Makala H
Makala H
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber
daya manusia melalui berbagai kegiatan mengajar yang diselenggarakan pada semua jenjang
pendidikan dari tingkat dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Pendidikan tersebut menjadi
salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam
kehidupannya.
Dalam pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran dimana dalam
pembelajaran, terutama pembelajaran matematika, tidak dapat diigingkari kenyataan bahwa
banyaknya permasalahan siswa dalam pemahaman konsep. Kurangnya penguasaan konsep
dengan benar mengakibatkan siswa tidak dapat mengembangkan konsep yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah. Siswa cenderung belajar pada tingkat hapalan, tidak ada keinginan
untuk berusaha berfikir tingkat tinggi mencari solusi pada setiap kesulitan yang ditemukan
dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran yang berfokus pada pemahaman konsep dalam matematika sangat
bermanfaat untuk menunjukkan beberapa hal kepada siswa, antara lain keterkaitan antara
metematika dengan dunia nyata, kegunaan matematika bagi kehidupan manusia, dan
matematika merupakan suatu ilmu yang tumbuh dari situasi kehidupan nyata.
Salah satu perubahan yang dapat dilakukan guru adalah memberikan model ataupun
metode yang tepat untuk proses pembelajaran Dari beberapa model pembelajaran yang ada,
pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model yang tepat untuk membantu siswa
mengembangkan konsep materi. Pembelajaran inkuiri melibatkan seluruh kemampuan siswa
dalam menyelidiki penemuannya secara sistematis, kritis, logis dan analitis.
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif
dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta
mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah. Kegiatan pembelajaran inkuiri
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
masalah yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Dengan metode inkuiri para siswa diarahkan untuk menggunakan ide, konsep dan
keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan baru, dengan
1
bantuan guru sebagai fasilitator. Sehingga hasil yang akan diperoleh akan bertahan lama
dalam ingatan.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk penulisan ini adalah :Bagaimana proses penerapan
pembelajaran inkuiri di kelas dan bagaimana peran guru dan siswa dalam pembelajaran
inkuiri
Tujuan Penulisan
1.3.
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui proses pembelajaran inkuiri di kelas serta
mengetahui peran guru dan siswa dalam pembelajaran inkuiri
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBELAJARAN INKUIRI
2.1.
Alberta membagi pembelajaran inkuiri menjadi 6 langkah (gambar 2.1) yaitu merencanakan
(planning), mendapatkan kembali (retrieving), mengolah (processing), menciptakan
(creating), membagi (sharing), dan mengevaluasi (evaluating).
Gambar 2.1
a. Merencanakan (planning)
Pada proses merencanakan, guru harus mengerti apa yang mendasari maksud dari rancangan
pembelajaran berbasis inkuiri yang merupakan pengembangan kemampuan metakognisi.
Pembelajaran berbasis inkuiri diawali dengan ketertarikan ataupun keingintahuan siswa pada
suatu topik.
b. Mendapatkan kembali/mengingat (retrieving)
Langkah selanjutnya yaitu siswa berfikir mengenai informasi yang mereka punya dan
informasi yang akan mereka cari. Siswa mungkin menghabiskan waktu dalam pertimbangan
dan berfikir tentang informasi yang telah mereka temukan sebelum mereka fokus pada apa
yang mereka cari. Guru dapat membantu siswa pada tahap ini dengan membantu siswa
menghubungkan antar informasi yang mereka punya.
c. Mengolah (processing)
Langkah ini dilakukan ketika siswa telah menemukan fokus untuk apa yang akan mereka cari
dari informasi yang mereka miliki.
d. Menciptakan (creating)
Pada langkah ini siswa menyimpulkan informasi, membuat informasi ke dalam kata-kata
sendiri dan menciptakan kesimpulan sendiri. Siswa akan merasa percaya diri pada langkah ini
dan ingin memasukkan semua pengetahuan baru mereka ke dalam hasil belajar mereka dari
informasi yang mereka peroleh.
e. Membagi (sharing)
Setelah siswa meneemukan kesimpulan sendiri yang dilakukannya dalam proses
pembelajaran, mereka akan membagi hasil pembelajaran yang mereka peroleh.
f. Mengevaluasi (evaluating)
Siswa harus mampu mengartikulasikan pentingnya proses evaluasi untuk mengembangkan
keterampilan mereka, dan mereka harus mampu mengevaluasi hasil belajar mereka dengan
melihat hubungan antara apa yang mereka peroleh di sekolah dengan aktivitas mereka di luar
sekolah.
