sercara adekuat. Salah


satu dari berikut ini dapat digunakan.
-

diuretik
21

penyekat beta adrenergik

penyekat saluran kalsium

penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)


Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari

kelas yang berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat


lainnya dari kelas yang berbeda.

Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua


digantikan yang lain dari kelas yang berbeda.

Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis


atamu keempat dapat ditambahkan masing-masing dari kelas
yang berbeda.

8. Komplikasi
Efek pada organ :

Otak
vasokontriksi pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
Ginjal
poliuri
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
Jantung
Pembesaran jantung
Sesak nafas (dyspnoe)
Mudah lelah
Gagal jantung

(Price. A, Dkk, 2001).


9. Pemeriksaan Penunjang

22

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ


seperti ginjal dan jantung

EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,


pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

Rontgen dan CT scan

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status, dan lain-lain
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan hipertensi biasanya mengeluh pusing, sakit
kepala, mual, penglihatan kabur.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak kapan klien menderita hipertensi, proses pengobatan
sebelumnya, pola makan klien.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah yang

5)
6)
7)
8)
9)

sama dengan klien.


4) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Penampilan Umum: Mengkaji tentang BB dan TB
Kesadaran
: Mencakup kualitas dan kuantitas keadaan klien.
Tanda-tanda Vital
: Mengkaji mengenai TD, S, P, N
Pemeriksaan head to toe
Kepala
Mata
Hidung

I: Bersih atau tidak, simetris atau tidak


P:
I:
P:
I:

Ada/tidak pembengkakan
Ikterik ada/tidak, konjungtiva anemis (+/-)
Edema palpebra ada/tidak
Simetris atau tidak, kavum nasal ada / tidak
23

P: Ada/tidak pembengkakan mulut


Mulut

I: Simetris/tidak, stomatitis ada/tidak, perdarahan


gusi ada/tidak, gigi lengkap/tidak

Telinga
Leher
Paru

Jantung

I: Simetris kiri kanan, ada serumen/tidak


P: Teraba massa/tidak
I: Pembengkakan tidak ada/tidak, reflek menelan
ada/tidak
I: Simetris/ tidak, lesi ada/tidak, penggunaan otot
bantu pernafasan (+/-)
P: taktil fremitus kanan dan kiri simetris/tidak
P: normal/tidak
A: normal/tidak
I: ictus cordis terlihat/tidak
P: ictuscordis teraba/tidak pada IC V mid klavikul
sinistra
P: normal/tidak
A: S1, S2 normal/tidak, ada bunyi tambahan/tidak

Abdomen:
I : simetris/tidak, tampak pembengkakan/tidak
A: bising usus (+/-)
P : nyeri tekan ada/tidak, teraba massa/tidak
P : normal/tidak
Ekstremitas:
I: bengkak/tidak, nyeri saat digerakkan/tidak,
perubahan bentuk sendi ada/tidak, pergerakan
terbatas/tidak
P: kelemahan otot (+/-), nyeri tekan (+/-), pitting edema
(+/-)
(Chandrasoma & Taylor, 2006)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
c. Resiko gangguan persepsi sensori penglihatan

24

d. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
f. Kurangnya

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri


g. Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


h. Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
(Wilkinson, Judith, 2006)

25

Anda mungkin juga menyukai