Anda di halaman 1dari 14

Aspek Regulasi Nasional

dalam mendukung IHR


Biro Hukum Dan Organisasi

Definisi

IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara


resmi mengikat untuk diberlakukan oleh seluruh
negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota
WHO tetapi setuju untuk dipersamakan dengan
negara anggota WHO. Telah disepakati bahwa
IHR(2005) dilaksanakan terhitung mulai tanggal 15
Juni 2007.Penanggung jawab dalam pelaksanaan IHR
2005 di Indonesia adalah Departemen Kesehatan dan
WHO akan mendukung pelaksanaannya.

Dasar Hukum

UU Nomor 1 tahun 1962 ttg karantina Udara


UU Nomor 2 tahun 1962 ttg karantina Laut
UU Nomor 4 tahun 1984 ttg Wabah Penyakit Menular
UU Nomor 23 tahun1992 ttg Kesehatan
UU Nomor 29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran
PP Nomor 40 Thn 1991 ttg Penanggulangan Wabah
Peny Menular
Peraturan Menteri Kesehatan di bidang Penanggulangan
dan Pemberantasan Penyakit .

Upaya di bidang P2PL

Intervensi Terhadap :
Orang secara Individual, Massal
Lingkungan : Standar, Persyaratan,Tenaga,
Pemusnahan, Penyuluhan, Izin
Barang : Jenis, Persyaratan, Standar, Pemeriksaan,
Pengambilan, Pemusnahan
Sarana dan Prasarana: standar dan persyaratan

Implementasi Hukum
RUU tentang Karantina Kesehatan
Art. 2 Tujuan dan Ruang Lingkup
Tujuan dan ruang lingkup dari IHR 2005 adalah
untuk mencegah, melindungi, mengawasi dan
menyediakan dan melaksanakan tindakan kesehatan
masyarakat dari penyebaran penyakit secara
internasional, di dalam mana sesuai dengan dan
membatasi resiko kesehatan masyarakat, dan
menghindarkan hambatan yang tidak perlu bagi
trafic dan perdagangan internasional.

Pedoman Teknis SKD dan Penanggulangan KLB

Art. 6 Notification
Art. 7 Information Sharing During
Unexpected Public Health Events
Art. 8 Other Report
Art. 10 Vcerification
Art. 13 Public Health Response

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji

Art. 23 Pemeriksaan Kesehatan pada


Kedatangan dan Keberangkatan
Art. 31 Pemeriksaan Kesehatan bagi
Pendatang
Art. 32 Penanganan Traveller
Art. 40 Pembiayaan untuk Pemeriksaan
Kesehatan Orang Bepergian

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Haji


Art. 20 Bandara dan Pelabuhan
Negara harus menetapkan bandara dan pelabuhan yang akan
mengembangkan kemampuan sesuai lampiran 1
Negara harus meyakinkan bahwa SSCEC dan SSCC diberlakukan sesuai
ketentuan pada art-39 dan contoh yang disediakan pada lampiran
Negara harus mengirimkan kepada WHO Daftar Pelabuhan yang
berwenang memberikan:
WHO atas permintaan negara bersangkutan dan setelah duatu kajian, dapat
memberikan sertifikat bandara atau pelabuhan yang telah memenuhi
persyaratan pada ayat 1 dan 3. Sertifikat ini akan direview secara periodic
oleh WHO dan dengan konsultasi dengan negara bersangkutan
WHO dengan berkolaborasi dengan organisasi antar negara dan badan
internasional harus membangun dan mempublikasikan petunjuk sertifikasi
untuk bandara dan pelabuhan sesuai dengan artikel ini. WHO juga harus
mempublikasikan daftar bandara dan pelabuhan yang sudah
disertifikasikan.

Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

Sesuai dengan Panduan Petugas KesehatanTentang


IHR 2005 yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal PP & PL , yang menjadi Competent
Authorities sesuai dengan Art. 22 adalah Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP). Peranan KKP sesuai
dengan pasal tersebut adalah:
1.
a.
Melaksanakan pemantauan alat
angkut, kontainer, dan isinya yang datang dan pergi
dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa
barang-barang diperlakukan dengan baik dan tidak
terkontaminasi dari sumber infeksi, vektor, dan
reservoar.

Ortala KKP lanjutan

b.
Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan
reservoar terhadap alat angkut yang digunakan oleh orang yang bepergian.
c.
Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinseksi dan
dekontaminasi.
d.
Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat
angkut guna melakukan pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau
kendaraannya.
e.
Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang
terkontaminasi (seperti air, makanan, dan sisa pembuangan manusia)
f.
Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap
pembuangan sisa-sisa bahan alat angkut yang dapat menimbulkan
pencemaran dan penyakit.
g.
Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan
dan angkutan di wilayah kedatangan.

