Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber

daya manusia melalui berbagai kegiatan mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang
pendidikan dari tingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan tersebut menjadi
salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam
kehidupannya.
Dalam pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dimana dalam
pembelajaran, terutama pembelajaran matematika, tidak dapat diigingkari kenyataan bahwa
banyaknya permasalahan siswa dalam pemahaman konsep. Kurangnya penguasaan konsep
dengan benar mengakibatkan siswa tidak dapat mengembangkan konsep yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah. Siswa cenderung belajar pada tingkat hapalan, tidak ada keinginan
untuk berusaha berfikir tingkat tinggi mencari solusi pada setiap kesulitan yang ditemukan
dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran yang berfokus pada pemahaman konsep dalam matematika sangat
bermanfaat untuk menunjukkan beberapa hal kepada siswa, antara lain keterkaitan antara
metematika dengan dunia nyata, kegunaan matematika bagi kehidupan manusia, dan
matematika merupakan suatu ilmu yang tumbuh dari situasi kehidupan nyata.
Salah satu perubahan yang dapat dilakukan guru adalah memberikan model ataupun
metode yang tepat untuk proses pembelajaran Dari beberapa model pembelajaran yang ada,
pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang tepat untuk membantu siswa
mengembangkan konsep materi. Pembelajaran inkuiri melibatkan seluruh kemampuan siswa
dalam menyelidiki penemuannya secara sistematis, kritis, logis dan analitis.
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta
mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah. Kegiatan pembelajaran inkuiri
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
masalah yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Dengan metode inkuiri para siswa diarahkan untuk menggunakan ide, konsep dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan baru, dengan
1

bantuan guru sebagai fasilitator. Sehingga hasil yang akan diperoleh akan bertahan lama
dalam ingatan.
1.2.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk penulisan ini adalah :Bagaimana proses penerapan
pembelajaran inkuiri di kelas dan bagaimana peran guru dan siswa dalam pembelajaran
inkuiri
Tujuan Penulisan

1.3.

Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui proses pembelajaran inkuiri di kelas serta
mengetahui peran guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri

BAB II
PEMBAHASAN
PEMBELAJARAN INKUIRI
2.1.

Focus on Inquiry (Oleh : Alberta)


Alberta Learning, Learning and Teaching Resources Barnch. Canada
ISBN 0-7785-2666-6
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah sebuah proses dimana siswa terlibat dalam

pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki dengan luas dan kemudian


membangun pemahaman, pengertian dan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut merupakan
hal baru untuk siswa dan mungkin akan digunakan untuk menjawab pertanyaan, untuk
mengembangkan suatu solusi atau untuk mendukung suatu sudut pandang.
Alberta mengemukakan bahwa menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri dengan siswa
dapat membantu mereka menjadi lebih aktif, lebih positif dan lebih bebas.
Karakteristik pembelajaran berbasis inkuiri di kelas antara lain yaitu :
1. inkuiri merupakan bagian dari masalah dalam kehidupan nyata dalam konteks
kurikulum
2. inkuiri menekankan pada keingintahuan siswa
3. data dan informasi awal yang ada digunakan dengan aktif, ditafsirkan, disaring,
4.
5.
6.
7.

disingkat, dan didiskusikan


guru dan siswa saling berkolaborasi
guru sebagai fasilitator proses pengumpulan dan penyajian informasi
guru dan siswa menggunakan teknologi untuk menunjang proses inkuiri
frekuensi interaksi antara guru dan siswa lebih banyak dan lebih aktif dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.

Alberta membagi pembelajaran inkuiri menjadi 6 langkah (gambar 2.1) yaitu merencanakan
(planning), mendapatkan kembali (retrieving), mengolah (processing), menciptakan
(creating), membagi (sharing), dan mengevaluasi (evaluating).

Gambar 2.1
a. Merencanakan (planning)
Pada proses merencanakan, guru harus mengerti apa yang mendasari maksud dari rancangan
pembelajaran berbasis inkuiri yang merupakan pengembangan kemampuan metakognisi.
Pembelajaran berbasis inkuiri diawali dengan ketertarikan ataupun keingintahuan siswa pada
suatu topik.
b. Mendapatkan kembali/mengingat (retrieving)
Langkah selanjutnya yaitu siswa berfikir mengenai informasi yang mereka punya dan
informasi yang akan mereka cari. Siswa mungkin menghabiskan waktu dalam pertimbangan
dan berfikir tentang informasi yang telah mereka temukan sebelum mereka fokus pada apa
yang mereka cari. Guru dapat membantu siswa pada tahap ini dengan membantu siswa
menghubungkan antar informasi yang mereka punya.
c. Mengolah (processing)
Langkah ini dilakukan ketika siswa telah menemukan fokus untuk apa yang akan mereka cari
dari informasi yang mereka miliki.

