Ca ORBITAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medikal di
Ruang 23i RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
SANDA PRIMA DEWI
125070201131017
KELOMPOK 22
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Ca ORBITAL
di Ruang 23i RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
SANDA PRIMA DEWI
125070201131017
KELOMPOK 22
Tanggal :
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
1. KONSEP PENYAKIT
1.1. Definisi
Orbita adalah suatu rongga yang berisikan bola mata dengan jaringan lunak
sebagai bantalan bola mata. Rongga tersebut berbentuk piramid, yang memiliki dasar
berbentuk kuardrangular terbuka disebelah anterior, berukuran 4 cm horizontal dan 3,5
cm vertikal. Atap orbita memiliki bentuk triangular. Dinding medial orbita berjarak 2,5
cm satu sama lainnya, dan dinding lateralnya saling membentuk sudut dengan fossa
lakrimal yang terletak pada kedalaman 2 cm. dinding orbita terdiri 7 macam tulang,
yaitu tulang etmoid, frontal, lakrimal, maksila, palatum, sphenoid dan zigomatik. Para
ahli membagi rongga orbita menjadi 4 bagian, yaitu atap orbita, dinding lateral, dinding
medial dan dasar orbita.
Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata)
sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan kelenjar air
mata.
1.2. Anatomi
Orbita berbentuk suatu rongga yang secara skematis digambarkan sebagai
piramida yang berkonvergensi ke arah belakang. Puncaknya adalah foramen optikum,
dan dasarnya menghadap ke depan luar dan terbuka disebut aditus orbitae.
Sedangkan dinding-dindingnya meliputi dinding medial, dinding lateral, dinding atas
(atap orbita), dan dinding bawah (dasar orbita). Orbita terletak di kanan dan kiri basis
nasi (pangkal hidung) (Rahmadani dan Ovy, 2012).
Tulang-tulang yang membentuk orbita berjumlah 7 buah, yaitu tulang frontal,
tulang zigoma, tulang sphenoid, tulang maksila, tulang etmoid, tulang nasal, dan tulang
lakrima.Antara dinding lateral (dinding temporal) dengan atap orbita terdapat fissura
orbitalis superior. Antara dinding lateral dengan dasar orbita terdapat fissura orbitalis
inferior. Antara dinding medial dengan atap orbita terdapat foramen ethmoidalis
anterius dan posterius. Antara dinding medial dengan dasar orbita terdapat fossa sacci
lacrimalis (Rahmadani dan Ovy, 2012).
z
Gambar 1.2. anatomi rongga orbita
Aditus orbitae berbentuk persegi empat dengan sudut-sudutnya membulat.
Sisi-sisinya dibedakan menjadi margo supraorbitalis, margo infraorbitalis, margo
marginalis, dan margo lateralis.Volume orbita dewasa kira-kira 30 cc dan bola mata
hanya menempati sekitar 1/5 bagian ruangannya. Lemak dan otot menempati bagian
terbesarnya (Rahmadani dan Ovy, 2012).
Di dalam orbita, selain bola mata, juga terdapat otot-otot ekstraokuler, syaraf,
pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan lemak, yang kesemuanya ini berguna
untuk menyokong fungsi mata. Orbita merupakan pelindung bola mata terhadap
pengaruh dari dalam dan belakang, sedangkan dari depan bola mata dilindungi oleh
palpebra. Di sekitar orbita terdapat rongga-rongga di dalam tulang-tulang tengkorak
dan wajah, yang disebut sinus paranasalis (Rahmadani dan Ovy, 2012).
Orbita berhubungan dengan sinus frontalis di atas, sinus maksilaris di bawah,
dan sinus ethmoidalis dan sphenoidalis di medial. Dasar orbita yang tipis mudah rusak
oleh trauma langsung terhadap bola mata, berakibat timbulnya fraktur blow out
dengan herniasi isi orbita ke dalam antrum maksilaris. Infeksi dalam sinus sphenoidalis
dan ethmoidalis dapat mengikis dinding medialnya yang setipis kertas (lamina
papyracea) dan mengenai isi orbita. Defek pada atapnya (misal, neurofibromatosis)
dapat berakibat terlihatnya pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak (Rahmadani
dan Ovy, 2012).