Ortala KKP (2)

h.
Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila
terjadi hal-hal yang tidak diharapkan, sesuai dengan kebutuhan
(emergency case).
Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.
2. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh
WHO untuk setiap kedatangan dari daerah tertular apabila
terindikasi bahwa pemeriksaan keberangkatan dari daerah
terinfeksi dianggap tidak benar/tidak sah.
3. Melaksanakan prosedur disinseksi, deratisasi, desinfeksi,
dekontaminasi, serta pemeriksaan sanitasi lainnya dengan
tidak menyebabkan atau seminimalnya kecelakaan, ketidak
nyamana dan kerusakan

Tugas KKP sesuai dengan IHR 2005:

Pelabuhan, Bandara, Lintas Batas


Art. 23
Pemeriksaan Kesehatan pada Kedatangan dan
Keberangkatan
Art 34.
Kontainer dan Pelabuhan Peti Kemas
Art. 40
Biaya Pemeriksaan Kesehatan Bagi Orang
yang Bepergian
Art. 41
Biaya Pemeriksaan pada Alat Angkut,
Kontainer, Barang, Bagasi, dan Paket Pos
Art. 44
Kerjasama dan Bantuan
Art. 45
Pengelolaan Data Pribadi
Art. 46
Pengangkutan dan Pengelolaan Bahan Biologis,
Reagen, dan Bahan Diagnostik Lainnya.

Alat Angkut

Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.
Art.

23
24
25
26
27
28
29
33
37
38
39
42
43
46

Pemeriksaan Kesehatan pada Kedatangan dan Keberangkatan


Operator Alat Angkut
Kapal dan Pesawat Transit
Truk, Kereta Api, dan Bus Transit
Alat Angkut Terjangkit
Kapal dan Pesawat pada Jalur Kedatangan
Truk, Kereta Api, dan Bus pada Jalur Kedatangan
Barang Transit
Maritime Declaration of Health
Health Port of Aircraft General Declaration
Ships Sanitation Certificates
Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan Tambahan
Pengangkutan dan Penanganan Bahan Biologis, Reagen, dan
Bahan Diagnostik Lainnya.

Orang

Art. 23

Art. 30
Art. 31

Art. 32

Art. 35
Art. 36
Art. 42
Art. 43
Art. 45

Pemeriksaan Kesehatan pada Ke datangan dan


Ke berangkatan
Orang yang Bepergian dalam Pengawasan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan bagi Orang yang Bepergian
pada Jalur Kedatangan
Perwatan/Penanganan Kesehatan bagi Orang yang
Bepergian
Ketentuan Umum
Sertifikat Vaksinasi atau Profilaksis Lainnya
Pelaksanaan Pe meriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan Tambahan
Pengelolaan Data Pribadi

Tata Hubungan Kerja di Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan

Pedoman Teknis Penerbitan Dokumen Kesehatan pada


Pelabuhan, Bandara, dan Lintas Batas Darat
Art. 36 Sertifikat Vaksinasi atau Profilaksis Lain

Vaksinasi dan profilaksis bagi pendatang ditetapkan sesuai peraturan ini


atau rekomendasi dan sertifikasi harus berhubungan dan sesuai dengan
lampiran 6, dan apabila perlu merujuk lampiran 7 terhadap penyakit
yang spesifik.

Orang bepergian yang memiliki sertifikat vaksinasi atau


profilaksis yang berlaku sesuai dengan lampiran 6 dan bila
perlu sesuai dengan lampiran 7 tidak akan ditolak masuknya
sebagai akibat dari suatu penyakit sesuai sertifikat vaksinasi
tersebut. Walaupun datang dari daerah tertular kecuali
kesehatan pelabuhan mempunyai indikasi dan atau bukti
bahwa vaksinasi atau profilaksis lainnya tidak efektif

Adminkes

Hierarki

Bupati/Walikota Gubernur
Dinkes Prov Menkes

Kewenangan SDM

SOP IHR
Aspek Klinis +
Sosial
DREpide
milogist

Sanitarian

SDM
Sertifikator
WabahPHEIC

Sbg Produk
Hukum
Kesehatan

Super
Spesialis

Dr. Spesialis

P
UK

UK
M

Tim ?
Expertise!!