d. Menciptakan (creating)
Pada langkah ini siswa menyimpulkan informasi, membuat informasi ke dalam kata-kata
sendiri dan menciptakan kesimpulan sendiri. Siswa akan merasa percaya diri pada langkah ini
dan ingin memasukkan semua pengetahuan baru mereka ke dalam hasil belajar mereka dari
informasi yang mereka peroleh.
e. Membagi (sharing)
Setelah siswa meneemukan kesimpulan sendiri yang dilakukannya dalam proses
pembelajaran, mereka akan membagi hasil pembelajaran yang mereka peroleh.
f. Mengevaluasi (evaluating)
Siswa harus mampu mengartikulasikan pentingnya proses evaluasi untuk mengembangkan
keterampilan mereka, dan mereka harus mampu mengevaluasi hasil belajar mereka dengan
melihat hubungan antara apa yang mereka peroleh di sekolah dengan aktivitas mereka di luar
sekolah.
2.2.

Inquiry Strategies for Science and Mathematics Learning (Oleh : Dennis Jarrett)
Northwest Regional Educational Laboratory Portland, USA
Dennis Jarret mengemukakan alasan menerapkan inkuiri dalam proses pembelajaran,

yaitu meningkatkan sikap dan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pemahaman dan
memfasilitasi penemuan matematika.
a. Meningkatkan sikap dan prestasi siswa.
Menurut Eduacation Week (Lawton, 1997), sebuah pemungutan suara oleh Bayer
Corporation of Pittsburgh menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan eksperimen dan
memiliki tim memecahkan masalah dalam kelas sains memiliki sikap yang lebih baik dalam
hal pelajaran daripada siswa yang belajar ilmu pengetahuan melalui buku dan hanya
membaca buku teks. 50 sampai 40 persen siswa yang menggunakan metode berbasis inkuiri
mengemukakan bahwa sains menajdi salah satu mata pelajaran favorit mereka. Hal ini
menunjukkan inkuiri dapat meningkatkan prestasi siswa.
b. Memfasilitasi siswa dalam pemahaman
Siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan belajar melalui kegiatan
inkuiri. Mereka belajar untuk bekerja sama, untuk mengartikulasikan ide-ide mereka sendiri,
5

dan untuk menghormati pendapat dan keahlian orang lain. Mereka belajar keterampilan
inkuiri yang dapat mereka digunakan dalam aspek lain dari kehidupan mereka.
c. Memfasilitasi penemuan matematika
Sebagaimana Benchmark for Literacy (AAAS, 1993) mengungkapkan, peran inkuiri
dalam studi matematika adalah sebagai pusat dalam ilmu sains. Menurut standar yang ditulis
oleh Dewan Nasional Guru Matematika (National Council of Teachers of Mathematics),
inkuiri adalah salah satu konteks paling penting di mana siswa belajar konsep-konsep dan
pengetahuan matematika dengan mengeksplorasi, menduga/membuat perkiraan, menalar
secara logis, dan mengevaluasi hal-hal yang masuk akal atau tidak. Selama proses
pembelajaran, siswa mengembangkan ide-ide dan pengetahuan secara kolaboratif, sedangkan
guru memulai dan memimpin diskusi untuk mendorong pembelajaran siswa. (NCTM, 1991).
Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran inkuiri :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menciptakan lingkungan belajar yang baik


Memilih konsep yang penting dan meminta siswa untuk menyelidikinya
Merencanakan proses inkuiri
Memperkenalkan proses inkuiri
Meminta siswa untuk mempersempit masalah yang akan diselidiki
Mengatur jalannya diskusi
Mendorong siswa untuk menggali pertanyaan
Membimbing proses belajar siswa untuk memperoleh inti materi
Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempresentasikan hasil belajar

Hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran inkuiri :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Berkontribusi dalam perencanaan inkuiri


Mengamati dan menjelajahi
Bereksperimen dan memecahkan masalah
Berkerja dengan baik sebagai anggota dari tim ataupun individu
Menalar secara logis, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Berdiskusi dengan teman dan guru
Mendiskusikan gagasan sendiri serta mengembangkan ide-ide dan pengetahuan secara

kolaboratif
8. Mengemukakan pendapat secara logis dengan penjelasan yang jelas
9. Menguji hipotesis yang mereka buat sendiri
10. Mengkomunikasikan hasil temuan
11. Merefleksikan umpan balik dari teman sekelas dan guru
12. Mempertimbangkan penjelasan alternatif
13. Mengulang percobaan, permasalahan dan projek

2.3.