1.3. Klasifikasi
Jenis tumor orbita secara general dibagi menjadi:
Stadium III B
Stadium III C
Stadium IV
Tis
T1*
T0
T1*
T2
T2
T3
T0
T1
T2
T3
T3
T4
T4
T4
Tiap T
Tiap T
N0
N0
N1
N1
N0
N1
N0
N2
N2
N2
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Tiap
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
N
1.4. Etiologi dan Faktor Resiko
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata.
Umumnya diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan mata,
atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata
terutama faktor genetik. Selain itu sinar matahari, terutama sinar ultraviolet dan infeksi
virus Papiloma. Tumor mata juga bisa akibat penjalaran dari organ tubuh lain, seperti
dari paru, ginjal, payudara, otak sinus, juga leukemia dan getah bening. Sebaliknya, sel
tumor mata yang terbawa aliran darah sering mencapai organ vital lain seperti paru,
hati atau otak, dan menyebabkan kanker di organ itu. Penderita tumor mata, kecuali
retino blastoma, umumnya berusia 24-85 tahun.Sebagian besar tumor orbita pada
anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada
anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang
cepat dan prognosisnya jelek.
1.5. Patofisiologi (terlampir)
1.6. Manifestasi
Beberapa tanda dan gejala tumor mata yaitu :
a) Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan
gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa
b) Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai,
berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau
cepat (lesi ganas).
c) Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin
atau fistula karotid-kavernosa
d) Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola
mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
e) Gerak mata: sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin akibat
oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital
(misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
f) Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik
atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
1.7. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk pemeriksaan
klinis
secara
lengkap
diperlukan
tahap
tahap
Hertel eksoftalmometer.
Posisi proptosis : diperlukan karena letak dari tumor akan sesuai dengan
macam jaringan yang berada di orbita. Ada dua arah proptosis yang harus
diperhatikan yaitu sentrik dan eksentrik. Proptosis sentrik disebabkan oleh
tumor yang berada di konus. Kemungkinan jenis tumornya adalah glioma,
maningioma atau hemangioma. Proptesis ekstresik harus dilihat dari arah
terdorongnya bola mata untuk menduga kira kira jenis tumornya,
misalnya : arah inferemedial disebabkan oleh tumor yang berasal dari
kelenjar lakrimal atau kista dermoid. Arah inferetemporal disebabkan oleh
tumor dermoid, mukokel sinus etmoid atau sinus frontal atau meningkokel.
-
tumor.
b. Palpasi : pada atumor yang teraba sebaiknya dinilai konsistensinya kistik
atau solid, pergerakan dari dasar, adanya rasa sakit pada penekanan dan
halus dan benjolannya permukaan tumor. Dapat memperkirakan terdapatnya
massa pada anterior orbita, khususnya pembesaran kelenjar lakrimal.
Peningkatan tahanan retrobulbar merupakan abnormalitas yang spesifik.
Dapat oleh karena tumor retrobulbar merupakan abnormalitas yang difus
seperti pada Thyroid assosiated Orbytopathy (TAO). Sebaiknya dilakukan
palpasi kelenjar limfatik regional.
c. Auskultasi : auskultasi dengan stetoskop terhadap bola mata atau tulang
mastoid untuk mendeteksi adanya bruit pada kasus kasus fistula
3.
kavernosa carotid.
Tahap Pemeriksaan Diagnostik Penunjang
a) Pemeriksaan Primer
- Plain film radiography digunakan dalam mengevaluasi pasien pasien
-
struktur intrakranial.