Dr. umum Plus (OID)

Ahli Gizi

Perawat, Bidan, Nakes lainnya

Desa siaga

Adminkes

Hierarki
Kewenangan SDM

PHEIC
BIOTERORISM
B3

Teknis medis vs administrator


Komunikator gawat > darurat
yg cepat & akurat

DU HAM
Aspek Sosial

DREpide
milogist

Barang
Portable lain

Sanitarian

SDM
Sertifikator
WabahPHEIC

Sbg Produk
Hukum
Kesehatan

Super
Spesialis

Dr. Spesialis

P
UK

UK
M

Orang =
Penyandang
HAM

Dr. umum Plus (OID)

Lingkungan
Sarana/
Alat angkut

Ahli Gizi

Perawat, Bidan, Nakes lainnya

Desa siaga

Lanjutan Dokumen
Art. 37 Maritime Declaration Health (MDH)

Nahkoda sebelum tiba pada pelabuhan pertama menyampaikan informasi


kedatangannya dan harus melaporkan status kesehatan di dalam kapal, kecuali
apabila negara tidak memintanya, maka nahkoda pada saat kedatangan atau
pada saat tanda peringatan kedatangan kapal, Nahkoda memberikan kepada
negara dokumen yang lengkap dan mengirimkannya melalui kesehatan
pelabuhan dan MDH harus disahkan oleh dokter kapal, jika ada.
Nahkoda atau dokter kapal (jika ada) harus memberikan informasi kesehatan
yang diminta kesehatan pelabuhan mengenai kondisi kesehatan kapal selama
perjalanan internasional.]
MDH harus dibuat sesuai model lampiran 8
Negara dapat memutuskan:
Tidak perlu memberikan MDH pada saat kedatangan
Meminta MDH atas rekomendasi bahwa kapal datang dari daerah
tertular atau memintanya dari kapal yang mungkin membawa sumber
infeksi atau kontaminasi.

Negara harus menginformasikan kepada operator kapal atau


agen atas permintaannya

lanjutan

Art. 37 Maritime Declaration Health (MDH)

Nahkoda sebelum tiba pada pelabuhan pertama menyampaikan informasi


kedatangannya dan harus melaporkan status kesehatan di dalam kapal, kecuali
apabila negara tidak memintanya, maka nahkoda pada saat kedatangan atau
pada saat tanda peringatan kedatangan kapal, Nahkoda memberikan kepada
negara dokumen yang lengkap dan mengirimkannya melalui kesehatan
pelabuhan dan MDH harus disahkan oleh dokter kapal, jika ada.
Nahkoda atau dokter kapal (jika ada) harus memberikan informasi kesehatan
yang diminta kesehatan pelabuhan mengenai kondisi kesehatan kapal selama
perjalanan internasional.]
MDH harus dibuat sesuai model lampiran 8
Negara dapat memutuskan:
Tidak perlu memberikan MDH pada saat kedatangan
Meminta MDH atas rekomendasi bahwa kapal datang dari daerah
tertular atau memintanya dari kapal yang mungkin membawa sumber
infeksi atau kontaminasi.

Negara harus menginformasikan kepada operator kapal atau


agen atas permintaannya

lanjutan

Art. 39 Ship Sanitation Certificate


SSCEC dan SSCC harus berlaku untuk maksimal 6 bulan. Periode ini dapat diperpanjang satu bulan jika
pemeriksaan atau pengawasan yang diminta tidak dapat dilaksanaakan di bandara/pelabuhan.
Jika pemberlakuan SSCEC atau SSCC tidak ada/tidak dapat ditunjukkan atau bukti dari ris iko kesehatan
masyarakat ditemukan di dalam kapal, negara boleh mengambil tindakan hukum sesuai ayat 1 art. 27.
Sertifikat pada artikel ini sesuai lampiran 3.
Bila mungkin, pemeriksaan pengendalian harus dilaksanakan apabila kapal dalam keadaan kososng. Pabila
kapal ini ballast harus dilaksanakan sebelum muat.
Apabila pemeriksaan pengawasan diminta dan sudah dilaksanakan secara lengkap, kesehatan pelabuhan
harus mengeluarkan SSCC dengan catatan tidak menemukan bukti dan pemeriksaan pengawasan telah
dilaksanakan.
Kesehatan pelabuhan boleh menerbitkan SSCEC disetiap pelabuhan sesuai artikel 20 apabila diyakini
bahwa kapal bebas dari infeksi dan kontaminas i, termasuk vector dan reservoir. Sertifikat tersebut biasanya
dikeluarkan bila pemeriksaan telah dilaksanakan dalam kapal yang kosong atau isinya hanya ballast atau
material lain, seperti bahan alam yang ditimbun atau dibuang sehingga membuat kapal dapat diperiksa.
Jika dalam keadaan dimana pengawasan pemeriksaan telah dilaksanakan, dan pendapat dari kesehatan
pelabuhan bahwa hasilnya tidak memuaskan, maka kesehatan pelabuhan harus membuat catatan dalam
SSCC.