The Influence of Inquiry-Based Mathematics Teaching on 11th Grade High


Achievers: Focusing on Metacognition (Erh-Tsung Chin, Yung-Chi Lin, ChihWei Chuang, & Hsiao-Lin)
National Changhua University of Education TAIWAN, R.O.C.
Studi ini mengkaji pengaruh pembelajaran matematika berbasis inkuiri yang berfokus

pada metakognisi. Metodologi pembelajaran inkuiri dibangun pada Prinsip dan Standar
Sekolah Matematika (National Council of Teachers of Mathematics [NCTM]), 2000) dan
laporan Proyek 2061 Benchmark (Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan
[AAAS], 1993).
Keduanya menyatakan bahwa inkuiri sebagai pembelajaran berkualitas tinggi yang
melibatkan siswa dalam proses belajar dan merekomendasikan bahwa siswa harus memiliki
kesempatan yang banyak untuk memanfaatkan siklus inkuiri dalam pembelajaran
matematika.
Ciri-ciri penting dari inkuiri yang dapat dihasilkan dari beberapa laporan (AAAS, 1993;
Hinrichsen & Jarrett, 1999) menyimpulkan sebagai berikut :
a. Menghubungkan pengetahuan lama dan pengalaman dengan masalah yang dimiliki,
merancang prosedur (rencana) untuk menemukan jawaban dari masalah yang ada, dan
menyelidiki fenomena melalui dugaan.
b. Metakognisi berperan penting dalam matematika karena penelitian menunjukkan
bukti bahwa proses metakognisi siswa dapat peningkatan hasil belajar.
2.4.

Inquiry in Mathematics (Supporting Kindergarten, 2011)


Saskatchewan Ministry of Education - Canada
Pembelajaran inkuiri memberikan siswa kesempatan untuk membangun pengetahuan,

kemampuan, dan kebiasaan bertanya yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam
dunia mereka. Pembelajaran Inquiry bukanlah proses langkah-demi-langkah, melainkan
sebuah proses siklus, dengan berbagai tahapan proses yang ditinjau dan dikaji ulang sebagai
hasil dari penemuan siswa, wawasan, dan rekonstruksi pengetahuan baru.
Dalam matematika, inkuiri meliputi pemecahan masalah. Pemecahan masalah
termasuk proses untuk mendapatkan dari apa yang diketahui untuk menemukan apa yang
tidak diketahui. Ketika guru menunjukkan siswa bagaimana memecahkan masalah kemudian
7

menetapkan masalah tambahan yang sama, anak-anak tidak memecahkan masalah tapi
berlatih.
Proses menentukan pertanyaan pada pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa
untuk memahami ide-ide disipliner atau transdisipliner penting yang terletak di inti dari
konteks

yang

ada.

Pertanyaan-pertanyaan

harus

mengundang

anak-anak

untuk

mengeksplorasi konsep-konsep matematika dalam berbagai konteks dan untuk berbagai


tujuan. Pertanyaan-pertanyaan yang luas ini akan menghasilkan pertanyaan yang lebih
spesifik dari kerangka kerja, tujuan, dan arah untuk kegiatan belajar dalam pelajaran, atau
serangkaian pelajaran, dan membantu anak-anak menghubungkan apa yang mereka pelajari
dengan pengalaman dan kehidupan mereka di luar sekolah.
Pertanyaan efektif dalam matematika adalah kunci untuk memulai dan membimbing
proses inkuiri siswa dalam berpikir kritis, melakukan pemecahan masalah, dan merefleksikan
pembelajaran mereka sendiri. Pertanyaan efektif sangat penting untuk mengajar dan harus
menjadi bagian integral dari perencanaan dalam matematika. Proses inkuiri juga digunakan
untuk mendorong anak-anak untuk merefleksi proses penyelidikan yang mereka lakukan serta
menilai hasil belajar mereka sendiri. Hal-hal yang dilakukan siswa yang terlibat dalam proses
inkuiri yaitu :
a. membangun pengetahuan yang mendalam dan pemahaman yang mendalam, tidak
hanya menerima secara pasif
b. terlibat langsung dalam penemuan pengetahuan baru
c. mengubah pengetahuan dan pengalaman sebelumnya ke dalam pemahaman yang
lebih mendalam
d. memiliki kepemilikan dan tanggung jawab pada hasil pembelajaran yang diperoleh

2.5 Belajar Mengajar Inkuiri: Kelas Belajar Matematika Terbaik


Jerry K. Stonewater
Miami University
Volume 105 (1), Januari 2005
Penelitian ini melaporkan persepsi calon guru sekolah menengah dari kelas matematika terbaik
selama keterlibatan guru dalam pembelajaran matematika inkuiri yang dirancang. Grounded di
laporan bergengsi Komisi Glenn (US Department of Education, 2000), penelitian persepsi calon guru
dari pembelajaran matematika yang efektif baik sebelum dan setelah menyelesaikan pembelajaran
8

