Strategi
Apakah yang anda lakukan jika anda terkurung di suatu tempat selama beberapa
waktu lamanya dan tidak dapat berbuat sesuatu. Dalam film 127 hours diceritakan
seorang pemuda yang mempunyai hobi sebagai pecinta alam dan mendaki gunung,
pada suatu kesempatan tanpa disengaja dia jatuh kedalam himpitan tebing dan
tertindih oleh sebuah batu besar selama 127 jam, film ini diangkat berdasarkan
kisah nyata yang kemudian ditampilkan ke layar lebar. Sunggu situasi yang sangat
sulit dan tidak terbayangkan oleh siapapun bahwa hal seperti ini bisa menimpanya.
Mungkin anda akan bertanya apa hubungan cerita dalam film tersebut dengan judul
tulisan diatas. Banyak hal yang bisa dihubungkan dengan cerita yang ada di film itu
yaitu sebagai bangsa yang mempunyai potensi kelautan yang sangat besar dan
produksi perikanan peringkat ke -13 terbesar di dunia ternyata angka tingkat
konsumsi ikan Indonesia masih sangat rendah bahkan berada di bawah Malaysia
padahal jumlah penduduk Indonesia yang 237 juta jiwa jauh lebih banyak jika
dibandingkan Malaysia yang hanya berpenduduk 27 juta jiwa. Yang artinya bangsa
kita masih menghadapi berbagai masalah dan rintangan sehingga membuat bangsa
kita seakan-akan terkurung dan tidak bisa berbuat banyak. Menurut hasil
perhitungan, angka konsumsi ikan Indonesia yaitu 30,47 kg/kapita/tahun sedangkan
Malaysia angka konsumsi ikannya 45 kg/kapita tahun.
Beberapa faktor ditengarai sebagai penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan di
Indonesia, antara lain karena (1) kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi
dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan; (2) rendahnya suplai
ikan, khususnya ke daerah-daerah pedalaman akibat kurang lancarnya distribusi
pemasaran ikan; (3) belum berkembangnya teknologi pengolahan/pengawetan ikan
sebagai bentuk keanekaragaman dalam memenuhi tuntutan selera konsumen; dan
(4) sarana pemasaran dan distribusi masih terbatas baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Permintaan Ikan /DEMAND; (2) Sisi Penawaran Ikan /SUPPLY; dan (3) Penguatan
kelembagaan. Dimana berdasarkan analisis, dengan menggunakan ketiga
pendekatan tersebut maka diharapkan akan meningkatan angka konsumsi ikan.
Tujuan dari upaya peningkatan konsumsi ikan dari sisi permintaan konsumen adalah
meningkatkan konsumsi ikan kepada semua lapisan masyarakat dalam rangka
pemanfaatan dan pendayagunaan potensi perikanan di Indonesia. Hal ini dilakukan
melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat luas melalui kegiatan
promosi. Kegiatan promosi dapat dilakukan dengan penyampaian massage (pesan)
kepada masyarakat. Promosi dalam hal ini dilakukan untuk mengubah perilaku dan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan. Oleh
karenanya diperlukan promosi berkualitas tinggi untuk mengubah perilaku konsumsi
individu, keluarga, atau masyarakat agar semakin meningkatkan konsumsi ikan.
Selain itu kegiatan promosi juga harus melibatkan berbagai pihak baik institusi
pemerintah, swasta, LSM dan juga masyarakat agar dapat lebih efektif dan efisien.
Pendekatan promosi dilakukan dengan cara STP/ Segmentasi-Targeting-Positioning,
artinya mulai dengan mengidentifikasi khalayak sasaran untuk kemudian dilakukan
segmentasi, kemudian setelah itu dilakukan targeting atau membidik segmensegmen mana saja yang ingin dikejar, hal ini penting karena tidak semua segmen
dapat dilakukan pendekatan promosi dengan cara yang sama. Setelah itu dilakukan
positioning, yang tujuannya adalah menanamkan pentingnya mengkonsumsi ikan
untuk meningkatkan kecerdasan.Media untuk penyampaian pun juga harus
beragam, mulai dari media elektronik, media cetak, kegiatan-kegiatan penyuluhan,
seminar, lokakarya dan lain-lain. Setelah implementasi promosi dilakukan kemudian
dilakukan monitoring dan evaluasi.
Sedangkan dari sisi penawaran, permasalahan yang dihadapi dari kondisi perikanan
di Indonesia adalah kelebihan penawaran karena potensi yang melimpah,
sumbangan sektorperikanan bagi PDB nasional masih relatif rendah, selain itu
rendahnya angka konsumsi per kapita per tahun merupakan indikasi masih belum
berkembangnya pasar ikan domestik, masih kurang baiknya sistem informasi yang
menghubungkan antara supplier dan pembeli juga merupakan salah satu faktor
penyebab. Belum optimalnya informasi pasar dapat menyebabkan over supply di
suatu daerah, sementara di daerah lain terjadi kelangkaan produk yang diminati
konsumen. Kelebihan penawaran juga dapat berdampak negatif karena ikan
bersifat perishable (mudah rusak). Sistem informasi pasar memerlukan dukungan
infrastruktur dan kerjasama yang terintegrasi luas untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang handal, cepat, tepat, lengkap dan akurat. Melalui sistem informasi
yang handal diharapakan dapat diketahui informasi: siapa, dimana, membutuhkan
atau mempunyai apa, dalam jumlah berapa, dan kapan diperlukan/akan dijual.
Upaya untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran dalam rangka
peningkatan konsumsi ikan disamping membutuhkan strategi dari sisi permintaan
dan sisi penawaran, juga membutuhkan strategi pada aspek kelembagaan. Dalam
hal kelembagaan, haruslah dilakukan pemberdayaan para stake holder di sektor
kelautan dan perikanan, baik pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan juga
perguruan tinggi.sebagai mana yang terlihat pada gambar dibawah.
Sumber : http://www.wpi.kkp.go.id/?p=709