2.2.
Inquiry Strategies for Science and Mathematics Learning (Oleh : Dennis Jarrett)
Northwest Regional Educational Laboratory Portland, USA
Dennis Jarret mengemukakan alasan menerapkan inkuiri dalam proses pembelajaran,
yaitu meningkatkan sikap dan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pemahaman dan
memfasilitasi penemuan matematika.
a. Meningkatkan sikap dan prestasi siswa.
Menurut Eduacation Week (Lawton, 1997), sebuah pemungutan suara oleh Bayer
Corporation of Pittsburgh menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan eksperimen dan
memiliki tim memecahkan masalah dalam kelas sains memiliki sikap yang lebih baik dalam
hal pelajaran daripada siswa yang belajar ilmu pengetahuan melalui buku dan hanya
membaca buku teks. 50 sampai 40 persen siswa yang menggunakan metode berbasis inkuiri
mengemukakan bahwa sains menajdi salah satu mata pelajaran favorit mereka. Hal ini
menunjukkan inkuiri dapat meningkatkan prestasi siswa.
b. Memfasilitasi siswa dalam pemahaman
Siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dengan belajar melalui kegiatan
inkuiri. Mereka belajar untuk bekerja sama, untuk mengartikulasikan ide-ide mereka sendiri,
5
dan untuk menghormati pendapat dan keahlian orang lain. Mereka belajar keterampilan
inkuiri yang dapat mereka digunakan dalam aspek lain dari kehidupan mereka.
c. Memfasilitasi penemuan matematika
Sebagaimana Benchmark for Literacy (AAAS, 1993) mengungkapkan, peran inkuiri
dalam studi matematika adalah sebagai pusat dalam ilmu sains. Menurut standar yang ditulis
oleh Dewan Nasional Guru Matematika (National Council of Teachers of Mathematics),
inkuiri adalah salah satu konteks paling penting di mana siswa belajar konsep-konsep dan
pengetahuan matematika dengan mengeksplorasi, menduga/membuat perkiraan, menalar
secara logis, dan mengevaluasi hal-hal yang masuk akal atau tidak. Selama proses
pembelajaran, siswa mengembangkan ide-ide dan pengetahuan secara kolaboratif, sedangkan
guru memulai dan memimpin diskusi untuk mendorong pembelajaran siswa. (NCTM, 1991).
Hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran inkuiri :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
kolaboratif
8. Mengemukakan pendapat secara logis dengan penjelasan yang jelas
9. Menguji hipotesis yang mereka buat sendiri
10. Mengkomunikasikan hasil temuan
11. Merefleksikan umpan balik dari teman sekelas dan guru
12. Mempertimbangkan penjelasan alternatif
13. Mengulang percobaan, permasalahan dan projek
2.3.
pada metakognisi. Metodologi pembelajaran inkuiri dibangun pada Prinsip dan Standar
Sekolah Matematika (National Council of Teachers of Mathematics [NCTM]), 2000) dan
laporan Proyek 2061 Benchmark (Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan
[AAAS], 1993).
Keduanya menyatakan bahwa inkuiri sebagai pembelajaran berkualitas tinggi yang
melibatkan siswa dalam proses belajar dan merekomendasikan bahwa siswa harus memiliki
kesempatan yang banyak untuk memanfaatkan siklus inkuiri dalam pembelajaran
matematika.
Ciri-ciri penting dari inkuiri yang dapat dihasilkan dari beberapa laporan (AAAS, 1993;
Hinrichsen & Jarrett, 1999) menyimpulkan sebagai berikut :
a. Menghubungkan pengetahuan lama dan pengalaman dengan masalah yang dimiliki,
merancang prosedur (rencana) untuk menemukan jawaban dari masalah yang ada, dan
menyelidiki fenomena melalui dugaan.
b. Metakognisi berperan penting dalam matematika karena penelitian menunjukkan
bukti bahwa proses metakognisi siswa dapat peningkatan hasil belajar.