inkuiri. Analisis pra-esai mengungkapkan bahwa siswa bisa dikelompokkan ke dalam salah satu dari
dua kategori: pandangan Praktek Watch dan pandangan Seyas Inisiator. Analisis post-esai
menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga dari semua siswa yang terlibat dalam penelitian ini
berubah mereka dilihat dari kelas matematika terbaik setelah pembelajaran. Perubahan Praktek Watch,
Praktek kelompok berfokus pada pengembangan keterampilan penalaran dan belajar bagaimana
seseorang tahu matematika.Kelompok Inisiator mencatat luasan peran bagi siswa, khususnya
menekankan pentingnya persyaratan dasar untuk berpikir secara mendalam tentang mengapa dan
bagaimana matematika dan memperluas pandangan manfaat belajar kelompok.
Banyak peneliti telah menghubungkan persepsi guru dari pembelajaran matematika dengan cara-cara
guru mengajar (Robitaille, 1994; Sowder, Philipp, Armstrong, & Schappelle, 1998). Dalam
pengajaran yang terlibat dalam reformasi pendidikan matematika, Simon, Tzur, Heinz, Kinzel, dan
Smith (2000) menemukan bahwa guru yang terlibat dalam kelas di mana mereka melakukan
eksplorasi matematika, membuat hipotesis dan membuktikan hipotesis cenderung "untuk melepaskan
tradisional mereka metode pengajaran dan kesempatan desain bagi siswa untuk memahami
matematika secara langsung "(p.596).
Sembilan dari 16 guru yang terlibat dalam penelitian ini merubah persepsi mereka dari pandangan
statis, yaitu, bahwa semua matematika adalah yang ditanyakan dan diketahui, untuk tampilan yang
lebih konstruktivis bahwa matematika diciptakan oleh individu.

2.6 Pembelajaran matematika berbasis inkuiri versus pembelajran Matematika


Tradisional: Pengaruh Pemahaman Siswa Dan Pemahaman Dalam Kelas PreAljabar Tingkat Ke Delapan
Oleh
Kyle L. FERGUSON
B.A.
Tengah
Pendidikan

Anak

Usia,

Cedarville

University,

2006

Cedarville University
Jika kebanyakan orang diminta untuk mengingat bagaimana mereka diajarkan matematika,
mereka kemungkinan besar akan ingat dalam menghafal konsep-konsep matematika sebagaimana
guru menunjukkan prosedur untuk memecahkan masalah-masalah tertentu. Setelah pelajaran guru
akan memberikan pekerjaan rumah selama konsep yang sama yang tercakup dalam kelas. Hari
berikutnya akan terdiri dari prosedur yang sama tetapi dengan konsep yang berbeda. Metode
pembelajaran matematika akan dilanjutkan hari demi hari. Selama beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun, perdebatan telah terjadi untuk mencari cara efektif mengajar matematika dan apakah
metode tradisional adalah sebagai efektif . Keterampilan siswa diminta untuk berfungsi dalam
masyarakat, di abad ke-20 yang berbeda dari keterampilan yang dibutuhkan siswa di abad ke-21.

Dengan perubahan ini dalam persyaratan keterampilan datang dibutukan untuk perubahan bagaimana
siswa diajarkan (Chapko & Buchko, 2004).
Metode pembelajaran tradisional matematika tidak memungkinkan untuk banyak pertanyaan,
menyelidiki atau pengembangan individu pemahaman. Pembelajaran matematika berbasis inkuiri
memungkinkan untuk semua ini berlangsung di dalam kelas dan membantu siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan mengeksplorasi masalah kehidupan nyata dan menggabungkan beberapa konsep
matematika menjadi satu masalah. Karya matematika tradisional dalam jangka pendek, siswa tidak
bisa mengingat apa yang guru lakukan pada langkah tertentu atau tidak mengerti mengapa guru
menggunakan prosedur tertentu. matematika inkuiri berfokus pada pengembangan konseptual sebagai
pengembangan prosedural dalam matematika tradisional. Seorang guru menggunakan pertanyaan
matematika dalam membangun masalah di mana siswa akan bekerja. Setelah siswa memahami apa
masalahnya, mereka mulai bekerja dengan solusi saat bekerja dengan kelompok-kelompok kecil.
matematika inkuiri memungkinkan siswa lebih banyak kesempatan untuk memikirkan dan
menjelaskan pemikiran matematika mereka. Berkomunikasi matematika dilakukan dengan berbagai
cara menggunakan penyelidikan matematika tapi yang dominan adalah melalui komunikasi tertulis.

2.7 An Inquiry Primer (Oleh : Alan Colburn) Science Scope California


Menurut Alan, definisi inkuiri adalah pencapaian sebuah kelas dimana siswa terlibat dalam
persoalan dasar yang berpusat pada siswa. Beberapa definisi yang berbeda dalam pendekatan
inquiri, yaitu:
a. Structured inquiry Guru meminta siswa untuk menyelidiki suatu masalah, dengan
pemberian prosedur, tetapi tidak memberitahu mereka tentang hasil yang diharapkan.
Siswa akan menemukan hubungan antar variabel dari data yang dikumpulkan.
b. Guided inquiry - Guru hanya menyediakan materi dan masalah untuk diselidiki. Siswa
menyusun prosedur mereka sendiri untuk memecahkan masalah.
c. Open inquiry - Pendekatan ini mirip dengan inkuiri terbimbing (Guided Inquiry),
dengan tambahan bahwa siswa juga merumuskan masalah mereka sendiri untuk
diselidiki.
d. Learning cycle Siswa terlibat dalam kegiatan yang memperkenalkan konsep baru.
Guru

kemudian

memberikan

nama

resmi

untuk

konsep

tersebut.

