Anda di halaman 1dari 129

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat di
segala bidang kegiatan, begitu pula dalam kegiatan pendidikan. Globalisasi ini
sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi warga
negaranya tidak henti-hentinya melakukan berbagai kegiatan dan menyediakan
fasilitas pendukungnya termasuk memberlakukannya Undang-Undang No. 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen, seperti yang disampaikan dalam penjelasan
umum atas Undang-Undang No. 14 tahun 2005, Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan
nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Selanjutnya, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan bahwa (1) Setiap warga Negara berhak mendapat
pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah

wajib

membiayainya;

(3)

Pemerintah

mengusahakan

dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan


dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan Undang-Undang; (4) Negara memprioritaskan anggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh persen) dari anggaran


pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggeraan pendidikan nasional; dan (5)
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tersebut kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki visi
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah.
Sumber daya manusia unggul merupakan persyaratan utama bagi
terwujudnya bangsa dan negara yang maju. Berapapun besar sumber daya alam
(SDA), modal sarana prasaran yang tersedia, pada akhirnya di tangan SDM yang
handal sajalah target pembangunan bangsa dan negara dapat dicapai. Dalam
perspektif berpikir seperti ini, suatu bangsa tak dapat mencapai kemajuan tanpa
adanya suatu sistem pendidikan yang baik.
Pendidikan adalah modal dasar untuk menciptakan SDM yang unggul.
Dunia pendidikan yang utama adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu
lembaga alternatif pelayanan pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga tentunya
memiliki visi, misi, tujuan dan fungsi. Untuk mengemban misi, mewujudkan visi,
mencapai tujuan, dan menjalankan fungsinya sekolah memerlukan tenaga

profesional, tata kerja organisasi dan sumber-sumber yang mendukung baik


finansial maupun non finansial.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang
berkaitan satu sama lain serta berkontribusi pada pencapaian tujuan. Komponenkomponen tersebut adalah siswa, kurikulum, bahan ajar, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan lainnya, lingkungan, sarana, fasilitas, proses pembelajaran
dan hasil atau output. Semua komponen tersebut harus berkembang sesuai
tuntutan zaman dan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Untuk
berkembang tentunya harus ada proses perubahan. Pengembangan ini hendaknya
bertolak dari hal-hal yang menyebabkan organisasi tersebut tidak dapat berfungsi
dengan sebaik yang diharapkan (Gupta & Shingi, 2001). Dalam konsepsi
pengembangan kelembagaan tercermin adanya upaya untuk memperkenalkan
perubahan cara mengorganisasikan suatu lembaga, struktur, proses dan sistem
lembaga yang bersangkutan sehingga lebih dapat memenuhi misinya. Oleh karena
itu, perubahan yang terjadi pada lembaga sekolah harus meliputi seluruh
komponen yang ada di dalamnya.
Perubahan tersebut terjadi dalam struktur, proses, ketenagaan dan sistem
suatu lembaga serta proses perubahan itu sendiri, menyangkut bagaimana sekolah
sebagai lembaga diorganisasikan sehingga mampu mengemban misinya dengan
baik. Dalam proses perubahan tersebut individu organisasi dan lembaga
meningkatkan kemampuan dan performancenya sehubungan dengan tujuan,
sumber-sumber, dan lingkungannya. Perubahan tidak akan berjalan tanpa
dukungan dari sumber daya manusia yang merupakan asset yang dapat
memberikan kontrbusi lebih dalam pencapaian tujuan organisasi.

Guru merupakan salah satu SDM yang berada di sekolah. Kinerja guru di
sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah. Masalah
kinerja menjadi sorotan berbagai pihak, kinerja pemerintah akan dirasakan oleh
masyarakat dan kinerja guru akan dirasakan oleh siswa atau orang tua siswa.
Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai kinerja yang baik. Perhatian
pemerintah terhadap pendidikan sudah disosialisasikan, anggaran pendidikan yang
diamanatkan Undang-Undang 20 % sudah mulai dilaksanakan. Maka kinerja
guru tentunya akan menjadi perhatian semua pihak. Guru harus benar-benar
kompeten dibidangnya dan guru juga harus mampu mengabdi secara optimal.
Kinerja guru yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal.
Keberhasilan prestasi sekolah ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya
kepemimpinan kepala sekolah.

AlanTucker dalam Syafarudin (2002 : 49)

mengemukakan bahwa : kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau


mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk
mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Tabrani Rusyan
(2000) mengungkapkan bahwa :
kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan
produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Menurut Mulyasa (2009 : 98)
Kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai Edukator,
Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM).
Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002 : 10) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter yang khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional,


serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai pimpinan
dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifatsifat (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko
dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan.
Implementasi kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah terwujud
dalam

pelaksanaan

mengorganisasikan

tugas-tugasnya
kegiatan,

antara

mengarahkan

lain

menyusun

kegiatan,

perencanaan,

mengkoordinasikan

kegiatan, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan,


menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur
pembelajaran dan mengadakan hubungan masyarakat. Selain itu tugas
menyelenggarakan

administrasi

antara

lain

menyusun

perencaan,

pengorganisasian, pengarahan keuangan, penyusunan kurikulum, penanganan


kesiswaan, sarana prasarana, kepegawaian, dan lain-lain.
Melihat tugas kepala sekolah yang begitu banyak, maka seorang kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan manajerial. Jika tidak, maka tidak akan
dapat mengelola sekolah dan suasana sekolah menjadi tidak kondusif.
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru menurut
Uben dan Hughes berupa penciptaan iklim sekolah yang dapat memacu atau
menghambat efektifitas kerja guru. Sebagai pemimpin suatu instansi pendidikan,
kepala sekolah harus menjadi motor penggerak bagi berjalannya proses
pendidikan.

Kepala sekolah selalu berupaya mencurahkan kemampuannya dalam


menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan. Kemampuan yang harus dimiliki
seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang
menjadi teladan bagi bawahannya, kemampuan memotivasi, pengambilan
keputusan, komunikasi dan pendelegasian wewenang.
Faktor lain yang dapat meningkatkan kinerja guru adalah motivasi kerja.
Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya terdapat motivasi
yang tinggi. Pegawai/guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan
melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik, karena ada motifmotif atau tujuan tertentu yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Motif itulah
sebagai faktor pendorong yang memberi kekuatan kepadanya, sehingga ia mau
dan rela bekerja keras. Hal itu dibuktikan berdasarkan hasil penelitian McCleland
(1961), Edward Murray (1957), Miller dan Gordon W (1967) yang dikutip
Mangkunegara (2005), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara
motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja/prestasi kerja. Artinya pimpinan,
manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai
kinerja yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan
karena motivasi kerjanya rendah.
Pada sisi lain faktor disiplin dapat pula meningkatkan kinerja guru.
Simamora (2006 : 610) menyatakan bahwa :
Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena
melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian
diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat
kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.
Keith Davis (2003 : 129) menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan
manajemen

untuk

memperteguh

pedoman-pedoman

dipandang

erat

keterkaitannya dengan kinerja. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat

Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja berkaitan erat dengan perilaku karyawan
dan berpengaruh terhadap kinerja. Kepemimpinan kepala sekolah adalah
motivator bagi kepatuhan diri pada disiplin kerja para guru. Walaupun disiplin ini
hanya merupakan salah satu bagian dari ciri kinerja guru dan berkaitan dengan
prosentasi kehadiran, ketidakpatuhan pada aturan, menurunnya produktivitas kerja
dan apatis, tetapi ternyata hal ini membawa dampak yang sangat besar terutama
pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan keberadaan guru secara
dominan dalam proses pembelajaran. Pada tahap inilah kepemimpinan kepala
sekolah dituntut untuk mampu memimpin atau mengelola sekolah, juga dituntut
untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja (climatemaker) sehingga dapat mencegah timbulnya desintegrasi dan mampu memberikan
dorongan agar semua komponen yang ada di sekolah bersatu mencapai tujuan
yang ingin dicapai.
Pada tahap inilah peran kepemimpinan kepala sekolah diperlukan. Kepala
sekolah harus bertindak tegas terhadap pelanggaran yang terjadi, agar semua
komponen yang ada dalam sekolah memberikan pelayanan yang optimal kepada
para siswa.
Sehubungan dengan uraian di atas maka masalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru perlu dibuktikan dengan mengadakan penelitian. Oleh
karena itu, penulis membuat judul penelitian Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi
Dan Disiplin Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kecamatan Lubuk
Kilangan Kota Padang.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru perlu


2.
3.
4.
5.
6.
7.

ditingkatkan.
Motivasi guru untuk meningkatkan kemampuan mengajar belum optimal.
Motivasi guru untuk berprestasi masih rendah.
Komunikasi personal belum terjalin dengan baik.
Disiplin kerja guru masih rendah.
Kinerja guru masih belum optimal.
Program diklat untuk pengembangan kompetensi guru frekuensinya masih

kurang.
8. Budaya kerja belum tercipta dengan baik.
9. Konflik organisasi belum teratasi dengan baik.
10. Reward dan punishment belum berjalan efektif.
11. Kompetensi guru belum dikuasai menyeluruh.
12. Kesadaran diri akan tugas masih lemah.
13. Komitmen pencapaian kinerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk
Kilangan masih rendah.
14. Sarana prasarana yang tersedia di sekolah belum dimanfaatkan secara
maksimal.
1.3 Pembatasan Masalah
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan sangatlah
kompleks. Salah satunya adalah masalah manajemen sumber daya manusia.
Permasalahan-permasalahan perlu mendapat tanggapan dan solusi. Dalam tesis ini
penulis hanya membatasi masalah pada cukup kecil yaitu mengenai kinerja kepala
Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja kineja kepala Sekolah Dasar

diantaranya kompetensi,

kompensasi, kepuasan kerja, lingkungan kerja, budaya kerja, kepemimpinan,


disiplin dan motivasi kerja. Namun dalam penelitian ini penulis membatasi
masalah kinerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan dipengaruhi
oleh kepemimpinan, motivasi dan disiplin kerja.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala Sekolah Dasar di Kecamatan


Lubuk Kilangan.
2. Bagaimana gambaran motivasi kerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan
Lubuk Kilangan.
3. Bagaimana gambaran disiplin kerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan
Lubuk Kilangan.
4. Bagaimana gambaran kinerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk
Kilangan.
5. Berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala Sekolah Dasar terhadap
kinerja kepala SSekolah Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan.
6. Berapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja kepala Sekolah
Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan
7. Berapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja kepala Sekolah
Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan.
8. Berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan
disiplin kerja terhadap kinerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk
Kilangan.
1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data, mengolah dan
menginterpretasikan untuk dijadikan sebagai karya tulis berupa tesis, sebagai
syarat memperoleh gelar Megister Manajemen (MM) di Universitas Putra
Indonesa YPTK.
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui gambaran kepemimpinan kepala Sekolah Dasar di Kecamatan
Lubuk Kilangan.
2. Mengetahui gambaran motivasi kerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan
Lubuk Kilangan.
3. Mengetahui gambaran disiplin kerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan
Lubuk Kilangan.

10

4. Mengetahui gambaran kinerja kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk


Kilangan.
5. Mengetahui berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala Sekolah Dasar
di Kecamatan Lubuk Kilangan.
6. Mengetahui berapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja kepala
Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan.
7. Mengetahui berapa besar pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja kepala
Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan.
8. Mengetahui berapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja kepala Sekolah Dasar di
Kecamatan Lubuk Kilangan.
1.6 Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun
praktis.
a. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pengembangan
keilmuan untuk peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja kepala Sekolah Dasar.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi para kepala
sekolah, praktisi pendidikan, dan pengambil kebijakan khususnya
kebijakan yang berkenaan dengan upaya meningkatkan kinerja kepala
Sekolah Dasar di Kecamatan Lubuk Kilangan.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Tinjauan Umum tentang Sumber Daya Manusia
Manajemen merupakan proses untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen bisa sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis
juga sebagai suatu kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan.
Sadili Samsudin dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2006
: 18) mengutip pendapat G.R. Terry dalam Principless of Manajemen memberikan
pengertian sebagai berikut :
Management is a distict process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources
Manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya
lainnya.
Menurut Mary Parker Follet dalam bukunya menyatakan bahwa
manajemen adalah seni mencapai sesuatu melalui orang lain (manajement
is the art of getting things done thourh the other)
Dari definisi manajemen di atas maka dapat diketahui bahwa ada dua
istilah yang diberikan para ahli mengenai istilah manajemen yaitu sebagai seni
yang merupakan kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan dan ada pula
yang memberikan definisi manajemen sebagai suatu ilmu yang merupakan

12

kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis. Maka suatu organisasi untuk
mencapai tujuannya tidak akan terlepas dari aktivitas manajemen. Manajemen
menginginkan tujuan organisasi tercapai dengan efisien dan efektif.
Adapun fungsi manajemen diantaranya :
1. Perencanaan (Planning) adalah kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan
memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Pengorganisasian (Organizing dan Staffing)

adalah

kegiatan

mengkoordinir sumber daya, tugas, dan otoritas diantara anggota


organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif.
3. Pengarahan (Leading) adalah membuat bagaimana orang-orang tersebut
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
4. Pengendalian (Controlling) bertujuan untuk melihat apakah organisasi
berjalan sesuai rencana.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang
dari manajemen umum yang meliputi segi-segi : perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi,
pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia
mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan, maka
pengalaman dan hasil penelitian bidang SDM dikumpulkan secara sistematis
selanjutnya disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Menurut Veithzal
Rivai (2008:1) istilah manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan
tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.
Dengan manajemen maka pemanfaatan sumber daya yang ada dapat lebih optimal
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi
oleh manajemen semakin kompleks seiring dengan perkembangan teknologi di
era globalisasi ini. Pada masa kini persoalan manajemen tidak hanya terdapat pada
bahan mentah atau bahan baku akan tetapi juga menyangkut prilaku karyawan

13

atau sumber daya manusia. Seperti sumber daya lainnya, sumber daya manusia
merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan
keluaran (output). Sumber daya manusia merupakan asset bagi perusahaan yang
apabila dimanage akan menghasilkan output kinerja bagi perusahaan yang
tentunya akan menguntungkan bagi perusahaan. Sumber daya manusia yang
belum mempunyai keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan perusahaan
apabila dilatih, diberikan pengalaman dan diberikan motivasi untuk berkembang
maka akan menjadi asset yang sangat menguntungkan bagi perusahaan.
Pengelolaan sumber daya manusia inilah yang disebut dengan manajemen sumber
daya manusia. Dengan kata lain manajemen sumber daya manusia adalah
mengembangkan pegawai dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran individu
maupun organisasi.
Sedarmayanti (2007 : 13) mengatakan bahwa: Manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM) adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek manusia atau
sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring,
melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Menjadi tugas utama manajemen
sumber daya manusia yaitu mengelola pegawai se-efisien dan se-efektif mungkin
agar diperoleh pegawai yang produktif dan dapat memberikan keuntungan yang
maksimal bagi perusahaan. Secara khusus Sedarmayanti

(2007 : 13)

mengungkapkan bahwa manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk :


1. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan pegawai
cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi seperti yang
diperlukan.
2. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada manusia
kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.
3. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi
prosedur perekrutan dan seleksi yang teliti, sistem kompensasi dan insentif

14

yang tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen serta aktifitas


pelatihan yang terkait kebutuhan bisnis.
4. Mengembangkan praktek manajemen dengan komitmen tinggi yang
menyadari bahwa karyawan adalah pihakterkait dalam organisasi Yang
bernilai membantu dan membentuk pengembangan iklim kerjasama dan
kepercayaan bersama.
5. Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis dapat
dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan karyawan.
6. Mengembangkan iklim lingkungan dimana kerjasama tim dan fleksibilitas
dapat berkembang.
7. Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikan
kebutuhan pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah,
manajemen, karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat luas).
8. Memastikan bahwa orang dinilai atau dihargai berdasarkan apa yang
mereka lakukan dan mereka capai.
9. Mengelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu
dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi.
10. Memastikan bahwa kesamaan tersedia untuk semua.
11. Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola karyawan yang didasarkan
pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan transportasi.
12. Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental
karyawan.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas manajemen sumber daya
manusia harus malaksanakan beberapa kelompok aktivitas yang semuanya saling
berhubungan dan terkait, seperti yang terjadi dalam konteks organisasi meliputi :
perencanaan sumber daya manusia, kompensasi dan tunjangan kesehatan,
keselamatan dan keamanan, hubungan karyawan dan buruh. Namun di era
globalisasi dimana teknologi membuat dunia seolah tanpa batas maka lingkungan
eksternal menjadi bagian penting yang harus menjadi pertimbangan bagi semua
pimpinan dalam melaksanakan aktivitas sumber daya manusia diantaranya :
hukum,politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Hal ini dikarenakan

15

lingkungan eksternal seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi itu
sendiri.
2.1.2 Kepemimpinan
Konsep tentang kepemimpinan dalam dunia pendidikan tidak bisa terlepas
dari konsep kepemimpinan secara umum. Konsep kepemimpinan secara umum
sering dipersamakan dengan manajemen, padahal dua hal tersebut memiliki
perbedaan yang cukup berarti.
Dalam buku kepemimpinan karangan Miftah Toha (2006 : 5) mengartikan
bahwa : Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian di atas didukung oleh pendapat Stephen P. Robbins dalam buku
Manajement, Seven edition yang dialih bahasa oleh T. Hermaya (2005 : 128)
memberikan arti kepemimpinan sebagai berikut : Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Sedangkan menurut
AlanTucker

dalam

Syafarudin

(2002

49)

mengemukakan

bahwa

kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang


atau sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan
tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu. Hal ini memberikan suatu perspektif
bahwa seorang manajer dapat berperilaku sebagai seorang pemimpin, asalkan dia
mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi
seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer.
Menurut Andrew J. Dubrin dalam Buku The Complete Ideals Guides to
Leadership 2nd Edition yang dialih bahasa oleh Tri Wibowo BS (2006 : 4) arti
kepemimpinan yang sesungguhnya dapat dijelaskan dengan banyak cara. Berikut
ini adalah beberapa definisinya :
1. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui
komunikasi untuk mencapai tujuan.
2. Kepemimpinan adalah cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau
perintah

16

3. Kepemimpinan adalah tindakan yang menyebabkan orang lain bertindak


atau merespon dan menimbulkan perubahan positif.
4. Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
5. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri
dan dukungan diantara bawahan agar tujuan organisasional tercapai.
Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung dimana saja, karena
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan
sesuatu dalam rangka mencapai maksud tertentu. Berdasarkan definisi
kepemimpinan yang berbeda terkandung kesamaan arti yang bersifat umum.
Seorang pemimpin merupakan orang yang memberikan inspirasi,
membujuk, mempengaruhi dan memotivasi orang lain. Untuk membedakan
pemimpin dari non-pemimpin dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
teori perilaku.
Menurut Stephen P Robbins dalam buku Management, Seven Edition yang
dialih bahasa oleh T. Hermaya (2005 : 129) menyatakan bahwa : Teori prilaku
adalah teori-teori kepemimpinan yang mengenali perilaku yang membedakan
pemimpin yang efektif dari yang tidak efektif. Teori perilaku ini tidak hanya
memberikan jawaban yang lebih pasti tentang sifat kepemimpinan, tetapi juga
mempunyai implikasi nyata yang cukup berbeda dari pendekatan ciri.
Selanjutnya Stephen P Robbins dalam buku yang sama mengemukakan
bahwa terdapat enam ciri yang berkaitan dengan kepemimpinan yaitu :
1. Dorongan. Pemimpin menunjukkan tingkat usaha yang tinggi.
2. Kehendak untuk memimpin. Pemimpin mempunyai kehendak yang kuat
untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain.
3. Kejujuran dan integritas. Pemimpin membangun hubungan saling
mempercayai antara mereka sendiri dan pengikutnya dengan menjadi jujur
dan tidak menipu.
4. Kepercayaan diri. Para pengikut melihat pemimpinnya tidak ragu akan
dirinya.
5. Kecerdasan. Pemimpin haruslah cukup cerdas untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menafsirkan banyak informasi, dan mereka perlu mampu
untuk menciptakan visi, memecahkan masalah, dan membuat keputusan
yang tepat.
6. Pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan. Pemimpin yang efektif
mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi tentang perusahaan, industry
dan hal-hal teknis.