2.4.
kemampuan, dan kebiasaan bertanya yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam
dunia mereka. Pembelajaran Inquiry bukanlah proses langkah-demi-langkah, melainkan
sebuah proses siklus, dengan berbagai tahapan proses yang ditinjau dan dikaji ulang sebagai
hasil dari penemuan siswa, wawasan, dan rekonstruksi pengetahuan baru.
Dalam matematika, inkuiri meliputi pemecahan masalah. Pemecahan masalah
termasuk proses untuk mendapatkan dari apa yang diketahui untuk menemukan apa yang
tidak diketahui. Ketika guru menunjukkan siswa bagaimana memecahkan masalah kemudian
7
menetapkan masalah tambahan yang sama, anak-anak tidak memecahkan masalah tapi
berlatih.
Proses menentukan pertanyaan pada pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa
untuk memahami ide-ide disipliner atau transdisipliner penting yang terletak di inti dari
konteks
yang
ada.
Pertanyaan-pertanyaan
harus
mengundang
anak-anak
untuk
inkuiri. Analisis pra-esai mengungkapkan bahwa siswa bisa dikelompokkan ke dalam salah satu dari
dua kategori: pandangan Praktek Watch dan pandangan Seyas Inisiator. Analisis post-esai
menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga dari semua siswa yang terlibat dalam penelitian ini
berubah mereka dilihat dari kelas matematika terbaik setelah pembelajaran. Perubahan Praktek Watch,
Praktek kelompok berfokus pada pengembangan keterampilan penalaran dan belajar bagaimana
seseorang tahu matematika.Kelompok Inisiator mencatat luasan peran bagi siswa, khususnya
menekankan pentingnya persyaratan dasar untuk berpikir secara mendalam tentang mengapa dan
bagaimana matematika dan memperluas pandangan manfaat belajar kelompok.
Banyak peneliti telah menghubungkan persepsi guru dari pembelajaran matematika dengan cara-cara
guru mengajar (Robitaille, 1994; Sowder, Philipp, Armstrong, & Schappelle, 1998). Dalam
pengajaran yang terlibat dalam reformasi pendidikan matematika, Simon, Tzur, Heinz, Kinzel, dan
Smith (2000) menemukan bahwa guru yang terlibat dalam kelas di mana mereka melakukan
eksplorasi matematika, membuat hipotesis dan membuktikan hipotesis cenderung "untuk melepaskan
tradisional mereka metode pengajaran dan kesempatan desain bagi siswa untuk memahami
matematika secara langsung "(p.596).
Sembilan dari 16 guru yang terlibat dalam penelitian ini merubah persepsi mereka dari pandangan
statis, yaitu, bahwa semua matematika adalah yang ditanyakan dan diketahui, untuk tampilan yang
lebih konstruktivis bahwa matematika diciptakan oleh individu.
Anak
Usia,
Cedarville
University,
2006
Cedarville University
Jika kebanyakan orang diminta untuk mengingat bagaimana mereka diajarkan matematika,
mereka kemungkinan besar akan ingat dalam menghafal konsep-konsep matematika sebagaimana
guru menunjukkan prosedur untuk memecahkan masalah-masalah tertentu. Setelah pelajaran guru
akan memberikan pekerjaan rumah selama konsep yang sama yang tercakup dalam kelas. Hari
berikutnya akan terdiri dari prosedur yang sama tetapi dengan konsep yang berbeda. Metode
pembelajaran matematika akan dilanjutkan hari demi hari. Selama beberapa tahun terakhir,
bagaimanapun, perdebatan telah terjadi untuk mencari cara efektif mengajar matematika dan apakah
metode tradisional adalah sebagai efektif . Keterampilan siswa diminta untuk berfungsi dalam
masyarakat, di abad ke-20 yang berbeda dari keterampilan yang dibutuhkan siswa di abad ke-21.
Dengan perubahan ini dalam persyaratan keterampilan datang dibutukan untuk perubahan bagaimana
siswa diajarkan (Chapko & Buchko, 2004).