Siswa

mengaplikasikannya dalam konteks yang berbeda.


Yang harus dilakukan guru di kelas jika ingin pembelajaran inkuiri sukses adalah
materi yang diberikan lebih dari materi yang ada pada kurikulum. Sebaliknya, guru adalah
elemenkunci dalam ruang kelas. Guru harus memiliki sikap dan keterampilan tertentu untuk
mendorong keberhasilan siswa di kelas yang berbasis inkuiri.
10

Selain itu, untuk benar-benar sukses guru memerlukan kemampuan berpikir operasional
formal, pengetahuan tentang bagaimana siswa melakukan penyelidikan, dan beberapa
pemahaman bagaimana siswa belajar (untuk dapat merespons secara efektif terhadap laporan
siswa).
Untuk mempersiapkan dan mengelola kelas berbasis inkuiri siswa dan guru perlu
waktu untuk secara bertahap. Titik kuncinya adalah membuat perubahan dalam pengajaran
guru secara perlahan-lahan, tidak melanjutkan suatu keadaan yang baru sampai guru dan
siswa merasa nyaman.
Banyak guru yang telah mencatat bahwa siswa awalnya menolak terhadap
pembelajaran ini, tapi setelah beberapa minggu mereka berada dalam pembelajaran seperti
ini, setidaknya meraka menghargai nilai dan hasil .proses inkuiri mereka sendiri. Setelah
siswa terbiasa merekam data mereka sendiri, guru dapat membuat modifikasi lainnya.
Perubahan sederhana akhirnya menyebabkan pembelajaran dengan cara inkuiri ini semakin
baik.

2.8 PEMBELAJARAN INKUIRI BERPUSAT PADA SISWA: BAGAIMANA CARA


MEMUNCULKAN BERPIKIR MATEMATIKA
Nigel Calder
University of Waikato
Untuk meningkatkan pengembangan proses belajar pada siswa dapat dilakukan
dengan proses belajar yang bermakna. Dalam rangka membangun pengembangan proses
belajar tersebut, guru sering mencoba untuk merancang konteks pemecahan masalah yang
berhubungan dengan situasi kehidupan nyata (Lowrie, 2004). Berpusat pada siswa
pembelajaran inquiry adalah pendekatan pengajaran yang demokratis, di mana konteks
bermakna adalah pusat untuk proses pembelajaran individu. Mahasiswa mengajukan
pertanyaan, masalah atau pertanyaan yang menarik untuk mereka dan kurikulum yang
11

kolaboratif dibangun bersama (Brough, 2012). Beberapa pendidik matematika berpendapat


bahwa belajar harus dimulai dengan konteks yang memerlukan kelompok belajar
matematika,

konteks

yang

dapat

secara

matematik

(Freudenthal,

1968).

Makalah ini membahas: Bagaimana-pembelajaran inkuiri yang berpusat pada siswa


memfasilitasi pemikiran matematika? Data diambil dari sebuah proyek penelitian di mana
matematika terletak di dalam masalah-mahasiswa yang ditimbulkan otentik. Sebuah bingkai
penafsiran kontemporer dimanfaatkan dan metode campuran yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Penelitian ini berlangsung di sekolah menengah. Temuan menunjukkan
bahwa matematika berpusat pada pembelajaran kehidupan nyata adalah menarik, dimana
siswa sering menggunakan kehidupan nyata melampaui tingkat yang diharapkan. Pengukuran
dalam pemikiran matematika dimulai dari jumlah dan statistik, serta generalisasi. Berpikir
kritis, terutama membandingkan dan membedakan, adalah lazim dalam analisis sebagai tren
dan pola dalam data.
Beberapa siswa yang awalnya negatif tentang proses inkuiri dalam matematika tetapi menjadi
sangat positif karena menyelidiki di sekitar siswa itu sendiri. Aspek penting lainnya adalah
meshing efektif penyelidikan siswa dan guru atau lokakarya konten matematika siswa yang
dipimpin. Inkuiri memfasilitasi dalam identifikasi konsep-konsep matematika dan proses
yang masing-masing siswa perlukan.