17

Menurut Thoha dalam buku Kepemimpinan dalam Manajemen (2006 : 31)


terdapat beberapa teori kepemimpinan diantaranya :
1. Teori Sifat (Trait Theory)
Ada empat sifat yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan,
yaitu : kecerdasan, kedewasaan dan kekuasaan hubungan sosial, motivasi
diri dan dorongan berprestasi, sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
2. Teori Kelompok
Teori ini beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya,
harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara pemimpin dan
pengikut-pengikutnya.
3. Teori Situasional
Teori ini mengemukakan bahwa kepemimpinan dipengaruhi situasi-situasi
yang ada di sekitarnya.
4. Teori Jalan Kecil Tujuan
Teori ini menggunakan kerangka teori motivasi. Mereka beranggapan
bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi faktor motivasi terhadap
bawahan, jika perilaku itu dapat memuaskan.
5. Teori Social Learning
Merupakan suatu teori yang dapat memberikan suatu model yang
menjamin kelangsungan, interaksi timbale balik antara pemimpin
lingkungan dan perilakunya sendiri.
Penjelasan teori kepemimpinan ini melahirkan suatu tinjauan bahwa untuk
memimpin seseorang harus memiliki gaya kepemimpinan.
Menurut Robbins dalam buku Management Seven Edition yang dialih
bahasa oleh T Hermaya (2005 : 130) ada beberapa gaya atau Style kepemimpinan
yang

banyak

mempengaruhi

keberhasilan

seorang

pemimpin

dalam

mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya, diantaranya :


1. Pada Periode Pertama
- Gaya Otokratis : Pemimpin yang cenderung memusatkan wewenang,

mendiktekan metode kerja, membuat keputusan


unilateral, dan membatasi partisipasi karyawan.
Gaya Demokratis : Pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan
dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong

18

partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja dan


-

menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan.


Gaya Laissez-Faire : Pemimpin yang umumnya memberikan
kelompok

kebebasan

penuh

untuk

membuat

keputusan

dan

menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai.


2. Pendapat para Ahli
- Gaya Kepemimpinan Kontinum
Terdapat dua bidang pengaruh yang eksterm antara pengaruh
-

pemimpin dan kebebasan bawahan.


Gaya Managerial Grid
Dimana manajer berhubungan dengan dua hal yaitu produksi dan

orang-orang.
Tiga Dimensi dari Reddin
Merupakan gaya penyempurnaan dari manajerial grid dengan

menambahkan efektivitas dalam modelnya.


Empat Sistem Manajemen dari Likert
Dimana pemimpin dapat berhasil jika

bergaya

participative

management, yaitu jika berorientasi pada bawahan dan mendasarkan


pada komunikasi.
Berdasarkan beberapa pembahasan tentang teori kepemimpinan tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau
melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
2.1.3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sejalan dengan uraian kepemimpinan di atas kepemimpinan dalam
organisasi sekolah secara umum sama. Kepala Sekolah adalah pemimpin
sekaligus manajer yang harus mengatur, memberi perintah sekaligus mengayomi
bawahannya yaitu para guru dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.
Wahjosumidjo (2002 : 83) mengartikan bahwa : Kepala sekolah adalah
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi

19

interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima
pelajaran.
Sementara Rahman dkk (2006 : 106) mengungkapkan bahwa Kepala
sekolah adalah seorang guru (Jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki
jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin dan
memanaj segala sumber daya yang ada

pada suatu sekolah sehingga dapat

didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.


Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah A. Tabrani Rusyan (2000)
menyatakan bahwa :
Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi
peningkatan produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa.
Kepemimpinan
kepala
sekolah
harus
benar-benar
dapat
dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat
penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga
produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam
arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan
kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya
untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah
digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa
meningkat.
Sebenarnya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan anggotanya
mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap anggota organisasi
mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan
organisasi. Oleh sebab itu, perlu adanya kebersamaan. Rasa kebersamaan dan rasa
memiliki pada diri setiap anggota mampu menimbulkan suasana organisasi yang
baik.
Menurut Supriadi dalam bukunya (editor) Sejarah Pendidikan Teknik dan
Kejuruan di Indonesia (2002 : 268). Ada tujuh indikator keberhasilan seorang
kepala sekolah, yaitu :
1. Kepala Sekolah sebagai Manajer.
2. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
3. Kepala Sekolah sebagai Wirausaha
4. Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja

20

5. Kepala Sekolah sebagai Pendidik


6. Kepala Sekolah sebagai Administrator
7. Kepala Sekolah sebagai Penyelia
Supriadi juga mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kepribadian dan
integritas serta kemampuan untuk meyakinkan dan mengarahkan orang lain, untuk
mencapai tujuan sesuai dengan sasaran. Hal tersebut di atas meliputi kepribadian,
kemampuan memotivasi, pengambilan keputusan, komunikasi dan pendelegasian
wewenang.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009 : 90) :
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana
dan bertahap.
Pendapat tersebut di atas mengandung arti bahwa kepala sekolah dituntut untuk
mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar
mampu mengambil inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kepemimpinan khususnya di lembaga pendidikan memiliki ukuran atau
standar pekerjaan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah selaku pimpinan
tertinggi. Menurut Mulyasa (2009 : 98) disampaikan bahwa seorang kepala
sekolah harus melakukan perannya sebagai pimpinan dengan menjalankan
fungsi :
a. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
b. Kepala sekolah sebagai manajer
c. Kepala sekolah sebagai administrator
d. Kepala sekolah sebagai supervisor
e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
f. Kepala sekolah sebagai inovator
g. Kepala sekolah sebagai motivator
Kepala sekolah yang mampu menjalankan fungsi-fungsi di atas dengan
baik dapat dikatakan kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yang baik.
Jadi, dengan demikian jelas bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin agar
berhasil harus menjalankan sekurang-kurangya tujuh fungsi di atas selain juga
memiliki kriteria lain seperti latar belakang pendidikan dan pengalamannya.
Kepala sekolah selain mampu untuk memimpin, mengelola sekolah juga dituntut

21

mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja sehingga dapat


memotivasi guru dalam bekerja dan dapat mencegah timbulnya disintegrasi atau
perpecahan dalam organisasi.
2.1.4

Motivasi Kerja
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai yang mempengaruhi individu

untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai
tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk
mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Veithzal (2005 :
455 ). Beliau juga mengemukakan : Dua hal yang dianggap sebagai dorongan
individu yaitu arah prilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan prilaku
(seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).
Beberapa ahli mengemukakan teori motivasi diantaranya :
a. Teori Kebutuhan dari Maslow (Hierarchy of Need Theory)
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara kenyataan dengan dorongan yang ada dalam
diri. Apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan
menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya jika kebutuhannya terpenuhi maka
pegawai akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari
rasa puas.
Menurut Abraham Maslow mengemukakan bahwa hirarki kebutuhan
manusia adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs) yaitu kebutuhan yang
diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti
makan, minum, udara, perumahan dan lainnya. Dalam organisasi
kebutuhan-kebutuhan ini dapat berupa uang, hiburan, program pension,
lingkungan kerja yang nyaman.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security need) yaitu
kebutuhan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman

22

kecelakaan dalam melakukan pekerjaan. Dalam organisasi kebutuhan ini


dapat berupa keamanan kerja, senioritas, program pemberhentian kerja,
uang pesangon.
3. Kebutuhan rasa memiliki (social need) yaitu kebutuhan akan teman, cinta
dan memiliki. Sosial need di dalam organisasi dapat berupa keompok kerja
(team work) baik secara formal maupun informal.
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem need or status needs) yaitu kebutuhan
akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari
karyawan dan masyarakat lingkungan. Dalam organisasi kebutuhan ini
dapat berupa reputasi diri, gelar dsb.
5. Kebutuhan akan perwujudan diri (self actualization) adalah kebutuhan
akan aktualisasi diri dengan menggunaka kecakapan, kemampuan,
keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.
Selanjutnya, Abraham Maslow berpendapat bahwa orang dewasa
(pegawa bawahan) secara normal harus terpenuhi minimal

85% kebutuhan

fisiologi, 70% kebutuhan rasa aman, 50% kebutuhan sosial, 40% kebutuhan
penghargaan, dan 15% kebutuhan aktualisasi diri, keluarga, dan bisa menjadi
penyebab terjadinya konflik kerja.
Dengan demikian, jika kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pemimpin
akan mengalami kesulitan dalam memotivasi pegawai.
b. Teori Motivasi Dua Faktor dari Herzberg (the two Factors Theory)
Frederick Herzberg, Bernard Mausner dan Barbara Snyderman
mengadakan studi tentang motivasi kerja karyawan industri. Berdasarkan studi
tersebut, Herzberg dan kawan-kawan merumuskan teori motivasi yang disebut
dengan Teori Dua Faktor. Teori ini dikenal juga dengan teori Motivator
Hygienes. Tim peneliti ini mengadakan penelitian terhadap 203 akuntan dan
insinyur. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan interviu.

23

Atas dasar hasil penelitiannya, Herzberg memisahkan dua kategori


pekerjaan, yaitu :
1. Faktor Motivasional
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik yang berarti bersumber
dalam diri seseorang.
2. Faktor Hygiene
Yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktorfaktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang
turut menentukan prilaku seseorang dalam kehidupannya.
Herzberg berpendapat bahwa baik faktor motivasional yang bersifat
intrinsik maupun faktor pemeliharaan yang bersifat ekstrinsik dapat
mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor motivasional yang
bersifat intrinsik adalah prestasi yang dicapai, pengakuan, dunia kerja,
tanggung jawab dan kemajuan. Termasuk ke dalam faktor pemeliharaan yang
bersifat ekstrinsik adalah hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan,
teknik supervisi, kebijakan administratif, kondisi kerja, dan kehidupan pribadi.
Kedua faktor tersebut

berpengaruh besar terhadap motivasi seseorang.

Meskipun demikian bukanlah sesuatu yang mutlak dapat dikuantifikasi,


karena motivasi berhubungan dengan berbagai komponen yang sangat
kompleks.
Masalah yang dihadapi oleh guru berbeda denga apa yang dihadapi
oleh karyawan perusahaan. Guru, di samping menghadapi permasalahan
dalam berhubungan dengan siswa, juga dalam berhubungan dengan kepala
sekolah dan pejabat di atasnya. Proses belajar mengajar dalam organisasi
sekolah mempunyai masalah tersendiri. Guru sekolah lanjutan pada umumnya
berinteraksi dengan banyak siswa setiap hari pada situasi yang hampir sama

24

dan terkadang bersifat pribadi, lebih-lebih guru borongan atau self-contained


classroom.
Pada umumnya guru relatif jarang berinteraksi dengan supervisor
atau pengawas. Pelaksanaan supervisi di sekolah pun berbeda dengan di
perusahaan. Postulat teori dua factor, bahwa ada seperangkat factor
(motivator) yang menghasilkan kepuasan, dan ada seperangkat lain (hygienes)
menghasilkan ketidakpuasan. Dua hal ini tidaklah berlawanan, melainkan
merupakan dua dimensi yang berbeda di dalam organisasi.
c. Theory X and Theory Y dari Douglas Mc Gregor
Douglas Mc Gregor mengajukan dua pandangan yang berbeda
tentang manusia; negatif dengan tanda label X dan positif dengan tanda label
Y. setelah melakukan penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan
karyawan, Mc Gregor merumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia
dalam organisasi sebagai berikut:
Teori X (negatif) merumuskan asumsi sebagai berikut :
Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan
menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja. Semenjak karyawan tidak
suka atau tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus diatur dan dikontrol
bahkan mungkin ditakut-takuti untuk menerima sangsi hukum jika tidak
bekerja dengan sungguh-sungguh. Karyawan akan menghindari tanggung
jawabnya dan mencari tujuan formal sebisa mungkin.
Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas factor lainnya yang
berhubugan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya dengan
sedikit ambisi.
Teori Y (positif) memiliki asumsi asumsi sebagai berikut :
Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang lumrah dan
alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian berdiskusi atau
sekedar teman bicara.

25

Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika mereka
melakukan komitmen yang sangat objektif.
Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya melulu dari kalangan
top manajement atau dewan direksi.
Jadi, teori Mc Gregor ini lebih memihak kepada asumsi-asumsi Y
yang positif dari perilaku sumber daya manusia dalam organisasi. Boleh jadi,
ide-ide secara partisipasi dalam mengambil keputusan, dan tanggung jawab
atau grup relasi sebagaipendekatan untuk memotivasi karyawan dalam
kepuasan kerjanya. Semua manajer haruslah menggunakan kedua jenis
motivasi tersebut.
Masalah utama dari teori ini adalah proporsi penggunaannya, dan
juga kapan kita akan menggunakannya. Para pimpinan yang lebih percaya
bahwa ketakutan akan mengakibatkan seseorang segera bertindak, mereka
akan lebih banyak menggunakan motivasi teori X (negatif). Sebaliknya jika
pimpinan percaya kesenangan akan menjadi dorongan bekerja, ia akan banyak
menggunakan motivasi yang positif. Walaupun demikian tidak ada seorang
pimpinan pun yang sama sekali tidak pernah menggunakan motivasi negatif.
Penggunaan masing-masing jenis motivasi ini, dengan segala bentuknya
haruslah mempertimbangkan situasi dan orangnya, sebab pada hakekatnya
setiap individu adalah berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Suatu
dorongan yang mungkin efektif bagi seseorang, mungkin tidak efektif bagi
orang lain. Seseorang dengan disindir saja mungkin sudah tahu apa yang
dimaksudkan, tetapi bagi orang lain mungkin perlu ditegur secara langsung
sehingga baru tahu apa yang dimaksudkan oleh rekan kerjanya, atau
pimpinannya.
d. Teory ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Aldefer

26

Teori ERG merupakan refleksi dai tiga dasar kebutuhan, yaitu:


1. Existence needs, kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi
pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernafas, gaji, keamanan kondisi
kerja, fringe benefits.
2. Relatedness needs, kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam
berinteraksi dalam lingkungan kerja.
3. Growth needs, kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan
pribadi. Hal ini berhubugan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.
e. Teori Insting
Teori motviasi insting timbulnya berdasarkan teori evaluasi Charles
Darwin. Beliau berpendapat bahwa tindakan yang intelligent merupakan
refleksi dari instingtif yang diwariskan. Oleh karena itu, tidak semua tingkah
laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol oleh pikiran.

f. Teori Drive
Konsep Drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi
sampai tahun1918. Woodworth menggunakan konsep tersebut sebagai energy
yang mendorong organisasi untuk melakukan suatu tindakan. Kata Drive
dijelaskan sebagai aspek motivasi dari tubuh yang tidak seimbang misalnya,
kekurangan

makanan

mengakibatkan

berjuang

untuk

memuaskan

kebutuhannya agar kembali menjadi seimbang. Motivasi didefinisikan sebagai


suatu dorongan yang membangkitkan untuk keluar dari ketidakseimbagan atau
tekanan.
Clark L. Hull berpendapat bahwa belajar terjadi sebagai akibat dari
reinforcement. Beliau berasumsi bahwa semua hadiah (reward) pada akhirnya
didasarkan atas reduksi dan drive keseimbangan (home static drive).
Teori Hull dirumuskan secara sistematik yang merupakan hubungan antara
drive dan habit strength.
Kekuatan motivasi = Fungsi (drive x habit)

27

Habit strenght adalah hasil factor-faktor reinforcement sebelumnya. Drive


adalah jumlah keseluruhan ketidakseimbangan fisiologi atau (physiological
imbalance) uang disebabkan oleh kehilangan atau kekurangan kebutuhan
komoditas untuk kelangsungan hidup. Berdasarkan perumusan teori Hull
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi seorang pegawai sangat ditentukan
oleh kebutuhan dalam dirinya (drive) dan faktor kebiasaan (habit) pengalaman
kerja sebelumnya.
g. Teori Lapangan
Teori lapangan merupakan konsep dari Kurt Lewin. Teori ini
merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan motivasi.
Teori lapangan lebih memfokuskan pada insting dan habit. Kurt Lewin
berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada
momen waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat ahli psikologi Gestalt
yang mengemukakan bahwa perilaku ini merupakan fungsi dari seorang
pegawai dengan lingkungannya.
2.1.5

Disiplin Kerja
Simamora dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi III

(2006 : 610) menyatakan bahwa :


Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena
melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian
diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat
kesungguhan tim kerja di dalam suatu organisasi.
Menurut Alma (2003 : 186) mengatakan bahwa : Disiplin dapat diartikan
sebagai suatu sikap patuh, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan perusahaan baik lisan maupun tertulis.
Singodimejo dalam Sutrisno (2009 : 85) mengatakan bahwa disiplin
adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati
norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya.

28

Sementara Sinungan (2003 ; 135) mendefinisikan disiplin sebagai : Sikap


kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak
untuk mengikuti/mematuhi segala aturan/keputusan yang telah ditetapkan.
Senada dengan pendapat di atas, Fathoni (2006 : 172) mengartikan disiplin
sebagai : Kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Selanjutnya Fathoni
menjelaskan bahwa : Kedisiplinan diartikan bilamana karyawan selalu datang
dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah
sikap dan perbuatan guru dalam mentaati semua pedoman dan peraturan yang
telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi. Disiplin berkaitan erat
dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja.
Menurut Siagian dalam Sutrisno (2009 : 86), bentuk disiplin yang baik
akan tercermin pada suasana di lingkungan organisasi sekolah,
yaitu:
1. Tingginya rasa kepedulian guru terhadap pencapaian visi dan misi sekolah.
2. Tingginya semangat, gairah kerja dan inisiatif para guru dalam mengajar.
3. Besarnya rasa tanggung jawab guru untuk melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya.
4. Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solideritas yang tinggi di kalangan
guru.
5. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Suatu asumsi bahwa pemimpin mempunyai pengaruh langsung pada sikap
kebiasaan yang dilakukan karyawan. Kebiasaan itu dampak dari keteladanan yang
dicontohkan oleh pimpinan. Oleh karena itu, jika mengharapkan karyawan
memiliki tingkat disiplin yang baik, maka pemimpin harus memberikan
kepemimpinan yang baik pula.
Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009 : 89), faktor yang
mempengaruhi disiplin guru adalah :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah.

29

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.


Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.
Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
Pengembangan struktur organisasi yang sehat.
Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memelihara
semangat dan disiplin guru.
Disiplin merupakan fungsi operatif dari Manajemen Sumber Daya

Manusia yang terpenting, karena semakin baik disiplin karyawan semakin tinggi
prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi
organisasi mencapai hasil yang optimal. Pada umumnya apabila orang
memikirkan tentang disiplin, yang terbayang adalah berupa hukuman berat,
padahal hukuman hanya sebagian dari seluruh persoalan disiplin. Dengan disiplin
kerja yang baik diharapkan akan terwujud lingkungan yang tertib, berdaya guna
dan berhasil guna melalui seperangkat peraturan yang jelas dan tepat. Umumnya
disiplin ini dapat dilihat dari indikator seperti : guru datang ke tempat kerja tepat
waktu ; berpakaian rapih, sopan, memperhatikan etika cara berpakaian
sebagaimana mestinya seorang pegawai; guru mempergunakan alat-alat dan
perlengkapan sesuai ketentuan, mereka bekerja penuh semangat dan bekerja
sesuai dengan aturan yang ditetapkan lembaga. Kebiasaan-kebiasaan di atas akan
terwujud kalau para pegawainya mempunyai disiplin yang baik. Penanaman
disiplin ini tentunya perlu diterapkan oleh seorang pemimpin terhadap
bawahannya untuk menciptakan kualitas kerja yang baik.
Penerapan disiplin kerja di lingkungan kerja, memang awalnya akan
dirasakan berat oleh para pegawai, tetapi apabila terus menerus diberlakukan akan
menjadi kebiasaan, dan disiplin tidak akan menjadi beban berat bagi para
pegawai. Disiplin ini perlu diterapkan di lingkungan kerja, karena seperti telah

30

disinggung di atas bahwa disiplin tidak lahir begitu saja, tetapi perlu adanya
pembinaan-pembinaan dalam menegakkan disiplin kerja ini.
Hal di atas sejalan dengan pendapat Moenir yang dikutif Dahyana (2001 :
11), bahwa kondisi disiplin kerja pegawai tidak langsung tercipta begitu saja,
melainkan harus ada kemauan dan usaha semua pihak terutama pihak pimpinan
untuk menumbuhkan disiplin kerja. Sehubungan dengan itu, bagaimana
mewujudkan disiplin kerja yang baik dalam organisasi.
Dalam memberikan kedisiplinan kepada bawahan seorang pemimpin
mempunyai gaya yang berbeda-beda tergantung kepada kemampuan dan
keilmuan yang dimiliki oleh pimpinan.
Selanjutnya Maryoto (2001: 98) mengatakan bahwa :
Pimpinan dalam pembinaan disiplin terhadap bawahan harus memperhatikan :
pengawasan yang berkelanjutan, mengetahui organisasi yang dipimpinnya,
instruksi harus jelas dan tegas tidak membingungkan bawahan. Menurut prosedur
kerja yang sederhana dan mudah dipahami, membuat kegiatan yang dapat
menyibukkan anak buah.
Disamping itu untuk membina selanjutnya telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, disebutkan
ada tiga tingkatan dan jenis hukuman disiplin pada pegawai negeri sipil. Hukuman
disiplin terdiri dari :
(1)
Hukuman disiplin ringan
(2)
Hukuman disiplin sedang, dan
(3)
Hukuman disiplin berat.
2.1.6 Kinerja
Pengertian kinerja atau prestasi kerja pegawai menurut beberapa ahli
memiliki pengertian yang sama namun para ahli lain mengatakan berbeda.
Armstrong dan Baron dalam Wibowo (2007 : 2) menyampaikan bahwa :
Kinerja (performance) adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.
Menurut Siswanto Bejo (2005 : 195) prestasi kerja adalah :
Hasil kerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi
kerja seorang tenaga kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan,
keterampilan, pengalaman, kesanggupan tenaga kerja yang bersangkutan.

31

Sedangkan menurut Mangkunegara (2002 : 67), kinerja (prestasi kerja) adalah


hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Mathis dan Jackson (2002 : 78) menyatakan bahwa unsur yang
membentuk kinerja pegawai antara lain : kuantitas output, kualitas output, jangka
waktu output, kehadiran di tempat kerja, dan sikap kooperatif.
Sementara Gomez (2001 : 142) mengemukakan unsur yang berkaitan
dengan kinerja terdiri dari :
1. Quantity of work, yakni jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan pada
2.

periode tertentu.
Quality of work, yaitu kualitas pekerjaan yang dicapai berdasarkan syarat

3.

yang ditentukan.
Job knowledge, yakni pemahaman pegawai pada prosedur kerjadan

4.

informasi teknis tentang pekerjaan.


Creativeness, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi dan

5.
6.

dapat diandalkan dalam pekerjaan.


Cooperation, yaitu kerjasama dengan rekan kerja dan atasan.
Dependability, yakni kemampuan menyelesaikan pekerjaan tanpa

7.
8.

tergantung kepada orang lain.


Inisiative, yakni kemampuan melahirkan ide-ide dalam pekerjaan.
Personal qualities, yaitu kemampuan dalam berbagai bidang pekerjaan.
Dari berbagai pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja/

prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta tepat waktu. Wujud kinerja dapat dilihat dari
tingkat prestasi kerja yang berupa hasil kerja, kemampuan dan penerimaan atas
kejelasan delegasi tugas serta minat seorang pekerja.
2.1.7 Kinerja Guru
Rachman Natawijaya (2006 : 22) secara khusus mendefinisikan kinerja
guru sebagai seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada waktu dia
memberikan pembelajaran kepada siswa.

32

Kinerja guru bila mengacu pada pengertian Mangkunegara bahwa tugas


yang dihadapi oleh seorang guru meliputi : membuat program pengajaran,
memilih metode dan media yang sesuai untuk penyampaian, melakukan evaluasi,
dan melakukan tindak lanjut dengan pengayaan dan remedial.
Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa :
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selanjutnya pada Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa :
Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan. Keberhasilan guru
dalam melaksanakan tugasnya merupakan cerminan dari kinerja guru, dan hal
tersebut terlihat dari aktualisasi kompetensi guru dalam merealisasikan tugas
profesinya.
Sehubungan dengan kinerjanya maka guru ada yang memiliki kinerja baik
dan ada juga yang memiliki kinerja kurang baik. Guru yang memiliki kinerja yang
baik disebut guru yang profesional (Supriadi, 1998 : 98).
Tugas profesional guru menurut pasal 2 Undang-Undang No. 14 tahun
2005 meliputi :
a) Melaksanakan pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran.
b) Meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
c) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum dan kode etik
guru serta nilai-nilai agama dan etika dan dapat memelihara, memupuk
persatuan dan kesatuan bangsa.

33

2.1.8

Pengukuran Kinerja Guru


Kemampuan (ability), keterampilan (skill), dan motivasi (motivation) akan

memberikan kontribusi positif terhadap kualitas kinerja personil apabila disertai


dengan upaya (effort) yang dilakukan untuk mewujudkannya. Upaya yang
dilakukan suatu organisasi akan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas
kinerja organisasi sehingga mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Guna mencapai kinerja yang tinggi terdapat kriteria kinerja, meliputi:
1. Kemampuan intelektual berupa kualitas untuk berfikir logis, praktis dan
menganalisis sesuai dengan konsep serta kemampuan dan mengungkapkan
dirinya secara jelas.
2. Ketegasan, merupakan kemampuan untuk menganalisa kemungkinan dan
memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti secara tepat dan singkat.
3. Semangat (antusiasme), berupa kapasitas untuk bekerja secara aktif dan
takkenal lelah.
4. Berorientasi pada hasil, merupakan keinginan intrinsik dan memiliki
komitmen untuk mencapai suatu hasil dan menyelesaikan pekerjaannya.
5. Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, merupakan kemampuan
dalam melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri yang tinggi.
Didalam pelaksanaannya kinerja guru atau tenaga kependidikan dapat
diukur dengan menggunakan lima aspek yang dapat dijadikan dimensi
pengukuran yag disampaikan oleh Mitchell dikutip Mulyasa (2009 ; 138) yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
2.1.10

Quality of Work (kualitas kerja)


Promtness (ketepatan waktu)
Initiative (inisiatif)
Capability (kemampuan)
Communication (komunikasi
Hasil Penelitian Sebelumnya

No Nama dan Judul Penelitian


1. Sutopo Slamet, Pasca Unsud, (Tesis,
2007), Analisis
Kepemimpinan,
Kecerdasan Emosi, Kedisiplinan dan
Kompetensi terhadap Kinerja Guru
SMPN 8 Purworejo
2.

Hasil Penelitian
Kepemimpinan, kecerdasan emosi,
kedisiplinan,
dan
kompetensi
secara
bersama
mempunyai
pengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kinerja guru
sebesar 86,7 %
Rijanto, Pasca Unsud (tesis 2008), Variabel Motivasi secara parsial

34

Pengaruh Komitmen, Motivasi Kerja


dan Infrastruktur terhadap Kinerja
Petugas Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas

3.

4.

5.

2.2

Fylan Ulga, Pasca Airlangga (tesis,


2005), Pengaruh Faktor Kepuasan
yang berupa Kompensasi dan
Disiplin Kerja terhadap Peningkatan
Kinerja Pegawai PT Telkom Kantor
Cabang Telekomunikasi
Dede Hasan Kurniadi, Pasca UPI
Bandung (tesis, 2002), Kemampuan
Manajerial dalam Memotivasi dan
Mendisiplinkan Karyawan Dikaitkan
dengan Produktivitas Kerjanya di
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat
Romlah, Pascasarjana STIE Pasundan
Bandung (tesis, 2010), Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Kompetensi dan Motivasi terhadap
Kinerja Guru SMPN 1 Margahayu
Kabupaten Bandung

berpengaruh signifikan terhadap


kinerja SIM Pus. Hal ini dibuktikan
bahwa nilai t hitung variabel tsb
lebih besardari t tabel ( 4,085 >
2,03) maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Variabel yang paling
dominan adalah motivasi dengan
nilai terbesar ( = 0,620) diantara
variabel lainnya.
Terdapat pengaruh disiplin kerja
terhadap
kinerja
pegawai
memberikan kontribusi sebesar
45,3 %
Terdapat pengaruh kemampuan
manajerial terhadap produktivitas
kerja sebesar 22,70 % dan
mendisiplinkan karyawan sebesar
37,40 %
Kepemimpinan kepala sekolah,
kompetensi dan motivasi secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap kinerja guru sebesar 79,4
%.

Kerangka Berfikir

2.2.1 Kinerja Guru


Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar di sekolah. Dikatakan demikian karena guru merupakan individu yang
berhadapan langsung dengan para siswanya. Tinggi rendahnya prestasi siswa
berkaitan erat dengan kinerja guru yang sehari-hari mendampingi siswanya. Oleh
karena itu guru yang memiliki kinerja yang baik merupakan guru yang diharapkan
oleh lembaga maupun siswanya untuk terus melakukan tugasnya dengan baik.
Menurut (Hickhmen : 1990) bahwa tinggi rendahnya kinerja pada
dasarnya dapat diukur dengan menggunakan :

35

1.
2.
3.
4.
5.

Kualitas
Kemampuan
Inisiatif
Komunikasi
Ketepatan waktu
Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa :


Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Keenam tugas utama guru tersebut di atas dapat dijadikan dimensi
pengukuran kinerja guru professional.
Kinerja guru tidak dapat terwujud dengan sendirinya namun timbul
diakibatkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor
tersebut adalah :
2.2.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan orang yang memiliki kemampuan propesional
yang bekerja berdasarkan pola kinerja propesional yang disepakati bersama untuk
memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran. (Mulyasa,
2006 : 37)
Keberhasilan pembelajaran berkaitan erat dengan kinerja guru yang
menjalankan tugasnya. Untuk mewujudkan kinerja guru yang optimal diperlukan
kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan propesional. Dengan
demikian terlihat bahwa kepemimpinan kepala sekolah sangat berpengaruh
terhadap kinerja guru. Jadi, atas dasar itu diduga terdapat hubungan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Artinya makin baik
kepemimpinan kepala sekolah makin baik pula kinerja seorang guru. Demkian
pula sebaliknya makin buruk kepemipinan kepala sekolah makin rendah kinerja
seorang guru.

36

Menurut Mulyasa (2009 : 90) bahwa dalam paradigma baru manajemen


pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus berfungsi sebagai edukator, manajer,
administrator,

supervisor,

leader,

inovator

dan

motivator

(EMASLIM).

Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dapat diukur dengan menggunakan


dimensi keenam fungsi tersebut.
2.2.2.1

Kepala Sekolah sebagai Edukator atau Pendidik

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah


harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan propesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh
tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik
seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi
peserta didik yang cerdas di atas normal.
Sebagai edukator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor
pengalaman akan sangat mempengaruhi propesionalisme kepala sekolah, terutama
dalam terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanakan
tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau
menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan
kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjannya, demikian halnya pelatihan dan
penataran yang pernah diikutinya.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/1996,
merupakan landasan penilaian kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai
educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing
tenaga kependidikan nonguru, membimbing peserta didik, mengembangkan
tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi contoh
mengajar.

37

2.2.2.2 Kepala Sekolah sebagai Manajer


Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para
anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses,
karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya
mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan
untuk mencapai tujuan.
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.
2.2.2.3 Kepala Sekolah sebagai Administrator
Kapala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola
administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola
administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan
mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif
dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah
harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional.
Dalam melaksanakan tugas-tugas operasional, kepala sekolah sebagai
administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas sekolah,
dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat,

38

pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini kepala


sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada. Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih
mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada
setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping
berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan
kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat
melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam
melakukan tugasnya. Dengan demikian, efektivitas kerja kepala sekolah
bergantung pada tingkat pembauran antara gaya kepemimpinan dengan tingkat
menyenangkan dalam situasi tertentu ketika para tenaga kependidikan melakukan
tugas-tugas yang diembankan kepadanya.
2.2.2.4 Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan
tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi
sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
supervisor,

yaitu

mensupervisi

pekerjaan

yang

dilakukan

oleh

tenaga

kependidikan.
Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di
sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah,
serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervise pendidikan, dan memanfaatkan

39

hasilnya. Hasil supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kinerja tenaga


kependidikan dan pengembangan sekolah.
Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan atau guru harus disupervisi
secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak,
maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru seniornya untuk
membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai
supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1) meningkatnya kesadaran guru
untuk meningkatkan kinerjanya (2) meningkatnya keterampilan guru dalam
melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga harus berupaya menjadikan sekolah
sebagai sarana belajar yang lebih efektif
2.2.2.5 Kepala Sekolah sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002 : 110) mengemukakan
bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang
mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat
dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan
misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat
(1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan
keputusan (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin
dalam kemampuan (1) memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan
nonguru), (2) memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, (3) menyusun
program pengembangan tenaga kependidikan, (4) menerima masukan, saran dan
kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

40

2.2.2.6 Kepala Sekolah sebagai Inovator


Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsinya sebagai innovator,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan yang baru, mengintegrasikan
setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di
sekolah dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin cara-cara ia melakukan
pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional, pragmatis,
keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving
class, program akselerasi dan lain-lain.
2.2.2.7 Kepala Sekolah sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan
secara efektivitas dan penyediaan sebagai sumber belajar melalui pengembangan
pusat sumber belajar (PSB).
2.2.2. Motivasi Kerja
Faktor yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi kinerja guru
adalah motivasi. Vroom dikutif Mulyasa (2006 : 136) menyampaikan bahwa :
Performance = F (ability x motivasi)
Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara
kemampuan dan motivasi. Hubungan ini mengandung arti bahwa jika seseorang
rendah pada salah satu komponen maka performancenya akan rendah pula.
Dengan demikian jika motivasi rendah akan mengakibatkan kinerja yang rendah

41

pula, namun sebaliknya jika motivasi tinggi akan meningkatkan kinerja yang
tinggi pula.
Herzberg berpendapat bahwa ada faktor motivasional yang bersifat
intrinsik dan faktor pemeiharaan yang bersifat ekstrinsik yang mempengaruhi
seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor motivasional adalah prestasi yang
dicapai, pengakuan, dunia kerja, tanggung jawab dan kemajuan. Termasuk ke
dalam faktor pemeliharaan adalah hubungan interpersonal antara atasan dan
bawahan, teknik supervisi, kebijakan administratif, kondisi kerja, dan kehidupan
pribadi.
Baik faktor motivasional maupun faktor pemeliharaan berpengaruh besar terhadap
motivasi seseorang. Meskipun demikian bukanlah sesuatu yang mutlak dapat
dikuantifikasi, karena motivasi berhubungan dengan berbagai komponen yang
sangat kompleks.
Masalah yang dihadapi oleh guru berbeda denga apa yang dihadapi oleh
karyawan perusahaan. Guru, di samping menghadapi permasalahan dalam
berhubungan dengan siswa, juga dalam berhubungan dengan kepala sekolah dan
pejabat di atasnya. Proses belajar mengajar dalam organisasi sekolah mempunyai
masalah tersendiri. Guru sekolah lanjutan pada umumnya berinteraksi dengan
banyak siswa setiap hari pada situasi yang hampir sama dan terkadang bersifat
pribadi, lebih-lebih guru borongan atau self-contained classroom.
Dari uraian di atas maka faktor motivasional yang bersifat instrinsik dan
faktor pemeliharaan yang bersifat ekstrinsik mempunyai pengaruh besar terhadap
motivasi seseorang dan dapat dijadikan dimensi strandar pengukuran motivasi
kerja guru.

2.2.3 Disiplin Kerja


Kedisiplinan kerja pegawai dalam suatu organisasi dapat dilihat dari sikap
pegawainya. Sikap dan tingkah laku pegawai berpatokan pada kepatuhan dalam

42

melaksanakan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Mematuhi peraturan berarti


memberi dukungan positif pada organisasi dalam melaksanakan program-program
yang telah ditetapkan, sehingga akan lebih memudahkan tercapainya tujuan
organisasi.
Pegawai yang tertib dan disiplin, mentaati norma-norma dan peraturan
yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktivitas. Sebaliknya apabila pegawai atau karyawan dalam
suatu organisasi tidak disiplin, maka akan sulit sekali melaksanakan programprogramnya,

sulit

meningkatkan

produktivitas

dan

sulit

merealisasikan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.


Fathoni (2006 : 172) mengatakan bahwa kedisiplinan adalah kesadaran
dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku.
Uraian di atas mengandung arti bahwa disiplin kerja adalah sikap dan
perbuatan karyawan/guru dalam mentaati semua pedoman dan peraturan yang
telah ditentukan untuk tercapainya tujuan organisasi. Disiplin berkaitan erat
dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja.
Selanjutnya Fathoni menyatakan bahwa : Kedisiplinan diartikan
bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat waktu, mengerjakan semua
pekerjaan dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan (organisasi) dan
norma-norma sosial yang berlaku. Pernyataan diatas mengandung arti bahwa
indikator keberhasilan pelaksanaan disiplin pegawai pada suatu organisasi terlihat
dari tingkat ketepatan waktu, tingkat kesadaran dalam bekerja dan tingkat
kepatuhan kepada peraturan.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu
organisasi, maka salah satu faktor yang sangat menentukan adalah terciptanya
disiplin kerja para pegawainya dengan asumsi bahwa dalam suasana disiplinlah

43

organisasi akan dapat melaksanakan program-program kerjanya untuk mencapai


sasaran yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dimensi pengukuran
disiplin kerja pada penelitian ini mengacu pada teori Fathoni yang menggunakan
tiga kriteria pengukuran disiplin yaitu tingkat ketepatan waktu, tingkat kesadaran
dalam bekerja dan tingkat kepatuhan kepada peraturan.
2.2.4 Keterkaitan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja
Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan mengarahkan yang
merupakan faktor penting untuk efektivitas kinerja pemimpin, seperti

yang

diungkapkan oleh Veithzal Rivai bahwa :


Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan
seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berfikir
dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia
memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi sebagai manajer, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan

tenaga

kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif juga memberikan kesempatan


kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan sekolah.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan
dukungan dan mempunyai hubungan yang baik terhadap bawahannya untuk
senantiasa meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat keterkaitan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru. Artinya makin baik kepemimpinan kepala
sekolah maka makin baik pula kinerja seorang guru. Demikian pula sebaliknya
makin buruk kepemimpinan kepala sekolah maka makin rendah kinerja seorang
guru.
2.2.5

Keterkaitan Motivasi Kerja dan Kinerja

44

Berdasarkan hasil penelitian Mc. Clelland, Edward Murray, Miller dan


Gordon W. yang dikutif Mangkunegara (2005 : 104), menyimpulkan ada
hubungan yang

positif

antara

motivasi

berprestasi

dengan

pencapaian

kinerja/prestasi kerja. Artinya pimpinan, manajer, dan pegawai mempunyai


motivasi berprestasi tinggi akan mencapai prestasi yang tinggi, dan sebaliknya
mereka yang kinerjanya rendah dikarenakan motivasi kerjanya rendah.
Pegawai dapat bekerja secara propesional karena pada dirinya terdapat
motivasi yang tinggi. Pegawai yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan
melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik karena ada motifmotif dan tujuan tertentu yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Motif itulah
sebagai faktor pendorong yang member kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan
rela bekerja keras.
Pernyataan di atas didukung pernyataan Nawawi : Pekerja yang
berprestasi tinggi menyukai informasi sebagai umpan balik, karena selalu
terdorong untuk memperbaiki dan meningkatkan kegiatannya dalam bekarja.
Dengan demikian peluangnya untuk meningkatkan prestasi kerja akan lebih
besar. (Nawawi 2005 : 355).
Dari uraian di atas maka terdapat keterkaitan antara motivasi kerja dengan
kinerja guru. Artinya makin tinggi motivasi kerja seorang guru maka makin
tinggi pula hasil kinerja guru tersebut dan

sebaliknya guru yang kinerjanya

rendah disebabkan motivasi kerjanya rendah.