Metode pembelajaran tradisional matematika tidak memungkinkan untuk banyak pertanyaan,
menyelidiki atau pengembangan individu pemahaman. Pembelajaran matematika berbasis inkuiri
memungkinkan untuk semua ini berlangsung di dalam kelas dan membantu siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan mengeksplorasi masalah kehidupan nyata dan menggabungkan beberapa konsep
matematika menjadi satu masalah. Karya matematika tradisional dalam jangka pendek, siswa tidak
bisa mengingat apa yang guru lakukan pada langkah tertentu atau tidak mengerti mengapa guru
menggunakan prosedur tertentu. matematika inkuiri berfokus pada pengembangan konseptual sebagai
pengembangan prosedural dalam matematika tradisional. Seorang guru menggunakan pertanyaan
matematika dalam membangun masalah di mana siswa akan bekerja. Setelah siswa memahami apa
masalahnya, mereka mulai bekerja dengan solusi saat bekerja dengan kelompok-kelompok kecil.
matematika inkuiri memungkinkan siswa lebih banyak kesempatan untuk memikirkan dan
menjelaskan pemikiran matematika mereka. Berkomunikasi matematika dilakukan dengan berbagai
cara menggunakan penyelidikan matematika tapi yang dominan adalah melalui komunikasi tertulis.
kemudian
memberikan
nama
resmi
untuk
konsep
tersebut.
Siswa
Selain itu, untuk benar-benar sukses guru memerlukan kemampuan berpikir operasional
formal, pengetahuan tentang bagaimana siswa melakukan penyelidikan, dan beberapa
pemahaman bagaimana siswa belajar (untuk dapat merespons secara efektif terhadap laporan
siswa).
Untuk mempersiapkan dan mengelola kelas berbasis inkuiri siswa dan guru perlu
waktu untuk secara bertahap. Titik kuncinya adalah membuat perubahan dalam pengajaran
guru secara perlahan-lahan, tidak melanjutkan suatu keadaan yang baru sampai guru dan
siswa merasa nyaman.
Banyak guru yang telah mencatat bahwa siswa awalnya menolak terhadap
pembelajaran ini, tapi setelah beberapa minggu mereka berada dalam pembelajaran seperti
ini, setidaknya meraka menghargai nilai dan hasil .proses inkuiri mereka sendiri. Setelah
siswa terbiasa merekam data mereka sendiri, guru dapat membuat modifikasi lainnya.
Perubahan sederhana akhirnya menyebabkan pembelajaran dengan cara inkuiri ini semakin
baik.
konteks
yang
dapat
secara
matematik
(Freudenthal,
1968).
Lincoln, 2003), saya telah mengatur pertemuan antara konsep dialog dan beberapa calon guru
di lapangan praktek mengajar melalui kegiatan dialog, seperti misalnya kegiatan penyelidikan
berikut: berapa tongkat yang diperlukan untuk digunakan dalam rangka membangun sebuah
persegi kotak? Dalam situasi ini, calon guru bisa mengalami dialog di antara mereka. Selama
proses tersebut, hal itu mungkin untuk mengidentifikasi berbagai kegiatan inkuiri: berniat,
berpikir keras, mendengarkan, advokasi, visualisasi, mengamati, bereksperimen, menantang,
dan menemukan (Milani & Skovsmose, di tekan).
Setelah kegiatan penyelidikan, calon guru, guru pengawas dan peneliti membahas apa yang
telah terjadi dalam hal komunikasi dan hasil yang telah kita capai dalam kegiatan inkuiri.
Dalam refleksi, tindakan dialogis dan kegiatan inkuiri untuk calon guru menunjukkan
penalaran mereka dalam mewujudkan kegiatan inkuiri dalam praktek mengajar mereka di
sekolah. Pengembangan kegiatan inkuiri menunjukkan bahwa sebagai memungkinan calon
guru untuk belajar yang melibatkan dalam dialog.
2.10
tentang inquiry.
Minstrell (2000) membuat beberapa definisi yang berbeda tentang inquiry:
penganjuran rasa ingin tahu (kebiasaan berpikir), mengajar strategi untuk memotivasi belajar,
hands-on dan minds-on, memanipulasi bahan untuk mempelajari fenomena tertentu, dan
merangsang pertanyaan olehsiswa. Minstrell menganggap inquiry lengkap ketika "Kita harus
tahu sesuatu yang kita tidak tahu sebelum kita mulai. Bahkan ketika investigasi kita gagal
untuk menemukan jawabannya, setidaknya inquiry harus menghasilkan pemahaman yang
lebih besar dari faktor-faktor yang terlibat dalam penyelesaian "(hal. 473).