2.9 KEGIATAN INQUIRY DALAM MATEMATIKA PENDIDIKAN GURU


Raquel Milani
Universitas Negeri Sao Paulo, Universitas Caxias do Sul
Dialog adalah bentuk komunikasi antara guru dan siswa, dan antara siswa, yang bertujuan
untuk belajar di kegiatan penyelidikan (ALRO & Skovsmose, 2004). Dalam konteks ini, para
peserta terlibat dalam membuat penemuan dan menempatkan banyak dialog dalam
pembelajaran (mendapatkan kontak, menemukan, mengidentifikasi, advokasi, berpikir keras,
merumuskan, dan mengevaluasi). Skenario ini dapat dibawa ke dalam program pendidikan
guru untuk memfasilitasi pembelajaran yang terlibat dalam dialog dengan calon guru.
Memahami proses pembelajaran ini adalah tujuan utama dari penelitian yang telah
berkembang. Dengan asumsi pendekatan penelitian interpretatif dan pragmatis (Denzin &
12

Lincoln, 2003), saya telah mengatur pertemuan antara konsep dialog dan beberapa calon guru
di lapangan praktek mengajar melalui kegiatan dialog, seperti misalnya kegiatan penyelidikan
berikut: berapa tongkat yang diperlukan untuk digunakan dalam rangka membangun sebuah
persegi kotak? Dalam situasi ini, calon guru bisa mengalami dialog di antara mereka. Selama
proses tersebut, hal itu mungkin untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan inkuiri: berniat,
berpikir keras, mendengarkan, advokasi, visualisasi, mengamati, bereksperimen, menantang,
dan menemukan (Milani & Skovsmose, di tekan).
Setelah kegiatan penyelidikan, calon guru, guru pengawas dan peneliti membahas apa yang
telah terjadi dalam hal komunikasi dan hasil yang telah kita capai dalam kegiatan inkuiri.
Dalam refleksi, tindakan dialogis dan kegiatan inkuiri untuk calon guru menunjukkan
penalaran mereka dalam mewujudkan kegiatan inkuiri dalam praktek mengajar mereka di
sekolah. Pengembangan kegiatan inkuiri menunjukkan bahwa sebagai memungkinan calon
guru untuk belajar yang melibatkan dalam dialog.
2.10

A Brief History of Inquiry: From Dewey to Standards(Oleh: Lloyd H. Barrow)


University of Missouri, Colombia, U.S.A. 2006
Menurut Kamus Internasional Webster Ketiga (1986), Inquiry adalah "Bertindak atau

contoh mencari kebenaran, informasi, atau pengetahuan; investigasi; penelitian; atau


pertanyaan atau permintaan "(hal. 1167), sedangkan akar kata inquire berarti "meminta
informasi tentang, untuk membuat penyelidikan atau pencarian, untuk mencari informasi atau
pertanyaan "(hal. 1167). Barman (2002) menyajikan penafsirannya tentang Inquiry sebagai
strategi pengajaran dan perangkat keterampilan siswa (yaitu, keterampilan individu).
(Editorial, 2002;

Lederman, 2003) mengidentifikasi 3 komponen inquiry, pengetahuan

tentang inquiry.
Minstrell (2000) membuat beberapa definisi yang berbeda tentang inquiry:
penganjuran rasa ingin tahu (kebiasaan berpikir), mengajar strategi untuk memotivasi belajar,
hands-on dan minds-on, memanipulasi bahan untuk mempelajari fenomena tertentu, dan
merangsang pertanyaan olehsiswa. Minstrell menganggap inquiry lengkap ketika "Kita harus
tahu sesuatu yang kita tidak tahu sebelum kita mulai. Bahkan ketika investigasi kita gagal
untuk menemukan jawabannya, setidaknya inquiry harus menghasilkan pemahaman yang
lebih besar dari faktor-faktor yang terlibat dalam penyelesaian "(hal. 473).
Perspektif SejarahAwal
13

Dimasukkannya Inquiry ke kurikulum K-12 direkomendasikan oleh John Dewey


(1910), seorang mantan guru sains. Dewey menganggap bahwa ada terlalu banyak penekanan
pada fakta tanpa cukup penekanan pada ilmu pengetahuan untuk berpikir dan sikap pikiran.
Dewey mendorong K-12 guru sains untuk menggunakan inquiry sebagai strategi pengajaran
dimana metode ilmiah adalah kaku dan terdiri dari enam langkah: penginderaan situasi yang
membingungkan, mengklarifikasi masalah, merumuskan tentatif hipotesis, pengujian
hipotesis, merevisi dengan tes yang ketat, dan bekerja pada solusi. Dalam model Dewey,
siswa secara aktif terlibat, dan guru memiliki peran sebagai fasilitator dan panduan. Pada
tahun 1916, Dewey telah mendorong siswa diajarkan sehingga siswa dapat menambah
pengetahuan pribadi mereka ilmu pengetahuan. Untuk mencapai itu, siswa harus mengatasi
masalah yang mereka ingin tahu dan menerapkan untuk fenomena diamati. Model Dewey
adalah dasar untuk Komisi pada Sekunder Kurikulum Sekolah (1937) yang berjudul Science
di Pendidikan Menengah. Selanjutnya, Dewey (1944) yang dimodifikasi interpretasi
sebelumnya ilmiah Metode untuk mencapai tujuannya pemikiran reflektif: presentasi dari
masalah, pembentukan hipotesis, mengumpulkan data selama percobaan, dan perumusan
kesimpulan. Menurut Dewey (1938), masalah yang akan diteliti harus berhubungan dengan
siswa pengalaman dan kemampuan dalam intelektual mereka; Oleh karena itu, para siswa
adalah untuk menjadi pembelajar aktif dalam pencarian mereka untuk jawaban.