2.2.6

Keterkaitan Disiplin Kerja dan Kinerja


Di dalam seluruh aspek kehidupan, dimanapun kita berada, dibutuhkan

peraturan dan tata tertib yang mengatur dan membatasi setiap gerak dan perilaku.
Peraturan-peraturan tersebut tidak ada artinya jika tidak ada komitmen dan sangsi
bagi pelanggarnya.
Disiplin di lingkungan kerja sangat dibutuhkan, karena akan menghambat
pencapaian tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu, pegawai dengan disiplin

45

kerja yang baik, berarti akan dicapai pula suatu keuntungan yang berguna baik
bagi perusahaan maupun pegawai itu sendiri. Selain itu, perusahaan harus
mengusahakan agar peraturan itu bersifat jelas, mudah dimengerti, adil bagi
seluruh karyawan dan pimpinan.
Menurut Simamora (2006 : 610) menyatakan bahwa : Disiplin adalah
prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan
atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan
pelaksanaan yang teratur serta menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di
dalam suatu organisasi.
Keith Davis (2003 : 129) menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan
manajemen

untuk

memperteguh

pedoman-pedoman

dipandang

erat

keterkaitannya dengan kinerja. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat


Malthis dan Jackson bahwa disiplin kerja berkaitan erat dengan perilaku karyawan
dan berpengaruh terhadap kinerja.
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat keterkaitan antara disiplin kerja
dengan kinerja guru. Artinya makin tinggi disiplin kerja seorang guru maka
makin tinggi pula hasil kinerja guru tersebut. Demikian pula sebaliknya makin
rendah disiplin kerja seorang guru maka makin rendah pula kinerja guru tersebut.
2.2.7

Keterkaitan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan


Disiplin Kerja dengan Kinerja.
Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan lulusan yang dapat bersaing

dengan sekolah-sekolah unggul lainnya, merupakan salah satu tujuan sekolah.


Untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan sumber daya manusia dengan
kinerja yang berkualitas. Terwujudnya kinerja yang berkualitas sangat ditentukan
oleh manajemen yang baik dan benar. Pengelola manajemen sekolah dimotori
oleh kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus

46

memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan agar


dapat bekerja secara optimal.
Tabrani Rusyan (2000) mengungkapkan bahwa :
Kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan
produktivitas kerja guru dan hasil belajar siswa. Kepemimpinan kepala sekolah
harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena tanggung jawab kepala
sekolah sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa,
juga produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam arti
sampai sejauh mana kepala sekolah mampu menciptakan kegairahan kerja dan
sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai
dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan sehingga produktivitas
kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa meningkat.
Pada bagian lain berdasarkan hasil penelitian Mc. Clelland, Edward
Murray, Miller dan Gordon W. yang dikutif Mangkunegara (2005 : 104),
menyimpulkan ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan
pencapaian kinerja/prestasi kerja. Artinya pimpinan, manajer, dan pegawai
mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai prestasi yang tinggi, dan
sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah dikarenakan motivasi kerjanya rendah.
Guru yang telah memiliki motivasi instrinsik dan ekstrinsik akan lebih
berprestasi apabila ditambah dengan disiplin kerja yang baik. Keith Davis (2003 :
129) menyatakan disiplin kerja sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman dipandang erat keterkaitannya dengan kinerja.
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Malthis dan Jackson bahwa disiplin
kerja berkaitan erat dengan perilaku karyawan dan berpengaruh terhadap kinerja.
Kinerja guru dapat dilihat dari keberhasilan guru dalam menjalankan tugas

47

utamanya. Menurut Undang- Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pada bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa :
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Dari uraian kerangka berfikir di atas dijelaskan bahwa kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja diduga berpengaruh pada
peningkatan kinerja guru yang dapat digambarkan dalam model kerangka
pemikiran sebagai berikut :

Kepemimpinan kepala
sekolah (X1)
1. Kepala sekolah sbg
edukator
2. Kepala sekolah sbg
manajer
Motivasi
kerja (X2)
3.
sekolah sbg
1. Kepala
Faktor motivasional
administrator
2. Faktor pemeliharaan
4.
Kepala
sbg dalam
(Teori
dua sekolah
faktor Herzberg
supervisor
Gibson
1997)
Disiplin kerja (X3)

2.3

1. Ketepatan waktu
2. KesadaranGambar
dalam bekerja
2.1 Model
3. Kepatuhan pada peraturan
(Fathoni,
2006 : 172)
Hipotesis
Penelitian

A. Tabrani R

Kinerja Guru :
Daniel Goleman dalam
Martinis Yamin

Malthis dan Jackson

Kerangka Pemikiran

Mendidik
Mengajar
Membimbing
Mengarahkan
Melatih
Menilai
Mengevaluasi
(UU Guru dan
Dosen)

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan dalam


penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis berikut :
1. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
2. Terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
3. Terapat pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

48

4. Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan


disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian diselenggarakan di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung
Barat. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan dengan rincian
waktu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Des 10
1. Persiapan penyusunan proposal
v
2. Penyusunan proposal penelitian
v
dan bimbingan
3. Seminar
Usulan Penelitian,
penyempurnaan materi penelitian
dan bimbingan
4. Penyusunan bab I III,
penyusunan instrumen penelitian
dan bimbingan
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data dan penyusunan
bab IV V dan bimbingan
7. Pelaporan hasil penelitian dan
ujian siding

Bulan
Jan11 Peb11

Mart11

v
v
v

49

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Menurut Istijanto (2005 : 109), polpulasi merupakan jumlah keseluruhan
semua anggota yang diteliti. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan,
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri 1 Cisarua
Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 63 orang termasuk Kepala Sekolah dan
guru tidak tetap (GTT).
Mempertimbangkan jumlah populasi di bawah seratus orang maka
penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai responden, artinya teknik
sampling yang diambil adalah teknik sensus.

3.3 Desain Penelitian


Menurut Supranto (2001 : 237) desain penelitian pada dasarnya untuk
menentukan metode apa saja yang akan dipergunakan dalam penelitian.
Sedangkan Fred N. Kerlingger (2004 : 483) mengungkapkan bahwa desain
penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur
(model/paradigma)

penyelidikan

yang

disusun

sedemikian

rupa

untuk

memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.


Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode analisis
deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini
dari suatu populasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah adalah untuk menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari
subyek yang diteliti dan menggunakan metode kuantitatif untuk mencari pengaruh
antar variabel yang diteliti.
Pemilihan metode ini didasarkan pada keinginan peneliti untuk
mendapatkan gambaran mengenai kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja,
disiplin kerja dan kinerja guru SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat, serta
pengaruhnya baik langsung maupun tidak langsung dari variabel-variabel
penelitian yang ditetapkan sebagai berikut :

50

1. Kepemimpinan

kepala sekolah berfungsi sebagai variabel

(independent variable) yang selanjutnya diberi notasi

bebas

2. Motivasi kerja berfungsi sebagai variabel bebas (independent variable)

yang selanjutnya diberi notasi

3. Disiplin kerja berfungsi sebagai variabel bebas (independent variable)

yang selanjutnya diberi notasi


4. Kinerja guru berfungsi sebagai variabel terikat (dependent variable) yang
selanjutnya diberi notasi Y
Dengan menggunakan metode deskriptif diharapkan akan diperoleh data
yang hasilnya akan diolah dan dianalisis serta akhirnya ditarik sebuah kesimpulan.
Kesimpulan yang dibuat akan berlaku bagi seluruh populasi yang menjadi obyek
penelitian.
Menurut ketentuan dalam Panduan Penyusunan Skripsi dan Tesis bagi
Mahasiswa S1 dan S2 di Lingkungan STIE Pasundan (2005 : 31) bahwa dalam
penelitian seharusnya ditentukan atau dinyatakan taraf kepercayaan (confindence
level) pada pengujian yang dilakukan. Oleh karena itu, peneliti menetapkan dalam
penelitian ini menggunakan taraf signifikansi

= 0,05 (5%). Artinya tingkat

kepercayaan pengujiannya adalah 95 %.


3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Untuk memperjelas dalam pengumpulan data dan pengujian hipotesis
perlu dikemukakan batasan-batasan konsep variabel, dimansi (subvariabel) dan
indikator-indikatornya. Hal ini untuk memudahkan jenis data primer dan / atau
sekunder, sifat data kualitatif dan / atau kuantitatif dan skala ukurannya
nominal/ordinal/ratio, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian

51

Variabel

Konsep Teoritis

Dimensi

Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
(X1)

Kepemimpinan 1. Kepala sekolah


sebagai
kepala sekolah
educator
merupakan
salah satu faktor
yang dapat
mendo-rong
sekolah untuk
2. Kepala sekolah
dapat
sebagai manajer
mewujudkan
visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolahnya
melalui program
- program yang
dilaksanakan
secara terencana 3. Kepala sekolah
sebagai
dan terarah.
administrator
(Mulyasa,
2009 : 90)

4. Kepala sekolah
sebagai
supervisor

5. Kepala sekolah
sebagai leader

Indikator Variabel
1. Memberikan
pembinaan kepada
guru
2. Memberikan
pembinaan kepada
siswa
3. Membuat visi dan
misi
4. Pemberdayaan guru
pada pelaksanaan
program
5. Melakukan
pengawasan
program
6. Melakukan evaluasi
program
7. Pengadministrasian
pelaksanaan
program
8. Pendokumentasian
hasil pelaksanaan
program
9. Membuat program
supervisi
10.Melaksanakan
supervisi
11. Memberikan
keteladanan kepada
guru
12. Memberi keputusan
yang tepat

6. Kepala sekolah
sebagai
innovator

13. Memberikan
gagasan baru dalam
kegiatan
pembelajaran

7. Kepala sekolah
sebagai
motivator

14.
Memberikan
penghar gaan dan
sangsi kepada guru
15. Menciptakan

Skala

Ordinal

52

suasana kerja yang


kondusif
Motivasi kerja
(X2)

Disiplin Kerja
(X3)

Kinerja Guru
(Y)

Suatu proses
yang mulai
dilakukan oleh
seseorang
karena adanya
kebutuhan
psikologis dan
fisiologis
sehingga
menggerakkan
perilaku atau
dorongan untuk
mencapai
tujuan. (Teori
dua faktor,
Herzberh dalam
Gibson, 1997)

1.

2.

Faktor 1. Kesempatan untuk


Ordinal
motivasion
berprestasi
al
2. Pengakuan dari teman
sejawat
3. Merasa bangga
dengan pekerjaan
sebagai guru
4. Tanggung jawab atas
pekerjaannya
5. Pekerjaan itu sendiri
6. Kesempatan untuk
meningkatkan karir
1. Gaji atau honor yang
Faktor
diterima
pemeliharaan
2. Kondisi kerja yang
menyenangkan
3. Kebijakan pimpinan
sekolah
4. Hubungan antar
pribadi

Sikap kesadaran
1. Ketepatan
1. Tepat waktu
dan kesediaan
Waktu
2. Efisien
se- seorang
men-taati semua
1. Tingkat kehadiran
peraturan per2.
Kesadaran 2. Paham tugas
usahaan (ordalam bekerja
3. Tanggung Jawab
ganisasi) dan
4. Pelaksanaan tugas
5. Kerjasama
norma-norma
sosial yang
1. Taat pada aturan
berlaku(Fathoni,
3. Kepatuhan pada 2. Sangsi
2006 : 172)
Peraturan
1. Mendidik
1. Mendidik ahlak
Pendidik
Siswa
2. Mengajar
professional
2. Membuat
dengan tugas
perencanaan
utama mendidik
pembelajaran
mengajar, mem
bimbing,
3. Melaksanakan
mengarahkan,
3. Membimbing
pembelajaran
melatih, menilai
4. Membimbing
dan
seluruh siswa
mengevaluasi

Ordinal

Ordinal

53

peserta didik
pada pendidik
an anak usia
dini, jalur
pendidikan
formal,
pendidik an
dasar dan
pendidikan
menengah. (UU
Guru dan
Dosen, 2005:2)

4. Mengarahkan

5. Membimbing siswa
yang mengalami
kesulitan dalam
belajar

5. Melatih

6. Mengarahkan siswa
dalam belajar

6. Menilai

7. Melatih kemampuan
siswa

7. Mengevaluasi

8. Menilai hasil kerja


siswa
9. Melaksanakan
evaluasi
pembelajaran

3.5 Instrumen Penelitian


Metode pengumpulan data yag digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survey, yaitu teknik pengumpulan dan analisis data berupa opini dari
subyek yang diteliti melalui kuesioner, wawancara dan observasi.
Kuesioner dimaksudkan untuk mencari data primer

tentang

kepemimpinan, disiplin, motivasi dan kinerja guru. Wawancara dengan pimpinan


dan karyawan di lingkungan obyek penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan
data yang tidak diperoleh oleh data hasil kuesioner sedangkan observasi dilakukan
untuk mengamati secara spesifik perilaku dari variabel yang sedang diteliti.
Observasi juga dilakukan dalam upaya mendapatkan data-data umum lainnya
tentang organisasi yang diteliti.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
kuesioner, wawancara dan observasi. Kuesioner dimaksudkan untuk menjaring
data tentang kepemimpinan, disiplin, motivasi dan kinerja guru. Sementara
wawancara dimaksudkan untuk menjaring data keempat variabel penelitian yang
tidak dapat dijaring dengan teknik kuesioner. Kelengkapan data juga ditunjang
oleh observasi.

54

Dalam penyusunan instrumen digunakan dari model Rensis Likert yakni


dengan option Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup Setuju (CS), Tidak Setuju
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing option diberikan bobot mulai
dari 5 untuk sangat setuju hingga bobot 1 untuk option sangat tidak setuju. Nur
Indriantoro (2002 : 99) mengkatagorikan sifat data tersebut ke dalam skala
interval.
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan skala likert (ordinal) dengan
metode rating yang dijumlahkan.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas


Kuntadi (2002 : 57) berpendapat agar hasil penelitian valid dan reliabel,
butir-butir pertanyaan dalam kuesioner perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas.
3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang
digunakan sudah tepat mengukur apa yang seharusnya diukur atau belum,
sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu test, maka alat test
tersebut akan semakin tepatmengenai sasaran.
Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi. Oleh karena itu, untuk
menguji validitas dilakukan dengan teknik korelasi item total yang merupakan
dasar dari korelasi pearson.
Adapun rumus korelasi pearson adalah :

Keterangan :
r = korelasi validitas item yang dicari
x = skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
y = skor total yang diperoleh subyek dari seluruh item
x = jumlah skor dalam distribusi x
y = jumlah skor dalam distribusi y
= jumlah kuadrat skor dalam distribusi x

55

= jumlah kuadrat skor dalam distribusi y


N = jumlah responden
Menurut Sugiono, bila korelasi tiap faktor (

) tersebut positif dan besarnya > 0,3

maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat (valid), demikian pula

sebaliknya, jika

< 0,3 maka dikatakan tidak valid.

3.7.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu pengukuran.
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan pengukuran yang mampu
memberikan hasil ukur terpercaya (reliable).
Untuk uji reliabilitas digunakan metode belah dua (Split Half Method) dari
Spearman Brown. Metode belah dua ini dilakukan dengan cara membagi
instrument menjadi dua belahan, bisa ganjil-genap dan bisa pula belahan pertama
dan kedua dengan rumus :
=
Keterangan ;
= reliabilitas internal seluruh instrument
= korelasi product moment antara belahan kesatu dan kedua

kemudian

dikorelasikan dengan rumus yang sama seperti uji validitas.

Jika

> 7, maka instrument tersebut dikatakan reliabel. Demikian bila

sebaliknya, jika

< 7 maka dikatakan tidak reliabel

3.8 Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Teknik
analisis deskriptip digunakan untuk mendeskripsikan variabel kepemimpinan

56

kepala sekolah (

), motivasi kerja (

), disiplin kerja (

), dan kinerja guru (Y)

dengan cara menghitung rata-rata masing-masing variabel penelitian.


Tabel 3.3
Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Rata-Rata Skor
4,2 5,0
3,4 4,1
2,6 3,3
1,8 2,5
1,0 1,7

Penafsiran
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Sangat kurang baik

3.9 Teknik Analisis Jalur (Jalur Path)

1
r

Y
r

Gambar 3.1 Diagram Jalur


Keterangan :
= Kepemimpinan kepala sekolah

= Motivasi kerja

= Disiplin kerja
Y = Kinerja guru
r

= korelasi

dan

57

= korelasi

dan

= korelasi

dan

= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung


terhadap Y
= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung
terhadap Y
= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung
terhadap Y
= koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung
terhadap Y
= variabel lain yang tidak diukur tetapi mempengaruhi Y
Gambar di atas adalah diagram variabel yang mencerminkan hubungan
antar variabel dan pengaruh variabel X terhadap variabel Y, gambar di atas

menunjukkan bahwa antara

dengan Y,

dengan Y, serta

merupakan hubungan kausal, sementara hubungan


hubungan korelasional.
Persamaan struktur yang dibentuk adalah :
Y=

3.10 Pengujian Hipotesis

dengan Y

merupakan

58

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :


H1 :

Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin


kerja terhadap kinerja guru SMPN 1 Cisarua.
Pengaruh

terhadap Y

Hi :

0 : kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja

guru SMPN 1 Cisarua


Pengaruh

terhadap Y

Hi :

0 : motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMPN 1

Cisarua
Pengaruh

Hi :

terhadap Y

0 : disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja guru SMPN 1

Cisarua
Pengujian hipotesis tidak dilakukan secara statistik dengan uji F dan uji t
karena penelitian yang dilakukan melibatkan seluruh anggota populasi atau
bersifat sensus. Hipotesis yang diajukan dijawab dari hasil perhitungan koefisien
jalur yang diperoleh.
Jika hasil perhitungan koefisien jalur dari kepemimpinan kepala sekolah
ke kinerja guru, motivasi kerja ke kinerja guru dan disiplin kerja ke kinerja guru
tidak sama dengan nol, maka hipotesis yang diajukan semuanya diterima, dan
sebalikya.