10

SDM

Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas


yang sesuai dengan IHR 2005:
Tenaga Epidemiolog untuk melakukan surveillance setiap kejadian yang
berpotensi terhadap kesehatan masyarakat dan melakukan pengkajian
sesuai dengan criteria penentuan PHEIC dalam lampiran 2 IHR 2005.
Tenaga medis (dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada
kedatangan dan keberangkatan)
Yang menandatangani sertifikat vaksinasi atau profilaksis lain sesau
dengan art. 36 adalah dokter atau tenaga kesehatan lain yang berwenang
melakukan supervisi administrasi vaksin atau profilaksis.
Yang menandatangani Maritime Declaration Health (MDH) adalah
Nahkoda atau dokter kapal ( Ships surgeon ) bila ada.
Yang menandatangani Health Part of the Aircraft General Declaration
adalah Pilot yang bertugas.
Yang menandatangani SSCEC dan SSCC adalah Kepala Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP).

UU No 1 dan UU no 2

Perbandingan antara UU No. 1 tahun 1962 tentang


Karantina Laut dan UU No. 2 tahun 1962 tentang
Karantina Udara dengan IHR 2005:

Pada UU No 1 tahun 1962 dan UU No 2 tahun 1962, yang


termasuk penyakit karantina adalah Pes (plaque), Kolera
(Cholera), Demam Kuning (Yellow fever), Cacar (Smallpox),
Tifus Bercak wabahi-Typhus exanthematicus infectiosa
(Louise Borne Typhus) dan Demam balik-balik (Louse borne
Relapsing fever).

Pada IHR 2005, penyakit new emerging dan reemerging serta risiko kesehatan lainnya yang terjadi,
baik disebabkan oleh penyakit infeksi maupun non
infeksi

11

lanjutan

Pada UU No 1 tahun 1962, dokumen yang harus disiapkan oleh


nahkoda kapal laut pada saat tiba di pelabuhan terdiri dari:

keterangan kesehatan maritime

keterangan hapus tikus, atau bebas hapus tikus yang berlaku

sertifikat-sertifikat vaksinasi

buku kesehatan yang bentuk dam isinya ditetapkan oleh Menteri


Kesehatan.
Pada UU No. 2 tahun 1962, dokumen yang harus disiapkan oleh pesawat
terbang terdiri dari:

Health Part of the Air Craft General Declaration

Surat keterangan hapus serangga yang terakhir

Surat keterangan hapus hama, jika ada diadakan hapus


hama

Buku kesehatan pesawat udara (hanya pada pesawat


udara yang mengadakan perjalanan dalam negeri)

IHR

Pada IHR 2005, dokumen-dokumen yang


harus dilengkapi oleh kapal laut adalah
Maritime Declaration Health (MDH),Ship
Sanitation Control Exemption Certificate
(SSCEC) dan Ship Sanitation Control
Certificate (SSCC). Sedangkan dokumen yang
harus dilengkapi oleh pesawat udara adalah
Health Part of the Aircraft General
Declaration.

12

lanjutan

Pada UU No 1 tahun 1962 dan UU No 2 tahun 1962, yang


memiliki wewenang untuk mengambil tindakan pemeriksaan
dan tindakan kesehatan lainnya pada kapal dan pesawat udara
berada di tangan dokter yang bertugas di Pelabuhan,
termasuk dalam mengambil tindakan khusus atau isolasi.

Pada IHR 2005, yang melakukan pemer/iksaan dan tindakan kesehatan


(desinfeksi, dekontaminasi,desinseksi atau derrating) serta melakukan
pengendalian resiko kesehatan dalam setiap kasus adalah Petugas
kesehatan pelabuhan. Bila akan melaksanakan pemeriksaan tambahan
termasuk isolasi, harus melaporkan kepada IHR Focal Point

Penutup

RUU KARANTINA KES masuk dalam


prolegnas pembahasan 2009
NA ruu karantina kes sedang di sempurnakan
kembali oleh BPHN dengan mengacu pada
IHR 2005
RUU karantina kesehatan segera di
sempurnakan dengan mengacu pada IHR 2005

13

IHR-KKP

Input : orang, alat angkut, barang


Proses : SOP, SECOND OPINION,
MITIGASI RISIKO, 5 LEVEL OF PH
DENGAN SENTUHAN KEGAWATAN &
KEDARURATAN BERDIMENSI HAM
OUTPUT : BERITA ACARA PROSES,
SERTIFIKAT : mdh ssec dll
OUTCOME : PUBLIC SAFETY,
calculated/accepted risk

TERIMAKASIH

14

Anda mungkin juga menyukai