2.10.1 Reforming Science Teaching: What Research says about Inquiry (Oleh: Ronald
D. Anderson)
University of Colorado, U.S.A.2002
Penggunaan Inquiry di NSES

Scientific Inquiry
Scientific Inquiry mengacu pada cara-cara yang beragam di mana para ilmuwan

mempelajari alam dan mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti yang berasal dari mereka
kerja"(hal.23). Sepanjang NSES, bentuk inquiry diperlakukan dalam kemampuan dan
pemahaman tertentu. Definisi Inquiry mencerminkan pemahaman tentang bagaimana hasil
ilmu pengetahuan dan independen dari proses pendidikan.

Inquiry Learning
14

Ketika digunakan dengan cara ini dalam NSES, Inquiry mengacu pada proses
pembelajaran di manasiswa terlibat. Dikatakan menjadi proses pembelajaran aktif "sesuatu
yang siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk mereka"(hal. 2). Para penulis dari
NSES jelas melihat beberapa hubungan antara bentuk inquiry dan scientific inquiry, yaitu,
tersirat bahwa pembelajaran inquiry harus mencerminkan sifat scientific inquiry. Deskripsi
pembelajaran inquiry mencakup banyak bahasa menyiratkan bahwa terjadi dalam konteks
pendidikan formal. Dikatakan, misalnya, bahwa "meliputi berbagai kegiatan "(hal.33), dan
memiliki beberapa tahapan termasuk" wacana lisan dan tertulis "(hal. 36).

Inquiry Teaching
Dalam NSES, Inquiry digunakan dalam berbagai cara terhadap mengajar. Sejak

Inquiry adalah pusat ilmu pembelajaran" (hal. 2), seperti disebutkan di atas, diharapkan
menjadi menonjol dalam pengajaran sains. Arti pentingnya, bagaimanapun, "tidak berarti
bahwa semua guru harus mengejar pendekatan tunggal untuk mengajar ilmu "(hal. 2).
Sebaliknya, NSES menyatakan bahwa, Inquiry ke pertanyaan otentik yang dihasilkan dari
pengalaman siswa adalah strategi utama untuk mengajar ilmu "(hal. 31). Tambahan lagi untuk
luas ini, lebih berorientasi proses, definisi mengajar inquiry, NSES berbicara tentang Inquiry
sebagai kegiatan belajar (p. 13). Ini "mengacu pada kegiatan siswa di mana mereka
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman ide ilmiah, serta pemahaman tentang
bagaimana para ilmuwan mempelajari alam "(hal. 23). NSES mengakui bahwa semua
pertanyaan tidak sepenuhnya layak nama oleh membedakan antara full inquiry" dan Partial
Inquiry" (hal. 143). Pertanyaan juga digunakan sebagai sarana penilaian sedemikian rupa itu,
"Setiap batas antara penilaian dan pengajaran hilang. . ."(Hal. 202).
2.12

Creating a Love for Science for Elementary Students through Inquiry-based


Learning
(Oleh: Trina L. Spencer, Tracy M. Walke)
Virginia State University, U.S.A.2011
Pendidik tahu bahwa pendidikan science, technology, engineering, and math (STEM)

sangat penting bagi kesuksesan siswa di abad ke 21. Tujuan di daerah-daerah dimulai di
sekolah dasar dan guru SD perlu untuk menyadari strategi pembelajaran ini. Tulisan ini akan
mengeksplorasi berbasis inquiry strategi instruksional sebagai metode untuk menghasilkan
minat siswa dalam ilmu. Inquiry adalah proses yang siswa gunakan untuk mengatasi
ketidakpastian. Didasarkan pada karya John Dewey, Inquiry membutuhkan seseorang untuk

15

menggunakan reflektif dan keterampilan berpikir kritis. Instruksi berbasis inquiry adalah
student centered dan guru dipandang sebagai fasilitator pengetahuan dan pembelajaran.
Makalah ini akan fokus pada dua strategi pembelajaran berbasis inquiry: 5E Model dan
Konsep pencapaian. Model 5E menggunakan lima fase: terlibat, mengeksplorasi,
menjelaskan, rumit, dan mengevaluasi. Model konsep pencapaian sesuai untuk konsep
pengajaran yang memiliki satu set yang jelas atribut. Strategi ini menggunakan proses yang
memungkinkan siswa untuk membuat definisi mereka sendiri dan pemahaman.
StrategiPengajaranBerbasis Inquiry
Model pembelajaran 5E berlangsung melalui lima tahap yang dimulai dengan huruf
"E": engage, explore, explain, elaborate, and evaluate. Pada tahap pertama, engage(terlibat),
guru berperan untuk memotivasi dan meningkatkan minat siswa pada pelajaran. Hal ini dapat
dilakukan

