TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih
besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih
besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia,
2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
meningkat melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah
meningkat
adalah
peningkatan
kecepatan
denyut
jantung,
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama
dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90
mmHg
2) Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik
141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar
atau sama dengan 95 mmHg.
(Smeltzer & Bare G, 2002)
b. 85 99
c. 90 -104
: Hipertensi ringan
d. 105 114
: Hipertensi sedang
e. >115
: Hipertensi berat
b. 140 159
c. > 160
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak
didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan
dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas
Bawah
: diafragma
Setiap sisi
: paru-paru
Belakang
10
meningkat.
Sebaliknya, jika:
Aktivitas memompa jantung berkurang
Arteri mengalami pelebaran
Banyak cairan keluar dari sirkulasi
Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang
mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
(Chandrasoma & Taylor. 2006)
3.
11
12
4. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos
yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi.
Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
13
6. Sinusoid
Sinusoid Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan
kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari
pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikuloendotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan.
7. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.
Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding
yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
(Chandrasoma & Taylor. 2006)
b. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang
mengandung oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan
seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang
kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam
paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 2001).
4. Etiologi
Hipertensi
berdasarkan
penyebabnya
dapat
dibedakan
14
15
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis (penyempitan dari pembuluh
darah nadi yang membawa darah ke ginjal)
o Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim
ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh
bakteri)
o Glomerulonefritis (inflamasi pada bagian penyaring
darah (glomerolus) pada kedua ginjal)
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing (peningkatan kortisol dalam darah)
o Feokromositoma (penyakit tumor yang berasal dari selsel kromafin kelenjar adrena)
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
16
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
(Smeltzer & Bare, 2002).
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
17
saraf
pasca
ganglion
ke
pembuluh
darah,
dimana
dengan
respon
pembuluh
darah
terhadap
rangsang
mengakibatkan
adrenal
tambahan
mensekresi
aktivitas
epinefrin,
yang
vasokonstriksi.
menyebabkan
18
19
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Edward, K, (2002)
dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi
meliputi
nyeri
kepala
dan
kelelahan.
Dalam
Sakit kepala
Epistaksis
Pusing / migrain
20
Sukar tidur
Mata berkunang-kunang
Muka pucat
7. Penatalaksanaan
Didasarkan pada program perawatan bertahap (Rodman, 2001) :
a.
Pembatasan natrium
b. Menghentikan merokok
c. Penatalaksanaan stress
d. Program latihan regular untuk menurunkan berat badan
Langkah
II.
Farmakoterapi
bila
tindakan-tindakan
diuretik
21
8. Komplikasi
Efek pada organ :
Otak
vasokontriksi pembuluh darah
Perdarahan
Kematian sel otak : stroke
Ginjal
poliuri
Kerusakan sel ginjal
Gagal ginjal
Jantung
Pembesaran jantung
Sesak nafas (dyspnoe)
Mudah lelah
Gagal jantung
22
5)
6)
7)
8)
9)
Ada/tidak pembengkakan
Ikterik ada/tidak, konjungtiva anemis (+/-)
Edema palpebra ada/tidak
Simetris atau tidak, kavum nasal ada / tidak
23
Telinga
Leher
Paru
Jantung
Abdomen:
I : simetris/tidak, tampak pembengkakan/tidak
A: bising usus (+/-)
P : nyeri tekan ada/tidak, teraba massa/tidak
P : normal/tidak
Ekstremitas:
I: bengkak/tidak, nyeri saat digerakkan/tidak,
perubahan bentuk sendi ada/tidak, pergerakan
terbatas/tidak
P: kelemahan otot (+/-), nyeri tekan (+/-), pitting edema
(+/-)
(Chandrasoma & Taylor, 2006)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
c. Resiko gangguan persepsi sensori penglihatan
24
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurangnya
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan,
25