Perspektif SejarahAwal
13
2.10.1 Reforming Science Teaching: What Research says about Inquiry (Oleh: Ronald
D. Anderson)
University of Colorado, U.S.A.2002
Penggunaan Inquiry di NSES
Scientific Inquiry
Scientific Inquiry mengacu pada cara-cara yang beragam di mana para ilmuwan
mempelajari alam dan mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti yang berasal dari mereka
kerja"(hal.23). Sepanjang NSES, bentuk inquiry diperlakukan dalam kemampuan dan
pemahaman tertentu. Definisi Inquiry mencerminkan pemahaman tentang bagaimana hasil
ilmu pengetahuan dan independen dari proses pendidikan.
Inquiry Learning
14
Ketika digunakan dengan cara ini dalam NSES, Inquiry mengacu pada proses
pembelajaran di manasiswa terlibat. Dikatakan menjadi proses pembelajaran aktif "sesuatu
yang siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk mereka"(hal. 2). Para penulis dari
NSES jelas melihat beberapa hubungan antara bentuk inquiry dan scientific inquiry, yaitu,
tersirat bahwa pembelajaran inquiry harus mencerminkan sifat scientific inquiry. Deskripsi
pembelajaran inquiry mencakup banyak bahasa menyiratkan bahwa terjadi dalam konteks
pendidikan formal. Dikatakan, misalnya, bahwa "meliputi berbagai kegiatan "(hal.33), dan
memiliki beberapa tahapan termasuk" wacana lisan dan tertulis "(hal. 36).
Inquiry Teaching
Dalam NSES, Inquiry digunakan dalam berbagai cara terhadap mengajar. Sejak
Inquiry adalah pusat ilmu pembelajaran" (hal. 2), seperti disebutkan di atas, diharapkan
menjadi menonjol dalam pengajaran sains. Arti pentingnya, bagaimanapun, "tidak berarti
bahwa semua guru harus mengejar pendekatan tunggal untuk mengajar ilmu "(hal. 2).
Sebaliknya, NSES menyatakan bahwa, Inquiry ke pertanyaan otentik yang dihasilkan dari
pengalaman siswa adalah strategi utama untuk mengajar ilmu "(hal. 31). Tambahan lagi untuk
luas ini, lebih berorientasi proses, definisi mengajar inquiry, NSES berbicara tentang Inquiry
sebagai kegiatan belajar (p. 13). Ini "mengacu pada kegiatan siswa di mana mereka
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman ide ilmiah, serta pemahaman tentang
bagaimana para ilmuwan mempelajari alam "(hal. 23). NSES mengakui bahwa semua
pertanyaan tidak sepenuhnya layak nama oleh membedakan antara full inquiry" dan Partial
Inquiry" (hal. 143). Pertanyaan juga digunakan sebagai sarana penilaian sedemikian rupa itu,
"Setiap batas antara penilaian dan pengajaran hilang. . ."(Hal. 202).
2.12
sangat penting bagi kesuksesan siswa di abad ke 21. Tujuan di daerah-daerah dimulai di
sekolah dasar dan guru SD perlu untuk menyadari strategi pembelajaran ini. Tulisan ini akan
mengeksplorasi berbasis inquiry strategi instruksional sebagai metode untuk menghasilkan
minat siswa dalam ilmu. Inquiry adalah proses yang siswa gunakan untuk mengatasi
ketidakpastian. Didasarkan pada karya John Dewey, Inquiry membutuhkan seseorang untuk
15
menggunakan reflektif dan keterampilan berpikir kritis. Instruksi berbasis inquiry adalah
student centered dan guru dipandang sebagai fasilitator pengetahuan dan pembelajaran.
Makalah ini akan fokus pada dua strategi pembelajaran berbasis inquiry: 5E Model dan
Konsep pencapaian. Model 5E menggunakan lima fase: terlibat, mengeksplorasi,
menjelaskan, rumit, dan mengevaluasi. Model konsep pencapaian sesuai untuk konsep
pengajaran yang memiliki satu set yang jelas atribut. Strategi ini menggunakan proses yang
memungkinkan siswa untuk membuat definisi mereka sendiri dan pemahaman.