melalui

kegiatan

atau

pengalaman

yang

memungkinkan

siswa

untuk

menghubungkan pengalaman saat ini dan masa lalu. Guru bisa juga menanyakan pertanyaan
yang menarik, menyajikan masalah, atau menunjukkan acara discrepant. Tahap ini penting
karena meletakkan dasar untuk langkah-langkah selanjutnya (Bybee et al., 2006).
Setelah siswa terlibat, mereka pindah keexplore (mengeksplorasi) fase dari strategi
ini. Guru-guru berperan untuk memfasilitasi atau siswa pelatih dengan melibatkan siswa
dalam kegiatan yang membantu mereka berpikir, memecahkan masalah, atau menyelidiki.
Guru meminta pertanyaan, mengamati, dan mendengarkan siswa interaksi. Kegiatan
membantu siswa mengembangkan pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan,
keterampilan, atau proses. Pengalaman ini harus konkret dan bermakna karena mereka akan
memberikan landasan untuk secara resmi memperkenalkan tujuan ilmu pengetahuan. Fase ini
juga dapat memiliki siswa bentuk hipotesis, menguji prediksi mereka, pengamatan catatan,
dan mendiskusikan alternatif dengan masing-masing lainnya (Bybee et al., 2006).
Tugas guru dalam tahap explain (menjelaskan) adalah untuk secara resmi
menghadirkan konsep ilmiah, proses, atau keterampilan. Penjelasannya didasarkan pada
kegiatan yang disajikan dalam pertunangan dan pengalaman eksplorasi. Penjelasan ini
menghubungkan pengetahuan sebelumnya, pengamatan siswa, dan temuan dari kegiatan
eksplorasi. Hal ini akan membantu siswa untuk memahami penjelasan guru dan membantu
mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri
Pada tahap elaborate, para siswa yang terlibat dalam kegiatan yang telah mereka
terapkan, memperpanjang, atau menguraikan konsep dan / atau proses yang mereka
dieksplorasi. Siswa menerapkan informasi belajar di fase sebelumnya untuk situasi baru dan
mengajukan pertanyaan seperti: "Apa yang terjadi jika ..." "Dapatkah saya menemukan cara
16

untuk ..? Informasi ini juga dapat digunakan untuk mengusulkan solusi, membuat keputusan,
dan eksperimen desain. Pada tingkat ini, guru harus mengharapkan siswa untuk benar
menggunakan kosa kata, definisi, dan penjelasan.
Pada tahap akhir, evaluate (mengevaluasi), siswa bekerja dengan satu sama lain untuk
memeriksa pemahaman mereka.
Siswa diharapkan untuk meminta setiap pertanyaan terbuka lainnya berdasarkan
bukti, pengamatan, dan penjelasan sebelumnya. Guru memberikan umpan balik pada
penjelasan mereka. Guru memiliki pilihan untuk menyelesaikan evaluasi formal dan / atau
mengelola sebuah tes untuk menentukan tingkat siswa prestasi (Bybee et al., 2006).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.

17

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara


maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri dimana guru sebagai fasilitator.
Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk
menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran
3.2. Saran
Proses pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang memfokuskan pada keaktifan
siswa sehingga diperlukan pengaturan waktu yang baik dalam pembelajaran. Karena hal
tersebut, guru diharapkan dapat mengalokasikan waktu dengan tepat sehingga diperoleh hasil
pembelajaran yang maksimal

DAFTAR PUSTAKA
Alberta. 2004. Focus on Inquiry : A Teachers Guide to Implementing Inquiry-Based
Ferguson, kyle. 2010. Inquiry Based Mathematics Instruction Verses Traditional
Learning. Learning and Teaching Resources Branch, Canada
Mathematics Instruction: The Effect on Student Understanding and Comprehension in an
Eighth

Grade

Pre-algebra

Classroom.

http://digitalcommons.cedarville.edu/cgi/viewcontent
18

ftp://ftp.gwdg.de/pub/EMIS/proceedings/PME31/2/129.pdf
http://curriculum.nesd.ca/Supporting_Docs/Math_K/Inquiry%20in%20Mathematics.pdf
http://download.springer.com/static/pdf/924/bfm%253A978-94-007-0910-2%252F1.pdf?
auth66=1409278429_ad9fb7def57dfc02e42106abedcbd31f&ext=.pdf
http://leitzelcenter.unh.edu/geo-teach/pdf/ESST2008/NWREL--Inquiry%20strategies.pdf
Stonewater, jerry. 2005. Inquiry Teaching and Learning : The Best Math Class Study.
http://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=27764
http://www.pme38.com/

19

Anda mungkin juga menyukai