BAB IV

59

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat berdiri mulai tahun
1961. Pertama beroperasi menginduk ke SMP Negeri 1 Cimahi dan menggunakan
lokal Sekolah Dasar Garuda. Pada tahun 1964 menjadi sekolah mandiri dan lepas
dari SMP Negeri 1 Cimahi.
Selama kurun waktu kurang lebih 49 tahun telah terjadi pergantian
pimpinan sebanyak 13 kepala sekolah. Setiap pimpinan yang menjabat di SMPN 1
Cisarua umumnya mempunyai komitmen untuk memajukan sekolah diberbagai
sector. Hasilnya terlihat pada perkembangan fisik maupun non-fisik. Disektor
fisik misalnya sarana ruang belajar yang pada awalnya kegiatan operasional
sekolah ini hanya memiliki 6 lokal, kini telah menjadi 29 ruang belajar ditambah
sarana fisik lainnya seperti ruang keterampilan, ruang komputer, laboratorium
fisika dan biologi, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang TU dan ruang
guru yang representatif serta sarana-sarana lainnya. Di sektor non-fisik juga
mengalami peningkatan baik dari segi prestasi akademis maupun non-akademis
yang berhasil diraih oleh siswa-siswi terbaik alumni SMP Negeri Cisarua dari
masa ke masa.
SMP Negeri Cisarua yang terletak di jalan Kolonel Masturi no. 312
Kabupaten Bandung Barat ini berdiri di atas tanah seluas 11.043 m. Letak
sekolah sangat strategis berada di pinggir jalan kabupaten dan dilalui kendaraan
umum dari arah Cisarua-Cimahi maupun Cisarua-Padalarang.
SMP Negeri 1 Cisarua mulai tahun 2004 telah berpredikat sebagai
Sekolah Potensial dan sejak tahun 2008 telah berubah menjadi Rintisan

60

Sekolah Berstandar Nasional (RSSN). Dengan predikat tersebut pihak sekolah


terus mengadakan penataan di berbagai sektor yaitu untuk memenuhi 8 Standar
Nasional Pendidikan (Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana, Standar Proses, Standar Pengelolaan,
Standar Pembiayaan dan Standar Evaluasi).
Jika 8 standar di atas telah terpenuhi maka SMP Negeri 1 Cisarua
selanjutnya menjadi sekolah berstandar nasional (SSN).
SMP Negeri 1 Cisarua pada tahun pelajaran 2010 / 2011 memiliki 29
rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 989 orang, jumlah tenaga
pengajar sebanyak 63 orang dan staf tata usaha 19 orang. Sejak tahun 1964
sampai dengan saat ini yang telah ditugaskan menjadi kepala sekolah di SMP
Negeri 1 Cisarua sudah 13 orang.
Daftar nama kepala sekolah sejak didirikan sampai dengan sekarang
sebagai berikut :
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Periode Tahun
1964 1968
1968 1971
1971 1977
1977 1983
1983 1987
1987 1988
1988 1988
1988 1990
1990 1993
1993 1996
1996 2000
2000 2003
2003 sekarang
SMP Negeri 1 Cisarua

sekolah sebagai berikut :


a. Visi

Nama Kepala Sekolah


Saleh Maruf, BA
Mohamad Wasid, SH
Maulana Ismail, BA
H. Ajab Riatna
H. A. Subandar
Drs. H. Didi S. Hasbiadi
Endang Dahlan, BA
Drs. Ubes Sumantri
Oman Jaskim
Drs. Toto Suhartoyo
Drs. H. Yaya Masria
Drs. H. Nandang Sukmana
Drs. H. Dudi Susbandi KM.
memiliki visi, misi, tujuan sekolah dan profil

61

Terampil, Berprestasi, Berwawasan IPTEK, Unggul dalam Seni Budaya


Dilandasi Iman dan Taqwa
Indikator :
1. Terwujudnya peningkatan prestasi akademis dari tahun ke tahun
2. Terwujudnya sistem pembelajaran yang inovatif, efektif dan efisien
3. Terwujudnya tingkat kedisiplinan warga sekolah
4. Terwujudnya lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan religious
5. Terampil menggunakan media IPTEK
6. Terwujudnya prestasi siswa dalam bidang seni sebagai program
unggulan
7. Terciptanya kesempatan warga sekolah untuk mengembangkan diri
sesuai dengan potensi yang dimiliki
b. Misi
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara optimal
2. Mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan berwawasan ke depan
3. Menerapkan tata tertib sekolah secara optimal
4. Mewujudkan suasana lingkungan sekolah yang berwawasan Wiyata
Mandala
5. Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran komputer dan internet
6. Mewujudkan kemampuan seni yang tangguh dan kompetitif
7. Mewujudkan peningkatan kualitas SDM seluruh warga sekolah
Tujuan Sekolah
1. Menghasilkan peningkatan rata-rata skor GSA + 1,00
2. Menghasilkan peningkatan SKBM seluruh mata pelajaran sampai dengan
85%
3. Menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap, muktahir dan
4.
5.
6.
7.
8.

berwawasan ke depan
Mencapai profesionalisme guru dalam pembelajaran CTL
Menghasilkan warga sekolah yang berdisiplin tinggi
Mencapai suasana lingkungan sekolah yang aman dan nyaman
Menghasilkan warga sekolah yang taat beribadah
Seluruh warga sekolah dapat menggunakan komputer dan internet sebagai

sumber belajar
9. Menghasilkan tim kesenian yang mampu tampil pada kegiatan setingkat
kabupaten
10. Memiliki tim olah raga yang siap menjadi juara tingkat kabupaten

62

11. Pencapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi : semua


guru berkualifikasi S1, telah mengikuti PTBK, semua mengajar sesuai
bidangnya, dll
12. Menghasilkan lulusan yang mampu berkompetensi dijenjang pendidikan
yang lebih tinggi.

4.1.2
1.
2.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Profil Sekolah
Nama Sekolah
Alamat :
Jalan
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
No. Telepon
Nama Kepala Sekolah
NSS
Jenjang Akreditasi
Kategori Sekolah
Tahun Didirikan
Tahun Operasional
Kepemilikan Tanah
Luas Tanah
Status Bangunan
Surat Izin Bangunan
Luas Seluruh Bangunan

SMP Negeri 1 Cisarua

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Jl. Kolonel Masturi no 312


Kertawangi
Cisarua
Bandung Barat
Jawa Barat
022- 2700003
Drs. H. Dudi Susbandi KM
201020802005
A
RSSN
1961
1961
Hak guna pakai tidak terbatas
6000 m2
Milik Pemerintah
3.405 m2

Tabel 4.1
Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Cisarua 3 Tahun Terakhir
Kelas VII
Tahun
Jumlah
Jumlah
Pelajara Pendafta
Siswa Rombe
n
r
l
2008/
415
387
9
2009
2009/
500
324
9
2010
2010/
435
315
9
2011

Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah Kelas
Jumlah
Jumlah
VII+VIII+IX
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
459

436

1282

27

376

445

1145

27

310

364

989

27

63

Sumber Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011

4.1.3

Profil Responden
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No
1.
2.

Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
Laki-laki
15
23.8
Perempuan
48
76.2
Jumlah
63
100.0
Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Dari data pada tabel 4.2 terlihat bahwa guru-guru di SMPN 1 Cisarua lebih
banyak didominasi oleh guru perempuan (76.2%)
Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
1.
2.
3
4
5

Tingkat Pendidikan
Jumlah
Prosentase
SMA
3
4.80
D1
2
3,20
D3
10
15.90
PGSLP
2
3.20
S1
46
73.00
JUMLAH
63
100.00
Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Dari data tabel 4.3 terlihat bahwa guru yang memiliki tingkat pendidikan
S1 berjumlah 46 orang (73.00%) artinya lebih banyak dibandingkan dengan yang
berpendidikan yang lainnya.
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Masa Kerja
No
1.
2.
3.
4.
5.

Masa Kerja
< 5 Tahun
6 10 Tahun
11 15 Tahun
16 20 Tahun
> 20 Tahun
Jumlah

Jumlah
6
3
4
15
35
63

Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011

Prosentase
9.52
4.76
6.35
23.81
55.56
100.00

64

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa komposisi masa kerja guru SMPN 1 Cisarua
sebanyak 35 orang atau 55,56 % memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun.
Tabel 4.5
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No
1.
2.
3.
4.

Usia
Jumlah
Prosentase
25 29 Tahun
6
9.52
30 - 35 Tahun
3
4.76
36 - 40 Tahun
2
3.17
> 40 Tahun
52
82.54
Jumlah
63
100.00
Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Dari tabel 4.5 terlihat bahwa jumlah responden yang paling banyak berusia
lebih dari 40 tahun.
Tabel 4.6
Jumlah Responden Berdasarkan Pangkat dan Golongan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pangkat/Golongan
Jumlah
Prosentase
Pembina TK 1 / IVb
0
0
Pembina / IVa
57
90.5
Penata TK I / IIId
0
0
Penata / IIIc
0
0
Penata Muda TK I / IIIb
3
4.8
Penata Muda / IIIa
3
4.8
Jumlah
63
100.0
Sumber : Tata Usaha SMPN 1 Cisarua 2010/2011
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pangkat/golongan responden terbanyak
adalah Pembina/IVa yaitu sebanyak 57 orang (90.5%).
4.2 Uji Istrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa
kuesioner yang terdiri dari variabel kepemimpinan kepala sekolah sebanyak 18
item, motivasi kerja 15 item, disiplin kerja 15 item dan kinerja guru 20 item
pernyataan.
4.2.1

Uji Validitas
Pengujian tingkat validitas tiap item dipergunakan analisis item, artinya

mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor item. Menurut Sugiyono (2005) bahwa item yang mempunyai korelasi positif

65

dengan skor total korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut
mempunyai validitas yang tinggi pula.
Persyaratan minimum agar dapat dianggap valid apabila r = 0,3 sehingga
apabila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3 maka item dalam
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Adapun hasil uji coba mengenai tingkat
validitas butir pernyataan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Item Variabel Kepemimpinan Kepala sekolah (X1)
No Item

Tingkat Validitas

Keterangan

X1 _1
0.680
Valid
X1 _2
0.452
Valid
X1 _3
0.471
Valid
X1 _4
0.661
Valid
X1 _5
0.672
Valid
X1 _6
0.630
Valid
X1 _7
0.623
Valid
X1 _8
0.557
Valid
X1 _9
0.599
Valid
X1 _10
0.620
Valid
X1 _11
0.576
Valid
X1 _12
0.512
Valid
X1 _13
0.422
Valid
X1 _14
0.439
Valid
X1 _15
0.460
Valid
X1 _16
0.437
Valid
X1 _17
0.487
Valid
X1 _18
0.503
Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel kepemimpinan kepala sekolah berada di atas 0,3
maka semua item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah
sebagai data penelitian.

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Item Variabel Motivasi Kerja (X2)
No Item

Tingkat Validitas

Keterangan

66

X2 _1
0.606
Valid
X2 _2
0.583
Valid
X2 _3
0.672
Valid
X2 _4
0.653
Valid
X2 _5
0.716
Valid
X2 _6
0.718
Valid
X2 _7
0.625
Valid
X2 _8
0.607
Valid
X2 _9
0.442
Valid
X2 _10
0.711
Valid
X2 _11
0.729
Valid
X2 _12
0.659
Valid
X2 _13
0.688
Valid
X2 _14
0.549
Valid
X2 _15
0.630
Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel motivasi kerja berada di atas 0,3. maka semua
item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data
penelitian.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Item Variabel Disiplin Kerja (X3)
No Item
Tingkat Validitas
Keterangan
X3 _1
0.746
Valid
X3 _2
0.764
Valid
X3 _3
0.788
Valid
X3 _4
0.802
Valid
X3 _5
0.686
Valid
X3 _6
0.819
Valid
X3 _7
0.791
Valid
X3 _8
0.826
Valid
X3 _9
0.831
Valid
X3_10
0.809
Valid
X3 _11
0.863
Valid
X3 _12
0.876
Valid
No Item
Tingkat Validitas
Keterangan
X3 _13
0.810
Valid
X3 _14
0.818
Valid
X3 _15
0.836
Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel disiplin kerja berada di atas 0,3, maka semua
item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data
penelitian.
Tabel 4.10

67

Hasil Uji Validitas Item Variabel Kinerja Guru (Y)


No Item
Tingkat Validitas
Keterangan
Y _1
0.654
Valid
Y _2
0.650
Valid
Y _3
0.675
Valid
Y _4
0.684
Valid
Y _5
0.560
Valid
Y _6
0.550
Valid
Y _7
0.713
Valid
Y _8
0.652
Valid
Y _9
0.707
Valid
Y_10
0.695
Valid
Y _11
0.698
Valid
Y _12
0.714
Valid
Y _13
0.695
Valid
Y _14
0.667
Valid
Y _15
0.465
Valid
Y _16
0.487
Valid
Y _17
0.597
Valid
Y _18
0.470
Valid
Y _19
0.496
Valid
Y _20
0.403
Valid
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Dari data di atas, variabel kinerja guru berada di atas 0,3, maka semua
item valid. Untuk itu kuesioner yang digunakan layak untuk diolah sebagai data
penelitian.
Berdasarkan tabel 4.7 sampai dengan tabel 4.10 diperoleh informasi
mengenai tingkat validitas, bahwa seluruh item dinyatakan valid dan digunakan
untuk penelitian. Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
rekapitulasi tingkat validitas item pernyataan instrument penelitian disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4. 11
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Item Pernyataan Instrumen

Kuesioner Variabel
Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X1)
Motivasi Kerja (X2)

Jml
18

Valid
%
100%

Tidak
Jml
0

Valid
%
0%

Jml
18

Total
%
100%

15

100%

0%

15

100%

68

Disiplin Kerja (X3)


15
100%
Kinerja Guru (Y)
20
100%
Jumlah
68
100%
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas
Berdasarkan data tabel di atas,

0
0
0

0%
0%
0%

15
20
68

100%
100%
100%

ternyata seluruh item pernyataan

merupakan item yang terpilih dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data
(kuesioner).
4.2.2

Uji Reliabilitas
Dari pengujian reliabilitas teknik split half dengan koefisien internal

Spearman Brown nampak bahwa masing-masing instrumen pengukuran adalah


reliabel sesuai dengan yang direkomendasikan Sugiyono (2004 : 178) yang
menyatakan bahwa batas minimum reliabilitas yang dapat diterima adalah
koefisien positif.
Reliabilitas untuk kuesioner masing-masing variabel disajikan pada tabel
di bawah ini :
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Reliabilitas
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
0,954
Motivasi Kerja (X2)
0,935
Disiplin Kerja (X3)
0,986
Kinerja Guru (Y)
0,949
Sumber : Lampiran uji validitas reliabilitas

Kriteria
Reliabilitas Tinggi
Reliabilitas Tinggi
Reliabilitas Tinggi
Reliabilitas Tinggi

Dari data di atas variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) adalah 0,954
dengan kriteria reliabilitas tinggi, variabel motivasi kerja (X 2) adalah 0,935
dengan kriteria reliabilitas tinggi, variabel disiplin kerja (X 3) adalah 0,986 dengan
kriteria reliabilitas tinggi, dan variabel kinerja guru (Y) adalah 0,949 dengan
kriteria reliabilitas tinggi.
4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan

69

4.3.1

Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kepemimpinan Kepala


Sekolah di SMPN 1 Cisarua
Bagian

ini

akan

menguraikan

bagaimana

gambaran

mengenai

kepemimpinan kepala sekolah di SMPN 1 Cisarua. Gambaran mengenai hal


tersebut dapat dilihat dari tanggapan responden sebagai berikut :

Tabel 4.13
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui rapat
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
19
95
30.16
Setuju
4
29
116
46.03
Kurang Setuju
3
15
45
23.81
Tidak Setuju
2
0
0
0.00
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
256
100.00
Rata-Rata Skor
4,06
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui rapat,
yakni sebanyak 30.16% menyatakan sangat setuju, 46.03% menyatakan setuju,
dan 23.81% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata skor sebesat 4.06
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui rapat,
berada pada kategori baik.
Tabel 4.14
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru
melalui pembinaan perorangan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Derajat
5
4
3
2

Frekuensi
6
24
16
9

Skor
30
96
48
18

Prosentase
9.52
38.10
25.40
14.29

70

Sangat Tidak Setuju


Jumlah
Rata-Rata Skor

8
63

8
200
3.17

12.70
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui pembinaan
perorangan, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 38.10%
menyatakan setuju, 25.40% menyatakan kurang setuju, 14.29% menyatakan tidak
setuju, 12.70% sangat tidak setuju, dengan rata-rata dengan rata-rata skor sebesat
3,17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru melalui pembinaan
perorangan, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.15
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melaksanakan pembinaan kepada siswa
melalui upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
17
30
13
3
0
63

Skor
85
120
39
6
0
250
3.97

Prosentase
26.98
47.62
20.63
4.76
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah melaksanakan pembinaan kepada siswa melalui
upacara bendera yang dilaksanakan setiap hari senin, yakni sebanyak 26.98%
menyatakan sangat setuju, 47.62% menyatakan setuju, dan 20.63% menyatakan
kurang setuju, dengan rata-rata 3.97 .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melaksanakan pembinaan kepada siswa melalui upacara
bendera yang dilaksanakan setiap hari senin, berada pada kategori baik.
Tabel 4.16

71

Pendapat responden mengenai :


Kepala sekolah membuat perencanaan visi dan misi secara matang
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
12
60
19.05
Setuju
4
34
136
53.97
Kurang Setuju
3
17
51
26.98
Tidak Setuju
2
0
0
0.00
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
247
100.00
Rata-Rata Skor
3.92
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah membuat perencanaan visi dan misi secara matang,
yakni sebanyak 19.05% menyatakan sangat setuju, 53.97% menyatakan setuju,
dan 26.98% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 3.92.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah membuat perencanaan visi dan misi secara matang,
berada pada kategori baik.
Tabel 4.17
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberdayakan guru sebagai tim kerja
dalam pelaksanaan program kegiatan
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
14
70
22.22
Setuju
4
26
104
41.27
Kurang Setuju
3
17
51
26.98
Tidak Setuju
2
6
12
9.52
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
237
100.00
Rata-Rata Skor
3.76
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberdayakan guru sebagai tim kerja dalam
pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat setuju,
41.27% menyatakan setuju, 26.98% menyatakan kurang setuju, dan 9.52%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata sebesar 3.76.

72

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai kepala sekolah memberdayakan guru sebagai tim kerja dalam
pelaksanaan program kegiatan, berada pada kategori baik.
Tabel 4.18
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan program kegiatan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
20
26
17
0
0
63

Skor
100
104
51
0
0
255
4.05

Prosentase
31.75
41.27
26.98
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah senantiasa melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan program kegiatan, yakni sebanyak 31.75% menyatakan sangat setuju,
41.27% menyatakan setuju, 26.98% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata
4.05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai kepala sekolah senantiasa melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
program kegiatan, berada pada kategori baik
Tabel 4.19
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah pelaksanaan
program kegiatan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
17
26
20
0
0

Skor
85
104
60
0
0

Prosentase
26.98
41.27
31.75
0.00
0.00

73

Jumlah
Rata-Rata Skor

63

249
3.95

100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah melakukan evalusi setelah pelaksanaan program
kegiatan, yakni sebanyak 26.98% menyatakan sangat setuju, 41.27% menyatakan
setuju, 31.75% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 3.95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan evaluasi setelah pelaksanaan program
kegiatan, berada pada kategori baik.

Tabel 4.20
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan solusi perbaikan untuk
program berikutnya
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
24
120
38.10
Setuju
4
22
88
34.92
Kurang Setuju
3
17
51
26.98
Tidak Setuju
2
0
0
0.00
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
259
100.00
Rata-Rata Skor
4.11
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah melakukan solusi perbaikan untuk program berikutnya,
yakni sebanyak % menyatakan sangat setuju, % menyatakan setuju, %
menyatakan kurang setuju, % menyatakan tidak setuju, % sangat tidak setuju,
dengan rata-rata .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan solusi perbaikan untuk program berikutnya,
berada pada kategori baik.
Tabel 4.21
Pendapat responden mengenai :

74

Kepala sekolah melakukan pengadministrasian


pelaksanaan program kegiatan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
18
28
17
0
0
63

Skor
90
112
51
0
0
253
4.02

Prosentase
28.57
44.44
26.98
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah melakukan pengadministrasian pelaksanaan program
kegiatan, yakni sebanyak 28.57% menyatakan sangat setuju, 44.44% menyatakan
setuju, 26.98% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 4.02.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melakukan pengadministrasian pelaksanaan program
kegiatan, berada pada kategori baik
Tabel 4.22
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melakukan pendokumentasian hasil
pelaksanaan program kegiatan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
18
27
18
0
0
63

Skor
90
108
54
0
0
252
4.00

Prosentase
28.57
42.86
28.57
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah melakukan pendokumentasian hasil pelaksanaan
program kegiatan, yakni sebanyak 28.57% menyatakan sangat setuju, 42.86%
menyatakan setuju, 28.57% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 4.00.