Ultrasonography (USG) dapat sangat membantu dalam beberapa kasus.
b) Pemeriksaan Sekunder
Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi yang spesifik meliputi venography
dan arteriography. Jarang dilakukan tetapi sangat berguna dalam kasus
kasus tertentu.
c) Pemeriksaan Patologi
Diagnosa pasti dari kebanyakan lesi lesi orbita tidak dapat dibuat tanpa
pemeriksaan histopatologi dimana dapat berupa fine needle aspiration
biopsy(FNAB, Incisional biopsy, excisional biopsy.
d) Pemeriksaan Laboratorium
Penetapan jenis tumor sangat penting dan ini dicari dengan berbagai jalan
dan sedapat mungkin menghindar pembedahan. Pada mata, pembedaan
sering merupakan suatu tindakan eksploratif. Hal ini disebabkan sukarnya
atau belum didapatnya diagnosa jenis tumor. Pemeriksaan laboratorium
juga dilakuakan dalam rangka menyeleksi abnormalitas fungsi tiroid dan
penyakit penyakit lainnya.
1.8. Penatalaksanaan
terdapatnya destruksi
c. Pemeriksaan Penunjang
Dasar Data Pengkajian Mata Pada Klien
1. Aktivitas/ Istirahat
2. Makanan/ cairan
3. Neurosensori
Gejala Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/ merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran
cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan
4. Nyeri/ kenyamanan
Gejala Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (ca kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (ca akut)
tertentu
(misalnya
kortikosteroid,
teman.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit
klien
9. Pola seksualitas - reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause
Tanyakan apakah
klien
mengalami
kesulitan/perubahan
dalam
pemunuhan
kebutuhan seks
10. Pola koping dan toleransi stres
apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun terakhir
apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut
efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak
Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai
sekarang
Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
11. Pola keyakinan-nilai
Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan
Tanyakan apakah ada pantangan keagamaan
2.2.
Masalah Keperawatan
Keperawatan yang biasa muncul pada kasus ca orbital adalah :
a. Gangguan Persepsi Penglihatan
b. Nyeri
c. Kerusakan integritas jaringan
d. Kerusakan integritas kulit
e. Resiko Infeksi
f. Resiko Jatuh
2.3.
Rencana Keperawatan
No.
1.
NANDA
Gangguan persepsi
NOC
1.Orientasi
NIC
1.Peningkatan
penglihatan
Kognitif
Komunikasi
Kriteria hasil :
Melihat
Mampu
Defisit
diri sendiri
Mampu mengenal
orang
penting
lainnya
Mampu
mengenal
tempat
yang
sekarang
2.Kompensasi
tingkah
laku
Penglihatan
mem-
rusaknya
penglihatan
Bantu
klien
menetapkan
baru
klien
dalam
tujuan
untuk
yang
belajar
Kriteria hasil:
Mampu
lingkungan
kepada klien
sesuai
Menggunakan alat
bantu
penglihatan
2.Manajemen
Lingkungan
Ciptakan
yang lemah
lingkungan
bahaya
lingkungan
permadani
yang
(misal,
yang
bisa
dan
kecil,
dilepas-lepas
dari
lingkungan
Kawal klien selama kegiatankegiatan
di
bangsal
sebagaimana mestinya
Tempatkan
benda-benda
yang sering digunakan dekat
dengan jangkauan
Manipulasi
pencahayaan
untuk kebaikan terapeutik
Beri keluarga/orang penting
lainnya
informasi
menciptakan
tentang
lingkungan
Nyeri
b.d
adanya massa
pada mata
Level Nyeri
Manajemen Nyeri :
Kriteria hasil :
Klien
Kaji
melaporkan
nyeri berkurang dg
scala 2-3
Ekspresi
nyeri
komprehensif
secara
(
karakteristik,
lokasi,
durasi,
presipitasi ).
Observasi reaksi non verbal
tenang
klien dapat istirahat
dari ketidak nyamanan.
nyeri
klien
lingkungan
yang mempengaruhi
seperti
suhu
nyeri
ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
Ajarkan
teknik
farmakologis
non
(relaksasi,
pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarths. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit :
LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit
: EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Penerbit: EGC, Jakarta
Nanda. (2009) Nursing Diagnoses: Definitions and Classification (NANDA)
2009 2011. Willey-Blackwell.
IOWA OUTCOMES PROJECT. (2000). Nursing Outcomes Classification
(NOC). 2nd ed. Mosby.Inc
IOWA OUTCOMES PROJECT. (1996). Nursing Interventions Classification
(NIC). 2nd ed. Mosby.Inc