StrategiPengajaranBerbasis Inquiry
Model pembelajaran 5E berlangsung melalui lima tahap yang dimulai dengan huruf
"E": engage, explore, explain, elaborate, and evaluate. Pada tahap pertama, engage(terlibat),
guru berperan untuk memotivasi dan meningkatkan minat siswa pada pelajaran. Hal ini dapat
dilakukan
melalui
kegiatan
atau
pengalaman
yang
memungkinkan
siswa
untuk
menghubungkan pengalaman saat ini dan masa lalu. Guru bisa juga menanyakan pertanyaan
yang menarik, menyajikan masalah, atau menunjukkan acara discrepant. Tahap ini penting
karena meletakkan dasar untuk langkah-langkah selanjutnya (Bybee et al., 2006).
Setelah siswa terlibat, mereka pindah keexplore (mengeksplorasi) fase dari strategi
ini. Guru-guru berperan untuk memfasilitasi atau siswa pelatih dengan melibatkan siswa
dalam kegiatan yang membantu mereka berpikir, memecahkan masalah, atau menyelidiki.
Guru meminta pertanyaan, mengamati, dan mendengarkan siswa interaksi. Kegiatan
membantu siswa mengembangkan pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan,
keterampilan, atau proses. Pengalaman ini harus konkret dan bermakna karena mereka akan
memberikan landasan untuk secara resmi memperkenalkan tujuan ilmu pengetahuan. Fase ini
juga dapat memiliki siswa bentuk hipotesis, menguji prediksi mereka, pengamatan catatan,
dan mendiskusikan alternatif dengan masing-masing lainnya (Bybee et al., 2006).
Tugas guru dalam tahap explain (menjelaskan) adalah untuk secara resmi
menghadirkan konsep ilmiah, proses, atau keterampilan. Penjelasannya didasarkan pada
kegiatan yang disajikan dalam pertunangan dan pengalaman eksplorasi. Penjelasan ini
menghubungkan pengetahuan sebelumnya, pengamatan siswa, dan temuan dari kegiatan
eksplorasi. Hal ini akan membantu siswa untuk memahami penjelasan guru dan membantu
mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri
Pada tahap elaborate, para siswa yang terlibat dalam kegiatan yang telah mereka
terapkan, memperpanjang, atau menguraikan konsep dan / atau proses yang mereka
dieksplorasi. Siswa menerapkan informasi belajar di fase sebelumnya untuk situasi baru dan
mengajukan pertanyaan seperti: "Apa yang terjadi jika ..." "Dapatkah saya menemukan cara
16
untuk ..? Informasi ini juga dapat digunakan untuk mengusulkan solusi, membuat keputusan,
dan eksperimen desain. Pada tingkat ini, guru harus mengharapkan siswa untuk benar
menggunakan kosa kata, definisi, dan penjelasan.
Pada tahap akhir, evaluate (mengevaluasi), siswa bekerja dengan satu sama lain untuk
memeriksa pemahaman mereka.
Siswa diharapkan untuk meminta setiap pertanyaan terbuka lainnya berdasarkan
bukti, pengamatan, dan penjelasan sebelumnya. Guru memberikan umpan balik pada
penjelasan mereka. Guru memiliki pilihan untuk menyelesaikan evaluasi formal dan / atau
mengelola sebuah tes untuk menentukan tingkat siswa prestasi (Bybee et al., 2006).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alberta. 2004. Focus on Inquiry : A Teachers Guide to Implementing Inquiry-Based
Ferguson, kyle. 2010. Inquiry Based Mathematics Instruction Verses Traditional
Learning. Learning and Teaching Resources Branch, Canada
Mathematics Instruction: The Effect on Student Understanding and Comprehension in an
Eighth
Grade
Pre-algebra
Classroom.
http://digitalcommons.cedarville.edu/cgi/viewcontent
18
ftp://ftp.gwdg.de/pub/EMIS/proceedings/PME31/2/129.pdf
http://curriculum.nesd.ca/Supporting_Docs/Math_K/Inquiry%20in%20Mathematics.pdf
http://download.springer.com/static/pdf/924/bfm%253A978-94-007-0910-2%252F1.pdf?
auth66=1409278429_ad9fb7def57dfc02e42106abedcbd31f&ext=.pdf
http://leitzelcenter.unh.edu/geo-teach/pdf/ESST2008/NWREL--Inquiry%20strategies.pdf
Stonewater, jerry. 2005. Inquiry Teaching and Learning : The Best Math Class Study.
http://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=27764
http://www.pme38.com/
19