75

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai kepala sekolah melakukan pendokumentasian hasil pelaksanaan
program kegiatan, berada pada kategori baik.
Tabel 4.23
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah membuat program supervise
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
16
32
15
0
0
63

Skor
80
128
45
0
0
253
4.02

Prosentase
25.40
50.79
23.81
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah membuat program supervisi, yakni sebanyak 25.40%
menyatakan sangat setuju, 50.79% menyatakan setuju, 23.81% menyatakan
kurang setuju, % sangat tidak setuju, dengan rata-rata 4.02.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah membuat program supervisi, berada pada kategori baik.
Tabel 4.24
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru
yang mengajar di kelas
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
14
32
17
0
0
63

Skor
70
128
51
0
0
249
3.95

Prosentase
22.22
50.79
26.98
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru yang mengajar di

76

kelas, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat setuju, 50.79% menyatakan


setuju, 26.98% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 3.95.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah melaksanakan supervisi kepada guru yang mengajar di
kelas, berada pada kategori baik.
Tabel 4.25
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah dapat memberi contoh keteladanan
kepada guru
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
22
25
16
0
0
63

Skor
110
100
48
0
0
258
4.10

Prosentase
34.92
39.68
25.40
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah dapat memberi contoh keteladanan kepada guru, yakni
sebanyak 34.92% menyatakan sangat setuju, 39.68% menyatakan setuju, 25.40%
menyatakan kurang setuju,, dengan rata-rata 4.10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah dapat memberi contoh keteladanan kepada guru, berada
pada kategori baik
Tabel 4.26
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
20
23
20
0
0
63

Skor
100
92
60
0
0
252
4.00

Prosentase
31.75
36.51
31.75
0.00
0.00
100.00

77

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat, yakni
sebanyak 31.75% menyatakan sangat setuju, 36.51% menyatakan setuju, 31.75%
menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 4.00.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat, berada pada
kategori baik
Tabel 4.27
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberikan gagasan-gagasan baru
dalam proses pembelajaran
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
19
26
18
0
0
63

Skor
95
104
54
0
0
253
4.02

Prosentase
30.16
41.27
28.57
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah memberikan gagasan-gagasan baru dalam proses
pembelajaran, yakni sebanyak 30.16% menyatakan sangat setuju, 41.27%
menyatakan setuju, 28.57% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 4.02.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan gagasan-gagasan baru dalam proses
pembelajaran, berada pada kategori bai
Tabel 4.28
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru
yang berprestasi
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Derajat
5
4
3
2

Frekuensi
14
28
21
0

Skor
70
112
63
0

Prosentase
22.22
44.44
33.33
0.00

78

Sangat Tidak Setuju


Jumlah
Rata-Rata Skor

0
63

0
245
3.89

0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru yang
berprestasi, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat setuju, 44.44%
menyatakan setuju, 33.33% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 3.89.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru yang
berprestasi, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.29
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah memberikan sangsi kepada guru
yang melanggar disiplin
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
14
70
22.22
Setuju
4
31
124
49.21
Kurang Setuju
3
18
54
28.57
Tidak Setuju
2
0
0
0.00
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
248
100.00
Rata-Rata Skor
3.94
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan sangsi kepada guru yang melanggar
disiplin, yakni sebanyak 22.22% menyatakan sangat setuju, 49.21% menyatakan
setuju, 28.57% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 3.94.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah memberikan sangsi kepada guru yang melanggar
disiplin, berada pada kategori baik.
Tabel 4.30
Pendapat responden mengenai :
Kepala sekolah menciptakan hubungan yang harmonis
dengan guru
Pendapat

Derajat

Frekuensi

Skor

Prosentase

79

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

5
4
3
2
1

18
29
16
0
0
63

90
116
48
0
0
254
4.03

28.57
46.03
25.40
0.00
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kepala sekolah menciptakan hubungan yang harmonis dengan guru,
yakni sebanyak 28.57% menyatakan sangat setuju, 46.03% menyatakan setuju,
25.40% menyatakan kurang setuju, dengan rata-rata 4.03 .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kepala sekolah menciptakan hubungan yang harmonis dengan guru,
berada pada kategori baik
4.3.2

Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Motivasi Kerja di SMPN 1


Cisarua
Bagian ini akan menguraikan bagaimana gambaran mengenai motivasi

kerja guru di SMPN 1 Cisarua. Gambaran mengenai hal tersebut dapat dilihat dari
tanggapan responden sebagai berikut :
Tabel 4.31
Pendapat responden mengenai :
Saya diberi kesempatan untuk berprestasi
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
5
17
25
14
2
63

Skor
25
68
75
28
2
198
3.14

Prosentase
7.94
26.98
39.68
22.22
3.17
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya diberi kesempatan untuk berprestasi, yakni sebanyak 7.94%
menyatakan sangat setuju, 26.98% menyatakan setuju, 39.68% menyatakan

80

kurang setuju, 22.22% menyatakan tidak setuju, 3.17% sangat tidak setuju,
dengan rata-rata 3.14.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya diberi kesempatan untuk berprestasi, berada pada kategori cukup
baik
Tabel 4.32
Pendapat responden mengenai :
Teman sejawat memberi pengakuan terhadap prestasi kerja saya
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
4
17
30
10
2
63

Skor
20
68
90
20
2
200
3.17

Prosentase
6.35
26.98
47.62
15.87
3.17
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

teman sejawat memberi pengakuan terhadap prestasi kerja saya,

yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju, 26.98% menyatakan setuju,


47.62% menyatakan kurang setuju,

15.87% menyatakan tidak setuju, 3.17%

sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.17.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai :

teman sejawat memberi pengakuan terhadap prestasi kerja saya,

berada pada kategori cukup baik.


Tabel 4.33
Pendapat responden mengenai :
Saya merasa bangga dengan pekerjaan saya sebagai guru
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
5
13
38
7
0
63

Skor
25
52
114
14
0
205

Prosentase
7.94
20.63
60.32
11.11
0.00
100.00

81

Rata-Rata Skor
3.25
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : saya merasa bangga dengan pekerjaan saya sebagai guru, yakni
sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju,

20.63% menyatakan setuju,

60.32% menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, dengan ratarata 3.25.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya merasa bangga dengan pekerjaan saya sebagai guru, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.34
Pendapat responden mengenai :
Saya berusaha untuk bertanggung jawab atas pekerjaan
saya sebagai guru
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
6
14
37
6
0
63

Skor
30
56
111
12
0
209
3.32

Prosentase
9.52
22.22
58.73
9.52
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas pekerjaan saya
sebagai guru,

yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 22.22%

menyatakan setuju, 58.73% menyatakan kurang setuju, 9.52% menyatakan tidak


setuju, dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya selalu berusaha untuk bertanggung jawab atas pekerjaan saya
sebagai guru, berada pada kategori cukup baik
Tabel 4.35
Pendapat responden mengenai :
Saya merasa pekerjaan yang saya jalani sesuai
dengan minat dan bakat saya

82

Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
5
17
33
8
0
63

Skor
25
68
99
16
0
208
3.30

Prosentase
7.94
26.98
52.38
12.70
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya merasa pekerjaan yang saya jalani sesuai dengan minat dan
bakat saya,

yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 26.98%

menyatakan setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju,

12.70% menyatakan

tidak setuju, dengan rata-rata 3.30.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya merasa pekerjaan yang saya jalani sesuai dengan minat dan
bakat saya, berada pada kategori cukup baik
Tabel 4.36
Pendapat responden mengenai :
Saya merasa pekerjaan saya sebagai guru adalah
Pekerjaan yang menantang
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Sangat Setuju
5
3
Setuju
4
19
Kurang Setuju
3
32
Tidak Setuju
2
9
Sangat Tidak Setuju
1
0
Jumlah
63
Rata-Rata Skor
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan

Skor
Prosentase
15
4.76
76
30.16
96
50.79
18
14.29
0
0.00
205
100.00
3.25
pernyataan responden

mengenai : saya merasa pekerjaan saya sebagai guru adalah pekerjaan yang
menantang,

yakni sebanyak 4.76% menyatakan sangat setuju, 30.16%

menyatakan setuju, 50.79% menyatakan kurang setuju,


tidak setuju, dengan rata-rata 3.25.

14.29% menyatakan

83

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : saya merasa pekerjaan saya sebagai guru adalah pekerjaan yang
menantang, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.37
Pendapat responden mengenai :
Saya diberi kesempatan untuk meningkatkan karier
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
6
19
25
8
5
63

Skor
30
76
75
16
5
202
3.21

Prosentase
9.52
30.16
39.68
12.70
7.94
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya diberi kesempatan untuk meningkatkan karier, yakni sebanyak
9.52% menyatakan sangat setuju,

30.16% menyatakan setuju, 39.68%

menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, 7.94% sangat tidak
setuju, rata-rata 3.21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya diberi kesempatan untuk meningkatkan karier, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.38
Pendapat responden mengenai :
Gaji atau honor yang saya terima telah sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Sangat Setuju
5
9
45
Setuju
4
17
68
Kurang Setuju
3
27
81
Tidak Setuju
2
7
14
Sangat Tidak Setuju
1
3
3
Jumlah
63
211
Rata-Rata Skor
3.35

Prosentase
14.29
26.98
42.86
11.11
4.76
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah sesuai dengan tugas dan

84

tanggung jawab,

yakni sebanyak 14.29% menyatakan sangat setuju, 26.98%

menyatakan setuju, 42.86% menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak


setuju, 4.76% sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.35.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.39
Pendapat responden mengenai :
Gaji atau honor yang saya terima telah memenuhi
kebutuhan saya
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
5
25
7.94
Setuju
4
6
Kurang Setuju
3
40
Tidak Setuju
2
7
Sangat Tidak Setuju
1
5
Jumlah
63
Rata-Rata Skor
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan

24
120
14
5
188
2.98
pernyataan

9.52
63.49
11.11
7.94
100.00
responden

mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah memenuhi kebutuhan saya,
yakni sebanyak 7.94 % menyatakan sangat setuju,

9.52% menyatakan setuju,

63.49% menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, 7.94%


sangat tidak setuju, dengan rata-rata 2.98.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : gaji atau honor yang saya terima telah memenuhi kebutuhan saya,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.40
Pendapat responden mengenai :
Sekolah menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
6
20
26
6
5
63

Skor
30
80
78
12
5
205

Prosentase
9.52
31.75
41.27
9.52
7.94
100.00

85

Rata-Rata Skor

3.25

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

sekolah menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan,

sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju,

yakni

31.75% menyatakan setuju,

41.27% menyatakan kurang setuju, 9.52% menyatakan tidak setuju, 7.94% sangat
tidak setuju, dengan rata-rata 3.25.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : sekolah menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.41
Pendapat responden mengenai :
Kebijakan yang diambil manajemen sekolah
membuat saya nyaman dalam bekerja
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
6
18
27
7
5
63

Skor
30
72
81
14
5
202
3.21

Prosentase
9.52
28.57
42.86
11.11
7.94
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : kebijakan yang diambil manajemen sekolah membuat saya nyaman
dalam bekerja,

yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 28.57%

menyatakan setuju, 42.86% menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak


setuju, 7.94% sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : kebijakan yang diambil manajemen sekolah membuat saya nyaman
dalam bekerja, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.42
Pendapat responden mengenai :
Jika mengalami kesulitan di dalam pekerjaan

86

saya lebih senang membicarakan dengan pimpinan


Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
9
14
30
7
3
63

Skor
45
56
90
14
3
208
3.30

Prosentase
14.29
22.22
47.62
11.11
4.76
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

jika mengalami kesulitan di dalam pekerjaan saya lebih senang

membicarakan dengan pimpinan, yakni sebanyak 14.29% menyatakan sangat


setuju, 22.22% menyatakan setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju, 11.11%
menyatakan tidak setuju, 4.76% sangat tidak setuju, dengan rata-rata 3.30.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai :

jika mengalami kesulitan di dalam pekerjaan saya lebih senang

membicarakan dengan pimpinan, berada pada kategori cukup baik.

Tabel 4.43
Pendapat responden mengenai :
Saya berhubungan baik dengan pimpinan/kepala sekolah
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
7
35
11.11
Setuju
4
18
72
28.57
Kurang Setuju
3
30
90
47.62
Tidak Setuju
2
8
16
12.70
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
213
100.00
Rata-Rata Skor
3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai :

saya berhubungan baik dengan pimpinan/kepala sekolah,

yakni

sebanyak 11.11% menyatakan sangat setuju, 28.57% menyatakan setuju, 47.62%


menyatakan kurang setuju,
3.38.

12.70% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata

87

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : saya berhubungan baik dengan pimpinan/kepala sekolah, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.44
Pendapat responden mengenai :
Saya berhubungan baik dengan teman sejawat
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
10
12
33
8
0
63

Skor
50
48
99
16
0
213
3.38

Prosentase
15.87
19.05
52.38
12.70
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

saya berhubungan baik dengan teman sejawat,

yakni sebanyak

15.87% menyatakan sangat setuju, 19.05% menyatakan setuju,

52.38%

menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata


3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya berhubungan baik dengan teman sejawat, berada pada kategori
cukup baik.
Tabel 4.45
Pendapat responden mengenai :
Saya berhubungan baik dengan siswa
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
9
15
31
8
0
63

Skor
45
60
93
16
0
214
3.40

Prosentase
14.29
23.81
49.21
12.70
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

saya berhubungan baik dengan siswa,

yakni sebanyak 14.29%

88

menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju, 49.21% menyatakan


kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju,

% sangat tidak setuju, dengan

rata-rata 3.40.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya berhubungan baik dengan siswa, berada pada kategori baik.
4.3.3

Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Disiplin Kerja

Guru di

SMPN 1 Cisarua
Tabel 4.46
Pendapat responden mengenai :
Saya datang dan pulang tepat waktu sesuai jadwal yang telah dibuat
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
6
30
9.52
Setuju
4
18
72
28.57
Kurang Setuju
3
28
84
44.44
Tidak Setuju
2
11
22
17.46
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
208
100.00
Rata-Rata Skor
3.30
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : saya datang dan pulang tepat waktu sesuai jadwal yang telah dibuat,
yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 28.57% menyatakan setuju,
44.44% menyatakan kurang setuju,
rata-rata

17.46% menyatakan tidak setuju, dengan

.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden

mengenai : saya datang dan pulang tepat waktu sesuai jadwal yang telah dibuat,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.47
Pendapat responden mengenai :
Begitu bel masuk berbunyi saya langsung masuk ruangan kelas sesuai
dengan jam mengajar
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

Derajat
5
4
3
2

Frekuensi
7
15
25
16

Skor
35
60
75
32

Prosentase
11.11
23.81
39.68
25.40

89

Sangat Tidak Setuju


Jumlah
Rata-Rata Skor

0
63

0
202
3.21

0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : begitu bel masuk berbunyi saya langsung masuk ruangan kelas sesuai
dengan jam mengajar, yakni sebanyak 11.11% menyatakan sangat setuju, 23.81%
menyatakan setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 25.40% menyatakan tidak
setuju, dengan rata-rata 3.21.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : begitu bel masuk berbunyi saya langsung masuk ruangan kelas sesuai
dengan jam mengajar, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.48
Pendapat responden mengenai :
Saya menggunakan jam mengajar seefisien mungkin
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
6
30
9.52
Setuju
4
20
80
31.75
Kurang Setuju
3
20
60
31.75
Tidak Setuju
2
17
34
26.98
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
204
100.00
Rata-Rata Skor
3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : saya menggunakan jam mengajar seefisien mungkin, yakni sebanyak
9.52% menyatakan sangat setuju, 31.75% menyatakan setuju, 31.75%
menyatakan kurang setuju, 26.98% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya menggunakan jam mengajar seefisien mungkin, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.49
Pendapat responden mengenai :
Saya menggunakan jam istirahat seefisien mungkin

90

Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
4
23
26
10
0
63

Skor
20
92
78
20
0
210
3.33

Prosentase
6.35
36.51
41.27
15.87
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya menggunakan jam istirahat seefisien mungkin, yakni sebanyak
6.35% menyatakan sangat setuju, 36.51% menyatakan setuju, 41.27%
menyatakan kurang setuju, 15.87% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.33.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya menggunakan jam istirahat seefisien mungkin, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.50
Pendapat responden mengenai :
Saya mengikuti upacara bendera setiap senin pagi
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
4
15
30
12
2
63

Skor
20
60
90
24
2
196
3.11

Prosentase
6.35
23.81
47.62
19.05
3.17
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

saya mengikuti upacara bendera setiap hari senin pagi,

yakni

sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju, 47.62%


menyatakan kurang setuju, 19.05% menyatakan tidak setuju, 3.17% sangat tidak
setuju, dengan rata-rata 3.11.

91

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : saya mengikuti upacara bendera setiap hari senin pagi, berada pada
kategori cukup baik
Tabel 4.51
Pendapat responden mengenai :
Saya hadir di kelas sesuai jam mengajar yang telah terjadwal
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
4
23
25
11
0
63

Skor
20
92
75
22
0
209
3.32

Prosentase
6.35
36.51
39.68
17.46
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya hadir di kelas sesuai jam mengajar yang telah terjadwal, yakni
sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju,

36.51% menyatakan setuju,

39.68% menyatakan kurang setuju, 17.46% menyatakan tidak setuju, dengan


rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya hadir di kelas sesuai jam mengajar yang telah terjadwal, berada
pada kategori cukup baik.
Tabel 4.52
Pendapat responden mengenai :
Saya hadir pada rapat pembinaan/pengarahan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
3
23
22
15
0
63

Skor
15
92
66
30
0
203
3.22

Prosentase
4.76
36.51
34.92
23.81
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya hadir pada rapat pembinaan/pengarahan, yakni sebanyak 4.76%

92

menyatakan sangat setuju, 36.51% menyatakan setuju, 34.92% menyatakan


kurang setuju, 23.81% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.22.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya hadir pada rapat pembinaan/pengarahan, berada pada kategori
cukup baik.
Tabel 4.53
Pendapat responden mengenai :
Saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
2
21
26
14
0
63

Skor
10
84
78
28
0
200
3.17

Prosentase
3.17
33.33
41.27
22.22
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya, yakni sebanyak
3.17% menyatakan sangat setuju, 33.33% menyatakan setuju, 41.27%
menyatakan kurang setuju, 22.22% menyatakan tidak setuju,

% sangat tidak

setuju, dengan rata-rata 3.17.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya, berada pada kategori
cukup baik.
Tabel 4.54
Pendapat responden mengenai :
Saya memahami mekanisme kerja yang ditetapkan oleh sekolah
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
2
19
29
13
0
63

Skor
10
76
87
26
0
199
3.16

Prosentase
3.17
30.16
46.03
20.63
0.00
100.00

93

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya memahami mekanisme kerja yang ditetapkan oleh sekolah,
yakni sebanyak 3.17% menyatakan sangat setuju, 30.16% menyatakan setuju,
46.03% menyatakan kurang setuju, 20.63% menyatakan tidak setuju, dengan ratarata 3.16.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya memahami mekanisme kerja yang ditetapkan oleh sekolah,
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.55
Pendapat responden mengenai :
Saya bertanggung jawab terhadap semua tugas yang
diberikan kepada saya
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
2
18
30
13
0
63

Skor
10
72
90
26
0
198
3.14

Prosentase
3.17
28.57
47.62
20.63
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diberikan kepada
saya,

yakni sebanyak 3.17% menyatakan sangat setuju, 28.57% menyatakan

setuju, 47.62% menyatakan kurang setuju, 20.63% menyatakan tidak setuju,


dengan rata-rata 3.14.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya bertanggung jawab terhadap semua tugas yang diberikan kepada
saya, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.56
Pendapat responden mengenai :
Saya melaksanakan tugas yang diberikan kepala sekolah
dengan baik

94

Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
3
20
25
15
0
63

Skor
15
80
75
30
0
200
3.17

Prosentase
4.76
31.75
39.68
23.81
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya senantiasa melaksanakan tugas yang diberikan kepala sekolah
dengan baik,

yakni sebanyak 4.76% menyatakan sangat setuju, 31.75%

menyatakan setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 23.81% menyatakan tidak


setuju, dengan rata-rata 3.17.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya senantiasa melaksanakan tugas yang diberikan kepala sekolah
dengan baik, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.57
Pendapat responden mengenai :
Saya bisa bekerja sama dengan seluruh teman sejawat
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
1
5
1.59
Setuju
4
23
92
36.51
Kurang Setuju
3
19
57
30.16
Tidak Setuju
2
20
40
31.75
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
194
100.00
Rata-Rata Skor
3.08
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai :

saya bisa bekerja sama dengan seluruh teman sejawat,

yakni

sebanyak 1.59% menyatakan sangat setuju, 36.51% menyatakan setuju, 30.16%


menyatakan kurang setuju, 31.75% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.08.

95

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : saya bisa bekerja sama dengan seluruh teman sejawat, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.58
Pendapat responden mengenai :
Saya mentaati peraturan-peraturan sekolah
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Sangat Setuju
5
1
5
Setuju
4
19
76
Kurang Setuju
3
26
78
Tidak Setuju
2
17
34
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
Jumlah
63
193
Rata-Rata Skor
3.06

Prosentase
1.59
30.16
41.27
26.98
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya mentaati peraturan-peraturan sekolah, yakni sebanyak 1.59%
menyatakan sangat setuju, 30.16% menyatakan setuju,

41.27% menyatakan

kurang setuju, 26.98% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.06.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai :

saya mentaati peraturan-peraturan sekolah, berada pada kategori

cukup baik
Tabel 4.59
Pendapat responden mengenai :
Sangsi atas pelanggaran terhadap setiap peraturan telah disosialisasikan
kepada para guru
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
1
5
1.59
Setuju
4
21
84
33.33
Kurang Setuju
3
25
75
39.68
Tidak Setuju
2
16
32
25.40
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
196
100.00
Rata-Rata Skor
3.11
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai :

sangsi atas pelanggaran terhadap setiap peraturan telah

disosialisasikan kepada para guru, yakni sebanyak 1.59% menyatakan sangat

96

setuju, 33.33% menyatakan setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 25.40%


menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.11.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai :

sangsi atas pelanggaran terhadap setiap peraturan telah

disosialisasikan kepada para guru, berada pada kategori cukup baik.


Tabel 4.60
Pendapat responden mengenai :
Pemberian sangsi telah sesuai dengan tingkat pelanggaran
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
1
23
21
18
0
63

Skor
5
92
63
36
0
196
3.11

Prosentase
1.59
36.51
33.33
28.57
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : pemberian sangsi telah sesuai dengan tingkat pelanggaran, yakni
sebanyak 1.59% menyatakan sangat setuju, 36.51% menyatakan setuju, 33.33%
menyatakan kurang setuju, 28.57% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.11.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : pemberian sangsi telah sesuai dengan tingkat pelanggaran, berada
pada kategori cukup baik.
4.3.4 Deskripsi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Guru di
SMPN 1 Cisarua
Tabel 4.61
Pendapat responden mengenai :
Sebelum pelajaran dimulai saya mengajak siswa untuk berdoa bersama
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
5
25
7.94
Setuju
4
15
60
23.81
Kurang Setuju
3
33
99
52.38
Tidak Setuju
2
10
20
15.87
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
204
100.00
Rata-Rata Skor
3.24

97

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai :

sebelum pelajaran dimulai saya mengajak siswa untuk berdoa

bersama, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan


setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju, 15.87% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai :

sebelum pelajaran dimulai saya mengajak siswa untuk berdoa

bersama, berada pada kategori cukup baik.


Tabel 4.62
Pendapat responden mengenai :
Saya mengarahkan siswa untuk memiliki sikap jujur
dan terbuka pada orang lain
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
6
30
9.52
Setuju
4
13
52
20.63
Kurang Setuju
3
34
102
53.97
Tidak Setuju
2
10
20
15.87
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
204
100.00
Rata-Rata Skor
3.24
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : saya mengarahkan siswa untuk memiliki sikap jujur dan terbuka pada
orang lain,

yakni sebanyak

9.52% menyatakan sangat setuju, 20.63%

menyatakan setuju, 53.97% menyatakan kurang setuju, 15.87% menyatakan tidak


setuju, dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya mengarahkan siswa untuk memiliki sikap jujur dan terbuka pada
orang lain, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.63
Pendapat responden mengenai :
Dalam proses KBM saya sering menyelipkan pendidikan kedisiplinan
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju

Derajat
5
4
3

Frekuensi
5
15
33

Skor
25
60
99

Prosentase
7.94
23.81
52.38

98

Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

2
1

10
0
63

20
0
204
3.24

15.87
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : dalam proses KBM saya sering menyelipkan kedisiplinan, yakni
sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju, 52.38%
menyatakan kurang setuju, 15.87% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : dalam proses KBM saya sering menyelipkan kedisiplinan, berada
pada kategori cukup baik.

Tabel 4.64
Pendapat responden mengenai :
Saya menyiapkan perencanaan pembelajaran sebelum saya mengajar
berupa program tahunan/semesteran, silabus, RPP dll.
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
6
30
9.52
Setuju
4
16
64
25.40
Kurang Setuju
3
33
99
52.38
Tidak Setuju
2
8
16
12.70
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
209
100.00
Rata-Rata Skor
3.32
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : Saya menyiapkan perencanaan pembelajaran sebelum saya mengajar
berupa program tahunan/semesteran, silabus, RPP dll, yakni sebanyak 9.52%
menyatakan sangat setuju, 25.40% menyatakan setuju, 52.38% menyatakan
kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, % sangat tidak setuju, dengan
rata-rata 3.32.

99

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : Saya menyiapkan perencanaan pembelajaran sebelum saya mengajar
berupa program tahunan/semesteran, silabus, RPP dll, berada pada kategori cukup
baik.
Tabel 4.65
Pendapat responden mengenai :
Saya mengorganisasi materi agar sesuai dengan silabus
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
9
45
14.29
Setuju
4
13
52
20.63
Kurang Setuju
3
34
102
53.97
Tidak Setuju
2
7
14
11.11
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
213
100.00
Rata-Rata Skor
3.38
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : Saya mengorganisasi materi agar sesuai dengan silabus, yakni
sebanyak 14.29% menyatakan sangat setuju, 20.63% menyatakan setuju, 53.97%
menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya mengorganisasi materi agar sesuai dengan silabus, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.66
Pendapat responden mengenai :
Pada pelaksanaan KBM saya selalu berpedoman pada silabus dan RPP
yang telah dibuat
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
10
14
31
8
0
63

Skor
50
56
93
16
0
215

Prosentase
15.87
22.22
49.21
12.70
0.00
100.00

100

Rata-Rata Skor

3.41

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Pada pelaksanaan KBM saya selalu berpedoman pada silabus dan
RPP yang telah dibuat, yakni sebanyak 15.87% menyatakan sangat setuju, 22.22%
menyatakan setuju, 49.21% menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak
setuju, dengan rata-rata 3.41.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Pada pelaksanaan KBM saya selalu berpedoman pada silabus dan
RPP yang telah dibuat, berada pada kategori baik.
Tabel 4.67
Pendapat responden mengenai :
Saya menguasai materi pelajaran yang menjadi garapan saya
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
5
20
25
13
0
63

Skor
25
80
75
26
0
206
3.27

Prosentase
7.94
31.75
39.68
20.63
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya senatiasa menguasai materi pelajaran yang menjadi garapan
saya, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 31.75% menyatakan
setuju, 39.68% menyatakan kurang setuju, 20.63% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.27.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya senatiasa menguasai materi pelajaran yang menjadi garapan
saya, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.68

101

Pendapat responden mengenai :


Saya mendisain model pembelajaran sebelum mengajar
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
5
18
31
9
0
63

Skor
25
72
93
18
0
208
3.30

Prosentase
7.94
28.57
49.21
14.29
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya mendisain model pembelajaran sebelum mengajar, yakni
sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 28.57% menyatakan setuju, 49.21%
menyatakan kurang setuju, 14.29% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.30.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya mendisain model pembelajaran sebelum mengajar, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.69
Pendapat responden mengenai :
Saya berusaha menggunakan metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
5
25
7.94
Setuju
4
16
64
25.40
Kurang Setuju
3
34
102
53.97
Tidak Setuju
2
8
16
12.70
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
207
100.00
Rata-Rata Skor
3.29
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : Saya berusaha menggunakan metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, yakni sebanyak 7.94%

102

menyatakan sangat setuju, 25.40% menyatakan setuju, 53.97% menyatakan


kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.29.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya berusaha menggunakan metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.70
Pendapat responden mengenai :
Saya membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
5
25
7.94
Setuju
4
18
72
28.57
Kurang Setuju
3
30
90
47.62
Tidak Setuju
2
10
20
15.87
Sangat Tidak Setuju
1
0
0
0.00
Jumlah
63
207
100.00
Rata-Rata Skor
3.29
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden
mengenai : Saya membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran, yakni
sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 28.57% menyatakan setuju, 47.62%
menyatakan kurang setuju, 15.87% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.29.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.71
Pendapat responden mengenai :
Saya menyediakan waktu tersendiri untuk membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar
Pendapat
Derajat
Frekuensi
Skor
Prosentase
Sangat Setuju
5
6
30
9.52
Setuju
4
15
60
23.81
Kurang Setuju
3
35
105
55.56
Tidak Setuju
2
7
14
11.11

103

Sangat Tidak Setuju


Jumlah
Rata-Rata Skor

0
63

0
209
3.32

0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya menyediakan waktu tersendiri untuk membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat
setuju, 23.81% menyatakan setuju, 55.56% menyatakan kurang setuju, 11.11%
menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya menyediakan waktu tersendiri untuk membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajar, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.72
Pendapat responden mengenai :
Saya mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
6
16
34
7
0
63

Skor
30
64
102
14
0
210
3.33

Prosentase
9.52
25.40
53.97
11.11
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, yakni sebanyak 9.52% menyatakan sangat setuju, 25.40%
menyatakan setuju, 53.97% menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak
setuju, dengan rata-rata 3.33.

104

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : Saya mengarahkan siswa agar berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, berada pada kategori cukup baik.

Tabel 4.73
Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan arahan-arahan dalam belajar
tentang tata tertib sekolah
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat

Frekuensi
5
4
3
2
1

8
13
33
9
0
63

Skor

Prosentase

40
52
99
18
0
209
3.32

12.70
20.63
52.38
14.29
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya memberikan arahan-arahan dalam belajar tentang tata tertib
sekolah, yakni sebanyak 12.70% menyatakan sangat setuju, 20.63% menyatakan
setuju, 52.38% menyatakan kurang setuju, 14.29% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.32.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya memberikan arahan-arahan dalam belajar tentang tata tertib
sekolah, berada pada kategori cukup baik.

Tabel 4.74
Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan latihan soal yang sesuai dengan materi

105

Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

yang telah diajarkan


Derajat
Frekuensi
5
5
4
17
3
29
2
12
1
0
63

Skor
25
68
87
24
0
204
3.24

Prosentase
7.94
26.98
46.03
19.05
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya memberikan latihan soal yang sesuai dengan materi yang telah
diajarkan, yakni sebanyak 7.94% menyatakan sangat setuju, 26.98% menyatakan
setuju, 46.03% menyatakan kurang setuju, 19.05% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.24.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya memberikan latihan soal yang sesuai dengan materi yang telah
diajarkan, berada pada kategori cukup baik.

Tabel 4.75
Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan pekerjaan rumah untuk melatih
kemampuan siswa
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
4
15
36
8
0
63

Skor
20
60
108
16
0
204
3.24

Prosentase
6.35
23.81
57.14
12.70
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya memberikan pekerjaan rumah untuk melatih kemampuan siswa,
yakni sebanyak 6.35% menyatakan sangat setuju, 23.81% menyatakan setuju,

106

57.14% menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, dengan ratarata.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya memberikan pekerjaan rumah untuk melatih kemampuan siswa,
berada pada kategori cukup baik.

Tabel 4.76
Pendapat responden mengenai :
Saya melakukan penilaian pekerjaan siswa secara obyektif
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
7
16
32
8
0
63

Skor
35
64
96
16
0
211
3.35

Prosentase
11.11
25.40
50.79
12.70
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : saya melakukan penilaian pekerjaan siswa secara obyektif, yakni
sebanyak 11.11% menyatakan sangat setuju, 25.40% menyatakan setuju, 50.79%
menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.35.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : saya melakukan penilaian pekerjaan siswa secara obyektif, berada
pada kategori cukup baik.

Tabel 4.77
Pendapat responden mengenai :
Saya mengisi buku nilai sesuai hasil kerja siswa
Pendapat

Derajat

Frekuensi

Skor

Prosentase

107

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

5
4
3
2
1

12
8
38
5
0
63

60
32
114
10
0
216
3.43

19.05
12.70
60.32
7.94
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya selalu mengisi buku nilai sesuai hasil kerja siswa, yakni
sebanyak 19.05% menyatakan sangat setuju, 12.70% menyatakan setuju, 60.32%
menyatakan kurang setuju, 7.94% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata 3.43.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya selalu mengisi buku nilai sesuai hasil kerja siswa, berada pada
kategori baik.
Tabel 4.78
Pendapat responden mengenai :
Saya melakukan evaluasi baik formatif maupun sumatif
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
7
17
32
7
0
63

Skor
35
68
96
14
0
213
3.38

Prosentase
11.11
26.98
50.79
11.11
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya melakukan evaluasi baik foraif maupun sumatif, yakni sebanyak
11.11% menyatakan sangat setuju, 26.98% menyatakan setuju, 50.79%
menyatakan kurang setuju, 11.11% menyatakan tidak setuju, dengan rata-rata
3.38.

108

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden


mengenai : Saya melakukan evaluasi baik foraif maupun sumatif, berada pada
kategori cukup baik.
Tabel 4.79
Pendapat responden mengenai :
Saya melaksanakan remedial bagi siswa yang nilainya
dibawah KKM
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
Rata-Rata Skor

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
11
10
34
8
0
63

Skor
55
40
102
16
0
213
3.38

Prosentase
17.46
15.87
53.97
12.70
0.00
100.00

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya selalu melaksanakan remedial bagi siswa yang nilainya dibawah
KKM, yakni sebanyak 17.46% menyatakan sangat setuju, 15.87% menyatakan
setuju, 53.97% menyatakan kurang setuju, 12.70% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.38.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya selalu melaksanakan remedial bagi siswa yang nilainya dibawah
KKM, berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.80
Pendapat responden mengenai :
Saya memberikan pengayaan kepada siswa yang melampaui KKM
Pendapat
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah

Derajat
5
4
3
2
1

Frekuensi
9
14
29
11
0
63

Skor
45
56
87
22
0
210

Prosentase
14.29
22.22
46.03
17.46
0.00
100.00

109

Rata-Rata Skor

3.33

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pernyataan responden


mengenai : Saya selalu memberikan pengayaan kepada siswa yang melampaui
KKM, yakni sebanyak 14.29% menyatakan sangat setuju, 22.22% menyatakan
setuju, 46.03% menyatakan kurang setuju, 17.46% menyatakan tidak setuju,
dengan rata-rata 3.33.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan responden
mengenai : Saya selalu memberikan pengayaan kepada siswa yang melampaui
KKM, berada pada kategori cukup baik.
4.3.5 Statistik Deskriptif
Sesuai dengan pendapat responden di atas, hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata skor masing-masing variabel sebagai berikut :
Tabel 4.81
Rata-Rata Skor Variabel
Variabel
N
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
63
Motivasi Kerja (X2)
63
Disiplin Kerja (X3)
63
Kinerja Guru (Y)
63

Rata - Rata
3,94
3,26
3,18
3.31

Tabel rata-rata skor variabel tersebut menunjukkan skor rata-rata variabel


kepemimpinan kepala sekolah lebih tinggi dibandingkan tiga variabel lainnya.
Juga terlihat bahwa skor rata-rata untuk variabel disiplin kerja lebih kecil
dibandingkan tiga variabel lainnya.
Guna memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai makna hasil
perhitungan statistik deskriptif di atas, selanjutnya dibandingkan dengan tabel
kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian pada masing-masing variabel yang
diteliti. Model yang dipakai mengadaptasi model tentang pengontrolan kualitas
(Supranto : 2000) sebagai berikut :
Tabel 4.82
Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian

110

Rata-Rata Skor
4,2 5,0
3,4 4,1
2,6 3,3
1,8 2,5
1,0 1,7

Penafsiran
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Sangat kurang baik

Sesuai dengan kriteria di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 4.83
Kriteria Ketercapaian Skor Tiap Variabel
Rata-rata

Kriteria

Variabel
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
3.94
Baik
Motivasi Kerja (X2)
3.26
Cukup Baik
Disiplin Kerja (X3)
3.18
Cukup Baik
Kinerja Guru (Y)
3.31
Cukup Baik
Sumber : Hasil pengolahan data
4.3.6 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
4.3.6.1 Hubungan Antar Variabel
Untuk mengungkap pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi
kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru dilakukan pengujian hipotesis
menggunakan analisis jalur. Variabel penelitian kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja, disiplin kerja dan kinerja guru diukur melalui indikator yang
dijabarkan dalam kuesioner penelitian. Data variabel penelitian yang dikumpulkan
melalui penyebaran kuesioner memiliki skala ukur ordinal. Untuk memenuhi
syarat data dalam perhitungan analisis jalur sekurang-kurangnya mempunyai skala
pengukuran interval terhadap data yang diperoleh dari kuisioner terlebih dahulu
ditransformasikan menjadi skala interval menggunakan Method of Successive
Interval (MSI). Hasil data interval dapat dilihat pada lampiran. Menggunakan data
dengan skala ukur interval yang diperoleh dari kuesioner penelitian selanjutnya

111

diperoleh skor untuk setiap variabel yang digunakan dalam analisis data. Skor
untuk masing-masing variabel merupakan total skor item.
Pengujian

hipotesis

dilakukan

untuk

mengetahui

besar

pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja
guru. Dalam penelitian ini variabel kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja
dan disiplin kerja sebagai variabel sebab (eksogenus variabel) dan kinerja guru
sebagai variabel akibat (endogenus variabel). Langkah awal dalam perhitungan
adalah mengetahui besaran korelasi antar variabel. Hasil perhitungan korelasi
antar variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.84
Korelasi Antara Variabel

Kepemimpinan
kepala
sekolah (X1)
Motivasi kerja
(X2)

Kepemimpin Motivasi Disiplin Kinerja


an kepala
kerja
kerja
guru
sekolah (X1)
(X2)
(X3)
(Y)
**
**
1
.723
.438
.828**

Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
.000
**
Pearson
.723
1
Correlation
Sig. (2-tailed)
.000
Disiplin kerja
Pearson
.438**
.505**
(X3)
Correlation
Sig. (2-tailed)
.000
.000
**
Kinerja guru (Y) Pearson
.828
.766**
Correlation
Sig. (2-tailed)
.000
.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a. Listwise N=63
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2011
4.3.6.2

.000
.505**

.000
.766**

.000
1

.000
.564**

**

.564

.000
1

.000

Analisis Jalur
Koefisien jalur diperoleh berdasarkan korelasi antar variabel. Dengan

melalui perhitungan SPSS diperoleh koefisien jalur kepemimpinan kepala


sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru sebagai berikut :

112

Tabel 4.85
Hasil Koefisien Jalur X terhadap Y
Model

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
1.479
3.710
.695
.116
.546

(Constant)
Kepemimpinan kepala
sekolah (X1)
Motivasi kerja (X2)
.351
Disiplin kerja (X3)
.186
a. Dependent Variable: Kinerja guru (Y)

.120
.074

.278
.184

t
.399
5.982

Sig.
.692
.000

2.920
2.518

.005
.015

Diperoleh koefisien jalur dari kepemimpinan kepala sekolah terhadap


kinerja guru (PYX1) sebesar 0,546, koefisien jalur dari motivasi kerja terhadap
kinerja guru (PYX2) sebesar 0,278, dan koefisien jalur dari disiplin kerja terhadap
kinerja guru (PYX3) sebesar 0,184.
Besar pengaruh secara bersama-sama kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru diperoleh dari hasil
perkalian koefisien jalur dengan matriks korelasi antara variabel sebab dengan
variabel akibat. Adapun hasil perhitungan pengaruh secara bersama-sama variabel
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi dan disiplin terhadap kinerja guru dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.86
Hasil Koefisien Determinasi (Pengaruh Total) X terhadap Y

113

Model
dim 1

Adjusted R
R
R Square
a
.877
.769

Square
.757

Std. Error of the Estimate


5.60296

ensi
on0
a. Predictors: (Constant), Disiplin Kerja (X3), Kepemimpinan Kepala Sekolah
(X1), Motivasi Kerja (X2)
Diperoleh pengaruh secara bersama-sama variabel kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi dan disiplin terhadap kinerja guru sebesar 0,769. Selain
pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah,motivasi dan disiplin terhadap
kinerja guru, terdapat probabilitas munculnya pengaruh variabel lain (residu).
Maka untuk menghitung besarnya koefisien pengaruh variabel dimaksud
digunakan formula sebagai berikut :
=

= 0,481

Besar koefisien jalur untuk faktor lain yang tidak masuk dalam spesifikasi
adalah 0,481
Persamaan koefisien jalur yang terbentuk dinyatakan sebagai berikut :
Y = 0,546 X1 + 0,278 X2 + 0,184 X3 + 0,481
Persamaan tersebut dapat digambarkan dalam model struktural sebagai
berikut :

114

= 0,481
Y

Gambar 4.1
Model Struktural Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah , Motivasi dan
Disiplin terhadap Kinerja Guru
Dari gambar 4.1. di atas, dapat diformulasikan hasil pengujian melalui tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.87
Hasil Perhitungan Jalur
Variabel
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Motivasi Kerja (X2)
Disiplin Kerja (X3)
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Koefisien Jalur
0,546
0,278
0,184

Hasil pengolahan data untuk membuktikan pengaruh langsung dan tidak


langsung variabel disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.88
Pengaruh X1, X2 dan X3 Langsung dan Tidak langsung terhadap Y
Variabel

Koefisie
n
Jalur

Pengaruh
Langsung

Pengaruh tidak langsung


(melalui)
X1
X2
X3

Total

115

X1

0,546

29.8%

11%

X2

0,278

7,7%

11,0%

X3

0,184

3,4%

4,4%

4,4%

45.2%

2,6%

21.3%

2,6%

Total Pengaruh (R2)


Pengaruh faktor lain ()
4.3.6.3

10.4%
76,9%
23,1%

Hasil Uji Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap


Kinerja Guru
Setelah pengujian koefisien jalur dari Kepemimpinan kepala sekolah ke

kinerja guru diperoleh ada pengaruh Kepemimpinan kepala sekolah terhadap


kinerja guru selanjutnya dapat diketahui besarnya pengaruh secara langsung dan
tidak dari Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja guru .
Pengaruh langsung X1 terhadap Y
=

= 0,546 x 0,546 = 0,298 (29,8%)

Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X2


=

. rx1.x2 . Pyx2 = 0,546 x 0,723 x 0,278 = 0,110 (11%)

Pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y melalui X3


=

. rx1.x3 .

= 0,546 x 0,438 x 0,184 = 0,044 (4,4%)

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh pengaruh langsung Kepemimpinan


kepala sekolah terhadap Kinerja sebesar 29,8%. Besarnya pengaruh tidak
langsung Kepemimpinan kepala sekolah terhadap Kinerja guru karena ada
keterkaitan (hubungannya) dengan Motivasi kerja memberikan penambahan
pengaruh sebesar 11,0% dan pengaruh tidak langsung Kepemimpinan kepala

116

sekolah terhadap Kinerja guru karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan


Disiplin kerja memberikan penambahan pengaruh sebesar 4,4%
Total Pengaruh (Pengaruh langsung dan tidak langsung) Kepemimpinan
kepala sekolah terhadap Kinerja diperoleh sebesar 29,8% + 11,0% + 4,4% =
45,2%.
4.3.6.4

Hasil Uji Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru


Setelah pengujian koefisien jalur dari Motivasi kerja ke Kinerja guru

diperoleh ada pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja guru selanjutnya dapat
diketahui besarnya pengaruh secara langsung dan tidak dari Motivasi kerja
terhadap Kinerja guru .
Pengaruh langsung X2 terhadap Y
=

= 0,278 x 0,278 = 0,077 (7,7%)

Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X1


=

. rx1.x2. Pyx1 = 0,278 x 0,723 x 0,546 = 0,11 (11%)

Pengaruh tidak langsung X2 terhadap Y melalui X3


=

. rx2.x3 .

= 0,278 x 0,505 x 0,184 = 0,026 (2,6%)

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh pengaruh langsung Motivasi kerja


terhadap Kinerja sebesar 7,7%. Besarnya perhitungan diperoleh pengaruh tidak
langsung Motivasi kerja terhadap Kinerja guru karena ada keterkaitan
(hubungannya) dengan Kepemimpinan kepala sekolah memberikan penambahan
pengaruh sebesar 11,0% dan pengaruh tidak langsung variabel Motivasi kerja

117

terhadap Kinerja guru karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan Disiplin


kerja memberikan penambahan pengaruh sebesar 2,6%.
Total Pengaruh (Pengaruh langsung dan tidak langsung) Motivasi kerja terhadap
Kinerja diperoleh sebesar 7,7% + 11,0% + 2,6% = 21,3%.
4.3.6.5

Hasil Uji Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru


Setelah pengujian koefisien jalur dari Disiplin kerja ke Kinerja guru secara

statistik bermakna selanjutnya dapat diketahui besarnya pengaruh secara langsung


dan tidak dari Disiplin kerja terhadap Kinerja guru .
Pengaruh langsung X2 terhadap Y
=

= 0,184 x 0,184 = 0,034 (3,4%)

Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y melalui X1


=

. rx1.x3.

= 0,184 x 0,438 x 0,546 = 0,044 (4,4%)

Pengaruh tidak langsung X3 terhadap Y melalui X2


=

. rx2.x3 .

= 0,184x 0,505 x 0,278= 0,026 (2,6%)

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh pengaruh langsung variabel


Disiplin kerja terhadap Kinerja sebesar 3,4%. Besar perhitungan di atas diperoleh
pengaruh tidak langsung Disiplin kerja terhadap Kinerja guru karena ada
keterkaitan (hubungannya) dengan Kepemimpinan kepala sekolah memberikan
penambahan pengaruh sebesar 4,4% dan pengaruh tidak langsung Disiplin kerja
terhadap Kinerja guru karena ada keterkaitan (hubungannya) dengan Motivasi
kerja memberikan penambahan pengaruh sebesar 2,6%

118

4.3.6.6

Hasil uji Pengaruh Bersama-sama Kepemimpinan Kepala Sekolah,


Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru
Hasil pengaruh langsung dan tidak langsung yang diperoleh dapat

dirangkum dalam tabel berikut :


Tabel 4.89
Besarnya Koefisien Jalur Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja
dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru
Koefisien

langsung

Jalur
Kepemimpinan
kepala sekolah
Motivasi kerja
Disiplin kerja
Total
Hasil

Pengaruh

Pengaruh
tidak
langsung

Total
Pengaruh

0,546

29.8%

15.4%

45.2%

0,278
0,184

7,7%
3,4%

13.5%
7,0%

21.3%
10.4%
76.9%

yang

diperoleh

memperlihatkan

terdapat

pengaruh

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua


Kabupaten Bandung Barat sebesar 45,2%, pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat sebesar 21,3% dan
pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat sebesar 10,4%. Jadi terlihat pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
paling besar diantara ketiga variabel yang diteliti dan diikuti dengan pengaruh
motivasi kerja dan disiplin kerja. Secara total pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1
Cisarua Kabupaten Bandung Barat diperoleh sebesar 76,9%, sedangkan sisanya
sebesar 23,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
4.3.7 Pembahasan

119

4.3.7.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)


Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang kepemimpinan kepala
sekolah (X1), diperoleh skor rata-rata sebesar 3,94 (tabel 4.81) sesuai dengan
kriteria penafsiran (tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66) berada
diantara hubungan 3,4 4,1 maka gambaran kepemimpinan kepala sekolah di
SMP Negeri 1 Cisarua termasuk kategori baik.
Hal ini berarti pola kepemimpinan kepala sekolah yang ditampilkan sudah
baik dan pemahaman terhadap tugas dan peranannya sebagai seorang pemimpin
cukup memadai. Tanpa adanya pemahaman tentang kepemimpinan maka tujuan
yang diharapkan sulit dicapai. Peran dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa
(2009 : 98) diantaranya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,
leader, inovator dan motivator.
4.3.7.2 Motivasi Kerja (X2)
Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang motivasi kerja (X 2),
diperoleh skor rata-rata sebesar 3,26 (tabel 4.81) sesuai dengan kriteria penafsiran
(tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66) berada diantara hubungan
2,6 3,3 maka gambaran motivasi kerja termasuk kategori cukup baik.
Hal ini berarti motivasi kerja guru SMP Negeri 1 Cisarua belum optimal.
Masih harus diupayakan langkah untuk meningkatkan baik motivasi instrinsik
maupun motivasi ekstrinsiknya.
4.3.7.3 Disiplin Kerja (X3)

120

Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang disiplin

kerja (X3),

diperoleh skor rata-rata sebesar 3,18 (tabel 4.81) sesuai dengan kriteria penafsiran
(tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66) berada diantara hubungan
2,6 3,3 maka gambaran disiplin kerja termasuk kategori cukup baik.
Hal ini berarti disiplin kerja guru SMP Negeri 1 Cisarua belum optimal.
Masih harus diupayakan langkah untuk meningkatkan disiplin kerja menyangkut
ketepatan waktu, kesadaran dalam bekerja dan kepatuhan pada peraturan yang
berlaku.

4.3.7.4 Kinerja Guru (Y)


Berdasarkan tanggapan hasil responden tentang kinerja guru (Y),
diperoleh skor rata-rata sebesar 3,31 (tabel 4.81) sesuai dengan kriteria penafsiran
(tabel 4.82) yang dikemukakan Sugiyono (2004 : 66) berada diantara hubungan
2,6 3,3 maka gambaran kinerja guru termasuk kategori cukup baik.
Tenaga pendidik atau guru merupakan tulang punggng sekolah dalam
menjalankan proses kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tinggi rendahnya
prestasi siswa tidak terlepas dari kinerja gurunya.
Kinerja guru dapat diukur dari cara guru tersebut mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan ,mengevaluasi siswa. Selain itu
kinerja gurupun diakibatkan oleh faktor lain diantaranya kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja.
Guru hendaknya selalu berusaha mencari cara untuk meningkatkan
prestasi siswa. Guru dapat meningkatkan wawasan pengetahuannya dengan
membaca beberapa buku pegangan. Untuk meningkatkan kinerjanya, guru harus
selalu berusaha tepat waktu, menggunakan metode dan strategi pembelajaran

121

dengan tepat, mengikuti pelatihan dan sebagainya sehingga dapat meningkatkan


kualitas kegiatan pembelajaran
4.3.7.5

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru


Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan,

diperoleh besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X 1) terhadap kinerja


guru (Y) secara langsung sebesar 0,298 atau 29,8%
langsung melalui motivasi kerja (X2) sebesar
melalui disiplin kerja (X3) sebesar 0,044

sedangkan pengaruh tidak


atau 0,11 atau 11 % serta

atau 4,4%. Dengan demikian total

pengaruhnya sebesar 0,452 atau 45,2% termasuk cukup signifikan.


Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar
45,2%, pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar 21,3% dan
pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat sebesar 10,4%.
Jadi terlihat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP
Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat paling besar diantara ketiga variabel
yang diteliti dan diikuti dengan pengaruh motivasi kerja dan disiplin kerja.
Hal ini dikarenakan Kepala SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat
mampu berfungsi sebagai Educator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader,
Inovator dan Motivator (EMASLIM) dengan cukup baik. Menurut Mulyasa (2009
: 90) bahwa kepala sekolah berperan utama dalam menggerakan organisasi
sekolah. Kepala sekolah dapat menjalankan tugasnya dengan cukup baik akan
berpengaruh terhadap kinerja guru. Kepala sekolah yang mampu melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai EMASLIM akan meningkatkan kinerja guru dan
dapat juga meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan tujuan dan
sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap.

122

4.3.7.6 Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru


Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan,
diperoleh besarnya pengaruh motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) secara
langsung sebesar 0,077 atau 7,7% sedangkan pengaruh tidak langsung melalui
disiplin kerja (X3) sebesar 0,026 atau 2,6% serta melalui kepemimpinan kepala
sekolah (X1) sebesar 0,110 atau 11%. Dengan demikian total pengaruhnya sebesar
0,026 atau 2,6% termasuk cukup tinggi
Motivasi kerja cukup berpengaruh terhadap kinerja guru, sebagaimana
pendapat Gordon W. yang dikutif Mangkunegara (2005 : 104) menyatakan bahwa
ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja.
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai motivator dapat melakukan penerapan
kebijakan dan pengambilan keputusan yang dapat memacu motivasi kerja para
guru.
4.3.7.7 Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan,
diperoleh besarnya pengaruh Disiplin kerja (X 3) terhadap kinerja guru (Y) secara
langsung sebesar 0,034 atau 3,4 % sedangkan pengaruh tidak langsung melalui
kepemimpinan kepala sekolah (X1) sebesar 0,044 atau 4,4% serta melalui
motivasi kerja (X2) sebesar 0,026

atau 2,6%. Dengan demikian total

pengaruhnya sebesar 0,104 atau 10,4% termasuk cukup tinggi.


Disiplin di lingkungan kerja sangat diperlukan karena akan berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pegawai dengan disiplin kerja yang baik
akan menguntungkan perusahaan dan pegawai itu sendiri. Tingkat kedisiplinan
seorang pegawai dapat diukur dari ketepatan waktu dalam melaksanakan
pekerjaan, kesadaran dalam bekerja serta kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku.

123

4.3.7.8

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan


Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru secara bersamasama memperlihatkan bahwa :
1. Pengaruh total kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru
(Y) sebesar 45,2 %.
2. Pengaruh total motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) sebesar
21,3 %.
3. Pengaruh total disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru (Y) sebesar
10,4 %.
4. Pengaruh total kepemimpinan kepala sekolah (X 1), motivasi kerja (X2) dan
disiplin kerja (X3) terhadap kinerja guru sebesar 76,9 %.
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa variabel-variabel yang
mempengaruhi kinerja guru tidak dapat berjalan sendiri-sendiri namun harus
selalu bersinergi dalam pelaksanaannya sehingga memberikan kontribusi yang
tinggi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasannya
mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin
kerja terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat,
penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan kepala sekolah yang meliputi kepala sekolah sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator sesuai dengan hasil pengolahan data termasuk dalam kategori
baik.
2. Motivasi kerja yang meliputi motivasi intrinsik dan ekstrinsik sesuai
dengan hasil pengolahan data termasuk kategori cukup baik.

124

3. Disiplin kerja yang meliputi ketepatan waktu, kesadaran dalam bekerja


dan kepatuhan pada peraturan sesuai dengan hasil pengolahan data
termasuk kategori cukup baik.
4. Kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua yang meliputi mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi sesuai
dengan pengolahan data berada pada kategori cukup baik.
5. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru secara
langsung maupun tidak langsung termasuk besar
6. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru secara langsung maupun
tidak langsung cukup besar.
7. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru secara langsung maupun
tidak langsung cukup besar.
8. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja
terhadap kinerja guru sangat besar.
5.2 Saran
Dengan mengetahui adanya pengaruh yang positif antara kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja guru baik secara
bersama-sama maupun secara parsial serta mengetahui karakteristik yang
memberi pengaruh paling besar terhadap kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua,
maka :
1. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat berada pada kategori baik. Sejalan dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan, maka untuk
meningkatkan kinerja guru kepemimpinan kepala sekolah harus lebih
efektif. Untuk itu kepala sekolah perlu mengikuti workshop manajemen
serta lebih terbuka pada saran dan kritik yang sifatnya membangun.
2. Berdasarkan pengolahan data, motivasi kerja guru SMP Negeri 1 Cisarua
termasuk pada kategori cukup baik. Motivasi kerja guru perlu ditingkatkan
terutama motivasi eksternal. Hal ini dapat dilakukan oleh kepala sekolah

125

dengan cara peningkatan kesejahteraan guru, menjalin hubungan


interpersonal yang lebih harmonis dan

peningkatan lingkungan kerja

yang aman dan nyaman sehingga para guru dapat meraih prestasi kerja
yang lebih baik pada waktu mendatang.
3. Berdasarkan pengolahan data, disiplin kerja guru SMP Negeri 1 Cisarua
termasuk pada kategori cukup baik. Sejalan dengan tuntutan masyarakat
terhadap peningkatan kualitas sekolah, perlu ditingkatkan kedisiplinan
kerja guru dengan pembinaan dan pengawasan yang lebih intensif.
4. Kinerja guru SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat berada
pada kategori cukup baik. Perlu diperhatikan hal-hal yang memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kinerja guru. Untuk peningkatan kinerja
guru kepala sekolah harus dapat menentukan strategi yang efektif dan
apabila terjadi penurunan kualitas kinerja dapat mengidentifikasi
penyebabnya.
5. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Negeri 1 Cisarua Kabupaten
Bandung Barat pada umumnya sudah baik. Agar lebih baik lagi perlu
mengoptimalkan manajemen dan supervisi terhadap kinerja guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat meningkatkan
kinerja guru dan mutu pendidikan.
6. Untuk meningkatkan motivasi kerja guru sebaiknya kepala sekolah
memberikan kebijakan yang dapat memotivasi guru agar melakukan
kinerja terbaik, seperti memberikan apresiasi terhadap guru berprestasi dan
memberikan kesempatan kepada guru seluas-luasnya untuk lebih
mengembangkan potensi yang ia miliki.
7. Untuk meningkatkan disiplin kerja guru sebaiknya kepala sekolah
meningkatkan sistem pembinaan dan pengawasan. Sistem pembinaan yang
dilaksanakan hendaknya bervariasi misalnya dengan
metode

ESQ.

Sistem

pengawasan

dapat

menggunakan

ditingkatkan

dengan

126

menggunakan kemajuan sistem informasi


guru di sekolah maupun di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

untuk memantau kehadiran

127

Ambar Teguh Sulistiani Rosidah, (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia,


Yogyakarta: Graha Ilmu.
A Tabrani R, (2000), Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru, Cianjur: CV
Dinamika Karya.
Arikunto Suharsimi, (1997), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan, (2004), Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok,
Jakarta: Rineka Cipta.
Davis, Keith dan John W. Newstrom, (1995), Perilaku dalam Organisasi,
(Terjemahan Agus Darma), Jakarta: Erlangga.
Depdiknas Direktorat Pembinaan SMP, (2006), Pembakuan Bangunan dan
Perabot SMP, Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
E. Mulyasa, (2009), Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
E. Mulyasa, (2007), Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Fathoni Abdurrahmat, (2006), Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Gomez Meija, D.B. Balkin dan R.L. Cardy, (2001) Manajing Human Resources,
USA: Prentice Hall.
Husen, Umar, (2004), Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Istijanto, (2005), Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : STIE YPKN
Kerlinger, Fred. N. ( 2004), Asas-Asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Luthan, Fred, (2006), Organization Behavior (Prilaku Organisasi), Yogyakarta:
ANDI.
Mangkunegara, Anwar Prabu, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Miftah Toha, (2003), Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja
Grapindo.
Nawawi, Hadari, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

128

Peraturan Pemerintah RI, 2005, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : CV Eko


Jaya.
Rahman at all, (2006), Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan, Jatinangor: Alqaprint.
Rivai, Veithzal, (2004), Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Robbin Stephen P, (2001), Organizational Behavior, New Jersey: Prentice Hall
International.
Sedarmayanti, (2009), Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung:
CV Mandar Maju.
Sidik Priadana, (2005), Panduan Penyusunan Skripsi dan Tesis, Bandung: STIE
Pasundan.
Siagian, Sondang P. (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta:
Rineka Jaya.
Siswanto, Bedjo, (2005), Manajemen Tenaga Kerja, Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono, (2001), Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Sujana, (2005), Metode Statistika, bandung : CV Tarsito.
Sujana, (2003), Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Bandung: CV Tarsito
Sukardi, (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supranto J. (2000), Statistik Teori dan Aplikasi, Bandung : PT Gelora Aksara.
Timple, Dale A, (2000), Seri Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Yulk Garry, (2005), Kepemimpinan dalam Organisasi, Jakarta: PT Yudeks.
Wahjosumijo, (2002), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Wibowo, (2007), Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Winardi, J. (2001), Pemotivasian dalam Manajemen, Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada.
Jurnal :
UUD Republik Indonesia 1945.

129

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 edisi 2009, Sistem


Pendidikan Nasional, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 edisi 2009, Tentang
Guru dan Dosen, Bandung, Depdiknas, Citra Umbara.
Hernowo Narmodo, 2005, Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja
Pegawai Badan Kepegawaian Daerah, http.etd.eprins, ums.ac.id/6864/.
Rizal Aminudin, 2008, Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja
Pegawai
Dinas
Pendidikan
Semarang,
http//etd.eprins,ums.ac.id/6816/.

Anda mungkin juga menyukai